Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


Dosen Pengampuh: Ns. Dwi Yogyo S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Nurjannah (PO7247320034)
2. Putri Indah Zalzabilah (PO7247320037)
3. Putri S Badar (PO7247320038)
4. Rika Febriyanti (PO7247320039)
5. Ririn B.Dj. Yontong (PO7247320040)
6. Safira Putri Mappiasse (PO7247320041)
7. Sapriyani (PO7247320042)

POLTEKKES KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN TOLITOLI
TAHUN 2021/2022
KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA
DEFISIT PERAWATAN DIRI

B. PROSES TERJADINYA
1. PENGERTIAN
Herdman (2012) Mengatakan Bahwa Deficit Perawatan Diri Sebagai
Suatu Gangguan Didalam Melakukan Perawatan Diri (Kebersihan Diri,
Berhias, Makan, Toileting). Sedangkan Perawatan Diri Adalah Kemampuan
Dasar Manusia Untuk Memenuhi Kebutuhannya Untuk Mempertahankan
Kehidupan, Kesehatan, Dan Kesejahteraan Sesuai Dengan Kondisi
Kesehatannya (Nurhalimah, 2016).
Defisit Perawatan Diri Merupakan Suatu Keadaan Dimana Seseorang
Mengalami Hambatan Ataupun Gangguan Dalam Kemampuan Untuk
Melakukan Atau Menyelesaikan Aktivitas Perawatan Diri, Seperti Mandi,
Berpakaian, Makan, Dan Eliminasi Untuk Dirinya Sendiri (Tumanduk,
Messakh, & Sukardi,2018).
2. TANDA DAN GEJALA
Menurut Jalil (2015), Tanda Dan Gejala Defisit Perawatan Diri Terdiri Dari :
1. Data Subjektif
Klien Mengatakan :
a. Malas Mandi
b. Tidak Mau Menyisir Rambut
c. Tidak Mau Menggosok Gigi
d. Tidak Mau Memotong Kuku
e. Tidak Mau Berhias/Berdandan
f. Tidak Bisa/Tidak Mau Menggunakan Alat Mandi/Kebersihan Diri
g. Tidak Menggunakan Alat Makan Dan Minum Saat Makan Dan Minum
h. BAB Dan BAK Sembarangan
i. Tidak Membersihkan Diri Dan Tempat BAB Dab BAK
j. Tidak Mengetahui Cara Perawatan Diri Yang Benar

2. Data Objektif
a. Badan Bau, Kotor, Berdaki, Rambut Kotor, Gigi Kotor, Kuku Panjang.
b. Tidak Menggunakan Alat Mandi Pada Saat Mandi Dan Tidak Mandi
Dengan Benar.
c. Rambut Kusut, Berantakan, Kumis Dan Jenggot Tidak Rapi, Serta
Tidak Mampu Berdandan.
d. Pakaiann Tidak Rapi, Tidak Mampu Memilih, Mengambil, Memakai,
Mengencangkan Dan Memindahkan Pakaian, Tidak Memakai
Sepatu, Tidak Mengkancingkan Baju Atau Celana.
e. Memakai Barang-Barang Yang Tidak Perlu Dlaam Berpakaian, Mis:
Memakai Pakaian Berlapis-Lapis, Penggunaa Pakaian Yang Tidak
Sesuai. Melepas Barang-Barang Yang Perlu Dalam Berpakaian, Mis:
Telanjang.
f. Makan Dan Minum Sembarangan Dan Berceceran, Tidak
Menggunakan Alat Makan, Tidak Mampu Menyiapkan Makanan,
Memindahkan Makanan Kea Lat Makan, Tidak Mampu Memegang
Alat Makan, Membawa Makanan Dari Piring Ke Mulut, Mengunyah,
Menelan Makanan Secara Aman Dan Menghabiskan Makanan.
g. BAB Dan BAK Tidak Pada Tempatnya, Tidak Membersihkan Dir
Setelah BAB Dan BAK, Tidak Mampu Menjaga Kebersihan Toilet Dan
Menyiram Toilet Setelah BAB Dan BAK.

3. RENTAN RESPON
Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan
dirisebagai berikut :
Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri kadang perawatan diri tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan diri
pada saat stres

1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan


mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan stresor
kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

4. FAKTOR PRESDISPOSISI
Factor Predisposisi (Nurhalimah, 2016).
1. Biologis , Dimana Deficit Perawatan Diri Disebabkan Oleh Adanya
Penyakit Fisik Dan Mental Yang Disebabkan Klien Tidak Mampu
Melakukan Kperawatan Diri Dan Dikarenakan Adanya Factor Herediter
Dimana Terdapat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa.
2. Psikologis, Adanya Factor Perkembangan Yang Memegang Peranan Yang
Tidak Kalah Penting, Hal Ini Dikarenakan Keluarga Terlalu Melindungi
Dan Memanjakan Individu Tersebut Sehingga Perkembangan Inisiatif
Menjadi Terganggu. Klien Yang Mengalami Deficit Perawatan Diri
Dikarenakan Kemampuan Realitas Yang Kurang Yang Menyebabkan
Klien Tidak Peduli Terhadao Dir Dan Lingkungannya Termasuk
Perawatan Diri.
3. Social, Kurangnya Dukungan Social Dan Situasi Lingkungan Yang
Mengakibatkan Penurunan Kemampuan Dalam Merawat Diri.

5. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor Presipitasi Yang Menyebabkan Deficit Perawatan Diri Yaitu
Penurunan Motivasi, Kerusakan Kognitif/Persepsi, Cemas, Lelah, Lemah
Yang Menyebabkan Individu Kurang Mampu Melakukan Perawatan Diri.
Menurut Rochmawati (2013), Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal
Hygiene Adalah :
1. Body Image
Gambaran Individu Terhadap Dirinya Sangat Mempengaruhi Kebersihan
Diri Misalnya Dengan Adanya Perubahan Fisik Sehingga Individu Tidak
Peduli Dengan Kebersihan Dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada Anak-Anak Yang Selalu Dimanja Dalam Kebersihan Diri, Maka
Kemungkinan Akan Terjadi Perubahan Pola Personal Hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal Hygiene Memerlukan Alat Dan Bahan Seperti Sabun, Pasta Gigi,
Sikat Gigi, Shampoo, Alat Mandi Semuanya Yang Memerlukan Uang
Untuk Menyediakannya
4. Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene Sangat Penting Karena Pengetahuan
Yang Baik Dapat Meningkatkan Kesehatan. Misalnya Pad Aklien
Penderita DM, Ia Harus Menjaga Kebersihan Kakinya.
5. Budaya
Disebagian Masyarakat Jika Individu Sakit Tertentu Tidak Boleh
Dimandikan.
6. Kebiasaan Seseorang
Ada Kebiasaan Orang Yang Menggunakan Produk Tertentu Dalam
Perawatan Diri Seperti Pengguanaan Sabun, Shampoo Dan Lain-Lain.
C. POHON MASALAH

Effect Isolasi Sosial

Core Problem
Defisit Perawatan Diri

Causa Harga Diri Rendah Kronis

D. MASALAH YANG MUNGKIN MUNCUL


Masalah keperawatan yang munkin akan muncul pada pasien dengan
deficit perawatan diri menurut Fitriah { 2012 }, adalah sebagai berikut :
a. Defisit Perawatan Diri
b. Harga Diri Rendah
c. Isolasi Sosial

E. DATA YANG PERLU DI KAJI


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik,
keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau
dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu
senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain,
terlihat murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri
sendiri dan mulai mengganggu orang lain.
c. Faktor predisposisi
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya
faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan
mental yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Ditemukan adanya faktor
perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu, menurunnya
kemampuan realitas sehingga menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri serta didapatkan kurangnya
dukungan dan situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan
dalam perawatan diri.
d. Pemeriksaan fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan
head to toe yang biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-
acakan.
e. PSIKOSOSIAL
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,
reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat,
kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien
sebagai laki-laki atau perempuan , keunikan yang dimiliki sesuai dengan
jenis kelamin dan posisinnya.
c) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/ pekerjaan/
kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi
atau perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah,
harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta harapan pasien
terhadap penyakitnya.
e) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain
sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan dengan
orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian pasien
terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.
f) Hubungan sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu
karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar
menghindari pasien. Adanya hambatan dalam behubungan dengan
orang lain, minat berinteraksi dengan orang lain.
g) SPRITUAL
 Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu
karna tidak menghirauan lagi dirinya.
 Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika pasien
menglami gangguan jiwa.
h) STATUS MENTAL
 Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu cara
berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
 Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
 Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dankompulsif.
 Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa tidak
berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
 Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
 Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang
menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.
 Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap hal-
hal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan
serta halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
 Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik, sirkumtansial,
kadang tangensial, kehilangan asosiasi, pembicaraan meloncat
dari topik satu ke topik lainnya dan kadang pembicaraan
berhenti tiba-tiba.
i) KEBUTUHAN PASIEN PULANG
 Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu
serta pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan
membersihkan alat makan
 Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
 Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak
gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku,
tubuh pasien tampak kusam dan badan pasien mengeluarkan
aroma bau.
 BAB/ BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di
tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC setelah
BAB/BAK.
 Itsirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan
aktivitas apapun setelah bangun tidur.
 Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat
tidak teratur.
 Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di
dalam maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa malas.
j) mekanisme koping
 Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak
bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu
berolahraga karena pasien selalu malas.
 Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan,
pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu menghindari orang
lain.
 Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya
disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga, pendidikan
yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi dan pelayanan
kesehatan.
 Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami
gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
k) sumber koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping
dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas
dengan menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya.
Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya
dapat membantu seorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang efektif.

F. DIAGNOSA
defisit perawatan diri

G. RENCANA TINDAKAN

Diagnosa Tujuan dan Rencana


Keperawatan Kriteria Evaluasi

Tujuan: Pada Pasien


Defisit Klien mampu melakukan
1. Melatih pasien cara-
perawatan diri perawatan diri secara mandiri
cara perawatan
Kriteria:
kebersihan diri
1. Pasien mampu
a. Mnelaskan
melakukan kebersihan
pentingnya menjaga
diri secara mandiri
kebersihan diri.
2. Pasien mampu
b. Menjelaskan alat-
melakukan
alat untuk menjaga
berhias/berdandan
kebersihan diri
secara baik
c. Menjelaskan cara-
3. Pasien mampu
cara melakukan
melakukan makan
kebersihan diri
dengan baik
2. Melatih pasien
4. Pasien mampu
mempraktekkan cara
melakukan BAB/BAK
menjaga kebersihan diri
secara mandiri
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
3. Melatih pasien makan
secara mandir
a. Menjelaskan cara
mempersiapkan
makan
b. Menjelaskan cara
makan yang tertib
c. Menjelaskan cara
merapihkan
peralatan makan
setelah makan
d. Praktek makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik
4. Mengajarkan pasien
melakukan BAB/BAK
secara mandiri
a. Menjelaskan
tempat BAB/BAK
yang sesuai
b. Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB dan
BAK
c. Menjelaskan cara
membersihkan
tempat BAB dan
BAK
Keluarga mampu merawat Pada Keluarga
anggota keluarga yang 1. Diskusikan dengan
mengalami masalah kurang keluarga tentang
perawatan diri. masalah yang dihadapi
keluarga dalam
merawat pasien
2. Jelaskan pentingnya
perawatan diri untuk
mengurangi stigma
3. Diskusikan dengan
keluarga tentang
fasilitas kebersihan diri
yangdibutuhkan oleh
pasien untuk menjaga
perawatan diri pasien.
4. Anjurkan keluarga
untuk terlibat dalam
merawat diri pasien dan
membantu
mengingatkan pasien
dalam merawat diri
(sesuai jadwal yang
telah disepakati).
5. Anjurkan keluarga
untuk memberikan
pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat
diri.
6. Latih keluarga cara
merawat pasien dengan
defisit perawatan diri

H.
I.

Anda mungkin juga menyukai