Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI


DIPUSKESMAS KOTA MANAGAISAKI

DISUSUN OLEH :
NAMA : ZAHRA SAFITRI
NIM : PO727320053
KELOMPOK : II (Dua)

MENGETAHUI
CI AKADEMIK CI RUANGAN

Dwi Yogyo S, S.Kep, Ns, M.Kep. .Ns. Fatmawati S.Kep

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TOLITOLI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PALU
2022/2023
BAB I

KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. PENGERTIAN

Herdman (2012) Mengatakan Bahwa Deficit Perawatan Diri Sebagai

Suatu Gangguan Didalam Melakukan Perawatan Diri (Kebersihan Diri,

Berhias, Makan, Toileting). Sedangkan Perawatan Diri Adalah Kemampuan

Dasar Manusia Untuk Memenuhi Kebutuhannya Untuk Mempertahankan

Kehidupan, Kesehatan, Dan Kesejahteraan Sesuai Dengan Kondisi

Kesehatannya (Nurhalimah, 2016).

Defisit Perawatan Diri Merupakan Suatu Keadaan Dimana Seseorang

Mengalami Hambatan Ataupun Gangguan Dalam Kemampuan Untuk

Melakukan Atau Menyelesaikan Aktivitas Perawatan Diri, Seperti Mandi,

Berpakaian, Makan, Dan Eliminasi Untuk Dirinya Sendiri (Tumanduk,

Messakh, & Sukardi,2018).

2. TANDA DAN GEJALA

Menurut Jalil (2015), Tanda Dan Gejala Defisit Perawatan Diri Terdiri Dari :

a. Data Subjektif

Klien Mengatakan :

1) Malas Mandi

2) Tidak Mau Menyisir Rambut

3) Tidak Mau Menggosok Gigi

4) Tidak Mau Memotong Kuku

5) Tidak Mau Berhias/Berdandan


6) Tidak Bisa/Tidak Mau Menggunakan Alat Mandi/Kebersihan Diri

7) Tidak Menggunakan Alat Makan Dan Minum Saat Makan Dan

Minum

8) BAB Dan BAK Sembarangan

9) Tidak Membersihkan Diri Dan Tempat BAB Dab BAK

10) Tidak Mengetahui Cara Perawatan Diri Yang Benar

b. Data Objektif

1) Badan Bau, Kotor, Berdaki, Rambut Kotor, Gigi Kotor, Kuku

Panjang.

2) Tidak Menggunakan Alat Mandi Pada Saat Mandi Dan Tidak Mandi

Dengan Benar.

3) Rambut Kusut, Berantakan, Kumis Dan Jenggot Tidak Rapi, Serta

Tidak Mampu Berdandan.

4) Pakaiann Tidak Rapi, Tidak Mampu Memilih, Mengambil,

Memakai, Mengencangkan Dan Memindahkan Pakaian, Tidak

Memakai Sepatu, Tidak Mengkancingkan Baju Atau Celana.

5) Memakai Barang-Barang Yang Tidak Perlu Dlaam Berpakaian, Mis:

Memakai Pakaian Berlapis-Lapis, Penggunaa Pakaian Yang Tidak

Sesuai. Melepas Barang-Barang Yang Perlu Dalam Berpakaian, Mis:

Telanjang.

6) Makan Dan Minum Sembarangan Dan Berceceran, Tidak

Menggunakan Alat Makan, Tidak Mampu Menyiapkan Makanan,

Memindahkan Makanan Kea Lat Makan, Tidak Mampu Memegang


Alat Makan, Membawa Makanan Dari Piring Ke Mulut,

Mengunyah, Menelan Makanan Secara Aman Dan Menghabiskan

Makanan.

7) BAB Dan BAK Tidak Pada Tempatnya, Tidak Membersihkan Dir

Setelah BAB Dan BAK, Tidak Mampu Menjaga Kebersihan Toilet

Dan Menyiram Toilet Setelah BAB Dan BAK.

3. RENTAN RESPON

Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit perawatan

dirisebagai berikut :

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri kadang perawatan diri tidak

melakukan seimbang kadang tidak

perawatan diri pada saat stres

1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan

mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang

dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.

2. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat klien mendapatkan

stresor kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan

dirinya,
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak

peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

4. FAKTOR PRESDISPOSISI

Factor Predisposisi (Nurhalimah, 2016).

1. Biologis , Dimana Deficit Perawatan Diri Disebabkan Oleh Adanya

Penyakit Fisik Dan Mental Yang Disebabkan Klien Tidak Mampu

Melakukan Kperawatan Diri Dan Dikarenakan Adanya Factor Herediter

Dimana Terdapat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa.

2. Psikologis, Adanya Factor Perkembangan Yang Memegang Peranan

Yang Tidak Kalah Penting, Hal Ini Dikarenakan Keluarga Terlalu

Melindungi Dan Memanjakan Individu Tersebut Sehingga

Perkembangan Inisiatif Menjadi Terganggu. Klien Yang Mengalami

Deficit Perawatan Diri Dikarenakan Kemampuan Realitas Yang Kurang

Yang Menyebabkan Klien Tidak Peduli Terhadao Dir Dan

Lingkungannya Termasuk Perawatan Diri.

3. Social, Kurangnya Dukungan Social Dan Situasi Lingkungan Yang

Mengakibatkan Penurunan Kemampuan Dalam Merawat Diri.

5. FAKTOR PRESIPITASI

Faktor Presipitasi Yang Menyebabkan Deficit Perawatan Diri Yaitu

Penurunan Motivasi, Kerusakan Kognitif/Persepsi, Cemas, Lelah, Lemah

Yang Menyebabkan Individu Kurang Mampu Melakukan Perawatan Diri.


Menurut Rochmawati (2013), Factor-Faktor Yang Mempengaruhi

Personal Hygiene Adalah :

1. Body Image

Gambaran Individu Terhadap Dirinya Sangat Mempengaruhi

Kebersihan Diri Misalnya Dengan Adanya Perubahan Fisik

Sehingga Individu Tidak Peduli Dengan Kebersihan Dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada Anak-Anak Yang Selalu Dimanja Dalam Kebersihan Diri,

Maka Kemungkinan Akan Terjadi Perubahan Pola Personal

Hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Personal Hygiene Memerlukan Alat Dan Bahan Seperti Sabun, Pasta

Gigi, Sikat Gigi, Shampoo, Alat Mandi Semuanya Yang

Memerlukan Uang Untuk Menyediakannya

4. Pengetahuan

Pengetahuan Personal Hygiene Sangat Penting Karena Pengetahuan

Yang Baik Dapat Meningkatkan Kesehatan. Misalnya Pad Aklien

Penderita DM, Ia Harus Menjaga Kebersihan Kakinya.

5. Budaya

Disebagian Masyarakat Jika Individu Sakit Tertentu Tidak Boleh

Dimandikan.
6. Kebiasaan Seseorang

Ada Kebiasaan Orang Yang Menggunakan Produk Tertentu Dalam

Perawatan Diri Seperti Pengguanaan Sabun, Shampoo Dan Lain-

Lain.

6. POHON MASALAH

Effect Isolasi Sosial

Core Problem
Defisit Perawatan Diri

Causa Harga Diri Rendah Kronis

7. MASALAH YANG MUNGKIN MUNCUL

Masalah keperawatan yang munkin akan muncul pada pasien dengan

deficit perawatan diri menurut Fitriah { 2012 }, adalah sebagai berikut :

a. Defisit Perawatan Diri

b. Harga Diri Rendah

c. Isolasi Sosial
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. DATA YANG PERLU DI KAJI

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a. Identitas

Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin,

alamat, agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor

rekam medik, keluarga yang dapat dihubungi.

b. Alasan masuk

Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau

dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien

yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan

orang lain, terlihat murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli

dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang lain.

c. Faktor predisposisi

Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan

adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya

penyakit fisik dan mental yang diderita pasien sehingga

menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.

Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga terlalu

melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan

inisiatif terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga


menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk

perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan dan situasi

lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.

d. Pemeriksaan fisik

Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-

tanda vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu

pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan klien yang

kotor dan acak-acakan.

e. PSIKOSOSIAL

1) Genogram

Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,

pengambilan keputusan dan pola asuh.

2) Konsep diri

a) Citra tubuh

Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang

disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan tidak

disukai.

b) Identitas diri

Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat,

kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien

sebagai laki-laki atau perempuan , keunikan yang dimiliki sesuai

dengan jenis kelamin dan posisinnya.


c) Peran diri

Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/

pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam

melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat

pasien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat

perubahan tersebut.

d) Ideal diri

Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang

ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau

sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta

harapan pasien terhadap penyakitnya.

e) Harga diri

Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain

sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan dengan

orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian pasien

terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.

f) Hubungan sosial

Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu

karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar

menghindari pasien. Adanya hambatan dalam behubungan

dengan orang lain, minat berinteraksi dengan orang lain.

g) SPRITUAL

 Nilai dan keyakinan


Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien

terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.

 Kegiatan ibadah

Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika

pasien menglami gangguan jiwa.

h) STATUS MENTAL

 Penampilan

Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu

cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.

 Cara bicara/ pembicaraan

Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering

terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai

pembicaraan.

 Aktivitas motorik

Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dankompulsif.

 Alam perasaan

Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa

tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.

 Afek

Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien

berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.

 Interaksi selama wawancara


Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif,

mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang

menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada

pewawancara atau orang lain.

 Persepsi

Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap

hal-hal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran,

penglihatan serta halusinasi perabaan yang membuat pasien

tidak mau membersihkan diri dan pasien mengalami

depersonalisasi.

 Proses pikir

Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,

sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi,

pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan

kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.

i) KEBUTUHAN PASIEN PULANG

 Makan

Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien

terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan

menyiapkan dan membersihkan alat makan

 Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa

menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa

berdandan.

 Mandi

Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak

gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku,

tubuh pasien tampak kusam dan badan pasien

mengeluarkan aroma bau.

 BAB/ BAK

Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di

tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC

setelah BAB/BAK.

 Itsirahat

Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan

aktivitas apapun setelah bangun tidur.

 Penggunaan obat

Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat

tidak teratur.

 Aktivitas dalam rumah

Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas

di dalam maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa

malas.

j) mekanisme koping
 Adaptif

Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain,

tidak bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak

mampu berolahraga karena pasien selalu malas.

 Maladaptif

Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang

berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu

menghindari orang lain.

 Masalah psikososial dan lingkungan

Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti

berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya

disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga,

pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi

dan pelayanan kesehatan.

 Pengetahuan

Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang

mengalami gangguan kognitif sehingga tidak mampu

mengambil keputusan.

k) sumber koping

Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan

koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress

dan ansietas dengan menggunakan sumber koping yang ada di

lingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan sebagai


modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan

keyakinan budaya dapat membantu seorang mengintegrasikan

pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi

koping yang efektif.

B. DIAGNOSA

defisit perawatan diri

C. RENCANA TINDAKAN

Diagnosa Tujuan dan Rencana

Keperawata Kriteria Evaluasi

Tujuan: Pada Pasien

Defisit Klien mampu melakukan


1. Melatih pasien cara-
perawatan perawatan diri secara mandiri
cara perawatan
diri Kriteria:
kebersihan diri
1. Pasien mampu
a. Mnelaskan
melakukan kebersihan
pentingnya
diri secara mandiri
menjaga
2. Pasien mampu
kebersihan diri.
melakukan
b. Menjelaskan alat-
berhias/berdandan
secara baik alat untuk

3. Pasien mampu menjaga

melakukan makan kebersihan diri

dengan baik c. Menjelaskan cara-

4. Pasien mampu cara melakukan

melakukan BAB/BAK kebersihan diri

secara mandiri 2. Melatih pasien

mempraktekkan cara

menjaga kebersihan

diri

a. Berpakaian

b. Menyisir rambut

c. Berhias

3. Melatih pasien makan

secara mandir

a. Menjelaskan cara

mempersiapkan

makan

b. Menjelaskan cara

makan yang tertib

c. Menjelaskan cara

merapihkan

peralatan makan
setelah makan

d. Praktek makan

sesuai dengan

tahapan makan

yang baik

4. Mengajarkan pasien

melakukan BAB/BAK

secara mandiri

a. Menjelaskan

tempat BAB/BAK

yang sesuai

b. Menjelaskan cara

membersihkan diri

setelah BAB dan

BAK

c. Menjelaskan cara

membersihkan

tempat BAB dan

BAK

Keluarga mampu merawat Pada Keluarga

anggota keluarga yang 1. Diskusikan dengan

mengalami masalah kurang keluarga tentang


perawatan diri. masalah yang

dihadapi keluarga

dalam merawat pasien

2. Jelaskan pentingnya

perawatan diri untuk

mengurangi stigma

3. Diskusikan dengan

keluarga tentang

fasilitas kebersihan

diri yangdibutuhkan

oleh pasien untuk

menjaga perawatan

diri pasien.

4. Anjurkan keluarga

untuk terlibat dalam

merawat diri pasien

dan membantu

mengingatkan pasien

dalam merawat diri

(sesuai jadwal yang

telah disepakati).

5. Anjurkan keluarga

untuk memberikan
pujian atas

keberhasilan pasien

dalam merawat diri.

6. Latih keluarga cara

merawat pasien

dengan defisit

perawatan diri

Anda mungkin juga menyukai