Oleh
NIM. 232303102060
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan maksimal.
Laporan pendahuluan ini telah saya susun dengan sebaik mungkin dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan pendahuluan ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada pembaca laporan pendahuluan ini Terlepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki laporan pendahuluan ini. Akhir
kata kami berharap semoga laporan pendahuluan ini bisa berguna dan bisa di ambil
manfaatnya untuk masyarakat serta dapat memberikan informasi maupun
kesadaran terhadap pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
A. Konsep Defisit Perawatan Diri
1. Definisi
2. Etiologi
a. Faktor Presipitasi
- Citra tubuh
-Variable kebudayaan
- Pengetahuan
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.Biasanya jika tidak mampu,klien dengan
kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.
b. Faktor Predisposisi
- Sosial
- Biologis
Pada faktor ini penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak
mampu melakukan perawatan diri .Defisit perawatan diri disebabkan oleh adanya
penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
a. Mandi/hygiene
b. Berpakaian/ berhias
c. Makan
d. BAB/BAK
4. Pathway
5. Patofisiologi
a) Data Subjektif
b) Data Objektif
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan
gigi bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.
c) Mekanisme Koping
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah
(causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a) Effect
b) Core Problem
c) Causa
6. Manifestasi Klinis
1. Fisik
2. Psikologi
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang.
7. Pemeriksaan Penunjang
2. Tes Laboratorium: Tes darah atau urin dapat digunakan untuk menilai kondisi
medis yang mungkin mempengaruhi kemampuan perawatan diri, seperti
gangguan metabolisme atau kekurangan nutrisi.
3. Pemeriksaan Radiologi: X-ray, CT scan, atau MRI dapat diperlukan untuk
menilai kondisi fisik, seperti cedera tulang atau masalah sendi yang
mempengaruhi mobilitas.
7. Evaluasi Nutrisi: Penilaian nutrisi oleh seorang ahli gizi dapat membantu
menilai asupan makanan pasien dan mengidentifikasi masalah nutrisi yang
mungkin mempengaruhi perawatan diri.
8. Penilaian Fungsional: Penilaian fungsi harian seperti Barthel Index atau Katz
Index dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, atau makan.
8. Komplikasi
3. Isolasi Sosial
Perasaan tidak mampu merawat diri sendiri dan bergantung pada orang
lain dapat menyebabkan depresi dan kecemasan. Hal ini dapat mengurangi
kondisi perawatan diri.
Jika pasien terlalu bergantung pada perawat atau anggota keluarga untuk
merawat mereka, ini dapat mengganggu hubungan dan menyebabkan
ketergantungan yang tidak sehat.
Pasien dengan defisit perawatan diri yang tidak teratasi dapat mengalami
penurunan fungsi fisik dan mobilitas, yang dapat membuat mereka semakin
terbatas dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Luka yang tidak dirawat dengan baik dapat menjadi tempat masuk bagi
infeksi. Ini dapat berkembang menjadi komplikasi medis yang serius jika tidak
diobati.
8. Risiko Perawatan Institusional
9. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
b. Terapi
1) Terapi Keluarga
(d) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya.
3) Terapi Musik
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Alasan masuk
- Bagaimana hasilnya?
c. Faktor Penyebab
Faktor Penyebab Bagian-bagian Contoh
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap suatu masalah Kesehatan yang berlangsung secara actual maupun
potensial Diagnosa keperawatan juga mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi
respon pasien secara individu maupun keluarga terhadap situasi lingkungan yang
terkait.
Dari hasil pengkajian yang di lakukan oleh Tn. S dengan diagnosa defisit
Perawatan Diri, klien dengan defisit perawatan diri bisa di sebabkan oleh
beberapa faktor, dikarenakan klien jarang mandi, mengganti pakaian kramas dan
potong kuku. Adanya tahap edukasi tentang kebersihan diri dan permasalahan
masalah sosial (menarik diri). Ada faktor yang menyebabkan terjadi nya isolasi
sosial (menarik diri) antara lain: faktor presipitasi serta faktor predisposisi, faktor
predisposisi bisa menjadikan seorang menjadi atau mengaalami isolasi sosial
terdapatnya tahap pertumbuhan serta perkembangan yang belum dilalui secara
baik, dan ada juga faktor prespitasi yang menjadi penyebab adalah adanya stersor
psikologis yang bisa menyebabkan klien mengalami kecemasan dan di tandai
dengan adanya rasa malu akan dirinya sendiri.gangguan hubungan sosial dan
kurangnya percaya diri. Depkes (2000) memaparkan beberapa faktor yang
memengaruhi personal hygiene yakni:
a. Kebiasaan individu,adanya kebiasaan seseorang yang memakai suatu produk
dalam perawatan diri semacam pemakaian sampo, sabun, serta lainnya.
b. Budaya,beberapa masyarakat apabilaada individu yang mengalami sakit
tertentu dilarang untuk dimandikan.
c. Pengetahuan, wawasanpersonal hygienebegitu penting sebabwawasan yang
baik bisa meningkatkan kesehatan. Contohnya pada pasien diabetes mellitus,
dirinya diharuskan menjaga kebersihan kaki.
d. Status Sosial Ekonomi, Personal hygienemembutuhkan bahan serta sarana
misalnya shampoo, sikat gigi, pasta gigi, hingga sabun, dimana dalam
menyediakan seluruh peralatan tersebut membutuhkan.
e. Praktik Sosial.umumnya anak-anak kerap dimanja dalam kebersihan dirinya,
oleh karenanya berkemungkinan munculnya pola personal hygiene yang berubah.
f. Body Image,gambaran seseorang akan dirinya begitu memengaruhi kebersihan
diri contohnya dengan munculnya perubahan fisik yang bisa menjadikan
seseorang tidak mempedulikan kebersihan dirinya.
Diagnosa keperawatan defisit perawatan diri dapat ditegakan penulis
karena ditemukan data klien yang mengatakan jika klien mengatakan menolak
melakukan perawatan diri, klien tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri, klien kurang berminat melakukan
perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan untuk diagnosa "Defisit Perawatan Diri" akan
disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kondisi klinisnya. Berikut adalah
beberapa contoh intervensi yang mungkin digunakan:
1. Edukasi dan Pendidikan: Memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya tentang pentingnya perawatan diri, teknik yang benar, dan tanda-
tanda perubahan yang perlu diperhatikan.
2. Bantu dalam Aktivitas Harian: Memberikan bantuan langsung kepada pasien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, makan, dan
bergerak.
3. Terapi Fisik atau Okupasi: Merujuk pasien ke terapis fisik atau okupasi untuk
membantu memulihkan atau meningkatkan kemampuan fisiknya.
4. Evaluasi Psikososial: Menilai dampak psikologis dari defisit perawatan diri dan
memberikan dukungan konseling atau psikoterapi jika diperlukan.
5. Perencanaan Nutrisi: Menyusun rencana nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
pasien,termasuk diet khusus jika diperlukan.
6. Perawatan Luka: Jika ada luka atau masalah kulit, merawat dan memantau
perkembangannya untuk mencegah infeksi.
7. Pengelolaan Obat: Mengelola obat-obatan sesuai dengan resep dokter dan
memberikan edukasi kepada pasien tentang penggunaan yang benar.
8. Perubahan Lingkungan: Modifikasi lingkungan rumah agar sesuai dengan
kebutuhan pasien, seperti memasang pegangan tangan atau alat bantu lainnya.
9. Dukungan Emosional: Memberikan dukungan emosional dan motivasi kepada
pasien untuk meningkatkan motivasi mereka dalam melakukan perawatan diri.
Intervensi ini akan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan individu
yang mengalami defisit perawatan diri. Perawat atau profesional kesehatan yang
merawat akan merancang rencana perawatan yang paling sesuai untuk membantu
pasien memulihkan atau menjaga kesehatan mereka.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan untuk pasien dengan diagnosa "Defisit
Perawatan Diri" melibatkan tindakan konkret yang diambil oleh perawat atau
profesional kesehatan untuk menjalankan rencana perawatan yang telah
dirancang. Berikut adalah langkah-langkah implementasi yang mungkin
diterapkan:
1. Bantu Pasien dalam Aktivitas Sehari-hari: Berikan bantuan langsung kepada
pasien dalam melakukan aktivitas seperti mandi, berpakaian, makan, minum, dan
bergerak. Pastikan pasien merasa nyaman dan aman.
2. Monitor Kesehatan: Lakukan pemantauan kesehatan yang diperlukan, seperti
pengukuran tekanan darah, suhu, atau kadar glukosa darah, sesuai dengan
kebutuhan pasien.
3. Berikan Edukasi: Terus memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya
tentang perawatan diri yang tepat, termasuk pentingnya mengikuti rencana
perawatan yang telah ditetapkan.
4. Berikan Dukungan Emosional: Berikan dukungan psikososial kepada pasien,
dengarkan kekhawatiran mereka, dan bantu mereka mengatasi stres atau
kecemasan yang mungkin muncul.
5. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Lainnya: Bekerja sama dengan tim
kesehatan lainnya,seperti dokter, terapis, dan ahli gizi, untuk memastikan pasien
mendapatkan perawatan yang holistik.
6. Monitor Perkembangan: Pantau perkembangan pasien secara teratur, dan catat
perubahan atau komplikasi yang mungkin timbul. Sesuaikan rencana perawatan
jika diperlukan.
7. Ajarkan Keterampilan Perawatan Diri: Jika mungkin, ajarkan pasien
keterampilan perawatan diri yang diperlukan untuk meningkatkan independensi
mereka.
8. Pantau Lingkungan Pasien: Pastikan lingkungan di sekitar pasien aman dan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Lakukan modifikasi lingkungan jika diperlukan.
9. Evaluasi Kepatuhan: Pastikan bahwa pasien mematuhi rencana perawatan dan
obat- obatan yang telah diresepkan. Berikan dorongan dan edukasi tambahan jika
diperlukan.
10. Kolaborasi dengan Keluarga: Melibatkan keluarga pasien dalam perawatan
dan edukasi, dan berikan dukungan kepada mereka dalam mendukung perawatan
pasien di rumah.
Implementasi ini harus dilakukan dengan perhatian dan sensitivitas
terhadap kebutuhan individu pasien. Selain itu, perawat harus terus memantau dan
mengevaluasi efektivitas rencana perawatan untuk memastikan perbaikan atau
pemeliharaan perawatan diri yang optimal.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan defisit perawatan diri adalah tahap penting dalam
proses perawatan. Hal ini dilakukan untuk menilai sejauh mana rencana perawatan
yang telah diimplementasikan berhasil mencapai tujuan perawatan yang telah
ditetapkan. Berikut adalah langkah-langkah dalam evaluasi keperawatan defisit
perawatan diri:
1.Tinjau Tujuan Perawatan: Pertama, perawat harus memeriksa kembali tujuan
perawatan yang telah ditetapkan bersama pasien. Tujuan ini harus dapat diukur
dan spesifik, sehingga dapat dinilai dengan jelas.
2. Kumpulkan Data: Kumpulkan data terkini tentang kondisi dan kemampuan
pasien. Ini dapat mencakup pengukuran fisik, pengamatan, wawancara, atau data
lain yang relevan.
3. Bandingkan dengan Tujuan: Bandingkan data yang diperoleh dengan tujuan
perawatan yang telah ditetapkan. Evaluasi apakah pasien telah mencapai tujuan
tersebut, sebagian mencapai, atau belum sama sekali.
4. Identifikasi Perubahan atau Komplikasi: Jika ada perubahan dalam kondisi
pasien atau komplikasi yang muncul, identifikasi faktor- faktor yang mungkin
mempengaruhinya. Ini bisa mencakup perubahan dalam diagnosis atau respons
pasien terhadap perawatan.
5. Diskusikan dengan Pasien: Diskusikan hasil evaluasi dengan pasien dan
keluarganya. Terlibat dalam percakapan terbuka tentang kemajuan dan kendala
yang mungkin dihadapi pasien.
6. Revisi Rencana Perawatan: Jika diperlukan, revisi rencana perawatan
berdasarkan hasil evaluasi. Tujuan perawatan yang tidak tercapai mungkin perlu
disesuaikan atau strategi perawatan yang berbeda mungkin diperlukan.
7. Lanjutkan Monitoring: Setelah revisi rencana perawatan, terus pantau
perkembangan pasien. Evaluasi berkala diperlukan untuk memastikan bahwa
pasien terus memenuhi kebutuhan perawatan diri mereka.
8. Dokumentasikan Hasil Evaluasi: Catat hasil evaluasi perawatan dalam catatan
medis pasien secara rinci. Ini penting untuk dokumentasi dan komunikasi dengan
tim kesehatan lainnya.
Evaluasi perawatan defisit perawatan diri adalah proses berkelanjutan
yang membantu memastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan yang
efektif dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Jika ada masalah atau kendala
yang muncul selama evaluasi, perawat harus bekerja sama dengan pasien dan
tim kesehatan lainnya untuk menemukan solusi yang paling sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Dermawan. Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Kperawatan Jiwa. Yogyakarta, Gosyan Publishing.
Tarwoto & Wartonah. (2010), Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Mukhripah & Iskandar, (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Kperawatan Jiwa.
Yogyakarta, Gosyan Publishing..