Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TUGAS PPMB FKEP 2023

Oleh

Khusnun Nazwa Arifin

NIM. 232303102060

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

KAMPUS KOTA PASURUAN

2023
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan maksimal.

Laporan pendahuluan ini telah saya susun dengan sebaik mungkin dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan pendahuluan ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada pembaca laporan pendahuluan ini Terlepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki laporan pendahuluan ini. Akhir
kata kami berharap semoga laporan pendahuluan ini bisa berguna dan bisa di ambil
manfaatnya untuk masyarakat serta dapat memberikan informasi maupun
kesadaran terhadap pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pasuruan,02 Oktober 2023

Penulis
A. Konsep Defisit Perawatan Diri

1. Definisi

Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak


mampu melakukan ataupun menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, BAB/BAK (toileting).
Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan steressor yang cukup berat,
sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri,baik dalam hal
mandi, berpakaian dan berhias.

Defisit perawatan diri dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk


kondisi medis seperti gangguan kognitif, gangguan neuromuskular, gangguan
psikiatrik, penyakit kronis, cedera fisik, atau faktor lain yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas ini dengan mandiri.
Defisit perawatan diri dapat memiliki dampak negatif pada kualitas hidup seseorang
dan memerlukan perencanaan perawatan kesehatan yang tepat untuk membantu
pasien mengatasi hambatan tersebut.

Diperkirakan penduduk indonesia yang menderita defisit perawatan diri


4,06%, Dalam upaya penanganan dapat dilakukan strategi pelaksanaan dalam
mengontrol defisit perawat diri ada empat yaitu strategi pelaksanaan satu membantu
pasien mengenali defisit perawatan diri yang dialami, menjelaskan cara mengontrol
defisit perawatan diri dan mengajarkan pasien cara merawat dirinya secara mandiri
serta membina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien, strategi
pelaksanaan kedua yaitu kebersihan diri pasien, strategi pelaksanaan ketiga yaitu
mengajarkan makan dengan baik, dan strategi pelaksanaan keempat mengajarkan
eliminasi dengan baik, mengajarkan cara berdandan yang baik dan rapi.

2. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan individu mengalami defisit


perawatan diri adalah :

a. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya


penurunan motivasi ,kerusakan kognitif atau persepsi,cemas,lelah,dan lemah yang
dialami individu sehingga dapat menyebabkan individu tersebut kurang mampu
melakukan perawatan diri.Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene,yaitu:

- Citra tubuh

Gambaran individu teradap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan


diri.Perubahan fisik akibat operasi bedah ,misalnya,dapat memicu individu untuk
tidak peduli terhadap kebersihannya.

- Status sosial ekonomi

Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat


praktik keperawatan diri yang dilakukan.

-Variable kebudayaan

Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi perawatan


diri.Orang dari latar kebudayaan yang berbeda akan mengikuti praktik kesehatan
yang berbeda pula.

- Pengetahuan

Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan


yang baik dapat meningkatkan kesehatan.Kurangnya pengetahuan tentang
perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik
keperawatan diri.

- Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.Biasanya jika tidak mampu,klien dengan
kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.

b. Faktor Predisposisi

- Sosial

Kurangnya dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri di


lingkungan.Situasi lingkungan mempengaruhi Latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
- Psikologis

Pada faktor ini ,keluarga yang terlalu melindungi dan memanjakan


klien,akan menyebabkan klien menjadi bergantung dan perkembangan inisiatifnya
terganggu.Pasien gangguan jiwa misalnya,mengalami defisit perawatan diri
dikarenakan kemampuan realitas yang kurang.Hal ini menyebabkan klien tidak
peduli terhadap diri dan lingkungannya ,termasuk perawatan diri.

- Biologis

Pada faktor ini penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak
mampu melakukan perawatan diri .Defisit perawatan diri disebabkan oleh adanya
penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri.

3. Tanda dan Gejala

a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan


badan,memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau aliran
airmandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/ berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan


pakaian. menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien
juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, maggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik. melepaskan
pakaian,menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan.


mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan.
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna
cukup makanan dengan aman.

d. BAB/BAK

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan


jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban memanipulasi pakaian
untuk toileting, memebersihkan diri setelah BAB BAKdengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya
diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien
bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau
merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan,
maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka
kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial

4. Pathway
5. Patofisiologi

Masalah yang ditemukan adalah: Defisit Perawatan Diri (SP 1 Kebersihan


Diri, SP 1 Makan, SP 1 Toileting (BAB / BAK), SP 1 Berhias).Contoh data yang
biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri: Kebersihan Diri adalah:

a) Data Subjektif

Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya

b) Data Objektif

Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan
gigi bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.

c) Mekanisme Koping

Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri, intelektualisasi.

Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah
(causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.

a) Effect

b) Core Problem

c) Causa

d) Defisit Perawatan Diri.

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klien dengan gangguan perawatan diri adalah:

1. Fisik

a. Kulit kepala kotor dan rambut kusam,acak-acakan.

b. Hidung kotor dan telinga juga kotor.

c. Gigi kotor disertai mulut bau.

d. Kulit kusam dan tidak terawatt.


e. Kuku panjang dan tidak terawatt.

f. Badan kotor,bau dan pakaian kotor.

g. Penampilan tidak rapi.

2. Psikologi

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang.

c. Tidak mampu berprilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur.

e. BAB/BAK disembarangan tempat.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dalam konteks defisit perawatan diri dapat


membantu perawat atau tim perawatan untuk memahami lebih baik kondisi
pasien, tingkat defisit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
perawatan diri. Berikut adalah beberapa jenis pemeriksaan pemeriksaan yang
mungkin diperlukan:

1. Pemeriksaan Fisik: Ini termasuk pemeriksaan fisik umum untuk


mendinginkan kondisi fisik pasien, seperti mobilitas, kekuatan otot, dan kondisi
kulit.

2. Tes Laboratorium: Tes darah atau urin dapat digunakan untuk menilai kondisi
medis yang mungkin mempengaruhi kemampuan perawatan diri, seperti
gangguan metabolisme atau kekurangan nutrisi.
3. Pemeriksaan Radiologi: X-ray, CT scan, atau MRI dapat diperlukan untuk
menilai kondisi fisik, seperti cedera tulang atau masalah sendi yang
mempengaruhi mobilitas.

4. Evaluasi Kognitif: Tes kognitif seperti Mini-Mental State Examination


(MMSE) dapat digunakan untuk menilai kemampuan kognitif pasien, yang dapat
mempengaruhi kemampuan merawat diri sendiri.

5. Pemeriksaan Psikososial: Konsultasi dengan ahli psikologi atau pekerja sosial


dapat membantu menilai masalah psikososial yang mempengaruhi perawatan diri,
seperti depresi, kecemasan, atau masalah dukungan sosial.

6. Evaluasi Kebersihan Lingkungan: Pemeriksaan langsung dari


lingkungantempat tinggal pasien untuk menilai faktor-faktor seperti kebersihan,
aksesibilitas, dan keamanan.

7. Evaluasi Nutrisi: Penilaian nutrisi oleh seorang ahli gizi dapat membantu
menilai asupan makanan pasien dan mengidentifikasi masalah nutrisi yang
mungkin mempengaruhi perawatan diri.

8. Penilaian Fungsional: Penilaian fungsi harian seperti Barthel Index atau Katz
Index dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, atau makan.

9. Pemeriksaan Kesehatan Mental: Penilaian oleh seorang psikiater atau klinisi


mental dapat digunakan untuk menilai kesehatan mental pasien dan
mengidentifikasi gangguan yang mempengaruhi perawatan diri.

Pemeriksaan penunjang ini akan membantu perawat dan tim perawatan


untuk membuat rencana perawatan yang lebih tepat dan terarah sesuai dengan
kebutuhan pasien. Data dari pemeriksaan ini akan digunakan sebagai dasar untuk
merancang intervensi perawatan yang sesuai

8. Komplikasi

Defisit perawatan diri yang tidak ditangani dengan baik dapat


mengakibatkan sejumlah komplikasi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan
fisik, mental, dan sosial seseorang. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi
akibat defisit perawatan diri antara lain:
1. Masalah Kesehatan Fisik

Ketidakmampuan untuk menjaga kebersihan pribadi, merawat luka, atau


memenuhi kebutuhan nutrisi dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik,
termasuk infeksi kulit, luka yang memburuk, penurunan berat badan yang
signifikan, dan risiko cedera akibat jatuh atau kekurangan nutrisi.

2. Penurunan Kualitas Hidup

Defisit perawatan diri dapat mengurangi kualitas hidup seseorang karena


mereka mungkin merasa tidak nyaman atau tidak percaya diri dalam menjalani
aktivitas sehari-hari.

3. Isolasi Sosial

Pasien yang mengalami defisit perawatan diri yang signifikan mungkin


mengalami isolasi sosial karena mereka mungkin merasa malu atau tidak nyaman
ketika berinteraksi dengan orang lain.

4. Depresi dan Kecemasan

Perasaan tidak mampu merawat diri sendiri dan bergantung pada orang
lain dapat menyebabkan depresi dan kecemasan. Hal ini dapat mengurangi
kondisi perawatan diri.

5. Ketergantungan yang Tidak Sehat

Jika pasien terlalu bergantung pada perawat atau anggota keluarga untuk
merawat mereka, ini dapat mengganggu hubungan dan menyebabkan
ketergantungan yang tidak sehat.

6. Penurunan Fungsi Fisik dan Mobilitas

Pasien dengan defisit perawatan diri yang tidak teratasi dapat mengalami
penurunan fungsi fisik dan mobilitas, yang dapat membuat mereka semakin
terbatas dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

7. Infeksi dan Komplikasi Medis Lainnya

Luka yang tidak dirawat dengan baik dapat menjadi tempat masuk bagi
infeksi. Ini dapat berkembang menjadi komplikasi medis yang serius jika tidak
diobati.
8. Risiko Perawatan Institusional

Dalam beberapa kasus, defisit perawatan diri yang parah dapat


mengakibatkan pasien perlu dirawat di fasilitas perawatan jangka panjang seperti
panti jompo atau rumah sakit rehabilitasi.

Penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi defisit perawatan diri


sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi ini. Tim perawatan yang terdiri
dari perawat, dokter, ahli terapis, pekerja sosial, dan anggota keluarga dapat
berperan dalam membantu pasien mengatasi defisit perawatan diri dan
menghindari komplikasi yang mungkin terjadi.

9. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

1) Obat anti psikosis : Penotizin.

2) Obat anti depresi : Amitripilin.

3) Obat anti ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.

4) Obat anti insomnia : phnebarbital.

b. Terapi

1) Terapi Keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah


klien dengan memberikan perhatian :

(a) Jangan memancing emosi klien.

(b) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.

(c) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.

(d) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya.

2) Terapi Aktivitas Kelompok


Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan keadaan
klien karena maslah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada
orang lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan:

(a) Manfaat perawatan diri.

(b) Menjaga kebersihan diri..

(c) Tata cara makan dan minum.

(d) Tata cara eliminasi.

(e) Tata cara berhias.

3) Terapi Musik

Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk


mengembalikan kesadaran pasien.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Adapun yang harus dikaji dalam asuhan keperawatan defisit perawatan


diri yaitu:

a. Identitas

yang meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan,


alamat, telephone, alamat.

b. Alasan masuk

Tanyakan kepada klien dan keluarga :

- Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini?

- Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah?

- Bagaimana hasilnya?

c. Faktor Penyebab
Faktor Penyebab Bagian-bagian Contoh

Faktor Predisposisi Perkembangan Keluarga terlalu melindungi


dan memanjakan klien
sehingga perkembangan
inisiatifnya terganggu.

Biologis Penyakit kronis yang


menyebabkan klien tidak
mampu melakukan
perawatan.

Kemampuan realitas Klien dengan gangguan jiwa


turun dan dengan kemampuan
realitas yang kurang
menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk
perawatan diri.

Sosial Kurang dukungan dan


Latihan kemampuan
perawatan diri.

Faktor Presipitasi Body Image Gambaran individu terhadap


dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri,misalnya :
dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan
dirinya.

Praktik Sosial Pada anak-anak selalu


dimanja dalam kebersihan
diri,maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola
personal hygiene.

Status Sosial Ekonomi Personal hygiene


memerlukan alat dan bahan
seperti sabun,pasta gigi,sikat
gigi,shampoo,alat mandi yang
semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.

Pengetahuan Pengetahuan personal


hygiene sangat penting
karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan
kesehatan.

Budaya Disebagian Masyarakat jika


individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.

Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang


menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti
penggunaan
sabun,shampoo,pasta gigi.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap suatu masalah Kesehatan yang berlangsung secara actual maupun
potensial Diagnosa keperawatan juga mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi
respon pasien secara individu maupun keluarga terhadap situasi lingkungan yang
terkait.
Dari hasil pengkajian yang di lakukan oleh Tn. S dengan diagnosa defisit
Perawatan Diri, klien dengan defisit perawatan diri bisa di sebabkan oleh
beberapa faktor, dikarenakan klien jarang mandi, mengganti pakaian kramas dan
potong kuku. Adanya tahap edukasi tentang kebersihan diri dan permasalahan
masalah sosial (menarik diri). Ada faktor yang menyebabkan terjadi nya isolasi
sosial (menarik diri) antara lain: faktor presipitasi serta faktor predisposisi, faktor
predisposisi bisa menjadikan seorang menjadi atau mengaalami isolasi sosial
terdapatnya tahap pertumbuhan serta perkembangan yang belum dilalui secara
baik, dan ada juga faktor prespitasi yang menjadi penyebab adalah adanya stersor
psikologis yang bisa menyebabkan klien mengalami kecemasan dan di tandai
dengan adanya rasa malu akan dirinya sendiri.gangguan hubungan sosial dan
kurangnya percaya diri. Depkes (2000) memaparkan beberapa faktor yang
memengaruhi personal hygiene yakni:
a. Kebiasaan individu,adanya kebiasaan seseorang yang memakai suatu produk
dalam perawatan diri semacam pemakaian sampo, sabun, serta lainnya.
b. Budaya,beberapa masyarakat apabilaada individu yang mengalami sakit
tertentu dilarang untuk dimandikan.
c. Pengetahuan, wawasanpersonal hygienebegitu penting sebabwawasan yang
baik bisa meningkatkan kesehatan. Contohnya pada pasien diabetes mellitus,
dirinya diharuskan menjaga kebersihan kaki.
d. Status Sosial Ekonomi, Personal hygienemembutuhkan bahan serta sarana
misalnya shampoo, sikat gigi, pasta gigi, hingga sabun, dimana dalam
menyediakan seluruh peralatan tersebut membutuhkan.
e. Praktik Sosial.umumnya anak-anak kerap dimanja dalam kebersihan dirinya,
oleh karenanya berkemungkinan munculnya pola personal hygiene yang berubah.
f. Body Image,gambaran seseorang akan dirinya begitu memengaruhi kebersihan
diri contohnya dengan munculnya perubahan fisik yang bisa menjadikan
seseorang tidak mempedulikan kebersihan dirinya.
Diagnosa keperawatan defisit perawatan diri dapat ditegakan penulis
karena ditemukan data klien yang mengatakan jika klien mengatakan menolak
melakukan perawatan diri, klien tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri, klien kurang berminat melakukan
perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan untuk diagnosa "Defisit Perawatan Diri" akan
disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kondisi klinisnya. Berikut adalah
beberapa contoh intervensi yang mungkin digunakan:
1. Edukasi dan Pendidikan: Memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya tentang pentingnya perawatan diri, teknik yang benar, dan tanda-
tanda perubahan yang perlu diperhatikan.
2. Bantu dalam Aktivitas Harian: Memberikan bantuan langsung kepada pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, makan, dan
bergerak.
3. Terapi Fisik atau Okupasi: Merujuk pasien ke terapis fisik atau okupasi untuk
membantu memulihkan atau meningkatkan kemampuan fisiknya.
4. Evaluasi Psikososial: Menilai dampak psikologis dari defisit perawatan diri dan
memberikan dukungan konseling atau psikoterapi jika diperlukan.
5. Perencanaan Nutrisi: Menyusun rencana nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
pasien,termasuk diet khusus jika diperlukan.
6. Perawatan Luka: Jika ada luka atau masalah kulit, merawat dan memantau
perkembangannya untuk mencegah infeksi.
7. Pengelolaan Obat: Mengelola obat-obatan sesuai dengan resep dokter dan
memberikan edukasi kepada pasien tentang penggunaan yang benar.
8. Perubahan Lingkungan: Modifikasi lingkungan rumah agar sesuai dengan
kebutuhan pasien, seperti memasang pegangan tangan atau alat bantu lainnya.
9. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional dan motivasi kepada
pasien untuk meningkatkan motivasi mereka dalam melakukan perawatan diri.
Intervensi ini akan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individu
yang mengalami defisit perawatan diri. Perawat atau profesional kesehatan yang
merawat akan merancang rencana perawatan yang paling sesuai untuk membantu
pasien memulihkan atau menjaga kesehatan mereka.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan untuk pasien dengan diagnosa "Defisit
Perawatan Diri" melibatkan tindakan konkret yang diambil oleh perawat atau
profesional kesehatan untuk menjalankan rencana perawatan yang telah
dirancang. Berikut adalah langkah-langkah implementasi yang mungkin
diterapkan:
1. Bantu Pasien dalam Aktivitas Sehari-hari: Berikan bantuan langsung kepada
pasien dalam melakukan aktivitas seperti mandi, berpakaian, makan, minum, dan
bergerak. Pastikan pasien merasa nyaman dan aman.
2. Monitor Kesehatan: Lakukan pemantauan kesehatan yang diperlukan, seperti
pengukuran tekanan darah, suhu, atau kadar glukosa darah, sesuai dengan
kebutuhan pasien.
3. Berikan Edukasi: Terus memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya
tentang perawatan diri yang tepat, termasuk pentingnya mengikuti rencana
perawatan yang telah ditetapkan.
4. Berikan Dukungan Emosional: Berikan dukungan psikososial kepada pasien,
dengarkan kekhawatiran mereka, dan bantu mereka mengatasi stres atau
kecemasan yang mungkin muncul.
5. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lainnya: Bekerja sama dengan tim
kesehatan lainnya,seperti dokter, terapis, dan ahli gizi, untuk memastikan pasien
mendapatkan perawatan yang holistik.
6. Monitor Perkembangan: Pantau perkembangan pasien secara teratur, dan catat
perubahan atau komplikasi yang mungkin timbul. Sesuaikan rencana perawatan
jika diperlukan.
7. Ajarkan Keterampilan Perawatan Diri: Jika mungkin, ajarkan pasien
keterampilan perawatan diri yang diperlukan untuk meningkatkan independensi
mereka.
8. Pantau Lingkungan Pasien: Pastikan lingkungan di sekitar pasien aman dan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Lakukan modifikasi lingkungan jika diperlukan.
9. Evaluasi Kepatuhan: Pastikan bahwa pasien mematuhi rencana perawatan dan
obat- obatan yang telah diresepkan. Berikan dorongan dan edukasi tambahan jika
diperlukan.
10. Kolaborasi dengan Keluarga: Melibatkan keluarga pasien dalam perawatan
dan edukasi, dan berikan dukungan kepada mereka dalam mendukung perawatan
pasien di rumah.
Implementasi ini harus dilakukan dengan perhatian dan sensitivitas
terhadap kebutuhan individu pasien. Selain itu, perawat harus terus memantau dan
mengevaluasi efektivitas rencana perawatan untuk memastikan perbaikan atau
pemeliharaan perawatan diri yang optimal.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan defisit perawatan diri adalah tahap penting dalam
proses perawatan. Hal ini dilakukan untuk menilai sejauh mana rencana perawatan
yang telah diimplementasikan berhasil mencapai tujuan perawatan yang telah
ditetapkan. Berikut adalah langkah-langkah dalam evaluasi keperawatan defisit
perawatan diri:
1.Tinjau Tujuan Perawatan: Pertama, perawat harus memeriksa kembali tujuan
perawatan yang telah ditetapkan bersama pasien. Tujuan ini harus dapat diukur
dan spesifik, sehingga dapat dinilai dengan jelas.
2. Kumpulkan Data: Kumpulkan data terkini tentang kondisi dan kemampuan
pasien. Ini dapat mencakup pengukuran fisik, pengamatan, wawancara, atau data
lain yang relevan.
3. Bandingkan dengan Tujuan: Bandingkan data yang diperoleh dengan tujuan
perawatan yang telah ditetapkan. Evaluasi apakah pasien telah mencapai tujuan
tersebut, sebagian mencapai, atau belum sama sekali.
4. Identifikasi Perubahan atau Komplikasi: Jika ada perubahan dalam kondisi
pasien atau komplikasi yang muncul, identifikasi faktor- faktor yang mungkin
mempengaruhinya. Ini bisa mencakup perubahan dalam diagnosis atau respons
pasien terhadap perawatan.
5. Diskusikan dengan Pasien: Diskusikan hasil evaluasi dengan pasien dan
keluarganya. Terlibat dalam percakapan terbuka tentang kemajuan dan kendala
yang mungkin dihadapi pasien.
6. Revisi Rencana Perawatan: Jika diperlukan, revisi rencana perawatan
berdasarkan hasil evaluasi. Tujuan perawatan yang tidak tercapai mungkin perlu
disesuaikan atau strategi perawatan yang berbeda mungkin diperlukan.
7. Lanjutkan Monitoring: Setelah revisi rencana perawatan, terus pantau
perkembangan pasien. Evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan bahwa
pasien terus memenuhi kebutuhan perawatan diri mereka.
8. Dokumentasikan Hasil Evaluasi: Catat hasil evaluasi perawatan dalam catatan
medis pasien secara rinci. Ini penting untuk dokumentasi dan komunikasi dengan
tim kesehatan lainnya.
Evaluasi perawatan defisit perawatan diri adalah proses berkelanjutan
yang membantu memastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan yang
efektif dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Jika ada masalah atau kendala
yang muncul selama evaluasi, perawat harus bekerja sama dengan pasien dan
tim kesehatan lainnya untuk menemukan solusi yang paling sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Dermawan. Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Kperawatan Jiwa. Yogyakarta, Gosyan Publishing.
Tarwoto & Wartonah. (2010), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Mukhripah & Iskandar, (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Kperawatan Jiwa.
Yogyakarta, Gosyan Publishing..

Anda mungkin juga menyukai