Disusun oleh :
Nim : 211102122
Kelompok : 6
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Defisit Perawatan Diri
aktivitas sehari-harinya untuk merawat badan dam juga fungsi dari tubuhnya
(NANDA,2015). Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (personal hygiene), berhias, berpakaian,
Menurut Yusuf (2015) defisit perawatan diri adalah suatu kondsi dimana
kehidupan sehari-hari dengan mandiri ataupun tidak perlu bantuan orang lain.
Tujuan dari di lakukannya perawatan diri adalah kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan menjaga dan memelihara kebersihan diri dimulai dari
ujung kepala sampai ujung kaki, dan tujuan lain yang bisa di dapatkan dari perawatan diri
yakni memperbaiki perawatan diri yang kurang, dapat mencegah terjadinya penyakit yang
timbul akibat tidak menjaga perawatan diri, dan dengan merawat diri dapat meningkatkan
rasa kepercayaan pada diri sendiri. Oleh karena itu perawatan diri ini merupakan suatu hal
sangat penting untuk dilakukan dalam kehidupansehari-hari, karena perawatan diri dapat
Tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Direja (2017) adalah sebagai
berikut :
1. Mandi / hygiene
Pasien tidak mampu untuk membersihkan badan baik dari kepala sampai
kaki, memperoleh ataupun mendapatkan suber air, mengatur suhu pada aliran
air, mendapatkan peralatan untuk mandi, mengeringkan badan, serta keluar dan
tambahan, serta tidak mampu dalam menggunakan kancing tari, memakai dan
menggunakan sepatu.
3. Makan
mengunyah makanan, mengambil makanan dalam wadah, serta tidak bisa untuk
4. BAB/BAK
jamban atau kamar kecil, tidak bisa duduk atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian untuk toileting, serta membersihkan diri setelah BAB/BAK dan
Klasifikasi dari tingkat fungsi perawatan diri klien digambarkan menurut skala
0 = Mandiri total
Menurut Kozier (2004) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perawatan
1. Praktik sosial
termasuk juga produk yang di pakai dan frekuensi perawatan pribadi, dahulu
misalnya frekuensi dalam aktivitas mandi, waktu mandi dan jenis pembersih mulut
yang digunakan. Untuk masa remaja hygiene nya di pengaruhi oleh teman sebaya,
remaja wanita contohnya mulai tertarik pada penampilan dirinya dan sudah mulai
harapan terkait dengan penampilan pribadinya. Namun semua itu akan berubah
jika sudah memasuki masa lansia, karena kondisi dan sumber yang tersedia.
2. Pilihan pribadi
Dalam memilih produk didasarkan pada penilaian pribadi, kebutuhan yang harus
perawatan yang terindividualisasi, selain itu perawatan diri nya akan terpengaruhi
jika terjadi sesuatu yang terjadi pada diri nya jika ada penyakit, sebagai contohnya
adalah perawat harus mengajarkan kepada pasien tentanghygiene kai pada pasien
3. Citra tubuh
melakukan perawatan hygiene, tetapi jika sebaliknya klien tampak berantakan dan
tidak peduli terhadap perawatan dirinya maka akan membutuhkan edukasi tentang
kepentingan perawatan diri atau bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut demi
hygiene pada dirinya sendiri. Citra tubuh merupakan konsep yang subyek pada
fungsional pada tubuhnya, maka itu akan sangat merubah citra tubuh seseorang
secara drastic, maka dari itu perawat harus berusaha untuk meningkatakan
Status ekonomi juga akan sangat mempengaruhi jenis dan sejauh mana
praktik hygiene yang dilakukan oleh seseorang. Perawat harus sensitif terkait
dengan status ekonomi ini dan sangat berpengaruh sekali kepada kemampuan
masalah pada ekonominya maka orang tersebut akan sulit untuk melakukan
perawatan dirinya, jika produk atau barang untuk melakukan perawatan diritidak
mampu untuk dibeli maka carilah alternatif lainnya sehingga klien akan tetap bisa
untuk melakukan perawatan diri nya meski pun mengalami masalah pada status
ekonominya.
perawatan diri ini, salah satu masalah internal yang menyebabkan tidak terjalan
nya perawatan diri adalah kurangnya motivasi dan kurang pengetahuan tentang
kesehatan dirinya dan perawatannya karena perawatan merupakan hal yang utama
pada kesehatan masyarakat. Maka dari itu penting sekali untuk mengetahui
apakah klien merasa dirinya memiliki resiko atau tidak, jika klien mengetahui
dirinya memiliki resiko dan dapat bertindak tanpa konsekuensi negatif, maka
perawatan hygiene nya, karena budaya memiliki praktik perawatan diri yang
suatu hal yang sangat penting, sehingga dengan itu maka masyarakat akan terus
menjaga kesehatannya.
7. Kondisi fisik
energi dan ketangkasan untuk melakukan perawatan diri. Contohnya pasien yang
di pasang traksi, penyakit dengan nyeri yang membatasi ketangkasan dan rentang
gerak dari pasien, pasien dibawah efek sedasi tidak memiliki koordinasi mental
adaptif maladaptif
c. Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang
dimiliki.
d. Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan
cenderung memaksakan kehendak.
e. Narkisisme
Harga diri yang rapuh,secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah
jika orang lain tidak mendukung.
c. Stressor intelektual
i. Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu
pengembangan hubungan dengan orang lain.
ii. Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
iii. Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan
berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang lain
d. Stressor fisik
i. Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan
seseorang menarik diri dari orang lain
ii. Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau
malu 13 sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
4. Proses Terjadinya Isolasi Sosial
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami klien
dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan
kecemasan. Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau
mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap
penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam perjalanan terhadap
penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan
kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi (Dalami, dkk, 2009).
Pada klien isolasi sosial ketika menghadapi stresor tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang efektif. Mekanisme koping yang digunakan yaitu proyeksi,
splitting dan merendahkan orang lain. Proyeksi adalah memindahkan pikiran atau
dorongan atau impuls emosional atau keinginan- keinginan yang dapat diterima orang
lain. Pada orang-orang yang melakukan mekanisme koping proyeksi, ide atau keinginan
individu akan dialihkan kepada orang lain sampai orang lain yang diajak berinteraksi
dapat menerima idenya tersebut. Splitting adalah memandang orang atau situasi semuanya
baik atau semuanya buruk. Pada splitting individu mengalami kegagalan dalam
mengintegrasikan kualitas positif dan negatif dalam diri Sedangkan merendahkan orang
lain adalah mekanisme koping yang dilakukan seseorang dengan memandang dirinya
lebih baik dan lebih tinggi dari orang lain. Orang lain dianggap tidak mempunyai
kemampuan lebih dari diri klien (Townsend, 2009).
Menurut Stuart (2005), sumber koping yaang berhubungan dengan respon sosial
maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman, hubungan
dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress
interpersonal misalnya kesenian, musik atau tulisan.
Pengkajian
a. Riwayat
Data pengkajian dapat dikumpulkan dari klien dan keluarga atau orang terdekat,
catatan informasi sebelumnya, dan orang lain yang terlibat dalam memberi dukungan atau
perawatan klien. Untuk klien yang mengalami retardasi psikomotor, pengkajian perlu
dilakukan dalam beberapa sesi karena klien mengalami kesulitan dalam merangkai kata –
kata untuk membuat sebuah kalimat dan memerlukan lebih banyak waktu untuk
menyusun dan memverbalisasi suatu respons. Individu yang mengalami retardasi
psikomotor menggunakan respon satu kata terhadap pertanyaan ya atau tidak tanpa
mengembangkan respons tersebut. Penggunaan pertanyaan terbuka memerlukan waktu
lebih lama, tetapi menghasilkan data pengkajian yang lebih spesifik.
Banyak klien dengan gangguan mood (depresi), karena merasa putus asa dan tidak
berdaya, memiliki fantasi bunuh diri. Untuk semua individu yang depresi, penting untuk
mengkaji adanya gagasan bunuh diri atau upaya bunuh diri. Isyarat bunuh diri ini dapat
terbuka atau tertutup. Isyarat terbuka bunuh diri merupakan pernyataan yang jelas dan
langsung seperti “saya ingin bunuh diri” atau “saya akan memukul kepala saya mala ini”.
Individu lain mengalami lebih banyak kesulitan untuk membuat pernyataan langsung
tersebut dan mungkin mencoba memperingatkan orang lain atau meminta bantuan dengan
menggunakan perilaku atau pesan tidak langsung. Isyarat tertutupadalah pesan yang
lebih samar – samar tentang bunuh diri yang perlu diinterpretasikan. Beberapa individu
yang memutuskan untuk bunuh diri bahkan dapat terlihat gembira dan memiliki tujuan
karena mereka mengakhiri perasaan – perasaan didalam dirinya yang saling bertentangan
dan pada akhirnya membuat suatu keputusan. Bagian tentang bunuh diri ini memberikan
informasi tentang pengkajian gagasan bunuh diri dan asuhan keperawatan yang
berhubungan dengan mereka yang beresiko bunuh diri.
Untuk mengkaji persepsi klien tentang apa yang menjadi masalah, perawat
menanyakan tentang perubahan perilaku yang telah terjadi : kapan perubahan mulai
terlihat, apa yang terjadi dalam hidup klien ketika perubahan mulai muncul, lama waktu
perilaku terlihat pada klien, dan apa yang telah klien coba lakukan terhadap perubahan
tersebut. Perawat harus memperhatikan kata – kata yang klien gunakan untuk
menjelaskan mood dan perilakunya.
Banyak individu yang depresi terlihat sedih, kadang kadang mereka hanya terlihat
tidak sehat. Mereka mengalami disforia, memiliki perasaan tidak enak, dan mudah
menangis, atau mereka mungkin menyangkal perasaan mereka sendiri. Individu yang
depresi mengalami retardasi psikomotor ( gerakan tubuh lambat, proses kognitif lambat,
dan interaksi verbal lambat ). Mereka mengalami kesulitan mengaitkan pikiran
– pikiran mereka, memerlukan lebih banyak waktu untuk berpikir, dan sering kali
menyerah dalam frustasi sebelum mampu menyelesaikan suatu fikiran atau tugas.
Perawat harus membandingkan isi bicara klien (kata – kata) dengan prosesnya
(pesan nonverbal). Komunikasi nonverbal dianggap lebih jujur dan membantu perawat
memahami tingkat depresi klien. Klien yang depresi mungkin menggambarkan diri
mereka sebagai orang yang putus asa, tidak berdaya, lemah, atau cemas. Mereka mudah
frustasi, marah terhadap diri mereka sendiri, dan dapat marah terhadap orang lain (DSM-
IV-TR,2000). Individu lain yang depresi mengalami agitasi, mudah tersinggung, pikiran
meningkat, misalnya berjalan mondar mandir, berfikir dengan cepat, dan suka berdebat.
f. Konsep diri
Kesadaran terhadap harga diri sangat berkurang, klien sering menggunakan frasa
“tidak berguna” atau “sama sekali tidak berharga” untuk menggambar diri mereka.
Mereka merasa bersalah karena tidak mampu menjalankan fungsi mereka dan sering
menghubungkan peristiwa dengan diri mereka atau memikul tanggung jawab untuk
insiden yang tidak dapat mereka kendalikan. Individu yang depresi berfikir dalam
(berpikir lama dan khawatir secara berlebihan) tentang tindakan mereka di masa lalu dan
membuat penilaian sangat negative tentang diri mereka sendiri.
Perubahan tidur adalah gejala umum lain pada depresi. Individu biasanya
mengeluh insomnia pertengahan (terjaga pada malam hari dan mengalami kesulitan untuk
kembali tidur). Beberapam individu mengalami insomnia awal (kesulitan untuk tidur).
Individu lain bangun terlalu dini (insomnia terminal). Beberapa individu yang depresi
tidur terlalu banyak (hypersomnia) (DSM-IV-TR,2000).
Beberapa skala penilaian depresi dilengkapi oleh klien, skala lain dilakukan oleh
professional kesehatan jiwa. Instrument pengkajian ini, bersama evaluasi perilaku klien,
proses fikir, riwayat keluarga, dan faktor situasional, membantu menciptakan suatu
gambaran diagnostik.
Hamilton rating scale for depression (1960) merupakan skala depresi yang dinilai
oleh klinisi dan digunakan seperti wawancara klinis. Klinis menilai rentangperilaku klien,
seperti mood yang terdepresi, rasa bermasalah, bunuh diri, dan insomnia. Ada juga bagian
untuk menilai variasi diurnal, depersonalisasi (perasaan tidak nyata tentang diri sendiri),
gejala paranoid, obsesi.
Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri b/d kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK d/d
keluarga mengatakan pasien malas mandi
2. Isolasi sosial : Menarik Diri
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Defisit Perawatan Diri b/d kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/ BAK
d/d keluarga mengatakan pasien malas mandi
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
Intervensi
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan : 1
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan: 2
1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan : 3
1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain.
b) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
c) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain :
a) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
b) diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
c) beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan: 4
1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap:
Klien – Perawat ·
Klien – Perawat – Perawat lain ·
Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain ·
K – Keluarga atau kelompok masyarakat
3. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai.
4. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
6. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
Direja, A.H.S. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika.
Fitra Ayu Lestari, Nurinda. "Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Ny. M Dan TN. K
Pribadi, T. (2017). Hubungan peran keluarga dengan depresi pada lansia di kecamatan
way halim bandar lampung tahun 2015. Holistik Jurnal Kesehatan, 11(2), 82-89.
Wakhid, A., Hamid, A., Helena, N. (2013). Penerapan Terapi Latihan Ketrampilan
Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dan Harga Diri Rendah Dengan Pendekatan
Model Hubungan Interpersonal Peplau Di Rs Dr Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal
Keperawatan Jiwa 1(1); 34-48
Wuon, A. S., Bidjuni, H., & Kallo, V. (2016). Perbedaan tingkat depresi pada remaja yang
tinggal di rumah dan yang tinggal di panti asuhan bakti mulia karombasan
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. Identitas Klien
Inisial/Nama : Tn. U
Tanggal Pengkajian : 39 tahun
Umur : SMP
RM No :-
Informan : Keluarga
5. Genogram
: Laki-laki : Klien
: Meninggal
Masalah Keperawatan : -
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : keluarga klien mengatakan klien
pernah dirasuki almarhum ibunya, sejak saat itu klien menderita gangguan seperti
sekarang ini
V. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri :
a. Gambaran diri: Tidak dapat dikaji karena klien tidak mengerti yang ditanyakan
b. Identitas : Klien dapat mengenal dirinya sendiri mengenai dia adalah laki-laki
c. Peran: Tidak dapat dikaji
d. Ideal Diri: Tidak dapat dikaji
e. Harga Diri: Tidak dapat dikaji
Masalah Keperawatan: -
2. Hubungan Sosial:
a. Orang yang Berarti: orang yang dekat dengan klien adalah keluarganya.
b. Peran serta dalam kegiatan Kelompok Masyarakat: keluarga klien mengatakan klien tidak
pernah mengikuti kegiatan kelompok apapun di masyarakat
c. Hambatan Dalam Berhubungan dengan Orang lain: klien selalu menyendiri dan tidak
pernah bersosialisasi dengan orang lain
3. Spiritual:
a. Nilai dan Keyakinan: keluarga klien mengatakan bahwa klien beragama Islam
b. Kegiatan Ibadah: keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak pernah melakukan ibadah
1. Pengkajian
Biasanya
Jelaskan: klien berpenampilan tidak rapi, kuku kotor dan badan klien bau
2. Pembicaraan
Jelaskan: klien tidak mampu memulai pembicaraan dengan lawan bicara, dan tidak peduli
dengan sekitar
3. Aktivitas Motorik
4. Alam Perasaan :
Masalah Keperawatan : -
4. Afek:
Jelaskan:
Masalah Keperawatan :
6. Persepsi:
Pengecapan Penghirupan
Jelaskan:
7. Proses Pikir:
Sirkumstansial Tangensial Kehilangan Assosiasi
Jelaskan: klien sulit untuk diajak berbicara dan tidak mengerti apa yang dibicarakan
8. Isi Pikir:
Waham :
9. Tingkat Kesadaran
10. Disorientasi
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
Jelaskan :
Jelaskan :
Mengingari penyakit yang diderita Menyalahkan hal hal yang di luar dirinya
Jelaskan :
Perawatan Uang
Kesehatan
Mandi Bab/Bak
Makan
Jelaskan : klien mampu makan sendiri namun masih diambilkan oleh keluarga, tetapi klien tidak
mau disuruh untuk mandi
b. Nutrisi
Ya Tidak
Diet Khusus :
c. Tidur
Ya Tidak
Lamanya/jam:
Ya Tidak Ya Tidak
Jelaskan :
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi?
Ya Tidak
Aktivitas kontruktif Menghindar
Lainnya Lainnya
terakhir SMP
Koping Obat-obatan
Lainnya
Masalah Keperawatan:
ANALISA DATA
Data Objek:
- Klien tampak kotor dan bau
- Klien tampak berpakaian tidak rapi
2. Data Subjek: Isolasi Sosial : menarik diri
Keluarga mengatakan klien selalu
menyendiri dan tidak mau bersosialisasi
dengan orang lain
Data Objek:
- Klien tampak menyendiri
- Klien sulit diajak berkomunikasi
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
Ruangan :-
P : Optimalkan SP 4, pertahankan
SP 1,2 dan 3