Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI

Oleh kelompok 7 :
1. Syafira Andini (P17211203094)
2. Dania Dwi Ayuningtyas (P17211203095)
3. Abidatur Rosyidah Dwi Ramadhanti (P17211203096)
4. Prisela Mahdalina (P17211203097)
5. Revanda Rera Amelia. (P17211203098)
6. Diva Calista Pramata Putri (P17211203099)
7. Nur Wafiq Istiqomah. (P172112030100)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
"Kebutuhan Kebersihan Diri" ini. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang
penulis harapkan. Adapun maksud penyusunan makalah ini adalah untuntuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Dasar I.
Tidak luput penulis sampaikan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing serta
memberikan saran kepada kami dalam mengerjakan makalah ini dan tak lupa untuk semua
pihak yang mendukung penulisan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi pembaca untuk menambah wawasan baru atau pengetahuan tentang judul
makalah yang penulis sebutkan diatas.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini. Kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan tangan terbuka demi
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Malang, 2 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2. Tujuan...............................................................................................................................4
1.3. Manfaat.............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
2.1. DEFINISI...................................................................................................................................5
2.2. TUJUAN PERSONAL HYGIENE.........................................................................................5
2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI................................................................5
2.4. DAMPAK TIDAK DILAKUKANNYA PERSONAL HYGINE........................................6
BAB III...........................................................................................................................................7
BAB IV............................................................................................................................................9
4.1. Kesimpulan …………………………………………………………………………...9
4.2. Saran…………………………………………………………………………………...9
PENUTUP......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebersihan diri atau personal hygiene merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu,sudah seharusnya kita sebagai manusia untuk menjaga kebersihan diri agar terhindar
dari berbagai macam penyakit. Untuk itu, perawat harus memiliki pengetahuan yang memadai
tentang kebersihan diri sebagai bekal untuk merawat dirinya sendiri ataupun oranglain. Baik di
rumah sakit, keluarga atau masyarakat.
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri
yang dilakukan untuk mempertahakan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis.
Pemenuhan perawatan diri dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya budaya, nilai sosial
pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap
perawatan diri.
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan pskikis seseorang.jika
seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan , hal ini terjadi karena kita
menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan
terus menerus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Personal Hygine (Kebersihan Diri)
2. Untuk mengetahui tujuan dari dilakukannya Personal Hygine (Kebersihan Diri)
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygine
4. Untuk mengetahui dampak dari tidak dilakukannya Personal Hygine
1.3 Manfaat
Dengan menulis makalah tentang kebutuhan kebersihan diri, penulis berharap pembaca
maupun penulis lebih mengetahui tentang bagaimana agar dapat memenuhi kebutuhan
kebersihan dan perawatan diri. Selain itu, dengan penulisan makalah ini banyak membawa
manfaat bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI
Personal Hygine adalah perawatan diri yang dilakukan orang seperti mandi, eliminasi,
Hygine tubuh secara umum, dan berhias (Kozier, Berman, dan Snyder, 2010). Kebersihan diri
juga merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi resiko terjangkit penyakit.
Kebersihan diri yang baik meliputi beberapa cara termasuk membersihkan rambut, menyikat
gigi, mandi, memotong kuku, menjaga kebersihan alat kelamin dan memakai pakaian bersih.
Berikut adalah penjelasan dari beberapa macam yang termasuk dari macam-macam personal
hygiene.
Dari beberapa penjelasan diatas setidaknya terdapat 6 macam dari upaya personal hygiene
(kebersihan diri), antara lain:
1. Mandi
Kegiatan ini bertujuan menjaga kebersihan kondsi tubuh, memperlancar system
peredaran darah dan untuk menambah kenyamanan dari pasien. Selain itu, juga dapat terhindar
dari penyakit kulit.
2. Mengganti Pakaian
Dalam dunia medis khususnya merawat pasien selain memandikan pasien juga harus
mengganti pakaian pasien. hal ini juga sangat penting untuk diperhatikan karena bertujuan agar
pasien terbebas dari bau badan karena pakaian yang kotor serta tidak terjadi gatal-gatal. Selain
itu, mengganti pakaian pasien juga berfungsi untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
3. Kebersihan Mulut
Hal ini berfungsi untuk membantu mempertahankan kondisi kesehatan pada area mulut
sseperti terbebasnya badan rasa tidak nyaman, kebersihan gusi, menghilangkan sisa makanan
dan plak pada gigi. Selain itu, dengan menjaga kebersihan mulut dapat mencegah penyebaran
penyakit yang bisa saja ditularkan melalui mulut. Seperti karies, radang gusi dan sariawan.
Menjaga kebersihan mulut dapat dilakukan dengan cara menyikat gigi.
4. Perawatan Rambut
Rambut berfungsi untuk pengontrol suhu tubuh. Perawatan rambut seperti halnya
keramas dan menyisir merupakan dasar dari personal hygiene. Tujuannya adalah untuk
menjaga kondisi kepala dalam keadaan bersih, terbebas dari kutu serta meningkatkan
kenyamanan pada pasien.

5
5. Perawaatan Kaki dan Kuku
Perawatan kaki juga dapat dilakukan ketika kita sedang mandi yaitu dengan cara
menggosok sela sela jari kaki , sedangkan cara merawat kuku bisa dengan menggunting kuku
dan membersihkan dari sisa kotorannya. Tujuan dilakukan perawatan kaki dan kuku ialah agar
memiliki permukan kaki yang lembut, terbebas dari bau, mencegah terjadinya infeksi akibat
luka yang disebabkan oleh kuku dan berkembangnya bakteri dan kuman yang terdapat pada
kotoran kuku.
6. Perawatan kelamin/genetalia
Kelamin merupakan bagian tubuh yang dianggap vital yang tidak terlepas dari peran
perawatan, cara perlakuan dari perawatan kelamin adalah dengan membersihkannya ketika
mandi beserta area area disekitarnya dengan sabun. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan
status kebersihan, mencegah potensi terjadinya infeksi dan untuk kenyamanan dari pasien.

2.2. TUJUAN PERSONAL HYGIENE


Personal hygiene memiliki tujuan yaitu agar tubuh tidak mudah terjangkit virus, dan
memberikan rasa nyaman. Maka dari itu, merawat tubuh harus dilakukan sesering mungkin.
Tujuan dari menjaga kebersihan diri atau personal hygiene, Menurut (Tarwoto Wartonah,
2011), yaitu:
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memiliki kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. Pencegahan penyakit
5. Meningkatkan percaya diri seseorang
6. Menciptakan keindahan.

2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Menurut Perry dan Potter (2005), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang
melakukan personal hygiene, yaitu sebagai berikut:
1. Citra tubuh.
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada orang tersebut.
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini
dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Citra tubuh

6
dapat berubah akibat adanya pembedahan atau penyakit fisik maka harus membuat suatu usaha
ekstra untuk meningkatkan hygiene.
2. Praktik sosial.
Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang pasien berhubungan dapat mempengaruhi praktik
hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari
orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan
atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
3. Status sosio ekonomi.
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang
dilakukan. Apakah dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodoran, sampo,
pasta gigi, dan kosmestik (alat-alat yang membantu dalam memelihara hygiene dalam
lingkungan rumah).
4. Pengetahuan.
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi
praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidak cukup, harus termotivasi
untuk memelihara perawatan diri.
5. Kebudayaan.
Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang
dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek perawatan diri yang berbeda.
6. Pilihan pribadi.
Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri, memilih produk yang ingin
digunakan, dan memilih bagaimana cara melakukan hygiene.
7. Kondisi fisik.
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang sehingga perlu bantuan
untuk melakukan perawatan diri.

2.4. DAMPAK DARI TIDAK DILAKUKANNYA PERSONAL HYGIENE


1. Mandi
Jika seseorang tidak melakukan personal hygiene (mandi), dampaknya adalah:
 Peningkatan Bau Badan
Sebagian besar tubuh tertutupi oleh kelenjar keringat. Kelenjar keringat ini bekerja
menghasilkan keringat ketika tubuh terlalu panas, stres, banyak hormon atau aktif secara fisik.
Keringat itu sebenarnya tidak berbau. Namun, bau badan bisa muncul ketika keringat

7
bercampur dengan bakteri yang ada di kulit. Bau biasanya akan lebih menyengat di area ketiak
dan selangkangan.
 Mudah Mengalami Masalah Kulit
Kebersihan yang buruk akibat jarang mandi dapat menyebabkan penumpukan sel kulit mati,
kotoran, dan keringat pada kulit. Hal ini dapat memicu jerawat, dan mungkin memperburuk
kondisi seperti psoriasis, dermatitis, dan eksim.
 Rentan Kena Infeksi Kulit
Jarang mandi juga dapat memicu ketidakseimbangan bakteri baik dan buruk pada kulit. Terlalu
banyak bakteri jahat meningkatkan risiko infeksi kulit. Hal ini bisa menyebabkan dermatitis
neglecta, di mana bercak-bercak plak berkembang pada kulit akibat kulit yang tidak bersih.
 Bisa Menyebabkan Hiperpigmentasi
Mandi dapat mengangkat sel-sel kulit mati yang menumpuk pada kulit. Ketika sesorang jarang
mandi, sel-sel ini dapat menempel pada kulit dan menyebabkan hiperpigmentasi. Oleh karena
itu, perlu rutin mandi untuk mencegah kondisi ini.
2. Perawatan kulit
Dampak dari tidak melakukan personal Hygine (perawatan kulit) adalah sebagai berikut:
 Membuat kulit kering
 Menyebabkan kulit berminyak
 Kulit yang sensitif.
3. Kebersihan Mulut
Dampak dari tidak melakukan personal Hygine (Kebersihan Mulut) adalah sebagai berikut:
 Radang Gusi
Dalam istilah kedokteran gigi, radang gusi disebut ginggivitis. Ini adalah suatu kondisi ketika
gusi terlihat bengkak dan memiliki warna yang lebih merah dari biasanya.
 Ginggivitis
Ditandai dengan keluarnya darah pada saat menyikat gigi. Kondisi ini bisa timbul akibat
adanya plak serta karang gigi yang menempel dan menumpuk di tepian gusi. Ginggivitis akan
menjadi lebih buruk bila tidak segera ditangani dengan tepat. Kondisi tersebut bisa mengarah
pada komplikasi yang lebih parah, yaitu periodontitis―peradangan gusi serius yang
menyebabkan rusaknya jaringan lunak dan tulang pendukung gigi.
 Karies Gigi
Karies adalah munculnya lubang pada gigi yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini adalah
gangguan rongga mulut yang paling umum terjadi di kalangan masyarakat. Karies gigi perlu

8
segera diatasi, dengan penambalan atau cabut gigi, tergantung dari kondisi. Bila tidak, lama-
kelamaan lubang yang timbul akan semakin luas dan dalam, sehingga dapat merusak gigi dan
menyebabkan infeksi pada saluran akar gigi.
 Gigi Sensitif
Gigi sensitif disebabkan oleh adanya penurunan posisi gusi. Keadaan ini bisa terjadi akibat
kebiasaan sikat gigi yang tidak tepat, karies gigi yang tidak diatasi dengan baik, gigi patah, dan
efek samping proses bleaching gigi yang salah. Gigi sensitif dapat menyebabkan keluhan gigi
ngilu, linu, atau terasa nyeri, khususnya saat terpapar makanan atau minuman dingin.
 Bau Mulut
Bau mulut atau halitosis umumnya berasal dari kesehatan rongga mulut yang tidak terjaga
dengan baik. Kondisi ini juga bisa terjadi sebagai akibat dari gigi berlubang, penumpukan
karang gigi, atau pemakaian gigi tiruan yang tidak dibersihkan secara rutin. Sedangkan, jika
orang yang sangat menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut namun masih mengalami
bau mulut, bisa jadi kondisi tersebut disebabkan penyakit sistemik yang menyebabkan
gangguan pada sistem pernapasan atau pencernaan.
 Sariawan
Hampir setiap orang pernah mengalami sariawan. Gangguan rongga mulut yang satu ini bisa
terjadi pada anak, orang dewasa, bahkan lansia sekalipun. Sariawan disebabkan oleh daya
tahan tubuh yang menurun, cedera mulut akibat tidak sengaja tergigit, pemakaian gigi palsu
yang tidak tepat, maupun kekurangan pasokan vitamin B 12. Sariawan umumnya bisa hilang
dengan sendirinya dalam waktu 2–3 minggu.
4. Perawatan Rambut
Dampak dari tidak melakukan perawatan Hygine (Perawatan Rambut) adalah sebagai berikut:
 Kulit kepala menjadi kasar
 Rambut kasar dan kusam
 Gatal dan bau
 Volume rambut berkurang
 Rontok lebih banyak saat keramas
 Sakit kepala
5. Perawatan kaki dan kuku
Dampak dari tidak melakukan personal hygiene (Perawatan kaki dan kuku) adalah sebagai
berikut:
 Menyebabkan infeksi jamur

9
 Menyebabkan kuku tumbuh ke dalam
 Tanda kebersihan kuku yang buruk
 Menyebabkan infeksi bakteri
6. Perawatan kelamin atau genetalia
Dampak dari tidak melakukan personal hygiene (Perawatan kelamin atau genetalia) adalah
sebagai berikut:
 Terjadinya gangguan kesehatan reproduksi
 Infeksi saluran kemih
 Terjadinya penyakit kelamin

Dari beberapa penjelasan diatas setidaknya terdapat 3 macam upaya personal hygiene
(kebersihan diri), yaitu:
1. Perawatan Rambut (Mencuci dan Menyisir)
A. Pengertian
Mencuci rambut adalah tindakan menghilangkan kotoran rambut dari kulit kepala dengan
menggunakan sampo atau sabun pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk
mencuci dan menyisir rambut.
Sedangkan perawatan rambut merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk mencuci dan menyisir rambut (KDM,
2018).
B.Tujuan Mencuci Rambut Pasien
     1). Memberikan perasaan nyaman, senang, dan segar kepada pasien
     2). Rambut tetap terpelihara bersih dan rapi
     3). Merangsang peredaran darah di bawah kulit kepala
     4). Menghilangkan mikroorganisme kulit kepala
     5). Membersihkan  (kutu) atau ketombe
C. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi atau Boleh dilakukan pada:
    1). Pasien dalam keadaaan bed rest total
    2). Pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk mencuci dan menyisir rambut
    3). Pasien yang akan menjalani operasi
    4). Pasien yang rambutnya kotor
Kontraindikasi:

10
    1) Pasien yang mengalami trauma/ cedera kepala berat
    2). Pasien yang mengalami peningkatan suhu tubuh (hipertermia)

D. Masalah/ Gangguan pada Rambut


    1). Kutu
    2). Ketombe
    3). Botak (alopecia)
    4). Radang pada kulit di rambut (seborrheic dermatitis)
E. Hal yang perlu diperhatikan :
    1). Perhatikan keadaan umum pasien selama mencuci rambutnya
    2). Untuk mengeringkan rambut bisa memakai hairdryer
    3). Air di ember harus dibuang bila hampir penuh
    4). Harus mengganti pakaian pasien yang kotor atau basah
    5). Harus bekerja dengan teliti agar pasien dan sekitar tidak basah
    6) Apabila saat mencuci rambut, anda menemukan luka di kulit pasien maka yang anda
lakukan yaitu:
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah cuci tangan terlebih dahulu sebelum
melakukan perawatan luka, untuk menghindari infeksi. Setelah itu, baru lakukan beberapa hal
berikut ini:
(1). Perdarahan pada goresan dan luka ringan biasanya akan berhenti sendiri. Jika tidak, beri
tekanan lembut pada luka dengan kain yang bersih. 
(2). Bilas luka dengan air bersih dan mengalir. Sekitar luka boleh dibersihkan dengan
sabun.Pada area luka disabun dengan sabun khusus misalnya sabun bayi, untuk menghindari
iritasi.
(3). Jika masih ada kotoran atau benda yang tertancap pada luka setelah dibersihkan, gunakan
pinset steril untuk mencabutnya. Jika masih ada yang tertancap, laporkan ke dokter agar dapat
dilakukan pembersihan luka secara menyeluruh, guna mengurangi risiko infeksi dan tetanus.
(4). Tidak perlu menggunakan cairan hidrogen peroksida atau larutan antiseptik yang
mengandung iodine, karena dapat menimbulkan iritasi pada luka.
(5). Oleskan krim atau salep antibiotik untuk membantu menjaga permukaan kulit tetap
lembap. Obat ini memang tidak membuat luka cepat sembuh, tapi bisa mencegah infeksi
sehingga proses penyembuhan luka dapat berjalan dengan baik. Namun jika muncul ruam pada
kulit, segera hentikan penggunan salep.

11
6). Perban luka untuk menjaganya tetap bersih dan terhindar dari bakteri. Jika luka atau
goresannya kecil, tidak perlu diperban.
2. Perawatan Gigi dan Mulut
A.Pengertian

Oral hygiene adalah tindakan membersihkan rongga mulut, lidah, dan gigi dari semua kotoran/
sisa makanan dengan menggunakan kain kassa/ kapas yang dibasahi dengan air bersih (Elly
Purnamasari dkk, 2014).

Perawatan gigi dan mulut merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
dihospitalisasi. Tindakan ini dapat dilakukan oleh pasien yang sadar secara mandiri atau
dengan bantuan perawat. (Wira P.Z, 2017).

Memelihara kebersihan mulut dan gigi artinya melaksanakan kebersihan rongga mulut,
gigi, dan lidah untuk mempertahankan agar mulut tetap bersih dan sehat (Depkes, 1981).

B. Masalah/ Gangguan pada Mulut dan Gigi

a. Halitosis artinya bau napas tidak sedap karena kuman atau lainnya

b. Ginggivitas artinya radang gusi

c. Karies (radang gigi)

d. Stomatitis (sariawan/ radang pada daerah mukosa/ rongga mulut)

C. Tujuan

a. Menjaga kebersihan mulut

b. Meningkatkan selera makan

c. Mencegah bau mulut

d. Mencegah infeksi mulut, kerusakan gigi, bibir dan lidah pecah - pecah, stomatitis

e. Memberikan perasaan senang dan segar pada pasien

f. Mendidik pasien dalam kebersihan perorangan

g. Meningkatkan daya tahan tubuh

D. Indikasi

12
a. Pasien yang tidak mampu melakukan perawatan mulut secara mandiri, misal pada pasien
tidak sadar, pasien patah tulang lengan, pasien anak, pasien post operasi yang masih puasa

b. Pasien yang mendapatkan oksigenasi dan terpasang NGT

c. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran

d. Pasien yang tidak bisa menggunakan sikat gigi, misalnya : stomatitis berat, pada penyakit
darah tertentu

e. Pasien post operasi mulut (odontektomy)

f. pasien patah tulang rahang

E. Ruang Lingkup Oral Hygiene

a. Menyikat gigi/ Oral hygiene pasien sadar

b. Membersihkan mulut/ Oral hygiene pasien tidak sadar

c. Memelihara mulut pada pasien patah tulang rahang

d. Memelihara gigi palsu (protese)

F. Hal yang perlu diperhatikan

a. Apabila ada perdarahan di gusi, gigi rusak, luka pada bibir dan lidah

b. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan 30 - 60 menit setelah makan

c. Cara menyikat gigi sebaiknya dilakukan 10 x gerakan

d. Menyikat gigi palsu harus hati - hati supaya jangan sampai jatuh/ rusak

e. Pada malam hari gigi palsu setelah dibersihkan disimpan dalam kom/ gelas berisi air di
tempat yang aman

f. Bila perlu, perawat membantu pasien membuka dan memasang gigi palsu dengan
menggunakan kasa

g. Gigi palsu dilepas bila pasien akan operasi

h. Jaga jangan sampai infeksi bertambah

i. Cegah jangan sampai pasien kesakitan

13
j. Hati- hati jangan sampai kawat pengikat terlepas/ berubah posisinya

G. Oral Hygiene Pasien Tidak Sadar

1. Fase Pre Interaksi

1. Verifikasi catatan keperawatan pasien

2. Persiapkan alat :

•Pengalas (handuk dan perlak

•Pinset anatomis 1 buah

•Depper (± 7 depper) yang sudah dibasahi NaCl 0,9% dalam kom

•Bengkok 2 buah

•Tongue spatel

•Bak instrumen

•Kasa

•Lidi kapas (k/p)

•Borax gliserin/ gentian violet (k/p)

•Air dalam gelas

•Handschoon dan Cuci tangan

2.Fase Orientasi

1. Ucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan kabar pasien dengan sikap sabar, respek, dan sopan
4. Jelaskan tujuan dan prosedur dilakukan tindakan serta kontrak waktu ±15 – 30 menit
5. Menanyakan persetujuan dan persiapan pasien sebelum dilakukan tindakan
6. Menanyakan kebutuhan klien sebelum dilakukan tindakan

3.Fase Kerja

1. Atur posisi kepala pasien dimiringkan


2. Pasang pengalas di atas dada atau di bawah dagu pasien dan dekatkan bengkok

14
3. Ambil tongue spatel dan buka mulut pasien hingga terbuka
4. Ambil depper dengan menggunakan pinset, lalu bersihkan:

a. Langit-langit mulut dengan menariknya dari arah dalam ke luar

b. Gusi dalam atas kanan dan kiri

c. Gusi dalam bawah kanan kiri

d. Gusi luar atas kanan dan kiri

e. Gusi luar bawah kanan dan kiri

f. Dinding mulut

g. Lidah atas dan bawah

Catatan: buang kain kasa yang sudah kotor ke bengkok dan gantilah yang bersih serta
Keringkan mulut menggunakan borax glyserin bila bibir kering dan bila bibir pecah-pecah atau
terjadi stomatitis olesi dengan gentian violet.

4. Fase Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan


b. Akhiri pertemuan dengan berpamitan
c. Rapikan alat
d. Cuci tangan
e. Catat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Sikap

a. Berhati – hati dan teliti


b. Tidak tergesa – gesa
c. Ramah dan sopan
d. Peka dan menjaga privasi pasien
e. Bekerja dengan cermat dan rapi

6.Perawatan Kaki dan Kuku


A. Pengertian
Membersihkan kuku tangan dan kaki yang meliputi perendaman, pemotongan, pengikiran
untuk mempertahankan kesehatan kuku tangan maupun kaki.
B. Tujuan
15
1. Mencegah infeksi
2. Mencegah bau kaki
3. Mencegah cidera pada jaringan lunak
C. Indikasi
1. Pada pasien dengan masalah pada kuku kaki dan tangan
2. Pada lansia
3. Pada anak-anak sampai orang orang dewasa
4. Pada pasien diabetes
D.Prosedur Pelaksanaan
A. Tahap Prainteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat :
a. Baskom cuci
b. Pengikir kuku
c. Handuk mandi
d. Lotion
e. Waslap
f. Keset mandi sekali pakai
g. Gunting kuku
h. Sarung tangan sekali pakai
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Dapatkan perintah dokter bila kebijakan pelayanan memerlukannya
3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
4. Atur peralatan pada meja tempat tidur, tarik tirai sekitar tempat tidur atau tutup pintu
ruangan
5. Bantu klien duduk dikursi samping tempat tidur, tempatkan keset mandi sekali pakai
dilantai dibawah kaki klien
6. Isi baskom cuci dengan air 43*c sampai 44*c

16
7. Tempatkan baskom diatas keset mandi dan bantu klien menempatkan kakinya kedalam
baskom
8. Atur meja tempat tidur pada posisi rendah dan tempatkan pada pangkuan klien
9. Isi baskom dengan air bersuhu 43*c sampai 49*c dan tempatkan pada handuk kertas di
meja tempat tidur
10. Instruksikan kien untuk menempatkan jari-jarinya dalam baskom dengan lengannya
dalam posisi nyaman
11. Biarkan jari kaki dan jari tangan klien terendam selama 10 menit sampai 20 menit.
Hangatkan ulang air dalam 10 menit
12. Bersihkan dengan perlahan dibagian bawah kuku jari
13. Dengan gunting kuku, gunting kuku jari tangan melintang dan rata pada bagian atas jari.
Bentuk kuku dengan mengikir kuku
14. Singkirkan meja tempat tidur menjauhi klien
15. Kenakan sarung tangan, dan sikat area kalus kaki klien dengan waslap
16. Bersihkan dengan perlahan bagian bawah kuku jari klien dengan tongkat, angkat kaki
dari baskom dan keringkan
17. Bersihkan dan gunting sedikit kuku jari (lihat langkah 13) jangan mengikir sudut kuku
jari kaki
18. Berikan lotion pada kaki klien
19. Bersihkan dan kembalikan peralatan pada tempatnya
20. Cuci tangan
D. Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan

17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

DENTINO
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol I. No 2. September 2016
EFEKTIVITAS MENYIKAT GIGI DENGAN METODE FONE TERHADAP INDEKS
KEBERSIHAN RONGGA MULUT
Tinjauan pada Pasien Stroke di Klinik Millennia Banjarmasin Tahun 2014

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil bahwa hasil
penelitian ini sesuai dengan hipotesis karena terdapat perbedaan bermakna antara sebelum dan
sesudah menyikat gigi menggunakan metode fone pada pasien stroke Klinik Millennia
Banjarmasin tahun 2014. Menurut Walsh, kebersihan rongga mulut pada kedua perlakuan
umumnya memiliki nilai OHI-S yang cukup baik disebabkan meskipun pada umumnya dalam
kondisi tubuh yang lemah, namun pasien stroke masih memiliki sistem stomatognatik dan
kebiasaan menyikat gigi yang baik. Rongga mulut memiliki sistem self cleansing yang baik
terhadap akumulasi debris dan plak. Dalam hal ini, intensitas aliran saliva (salivary flow rate)
yang sangat berperan sebagai sistem self cleansing. Pada
kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis dengan konsistensi
yang encer dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin), serta sisanya disekresi oleh
kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa rongga mulut. Oleh karena itu,
saliva dapat mempengaruhi tingkat akumulasi plak dan kalkulus yang berdampak pada tingkat
kebersihan rongga mulut seseorang, tergantung pada konsistensi (viskositas) dan flow rate
(aliran) dari saliva.20 Apabila aliran saliva berkurang terlebih di bawah 0,2 ml/menit, maka
tingkat pembersihan gigi dan mulut juga berkurang. Pembersihan debris termasuk suasana
asam dalam rongga mulut yang lambat dapat mengakibatkan pH rongga mulut turun dan
meningkatkan jumlah plak. Apalagi makanan yang dikonsumsi mudah melekat pada gigi dan
memiliki kadar karbohidrat tinggi, meskipun pola makan pasien telah diatur. Maka disinilah
peran pengasuh diperlukan dalam rangka menyikat gigi pasien.21 Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pow yang membuktikan bahwa menyikat
gigi dengan gerakan sirkuler semacam metode fone pada pasien dengan disabilitas memberikan
efek dalam peningkatan status kebersihan rongga mulut pasien stroke.

18
Hasil riset saling mendukung atau saling kontroversi :
Mendukung karena menyikat gigi dengan metode fone lebih efektif dalam meningkatkan status
kebersihan rongga mulut pada pasien stroke dibandingkan dengan cara individual. Hal ini
disebabkan oleh karena metode fone merupakan metode sikat gigi baku yang telah
direkomendasikan oleh para ahli dengan gerakan sirkuler yang cenderung halus dan
kontinu pada seluruh permukaan gigi geligi yang efektif menjangkau sela-sela proksimal, pit
dan fisur yang termasuk peran dari saliva untuk digunakan oleh para pasien dengan disabilitas
seperti pasien stroke agar kesehatan gigi dan mulut terjaga meskipun dalam kondisi fungsi otot
wajah termasuk sistem stomatognatik yang menurun.

Statement atau teori hasil riset :


Perbedaan Tingkat Kebersihan Mulut pada Teknik Penyikatan Gigi Metode Fones dan
Modified Bass pada Anak Down Syndrome
Mustika Pramidi
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan tingkat kebersihan rongga mulut dengan metode
Fone’s yaitu rata-rata sebelum penyikatan gigi sebesar 2,96 dan setelahnya sebesar 1,39 dengan
standar deviasi sebesar 0,55 dan p-value = 2.10245E-06. Peningkatan tingkat kebersihan
rongga mulut pada teknik menyikat gigi metode modified Bass didapat rata-rata sebelum
penyikatan sebesar 2,55 dan setelahnya sebesar 2,16 dengan standar deviasi sebesar 0,55 dan p-
value = 2.10245E-06, kemudian dilanjutkan perbandingan antara kedua metode. Hasil rata-rata
kebersihan rongga mulut pada metode Fone’s adalah 1,57 dan metode modified Bass sebesar
0,53 dengan p-value = 0.000817432 yang menunjukkan hasil signifikan. Simpulan penelitian
adalah kedua teknik penyikatan gigi metode Fone’s dan modified Bass dapat meningkatkan
tingkat kebersihan rongga mulut pada anak Down Syndrome. Metode Fone’s lebih
meningkatkan tingkat kebersihan rongga mulut dibandingkan dengan metode modified Bass.

Pendapat kelompok tentang hasil riset :

Menyikat gigi dengan metode Fone sangat efektif untuk membersihkan rongga mulut
pada pasien stroke.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan
dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. personal hygine
dilakukan dengan tujuan :
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memiliki kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. Pencegahan penyakit
5. Meningkatkan percaya diri seseorang
6. Menciptakan keindahan.

4.2 Saran
a) Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang betapa pentingnya
melakukan Personal Hygiene. Disarankan pembaca untuk menerapkan atau melakukan
Personal Hygine
b) Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan ataupun sumber data untuk
penelitian selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Rini, R. P. (2012). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Tingkat
Kemandirian Anak Retardasi Mental Dalam Personal Hygiene Di SDIT Negeri Colomadu
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Kozier, Berman dan Snyder. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Jakarta : EGC
Tarwoto Wartonah, (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Jakarta:
Salemba
Medikarepository.usu.ac.idYuliana, R.
https://www.kompasiana.com/yulianarakhmawati/54f94e87a3331176178b4b14/pentingnya-
personal-hygiene, diakses pada 22 September 2020
Muchlisin, R. https://www.kajianpustaka.com/2020/02/pengertian-jenis-dan-faktor-yang-
mempengaruhi-personal-hygiene.html?m=1, diakses pada 22 September 2020
http://farmakepoo.blogspot.com/2018/03/macam-macam-personal-hygiene.html?m=1, diakses
pada 23 September 2020
https://www.academia.edu/37921896/makalah_kebersihan_dan_perawatan_diri, diakses pada
22 September 2020

21
LAMPIRAN

Gambar 1 memandikan pasien diatas tempat tidur Gambar 2 Mencuci Rambut Pasien

Gambar 3 Vulva Hygiene Gambar 4 Penis Hygiene

Gambar 5 Perawatan kaki dan kuku Gambar 6 Perawatan Gigi dan Mulut

22

Anda mungkin juga menyukai