Anda di halaman 1dari 43

MODUL

KEPERAWATAN JIWA
DIAGNOSA RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :

Nama : Miftahul noviarta


Nim : 18334052
Tingkat : III B
Matkul : Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing :
Ns. Vivi Yuderna,S.Kep, M.Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020/2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam penyusunan ini mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dari bimbingan dari Dosen pembimbing. Sehingga kami dapat
menyelesaikan ini dengan baik.

Dengan adanya ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan


dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan, dan Doa-Nya. Semoga
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca ini. Mungkin ini kurang
sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnakan
ini.

Penyusun,

Miftahul noviarta
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6
1.4 Tujuan Masalah...........................................................................................6
BAB II.......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................7
2.1 Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri........................................................54
2.1.1. Pengertian Defisit Perawatan Diri..................................................54
2.1.2. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.......................................55
2.1.3 Dampak...........................................................................................56
2.1.4 Patofisiologi.....................................................................................58
2.2 Asuhan keperawatan Defisit Perawatan Diri.............................................58
2.2.1 Pengkajian ......................................................................................58
2.2.2 Diagnosa..........................................................................................61
2.2.3 Rencana Keperawatan.....................................................................62
2.2.4 Implementasi Keperawatan.............................................................68
2.2.5 Evaluasi...........................................................................................71
BAB III...................................................................................................................72
3.1. STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN...72
a)      Data Subyektif :......................................................................................72
b)      Data Obyektif :.......................................................................................72
3.2. STRATEGI PELAKSANAAN DEFISIT PERAWATAN DIRI.............86
BAB IV.................................................................................................................101
PENUTUP.............................................................................................................101
4.1 Kesimpulan..............................................................................................101
4.2 Saran........................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................102
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organitation (WHO dalam Yusuf dkk, 2015), menjelaskan

kriteria orang yang sehat jiwa merupakan orang yang dapat melakukan,

diantaranya menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun

kenyataan itu buruk, merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan,

memperoleh kepuasan dari usahanya dan perjuangan hidupnya, merasa lebih puas

untuk memberi dari pada menerima. Berhubungan dengan orang lain secara

tolong-menolong dan saling memuaskan, mempunyai daya kasih sayang yang

besar, menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran dikemudian hari,

mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi

akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak

mampuan merawat kebersihan diri, makan secara 3 mandiri, berhias secara

mandiri, dan toileting, buang air besar/buang air kecil (Damaiyanti, 2008).

Personal Hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan

perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor diantaranya : budaya, nilai sosial pada

individu, atau kelurga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi

terhadap perawatan diri (Hidayat, 2006).


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah


“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Resiko Perilaku Kekerasan dan
defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaannya.

1.4 Tujuan Masalah

a. Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Resiko Perilaku Kekerasan dan


defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaannya.

b. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Resiko Perilaku Kekerasan


dan defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaannya.
c. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan Resiko Perilaku
Kekerasan dan defisit perawatan diri dengan pemberian strategi
pelaksanaannya.

d. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan Resiko Perilaku


Kekerasan dan defisit perawatan diri dengan pemberian strategi
pelaksanaannya.
e. Penulis mampu melakukan implementasi pada Resiko Perilaku Kekerasan
dan defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaannya.
f. Penulis mampu melakukan evaluasi Resiko Perilaku Kekerasan dan defisit
perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaannya.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri

2.1.1. Pengertian Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang


mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi
(hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Defisit perawatan diri toileting adalah Klien memiliki keterbatasan atau
ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau
bangkit dari jamban, memanipulasi pakain untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil (Keliat,
2010).

2.1.2. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Menurut Herman, (2011), tanda dan gejala seseorang yang mengalami gangguan
defisit perawatan diri adalah

a. Mandi / hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,


memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar dari kamar mandi.

b. Berpakaian / berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil


potongan pakaian, meninggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
7

tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,


menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada
tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan
sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,


mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
membuka container, memanipulasi defisit perawatan diri makanan
dalam mulut, mengambil makanan dalam wadah lalu
memasukkannya dalam mulut, melengkapi makanan, mencerna
makanan menurut cara yang diterima di masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB / BAK

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam


mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB / BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.

2.1.3 Dampak

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang


dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:

Wartonah (2006)

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak


terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak psikososial
8

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah


gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi social
2.1.4 Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah dalam Dermawan dan Rusdi

(2013), penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :

a. Kelelahan fisik.

b. Penurunan kesadaran

Menurut Depkes (2009), penyebab kurang perawatan diri adalah:

a) Faktor prediposisi

1. Perkembangan: Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan


klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

2. Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu


melakukan perawatan diri.
3. Kemampuan realitas turun: Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4. Sosial: Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b) Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah


kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
2.1.5 Patofisiologi

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi


akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak
dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri,
9

berhias diri secara mandiri, dan toileting buang air besar (BAB) atau buang
air kecil (BAK) secara mandiri.

2.3.6 Pohon Masalah

Resiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Mekanisme Koping : Tidak Efektif

( Damaiyanti, 2013)

2.2 Asuhan keperawatan Defisit Perawatan Diri

2.2.1 Pengkajian

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek


dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan
dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008 ).
Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif yaitu data yang
dapat secara nyata melalui observasi atau pemeriksaan langsung
oleh perawat. Sedangkan data subjektif yang disampaikan secara
10

lisan oleh klien dan keluarganya. Data ini didapat melalui


wawancara perawat kepada klien dan keluarganya
(Keliat, 2007 )

Untuk dapat menyaring data yang diperlukan, umumnya yang


dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis
pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Sistematika
pengkajian menurut Keliat (2007) meliputi :
1) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian nomor
rekam medik, diagnosa medis dan identitas penanggung
jawab.

2) Keluhan utama dan alasan masuk, tanyakan pada klien atau


keluarga apa yang menyebabkan klien datang ke rumah sakit
saat ini serta bagaimana hasil dari tindakan orang tersebut.
3) Faktor predisposisi, menanyakan kepada klien
atau

keluarganya

a) Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa atau tidak.

b) Apakah ya, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya.

c) Klien pernah melakukan, mengalami atau menyaksikan


penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d) Apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan

jiwa.

e) Pengalaman klien yang tidak menyenangkan (kegagalan


yang terulang lagi, penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realitas) atau faktor lain, misalnya kurang
mempunyai tanggung jawab personal.

4) Aspek fisik atau biologis, observasi tanda – tanda vital


(tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan klien), ukur tinggi
badan dan berat badan klien.
11

5) Psikososial, membuat genogram minimal tiga generasi yang


dapat menggambarkan hubungan klien dengan keluraga.
Masalah yang terkait dengan komunikasi pengambilan
keputusan dan pola asuh.

6) Status mental meliputi pembicaraan, penampilan, aktivitas


motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, emosi,
tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan
daya tilik diri.

7) Kebutuhan persiapan pulang, kemampuan klien dalam makan,


BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat, tidur, penggunaan
obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah dan di
luar rumah.
8) Mekanisme koping, didapat melalui wawancara pada klien
atau keluarga baik adaptif maupun maladaptif.
9) Masalah psikolosial dan lingkungan, didapat dari klien atau
keluarga bagaimana tentang keadaan lingkungan klien,
masalah pendidikan dan masalah pekerjaan.
10) Pengetahuan, apakah klien mengetahui tentang kesehatan

jiwa.

11) Aspek medis, obat – obatan klien saat ini baik obat fisik,
psikofarmako dan therapy lain.
12) Masalah Keperawatan Perawat dapat menyimpulkan
kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang
dikumpulkan, kemungkinan kesimpulan adalah sebagai
berikut:

a) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan Klien tidak


memerlukan peningkatan kesehatan, klien hanya
memerlukan pemeliharaan kesehatan secara periodik
karena tidak ada masalah.
b) Ada masalah dengan kemungkinan
12

1) Resiko terjadi masalah karena ada faktor yang dapat


menimbulkan masalah.
2) Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung

2.2.2 Diagnosa

1. Defisit perawatan diri

2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

3. Isolasi sosial

2.2.3 Rencana Keperawatan

1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

a. Tujuan: klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria Evaluasi :

1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya.

2) Ekspresi wajah bersahabat.

3) Ada kontak mata.

4) Menunjukkan rasa senang.

5) Mau berjabat tangan.

6) Mau menjawab salam.

7) Klien mau duduk berdampingan.

8) Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensi :

1) Bina hubungan saling percaya.


a) Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun
nonverbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.

c) Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan


13

yang disukai klien.

d) Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati

janji.

e) Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa


adanya.
f) Beri perhatian pada klien.

2) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan

tentang penyakit yang dideritanya.

3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.

4) Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang


berharga dan bertanggung jawab serta mampu
mendorong
dirinya sendiri.

Rasional: hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk


hubungan selanjutnya.
b. Tujuan: klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi: klien mampu mempertahankan aspek yang positif.

Intervensi :

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


klien dan diberi pujian atas kemampuan mengungkapkan
perasaannya.
2) Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif.

3) Utamakan memberi pujian yang realitis.

Rasional:

1) Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,


kontrol diri atau integritas ego sebagai dasar asuhan
keperawatan.
14

2) Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.

3) Pujian yang realistis tidak menyebabkan melakukan kegiatan


hanya karna ingin mendapatkan pujian.
c. Tujuan: klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Kriteria Evaluasi :

1) Kebutuhan klien terpenuhi.

2) Klien dapat melakukan aktivitas terarah.

Intervensi :

1) Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan


selama sakit.
2) Diskusikan juga kemampuan yang dapat
dilanjutkan

penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti.

Rasional:

1) Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki


adalah prasarat untuk berubah.
2) Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri motivasi
untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
d. Tujuan: klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi :

1) klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.

2) klien mengikuti terapi aktivitas kelompok.

Intervensi :

1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap


hari setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan
dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
15

3) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

Rasional:

1) Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya


sendiri.
2) Klien perlu bertindak secara realiatis dalam kehidupannya.

3) Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk


melaksanakan kegiatan.
e. Tujuan: klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
Kriteria Evaluasi: klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.

Intervensi :

1) Beri kesempatan klien untuk mncoba kegiatan yang


direncanakan.
2) Beri pujian atas keberhasilan klien.

3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

Rasional:

1) Memberikan kesempatan klien mandiri dirumah.

2) Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan keluarga serta


dapat meningkatkan harga diri.
3) Memberi kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan.
f. Tujuan: klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Kriteria Evaluasi: klien mampu melakukan apa yang diajarkan.


Intervensi :

1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara


merawat klien harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

3) Bantu keluarga meniapkan lingkungan di rumah.


16

Rasional:

1) Mendorong keluarga untuk mampu untuk merawat klien


dirumah.
2) Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam
mempercepat proses penyembuhan.
3) Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien
dirumah.
2. Isolasi sosial

Tujuan : Klien mampu berinteraksi dengan orang lain secara optimal


Kriteria evaluasi :

1) klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat

2) klien menunjukan rasa senang

3) klien ada kontak mata

4) klien mau berjabat tangan

5) klien mau menyebut nama

6) klien mau manjawab salam

7) klien mau duduk berdampingan dengan perawat

8) klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

intervensi :

1) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip


komunikasi terapeutik
2) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

3) Perkenalkan diri dengan sopan

Rasional:

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran


hubungan interaksi selanjutnya.
3. Defisit perawatan diri
17

Tujuan Umum :Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri

kriteria evaluasi :

1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara


mandiri

2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara


baik

3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik

4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

Intervensi :

1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan

diri

2) Melatih pasien berdandan/berhias

Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Berhias
18

3) Melatih pasien makan secara mandiri

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan

b) Menjelaskan cara makan yang tertib

c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

2.4.4 Implementasi Keperawatan

1) Strategi pelaksaan pada pasien defisit perawatan diri

Strategi pelaksanaan pada pasien dengan defisit


perawatan diri adalah sebagai berikut :

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 1 :

a) Identifikasi masalah perawatan diri, kebersihan


diri, berdandan, makan dan minum, buang air
besar dan buang air kecil.

b) Jelaskan pentingnya kebersihan diri

c) Jelaskan alat dan cara kebersihan diri

d) Latihan cara menjaga kebersihan diri, mandi, ganti


pakaian, sikat gigi, cuci rambut, dan potong kuku

e) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan


mandi, sikat gigi ( 2 kali per hari), cuci rambut ( 2
kali per minggu ), potong kuku ( satu kali per
minggu )
19

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 2 :

a) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, beri pujian

b) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan

c) Latihan cara berdandan setelah kebersihan diri,


sisiran, rias muka untuk perempuan, cukuran
untuk pria

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan


diri dan berdandan

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 3 :

a) Evaluasi kegiatan kebesihan diri berdandan dan


beri pujian

b) Jelaskan cara dan alat untuk makan dan minum

c) Latihan cara makan dan minum yang baik

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan


diri, berdandan makan dan minum

Strategi pelaksanaan pasien pertemuan 4 :

a) Evaluasi kegiatan kebesihan diri, berdandan


makan dan minum dan beri pujian

b) Jelaskan cara dan alat buang air besar dan buang


air kecil yang baik

c) Latihan cara buang air besar dan buang air kecil


yang baik

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan


diri, berdandan, makan dan minum serta buang
air besar dan buang air kecil
20

2) Strategi pelaksanaan pada keluarga pasien defisit perawatan


diri
Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 1 :
a) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
merawat pasien

b) Jelaskan pengertian tanda dan gejala serta proses


terjadinya defisit perawatan diri

c) Jelaskan cara merawat pasien dengan defisit


perawatan diri

d) Latihan cara merawat kebersihan diri

e) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan


memberikan pujian

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 2 :

a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan


melatih pasien kebersihan diri dan beri pujian

b) Bimbing keluarga membantu pasien berdandan

c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan


memberikan pujian

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 3 :

a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan


melatih pasien kebesihan diri berdandan dan beri
pujian

b) Bimbing keluarga untuk membantu makan dan


minum pasien

c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan


memberikan pujian
21

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan


diri, berdandan, makan dan minum

Strategi pelaksanaan keluarga pertemuan 4 :

a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat dan


melatih pasien kebesihan diri berdandan, makan
dan minum dan beri pujian

b) Bimbing keluarga merawat buang air besar dan


buang air kecil pasien

c) Jelaskan follow up Puskesmas, mengenal tanda


kambuh dan rujukan

2.2.5 Evaluasi

a. Klien dapat menyebutkan:

1. Penyebab tidak merawat diri.

2. Manfaat menjaga perawatan diri.

3. Tanda-tanda bersih dan rapi dan Gangguan yang dialami jika


perawatan diri tidak diperhatikan.

b. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri dalam hal:

1. Kebersihan diri

2. Berdandan

3. Makan dan BAB/BAK

c. Keluarga memberi dukungan dalam melakukan perawatan diri:

1. Keluarga menyediakan alat-alat untuk perawatan diri.

2. Keluarga ikut seta mendampingi klien dalam perawatan diri.

3. Kemampuan Dalam Perawatan Diri


22

BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

3.1 STRATEGI PELAKSANAAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) SP1 KEBERSIHAN DIRI

1.        Proses Keperawatan

a. Kondisi pasien

Seorang klien mengalami defisit perawatan diri. Klien terlihat kotor, rambut kotor dan
kusam, gigi kotor, kulit berdaki, bau, kuku panjang dan kotor, BAB/BAK disembarangan tempat.

b. Diagnosa keperawatan

Defisit Perawatan Diri, ketidakmampuan dalam kebersihan diri

c. Tujuan khusus

1)     Membina hubungan saling percaya

2)     Menjelaskan pentingnya kebersihan diri

3)     Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

4)     Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

5)     Menganjurkan pasien Memasukkan kedalam jadwal harian

d.        Tindakan keperawatan

1)     Bina hubungan saling percaya

2)     Jelaskan pentingnya kebersihan diri


23

3)     Jelaskan cara menjaga kebersihan diri

4)     Bantu pasien mempraktekkan cara mejaga kebersihan diri

5)     Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

2.      Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. Orientasi

1)       Salam Terapeutik

Selamat pagi bapak atau ibu, perkenalkan nama saya naina fitri. saya biasanya dipanggil fitri.
Nama bapak atau ibu siapa? Biasanya dipanggil siapa ?  Saya mahasiswa Akes Rustida yang
akan merawat bapak hari ini dari jam 7 sampai jam 2 siang. Dari tadi saya lihat Bapak atau ibu
menggaruk – garuk badannya, apakah gatal ?

2)       Evaluasi

Bagaimana keadaan bapak atau ibu hari ini ? bapak atau ibu apakah sudah mandi ? Sudah
berganti baju ?

3)       Kontrak

Topik   : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang

TentangPentingnya Kebersihan

Waktu : Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ? berapa lama ? bagaimana
jika jam 09.30-

09.45 ?

Tempat : Bapak atau ibu dimana kita akan berbincang – bincang? Bagaimana kalau ditaman ?

b.        Kerja
24

Bapak atau ibu mengapa anda garuk – garuk badan ? Apakah Bapak atau ibu sudah mandi ? Apa
alasan Bapak atau ibu tidak merawat diri ? Kalau kita tidak  teratur menaga kebersihan diri
masalah apa menurut Bapak atau ibu yang bisa muncul ? Ya betul, selain Bau badan , masalah
yang dapat timbul yaitu kudis, panu, kutu , gatal – gatal, dan lain – lain.

Menurut Bapak atau ibu kita mandi harus bagaimana ? sebelum mandi apa yang perlu kita
siapkan ? benar sekali, Bapak atau ibu perlu menyiapkan handuk, sikat gigi dan pasta gigi,
sabun, shampoo, dan sisir. Bagaimana kalau sekarang kita kekamar mandi , saya akan
membimbing Bapak atau ibu melakukannya. Sekarang,buka pakaian dan siram seluruh tubuh
Bapak atau ibu termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokan pada kepala Bapak atau ibu
sampai berbusa, lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali! Selanjutnya ambil sabun, gosokan
diseluruh tubuh secara merata, lalu disiram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai
pasta gigi, giginya disikat mulai dari atas sampai bawah. Gosok seluruh gigi bapak atau ibu
mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur – kumur sampai bersih. Terakhir, siram
lagi seluruh badan Bapak atau ibu sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Bapak atau ibu
bagus sekali melakukannya.

c.         Terminasi

1)       Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaan Bapak atau ibu setelah belajar cara menjaga kebersihan diri (mandi) yang
benar.

2)       Evaluasi Obyektif

Coba Bapak atau ibu sebutkan lagi apa saja cara – cara mandi yang baik yang sudah Bapak atau
ibu lakukan. 3) Kontra

-       Topik

Bagaimana kalau besok kite bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang cara makan
yang baik.
25

-       Tempat

Bapak atau ibu mau berbincang – bincang dimana?

Bagaimana kalau diruang makan ?

-       Waktu

Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali besok jam 08.00 – 08.15 ?, apakah bapak
atau ibu setuju ?

4) Rencana tindak lanjut

Saya harap Bapak atau ibu melakukan cara menjaga kebersihan diri dan jangan lupa
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian (Aprilianti, dkk, 20145-7).

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) SP2 MAKAN

1.        Proses Keperawatan

a.         Kondisi pasien:

Klien mengatakan malas makan sendiri dn tidak mampu untuk makan sendiri. Ketidakmampuan
makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

b.        Diagnosa keperawatan

Defisit perawatan diri makan

c.         Tujuan khusus

1)       Klien dapat membina hubungan saling percaya


26

2)       Klien dapat mengetahui cara dan alat makan yang benar.

3)       Klien dapat melakuakan kegiatan makan

4)       Klien dapat memasukkan kegiatan makan dalam jadwal kegiatan harian.

d.        Tindakan keperawatan

1)       Bina hubungan saling percaya

2)       Jelaskan cara dan alat makan yang benar.

3)       Latih kegiatan makan

4)       Anjurkan pasien memasukkan kegiatan makan dalam jadwal kegiatan harian.

2.        Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a.         Orientasi

1)       Salam Terapeutik

Selamat siang Bapak atau ibu, tampak rapi hari ini. Siang ini kita akan latihan bagaimana cara
makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang makan ya!Mari.....itu sudah datang makanan.

2)       Evaluasi

a)      Bagaiman Bapak atau ibu sudah mandi hari ini ?

b)      Alat apa saja yang dibutuhkan ketika mau mandi ?

3) Kontrak

Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentangcara dan alat makan yang benar.

Waktu : Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa ? Dan berapa lama ?
Bagaimana jika jam 08.00 – 08-15. Tempat :dimana kita berbincang – bincang ? Bagaimana
kalau kita berbincang diruan makan ?
27

b. Kerja

“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana Bapak atau Ibu makan?”

“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktikkan!”

“ Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan
Bapak atau Ibu yang pimpin! Bagus.”

“Mari kita makan! Saat makan kita harus menyuap makanan satu persatu dengan pelan-pelan.
Ya, ayo......sayurnya dimakan ya. Setelah makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya
betul ......dan kita akhiri dengan cuci tangan.”

“Ya bagus ! itu suster sedang membagikan obat, coba Bapak atau

Ibu minta sendiri obatnya.’’

c. Terminasi

1)       Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang – bincang dengan saya dan setelah kita
makan bersama.

2)       Evaluasi Obyektif

Coba bapak atau ibu sebutkan kembali apa saja yang harus kita lakukan pada saat
makan. 3) Kontrak

-       Topik

Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang cara toileting
yang baik.

-       Tempat
28

Besok kita akan berbincang – bincang dimana ? Bagaimana kalau ditaman ?

-       Waktu

Bagaimana kalau kita berbincang – bincang kembali besok jam 08.00 – 08.15 ? Apakah Bapak
atau ibu setuju ?

5) Rencana tindak lanjut

Saya harap Bapak atau ibu melakukan makan secara mandiri dan jangan lupa masukkan dalam
jadwal kegiatan harian

(Kelliat, 2007:173).

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) SP3 TOILETING

1.        Proses Keperawatan

a.         Kondisi pasien

Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK atau BAB.
Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai BAB atau BAK tidak pada tempatnya,
tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.

b.        Diagnosa keperawatan

Defisit Perawatan Diri Toileting

c.         Tujuan khusus

1)       Klien dapat membina hubungan salingan percaya

2)       Klien dapat melakukan BAB dan BAK yang baik

3)       Klien dapat menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai

4)       Klien dapat menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAK dan BAB
29

d.        Tindakan keperawatan

1)       Bina hubungan saling percaya

2)       Latihan cara BAB dan BAK dengan baik

3)       Jelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai

4)       Jelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

2.        Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a.         Orientasi

1)       Salam Terapeutik

Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini ?  baik. Sudah dijalankan jadwal
kegiatannya ?. . kita akan membicarakan tentang cara BAB dan BAK yang baik ya. Kira – kira
30 menit yah .. ? dimana kita duduk ?

2)       Evaluasi

a)      Bagaimana bapak atau ibu makannya sudah habis 1 porsi ?

b)      Bapak atau ibu ketika makan apa saja yang harus dilakukan ?

3) Kontrak

Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang –


bincang  tentangmelakukan BAB dan BAK secar
mandiri
Waktu :Bapak atau ibu kita akan berbincang –
bincang  jam berapa ? Dan berapa ? Dan berapa
lama ?

Bagaiman jika jam 08.00 – 08.00?


Tempat : Dimana kita akan berbincang – bincang ?
bagaimana jika kita berbincang – bincang di taman ?
30

b. Kerja

Untuk pasien laki-laki:

Dimana biasanya bapak buang air besar dan buang air kecil? Benar bapak buang air besar atau
kecilyang bail itu di WC, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran
pembuangan kotoran. Jadi kita tidak boleh buang air besar atau kecil di sembarang tempat.
Sekarang, apakah bapak tau bagaimana cara cebok? Yang perlu diingat saat mencebok adalah
bapak membersihkan bokong atau kemaluan dengan air  yang bersih dan pastikan tidak ada tinja
atau air kencing yang di tubuh bapak. Setelah bapak selesai cebok, jangan lupa tinja atau air
kencing yang ada di WC di bersihkan. Caranya siram tinja atau air kencing yang ada di WC
secukupnya sampai tinja atau air kencing itu tidak tersisa di WC. Setelah itu cuci tangan dengan
menggunakan sabun.

Untuk perempuan:

Cara membilas yang bersih setelah ibu buang air besar yaitu dengan menyiram air kea rah depan
ke belakang. Jangan terbalik yah.. cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya
kotoran/tinja yang ada di bokong ke bagian kemaluan kita. Setelah ibu selesai cebok, jangan lupa
tinja atau air kecingyang ada di WC di bersihkan. Caranya siram tinja atau air kencing tersebut
dengan air secukupnya sampai air kencing atau tinja tidak tersisa di WC. Lalu cuci dengan
menggunakan sabun.

c. Terminasi

1)       Evaluasi Subyektif

Bagaiman perasaan Bapak atau ibu setelah berbincang – bincang lagi tentang Buang air besar
atau kecil yang baik.

2)       Evaluasi Obyektif

Coba bapak atau ibu jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang baik. 3) Kontrak

-       Topik
31

Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang cra
berhias/berdandan.

-       Tempat

Besok kita akan berbincang – bincang dimana ? Bagaimana kalau di ruangan ?

-       Waktu

Besok jam berapa Bapak atau ibu ? Berapa lama ?

Bagaimana kalau jam 08.00 – 08.15 seperti biasa.

6) Rencana tindak lanjut

Saya harap Bapak atau ibu melakukan toileting yang baik dan jangan lupa masukkan dalam
jadwal kegiatan harian(Aprilianti, dkk, 20145-7).

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) SP4


BERDANDAN/BERHIAS

1.        Proses Keperawatan

a.         Kondisi pasien

Klien mengatakan dirinya malas berdandan. Ketidakmampuan berpakaian atau berhias ditandai
dengan rambut acak – acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur
(laki – laki) atau tidak berdandan (wanita).

b.        Diagnosa keperawatan

Defisit perawatan diri Berhias/berdandan

c.         Tujuan khusus

1)       Klien dapat membina hubungan saling percaya

2)       Klien dapat menjelaskan pentingnya berhias/berdandan


32

3)       Latihan cara berhias/ berdandan

4)       Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

d.        Tindakan keperawatan

1)       Bina hubungan saling percaya

2)       Jelaskan pentingnya berhias/berdandan

3)       Latihan cara berhias/ berdandan

4)       Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

2.        Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a.         Orientasi

1)       Salam Terapeutik

Selamat pagi Bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini ? Baik. Sudah dijalankan jadwal
kegiatannya ?., Hari ini kita akan latihan berhias/berdandan, mau dimana latihannya? Bagaimana
kalau diruang tamu ? bagaimana kalau kita melakukannya selama 30 menit?

2)       Evaluasi

a)      Bagaimana Bapak atau ibu hari ini sudah BAB/BAK ?

b)      Bapak atau ibu ketika BAB/BAK apa saja yang harus dilakukan.?

3) Kontrak

Topik : Bapak atau ibu saya ingin berbincang – bincang tentang  melakukan berhias/berdandan.

Waktu : Bapak atau ibu kita akan berbincang – bincang jam  berapa ? Dan berapa lama ?
Bagaimana jika jam 08.00 – 08.15 ?

Tempat      : Dimana kita akan berbincang – bincang ?

Bagaimana  kalau kita berbincang – bincang di ruangan?


33

b. Kerja

“apa yang bapak lakukan setelah selesai mandi? Apa Bapak sudah ganti baju?”

“untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2 kali
sehari. Sekarang coba bapak ganti baju. Ya, bagus seperti itu.”

“apakah bapak menyisir rambut? Bagaimana cara bersisir? Coba kita praktikkan, lihat ke cermin,
bagus sekali

“apakah bapak suka bercukur? Berapa hari sekali bercukur? Betul 2 kali seminggu

“tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak dirapikan!ya, bagus!” (catatan :
janggut dirapikan jika pasien tidak memelihara janggut).

c. Terminasi

1)       Evaluasi Subyektif

Bagaimana perasaan bapak setelah berhias/berdandan?

2)       Evaluasi Obyektif

Coba Bapak, sebutkan cara berhias diri yang baik sekali lagi 3) Kontrak

-       Topik

Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang – bincang lagi tentang kondisi
bapak/ibu yang lain.

-       Tempat

Besok kita akan berbincang – bincang dimana ? bagaimana kalau di taman ?

-       Waktu

Bagaimana kalau kita berbincang – bincang  kembali hari ini jam 08.00 selama 30 , apakah
bapak atau ibu setuju ?
34

4) Rencana tindak lanjut

Saya harap Bapak atau ibu melakukan berhias atau berdandan yang baik dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian. (Kelliat, 2007:171).

Batasan istilah pada asuhan keperawatan pada Sdr.R dan Sdr.F yang mengalami
gangguan defisit perawatan diri dengan pemberian strategi pelaksanaan 1 dan 2 di ruang
gatotkaca di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta , maka penulis hanya menjabarkan konsep
defisit perawatan diri beserta asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi
yang disusun secara naratif.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) SP4


BERDANDAN/BERHIAS

 Klien : Percakapan saat melatih laki-laki berdandan.

ORIENTASI “Selamat pagi, ……?


Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana mandinya?” Sudah dilakukan sudah ditandi di
jadual hariannya”
“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu?
Lebih kurang setengah jam?

KERJA
“Apa yang … lakukan setelah selesai mandi?” Apa … sudah ganti baju?
“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih
2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju. Ya, bagus seperti itu”
“Apakah … menyisir rambut? Bagaimana cara bersisir? “Coba kita praktekkan, lihat ke cermin,
bagus … sekali!
“Apakah … suka bercukur? Berapa hari sekali bercukur? “betul 2 kali seminggu
35

“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapihkan! Ya, bagus”
(Catatan : Janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan … setelah berdandan”
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”
“Selanjutnya bapak setiaphari setelah mandi berdandan dan pakai baju yang seperti tadi! Mari
kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berapa?
“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien yang lain”

 Klien : Percakapan melatih berdandan pasien wanita

ORIENTASI “Selamat pagi, ……? Bagaimana perasaan …… hari


ini?
Bagaimana mandinya?” Sudah dilakukan sudah ditandai di jadual hariannya” “Hari ini kita akan
latihan berdandan supaya … tampak rapi dan cantik. Mari … kita dekat cermin dan bawa alat-
alatnya (sisir, bedak, lispstik)

KERJA
“Sudah diganti tadi pakaiannya sehabis mandi? Bagus …! Nach … sekarang disisir rambutnya
yang rapi, bagus … ! apakah … biasa pakai bedak?” coba dibedakin mukanya … yang rapi dan
tipis. Bagus sekali.” “…, punya lipstik mari dioles tipis, nach …… coba lihat di kaca!

TERMINASI
“Bagaimana perasaan … setelah berdandan”
“… jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadwal kegiatan harian, sama jamnya
dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama pasien yang
lain.”
SP 1 Keluarga : memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah perawatan
diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri.

ORIENTASI
36

“Selamat pagi Pak/Bu, saya … perawat yang merawat …”


“Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak, … “
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami … dan bantuan apa yang
diberikan”
“Berapa lama waktu Bapak/Ibu yang tersedia? Bagaimana kalau 20 menit?, mari kita duduk di
kantor perawat?”

KERJA

“Apa saja masalah yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat …?” Perawatan diri yang utama
adalah kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB/BAK.

“Perilaku yang ditunjukkan oleh … itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat pasien
tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri. Baik … akan saya jelaskan: untuk
kebersihan diri, kami telah melatih … untuk mandi, keramas, gosok gigi, cukuran, ganti baju,
dan potong kuku. Kami harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan alat-alatnya … juga telah punya
jadwal pelaksanaannya untuk berdandan. Karena anak Bapak/Ibu perempuan, kami harapkan
dimotivasi sehabis mandi untuk sisiran yang rapi, pakai bedak dan lipstik. Untuk makan,
sebaiknya makan bersama keluarga dirumah, … telah mengetahui langkah-langkahnya : cuci
tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang rapih, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangannya.
Sebaiknya makan pas jam makan obat, agar sehabis makan langsung makan obat. Dan untuk
BAB/BAK, di rumah ada WC Bapak/Ibu? Iya … juga sudah belajar BAB/BAK yang bersih.
Kalau … kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak lakukan?

“Bapak juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah …
sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya”

“Ada yang Bapak./ibu tanyakan?”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan Pak … setelah kita bercakap-cakap?”


37

“Coba Pak … sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu anak bapak…
dalam merawat diri”

“Baik nanti kalau Bapak/Ibu besuk bisa ditanyakan pada …”

“Dan di rumah nanti, cobalah Bapak/Ibu mendampingi dan membantu …

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien

ORIENTASI

“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”

“Bagaimana Bapak/Ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang
lalu?”

“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya Pak?”

“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke … ya?”

“Berapa lama ada waktu Bapak/Ibu”

KERJA

“Sekarang anggap saya adalah …. Coba bapak praktikkan, cara memotivasi … untuk mandi,
berdandan, buang air dan makan”

“Bagus, betul begitu caranya”

“Sekarang, coba praktikkan cara memberikan pujian kepada …”


38

“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi… minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual?”

“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat …“

“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada …..”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat …”

“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
membesuk…”

“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat … sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”

“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?“

“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

ORIENTASI

“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu hari ini … sudah boleh pulang, untuk itu perlu dibicarakan jadual
…selama di rumah”

“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat
…?”

“Nah sekarang mari kitak bicarakan jadual di rumah tersebut disini saja?” “Berapa lama bapak
dan ibu punya waktu KERJA
39

“Pak, Bu … ini jadual kegiatan … dirumah sakit, coba perhatikan apakah dapat dilaksanakan di
rumah”

“Pak/Bu jadual yang telah dibuat selama … di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadual aktivitas maupun jadwal minum obatnya”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh

anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya … menolak terus menerus untuk makan,
minum dan mandi serta menolak makan minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain, maka segera hubungi suster … di Puskesmas …, Puskesmas terdekat
di rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya (0651) xxxxxx” selanjutnya suster …
yang akan membantu memantau perkembangan … selama di rumah”

TERMINASI

“Bagaimana Pak, Bu ada yang belum jelas? Ini jadwal harian … untuk dibawa pulang” “Jangan
lupa kontrol ke Puskesmas untuk perawatan …di Puskesmas … “ “Jangan lupa kontrol ke
Puskesmas sebelum obat habis, atau ada gejala-gejala yang tampak” “Silahkan selesaikan
administrasinya”
40

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian bab maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien yang dapat menatik Diagnosa Keperawatan
dimana Diagnosa utama dapat muncul saat dilakukan pengkajianSetelahnya ditentukan Rencana
keperawatan yang dapat dilakukan yang merupakan terapan atau akan dilakukan pada tahap
Implementasi Keperawatan dan terakhir Evaluasi yang penulis dapatkan pada tercapainya tujuan
seperti membina hubungan saling percaya dengan perawat, hasil evaluasi yang penulis dapatkan
dalam tujuan yang kedua sesuai dengan kriteria evaluasi pada perencanaan yaitu klien mampu
mengetahui cara menjaga kebersihan diri, evaluasi yang penulis dapatkan dalam tujuan yang
ketiga yaitu mampu mempraktekkan cara berhias/ berdandan serta menganjurkan untuk
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

4.2 Saran

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

Bagi Perawat ; Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan komunikasi


terapeutik kepada pasien, sehingga dapat mempercepat penyembuhan pasien.

Bagi Institusi Pendidikan ; Diharapkan dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa
secara maksimal, sehingga mahasiswa mendapatkan gambaran dalam memberikan asuhan
keperawatan yang benar.
41

Bagi Penulis ; Penulis dapat meningkatkan pengkajian dengan baik melalui penyusunan rencana
kerja dengan baik dalam mendapatkan data yang lebih akurat.

Bagi Rumah Sakit ; Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan
keperawatan khususnya bagi pasien yang mengalami gangguan defisit perawatan diri gangguan
merawat kebersihan diri dan kurang mampu untuk berhias/berdandan.
42

\DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :


Gosyen Publishing.

Fauziah & Latipun. 2016. „Hubungan Dukungan Keluarga Dan Keberfungsian Sosial Pada
Pasien Skizofrenia Rawat Jalan’. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 04, No.02,
Agustus 2016, ISSN: 2301-8267.

Jalil. A. 2015. „Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Kemampuan Pasien Skizofrenia Dalam
Melakukan Perawatan Di Rumah Sakit’. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 3, No. 2,
November 2015; 154-161.

Keliat, Heri & Wardani. 2015. Tanda Gejala Dan Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan
Dengan Terapi Musik Dan Rational Emotive Cognitif Behavior Therapy. Jurnal
NersVol. 10 2 Oktober 2015 :233-241.

Muhith Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi Asuhan Keperawatan
Jiwa Perilaku Kekerasan. Yogyakarta: Andi.

Prihantini. 2015. „Pengaruh Terapi Psikoloreligi Terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan


Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta’. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 72–77.

Saputri Indah, 2016’Analisis Faktor Predisposisi Dan Presipitasi Gangguan Jiwa Di Ruang
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta’, skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
43

Yusuf, Rizky dan Hanik. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Di akses tanggal 9 April 2017.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PRO
VINSI_2015/13_JATENG_2015.pdf.

Kemenkes RI. 2016. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat. Dipublikasikan
tanggal 6 Oktober 2016, diakses tanggal 9 April 2017.
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluargadukungan-kesehatan-
jiwa-masyarakat.html.

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. J

Anda mungkin juga menyukai