Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BENCANA ALAM

NON SOCIAL

Dosen Pengampu : Ns. Sova Evie., S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Ummul Kalsum 5. Ilham


2. Hermila Wahyuni 6. Fitriani Makmur
3. Yunda Firsty Wulandari 7. Sri Handayani
4. Nurjannah 8. Sri wahyuni

POLTEKKES KEMENKES PALU

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TOLITOLI

2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Tanggap Bencana, dengan judul Makalah Bencana Alam Non Social.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga judul Makalah Bencana Alam Non Social dapat terselesikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga judul
Makalah Bencana Alam Non Social ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Tolitoli, 03 Agustus 2022

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3


2.1 Bencana non alam dan bencana social...............................................3
2.2 Gagal Teknologi.................................................................................3
2.3 Gagal Modernisasi..............................................................................4
2.4 Epedemic dan Wabah Penyakit..........................................................5
2.5 Konflik Antar Kelompok....................................................................13
2.6 Teror...................................................................................................15

BAB III PENUTUP......................................................................................16


3.1 Kesimpulan.........................................................................................16
3.2 Saran...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
baik oleh faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, maupun dampak psikologis. Bencana setiap waktunya telah banyak
mengakibatkan korban jiwa dan materi (Pusat Mitigasi Bencana ITB,
2008). Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia. Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana non
alam, dan bencana sosial.
Bencana alam, yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa
gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor. Adapun bencana non alam, yaitu bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa
kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemic dan wabah penyakit.
Bencana sosial, yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok dan antar komunitas masyarakat serta teror.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian bencana non alam dan bencana social?
2. Apa itu gagal teknologi?
3. Apa itu gagal odernisasi?
4. Apa itu epidemic dan wabah penyakit?
5. Apa itu konflik antar kelompok?
6. Apa itu teror?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bencana non alam dan bencana social
2. Untuk mengetahui gagal teknologi
3. Untuk mengetahui gagal odernisasi
4. Untuk mengetahui epidemic dan wabah penyakit
5. Untuk mengetahui konflik antar kelompok
6. Untuk mengetahui teror

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui secara pasti apa sebenarnya bencana non alam dan
bencana social itu.
2. Menambah pengetahuan dibidang pembelajaran mengenai bencana non
alam dan bencana social.
3. Dapat mengetahui berbagai penanganan mengenai bencana non alam dan
bencana social.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana Non Alam dan Bencana Social


Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat dan teror.

2.2 Gagal Teknologi


Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan
oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia
dalam penggunaan teknologi dan/atau industri.
A. Penyebab Kegagalan Teknologi
1. Kebakaran.
2. Kegagalan/kesalahan desain keselamatan pabrik teknologi.
3. Kesalahan prosedur pengoperasian pabrik/ teknologi.
4. Kerusakan komponen.
5. Kebocoran reaktor nuklir.
6. Kecelakaan transportasi (darat, laut, udara).

B. Mitigasi dan Upaya Pengurangan Risiko Bencana


1. Kurangi pemakaian bahan-bahan kimia yang berbahaya mudah
terbakar .
2. Tingkatkan ketahanan terhadap kebakaran dengan menggunakan
material bangunan ataupun peralatan yang tahan api.
3. Bangun daerah penyangga atau penghalang api serta penyebaran
asap/pengurai asap.
4. Tingkatkan fungsi sistem deteksi dan peringatan dini.

3
5. Perencanaan kesiapsiagaan dalam peningkatan kemampuan
pemadaman kebakaran dan penanggulangan asap, tanggap darurat
dan evakuasi bagi pegawai serta penduduk di sekitar .
6. Sosialisasikan rencana penyelamatan kepada pegawai dan
masyarakat sekitarnya bekerjasama dengan instansi terkait.

C. Mitigasi dan Upaya Pengurangan Risiko Bencana


1. Tingkatkan kemampuan pertahanan sipil dan otoritas kedaruratan.
2. Batasi dan kurangi kapasitas penampungan bahan bahan kimia yang
berbahaya dan mudah terbakar.
3. Tingkatkan standar keselamatan di pabrik dan desain peralatan.
4. Antisipasi kemungkinan bahaya dalam desain pabrik.
5. Buat prosedur operasi penyelamatan jika terjadi kecelakaan
teknologi.
6. Pindahkan bahan/material yang berbahaya dan beracun

2.3 Gagal Odernisasi


Modernisasi sendiri dalam pengertiannya di KBBI adalah pergeseran
sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai
dengan tuntutan masa kini. Modernisasi adalah proses-proses pembangunan
yang marak terjadi, maka jawabannya sedikit berlainan.n Jika itu yang
dimaksud, maka kita mengenal adanya bencana sosial, seperti kerusuhan,
peperangan, terorisme, dan lainnya. Hubungan antara bencana dan
pembangunan atau modernisasi bias menjadi sebab proses pembangunan
selain untuk kemajuan bangsa dan negara, tak jarang juga menyebabkan
munculnya risiko bencana baru. Sebagai contoh, pembangunan jalan tol
yang melintasi hutan akan menyebabkan bencana ekologi, karena hilangnya
keanekaragaman hayati bagi flora dan fauna yang habitatnya digunakan
untuk pembangunan. Di samping itu, bencana lain seperti banjir, kekeringan,
dan longsor pun juga dapat terjadi setelah berbagai proyek pembangunan
ini. Kita bisa menambahkan deretan persoalan ini dengan mengganti-ganti

4
pembangunannya, misalnya jembatan, hotel, apartmen, sungai, dan lainnya,
kemudian bencana ikutan yang terjadi karena hal-hal tersebut.
Dalam uraian di atas, sebenarnya batas antara jenis bencana alam dan
nonalam agak samar. Hal ini terjadi karena fenomena nonalam, seperti
pembangunan infrastruktur bergabung dengan fenomena alam seperti curah
hujan tinggi yang kemudian menyebabkan banjir, longsor, dan
lainnya.Dalam kategori ini, pembangunan dan tuntutan hidup saat ini dapat
pula memicu terjadinya bencana. Misalnya keberadaan pasar hewan liar di
Kota Wuhan, yang menjadi titik tolak wabah virus Korona Baru penyebab
pandemi Covid19. Setelah itu, karena gaya hidup masyarakat sekarang yang
memiliki tingkat mobilitas tinggi dan kurang menjaga kebersihan, maka
pergerakan mereka yang membawa virus menyebabkan terjadinya pandemi
di seluruh dunia. Sebagai tambahan, aktivitas modern yang diminati, seperti
berwisata pun tak lepas dari risiko bencana. Sebab, di negara ini, lokasi
wisata ada pula yang rawan bencana. Contohnya adalah di pinggir pantai
yang rawan gempa dan tsunami, di pegunungan yang rawan letusan
gunungapi, dan lainnya.

2.4 Epidemic dan Wabah Penyakit


Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut Wabah adalah
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka. Penyebab Wabah secara garis besar adalah karena Toxin
( kimia & biologi) dan karena Infeksi (virus, bacteri, protozoa dan cacing)
Sumber penyakit adalah manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-benda yang
mengandung dan/atau tercemar bibit penyakit, serta yang dapat
menimbulkan wabah. Daerah Wabah adalah suatu wilayah yang dinyatakan
terjangkit wabah. Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang

5
dapat menjurus pada terjadinya wabah. Pencegahan Seperti pada definisi
wabah, maka upaya pencegahan yang dilakukan selama ini adalah upaya
bagaimana mencegah kondisi wabah agar tidak terjadi. Oleh karena itu
upaya yang dilakukan selama ini adalah bagaimana menangani terjadinya
KLB (kondisi sebelum wabah terjadi) di Indonesia. Bahkan dalam
pelaksanaanya upaya pencegahan tersebut dilakukan jauh lebih awal yaitu
mencegah agar KLB tidak terjadi, melalui Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB). Penyelenggaraan SKD-KLB secara jelas
telah diatur dalam PERMENKES No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistim Kewaspadaan Dini KLB. Kegiatan SKD
KLB secara umum meliputi:
A. Kajian Epidemiologi Ancaman KLB
Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, maka dilakukan kajian secara
terus menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit berpotensi
KLB dengan menggunakan bahan kajian :
1. data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB,
2. kerentanan masyarakat, antara lain status gizi dan imunisasi,
3. kerentanan lingkungan,
4. kerentanan pelayanan kesehatan,
5. ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau
negara lain, serta
6. sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi.

B. Peringatan Kewaspadaan Dini KLB


Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya peningkatan
KLB pada daerah tertentu dibuat untuk jangka pendek (periode 3-6
bulan yang akan datang) dan disampaikan kepada semua unit terkait di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi,
Departemen Kesehatan, sektor terkait dan anggota masyarakat, sehingga
mendorong peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB
di Unit Pelayanan Kesehatan dan program terkait serta peningkatan

6
kewaspadaan masyarakat perorangan dan kelompok. Peringatan
kewaspadaan dini KLB dapat juga dilakukan terhadap penyakit
berpotensi KLB dalam jangka panjang (periode 5 tahun yang akan
datang), agar terjadi kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat menjadi
acuan perumusan perencanaan strategis program penanggulangan KLB

C. Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB


Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB meliputi
peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini kondisi rentan KLB;
peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini KLB; penyelidikan
epidemiologi adanya dugaan KLB; kesiapsiagaan menghadapi KLB dan
mendorong segera dilaksanakan tindakan penanggulangan KLB.
1. Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB
Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap
timbulnya kerentanan masyarakat, kerentanan lingkungan-perilaku,
dan kerentanan pelayanan kesehatan terhadap KLB dengan
menerapkan cara-cara surveilans epidemiologi atau pemantauan
wilayah setempat (PWS) kondisi rentan KLB. Identifikasi timbulnya
kondisi rentan KLB dapat mendorong upaya-upaya pencegahan
terjadinya KLB dan meningkatkan kewaspadaan berbagai pihak
terhadap KLB.
2. Deteksi Dini KLB
Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya KLB
dengan mengidentifikasi kasus berpotensi KLB, pemantauan wilayah
setempat terhadap penyakit-penyakit berpotensi KLB dan
penyelidikan dugaan KLB.
3. Deteksi Dini KLB melalui Pelaporan Kewaspadaan KLB oleh
Masyarakat
Laporan kewaspadaan KLB merupakan laporan adanya seorang atau
sekelompok penderita atau tersangka penderita penyakit berpotensi
KLB pada suatu daerah atau lokasi tertentu. Isi laporan kewaspadaan

7
terdiri dari jenis penyakit; gejala-gejala penyakit; desa/lurah,
kecamatan dan kabupaten/kota tempat kejadian; waktu kejadian;
jumlah penderita dan jumlah meninggal
4. Kesiapsiagaan Menghadapi KLB
Kesiapsiagaan menghadapi KLB dilakukan terhadap sumber daya
manusia, sistem konsultasi dan referensi, sarana penunjang,
laboratorium dan anggaran biaya, strategi dan tim penanggulangan
KLB serta kerjasama tim penanggulangan KLB Kabupaten/Kota,
Propinsi dan Pusat.
5. Tindakan Penanggulangan KLB Yang Cepat Dan Tepat. Setiap
daerah menetapkan mekanisme agar setiap KLB dapat terdeteksi dini
dan dilakukan tindakan penanggulangan dengan cepat dan tepat.
6. Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD-KLB
Penyelenggaraan SKD-KLB dilaksanakan terus menerus secara
sistematis di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan di
masyarakat yang membutuhkan dukungan politik dan anggaran yang
memadai di berbagai tingkatan tersebut untuk menjaga
kesinambungan penyelenggaraan dengan kinerja yang tinggi.

D. Penanggulangan
Upaya penanggulangan KLB dilaksanakan dengan tujuan untuk
memutus rantai penularan sehingga jumlah kesakitan, kematian maupun
luas daerah yang terserang dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam
operasionalnya maka kegiatan penanggulangan selalu disertai kegiatan
penyelidikan yang selanjutnya digunakan istilah penyelidikan dan
penanggulangan KLB. Upaya penyelidikan dan penanggulangan secara
garis besar meliputi:
1. Persiapan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB
Persiapan penyelidikan dan penanggulangan KLB meliputi persiapan
administrasi, tim penyelidikan epidemiologi, bahan logistik dan
bahan laboratorium serta rencana kerja penyelidikan epidemiologi

8
KLB. Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi KLB bekerjasama
dengan unit kesehatan terkait setempat, dapat melakukan wawancara,
pemeriksaan medis dan laboratorium terhadap penderita,
pemeriksaan orang-orang yang mendapat serangan penyakit,
pemeriksaan sumber-sumber penyebaran penyakit, pemeriksaan data
perawatan penderita di unit-unit pelayanan kesehatan, pemeriksaan
data perorangan, sekolah, asrama, dan tempat-tempat lainnya yang
berhubungan dengan penyebaran penyakit dengan memperhatikan
etika pemeriksaan medis dan etika kemasyarakatan setempat.
Rekomendasi dirumuskan dengan memperhatikan asas segera,
efektip dan efisien dalam rangka penanggulangan KLB yang sedang
berlangsung sesuai dengan kemampuan yang ada serta disampaikan
kepada tim penanggulangan KLB dengan memperhatikan
kerahasiaan jabatan dan implikasi terhadap kesejahteraan dan
keselamatan masyarakat.
2. Memastikan adanya KLB
Kepastian adanya suatu KLB berdasarkan pengertian dan kriteria
kerja KLB yang secara formal ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas
rekomendasi teknis Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, baik
bersumber data kesakitan dan atau data kematian yang ada di
masyarakat, maupun bersumber data kesakitan dan atau kematian
yang ada di unit-unit pelayanan penderita serta hasil pemeriksaan
laboratorium. Untuk memastikan adanya KLB, maka data penderita
setidak-tidaknya menunjukkan perkembangan penyakit dari waktu
ke waktu berdasarkan tanggal mulai sakit dan atau tanggal berobat
yang dapat digunakan untuk memperkirakan tanggal mulai sakit,
tempat kejadian menurut unit pelayanan penderita berobat, tempat
tinggal penderita, tempat usaha atau karakteristik tempat lain, serta
menurut umur, jenis kelamin dan kelompok-kelompok tertentu
sesuai dengan kebutuhan untuk memastikan adanya KLB. Secara

9
operasional, langkah-langkah untuk memastikan adanya KLB adalah
sebagai berikut :
a. Melakukan analisis terhadap data kesakitan dan kematian yang
ada di Puskesmas atau Rumah Sakit
b. Mendiskusikan dengan petugas poliklinik tentang adanya
peningkatan jumlah penderita atau diduga penderita penyakit
berpotensi KLB diantara yang berobat ke poliklinik menurut desa
atau lokasi tertentu.
c. Menanyakan pada setiap orang yang datang berobat ke
Puskesmasatau Rumah Sakit tentang adanya peningkatan jumlah
penderita atau diduga penderita penyakit berpotensi KLB tertentu
atau adanya peningkatan jumlah kematian di desa, sekolah,
asrama atau tempat lain. Peningkatan jumlah penderita
dibandingkan dengan kewajaran jumlah penderita pada keadaan
normal berdasarkan data yang ada di Puskesmas atau menurut
pandangan orang-orang yang diwawancarai.
d. Melakukan kunjungan ke lokasi yang diduga terjadi KLB untuk
memastikan adanya KLB. Tatacara memastikan adanya KLB
adalah dengan wawancara penduduk setempat melalui survei
masyarakat, dan atau dengan membuka pelayanan pengobatan
umum. Apabila jumlah penderita dan atau kematian cukup
banyak dan meningkat dibandingkan jumlah penderita pada
keadaan sebelumnya sesuai dengan kriteria kerja KLB, maka
dapat dipastikan adanya KLB di daerah tersebut.

E. Meneggakan Etiologi KLB


1. Etiologi suatu KLB dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
penderita perorangan, gambaran klinis kelompok, gambaran
epidemiologi dan hasil pemeriksaan laboratorium atau alat
penunjang pemeriksaan lainnya.

10
2. Gambaran klinis penderita perorangan dapat diperoleh berdasarkan
wawancara dan pemeriksaan medis penderita, gambaran klinis
kelompok penderita dapat diperoleh dari prosentase gejala dan tanda-
tanda penyakit yang ada pada sekelompok penderita pada daerah
yang terjadi KLB.
3. Gambaran epidemiologi dibuat dalam bentuk kurva epidemiologi
KLB, angka serangan (attack rate) dan angka fatalitas kasus (case
fatality rate) berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin.
Gambaran epidemiologi lain dapat dibuat berdasarkan
pengelompokan tertentu sesuai dengan kebutuhan mengetahui
etiologi KLB.
4. Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa spesimen tertentu sesuai
dengan perkiraan etiologi berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan
epidemiologi. Bahan spesimen yang menimbulkan perlukaan atau
risiko perlukaan diupayakan hanya diambil dari beberapa orang saja
sebagai contoh pengujian laboratorium.

F. Identifikasi Gambaran Epidemiologi KLB


1. Gambaran epidemiologi KLB menjelaskan distribusi penyebaran
penyakit dalam bentuk tabel, kurva epidemi, grafik dan peta, baik
dalam angka absolut maupun dalam angka serangan (attack rate), dan
angka fatalitas kasus (case fatality rate) berdasarkan golongan umur,
jenis kelamin, dan tempat-tempat tertentu yang bermakna secara
epidemiologi. Umur dikelompokkan dalam kelompok umur kurang
dari 1 tahun, 1 – 4 tahun, 5 – 9 tahun , 10 – 14 tahun, 15 – 44 tahun
dan 45 tahun atau lebih, sesuai dengan kebutuhan epidemiologi
menurut umur. Tempat dikelompokkan berdasarkan tempat kejadian.
Gambaran epidemiologi lain dapat dibuat berdasarkan
pengelompokan tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui
etiologi KLB, besar masalah KLB dan menjadi dasar membangun
hipotesis sumber dan cara penyebaran penyakit.

11
2. Gambaran epidemiologi KLB juga bermanfaat sebagai data
epidemiologi KLB dalam sistem kewaspadaan dini KLB dan
referensi perumusan perencanaan, pelaksanaan pengendalian dan
evaluasi program penanggulangan KLB

G. Mengetahui Sumber dan Cara Penyebaran KLB


Cara untuk mengetahui sumber dan cara penyebaran penyakit adalah
berdasarkan metode epidemiologi deskriptip, analitik dan kesesuaian
hasil pemeriksaan laboratorium antara penderita dan sumber penyebaran
penyakit yang dicurigai.

H. Menetapkan Cara-cara Penanggulangan KLB


Cara-cara penanggulangan KLB meliputi upaya-upaya pengobatan yang
tepat terhadap semua penderita yang ada di unit-unit pelayanan
kesehatan dan di lapangan, upaya-upaya pencegahan dengan
menghilangkan atau memperkecil peran sumber penyebaran penyakit
atau memutuskan rantai penularan pada KLB penyakit menular. Cara-
cara penanggulangan KLB sebagaimana tersebut diatas sesuai dengan
masing-masing cara penanggulangan KLB setiap jenis penyakit,
keracunan atau masalah kesehatan tertentu dan penyakit berpotensi KLB
yang belum jelas etiologinya.

I. Rekomendasi
Rekomendasi merupakan salah satu tujuan penting dari suatu
penyelidikan dan penanggulangan KLB. Rekomendasi berisi cara-cara
penanggulangan KLB yang sedang berlangsung, usulan penyelidikan
dan penanggulangan KLB lebih luas dan atau lebih teliti, dan upaya
penanggulangan KLB dimasa yang akan datang. Perumusan suatu
rekomendasi berdasarkan fakta hasil penyelidikan dan penanggulangan
KLB, merujuk hasil-hasil penelitian dan pembahasan para ahli
terhadapmasalah yang sama atau berkaitan, kemampuan upaya

12
penanggulangan KLB dan kondisi kelompok populasi yang mendapat
serangan KLB. Rekomendasi disampaikan kepada tim penanggulangan
KLB berdasarkan asas cepat, tepat dan bertanggungjawab untuk segera
menghentikan KLB dan mencegah bertambahnya penderita dan
kematian pada KLB.

2.5 Konflik Antar Kelompok


Merupakan konflik yang terjadi antara dua atau lebih dari kelompok
orang, departemen, atau organisasi. Sumber konflik ini adalah hambatan
dalam mencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta
keterbatasan prasarana (Marquis & Huston, 2010).Merupakan konflik ini
terjadi karena perbedaan kepentingan dan tujuan yang satu sama lain tidak
ada yang mau mengalah. Biasanya konflik antar kelompok ini muncul
karena ingin saling menguasai, yang mayoritas merasa lebih berhak menjadi
pemimpin dan menentukan tujuan kelompok tersebut.
Sedangkan kelompok minoritas berasumsi bahwa dalam kelompok
tidak boleh ada superior dan inferior, semua memiliki hak dan kewajiban
yang sama, berhak atas perlakuan dan keadilan yang sama.Terjadi apabila
diantara unit-unit kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari
kelompok lain, pertentangan ini bila berlarut-larut akan membuat koordinasi
& integrasi kegiatan menjadi terkendala/mengalami kesulitan.Jadi konflik
antar kelompok merupakan konflik yang terjadi antara dua atau lebih dari
kelompok orang, biasanya terjadi karena perbedaan kepentingan dan tujuan
yang satu sama lain tidak ada yang mau mengalah, sehingga muncul rasa
ingin saling menguasai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik adalah
percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Konflik sosial adalah
pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam
kehidupan. Konflik berasal dari kata kerja latin "configere". Artinya saling
memukul. Secara sosiologi, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial

13
antara dua orang atau lebih. Di mana salah satu pihak berusaha yang ingin
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya.
Konflik sering kali berubah menjadi kekerasan terutama ada upaya-
upaya dengan pengelolaan konflik tidak dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh oleh pihak yang berkaitan. Karena konflik selalu menjadi bagian
hidup manusia yang bersosial dan berpolitik serta menjadi pendorong dalam
dinamika dan perubahan sosial politik. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia yang disusun Poerwadarminta (1976), konflik berati pertentangan
atau percekcokan. Pertentangan sendiri bisa muncul ke dalam bentuk
pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak berseberangan.
Faktor penyebab terjadinya konflik :
1. Perbedaan antar perorangan, Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), perbedaan tersebut dapat berupa
perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat.
2. Perbedaan kebudayaan, Setiap daerah memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda, seperti perilaku atau tata sikap. Konflik bisa terjadi karena
kelainan tata sikap dan perilaku sosialnya. Jika tidak ada titik temu atau
kesepakatan akan konflik akan meluas. Perbedaan kebudayaan identik
dengan daerah yang berbeda. Tidak menutup kemungkinan mereka yang
berasal dari daerah yang sama memiliki kebudayaan yang berbeda
karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidaklah
sama. Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan bisa membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda. Pemikiran dan pendirian yang berbeda
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu
konflik bahkan kekerasaan sosial.
3. Perbedaan kepentingan, Adanya perbedaan kepentingan bisa menjadi
munculnya konflik sosial. Karena kepentingan itu sifatnya esensial bagi
kelangsungan hidup itu sendiri. Ketika individu berhasil memenuhi
kepentingannya, maka akan merasakan kepuasan. Sebaliknya ketika
mengalami kegagalan dalam memenuhi kepentingannya maka akan
menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

14
4. Perubahan sosial, yang terlalu cepat Konflik sosial bisa terjadi dampak
dari revolusi atau perubahan sosial yang terlalu cepat di masyarakat.
Konflik adalah salah satu penyebab perubahan sosial yang cepat di atas.
Bila kasus revolusi dijadikan acuan, konflik adalah faktor penggerak
revolusi. Sebuah revolusi biasanya diawali oleh rentetan atau gelombang
aksi-aksi demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak akan
membuat keguncangan di masyarakat. Bahkan bisa terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

2.6 Teror
1. Melakukan koordinasi dan koordinasi antar lembaga Pemerintah dan
kerjasama dengan POLRI, BNPT, BAPETEN, TNI, dan BNPB sebagai
leading sector pencegahan
2. Melakukan peningkatan kapasitas lembaga pemerintah dalam
pencegahan dan penanggulangan teroris
3. Melakukan tindakan operasional penanggulangan terorisme dan
memperkuat upaya deteksi secara dini potensi aksi
4. Menggencarkan peran aktif dari masyarakat dan pengintensifan dialog
dengan kelompok masyarakat yang radikal
5. Keamanan terhadap area publik dan daerah strategis yang menjadi target
kegiatan, seperti rumah ibadat , museum dan daerah wisata
6. Melakukan sosialisasi dan perlindungan masyarakat terhadap aksi
sosialisasi
7. Melakukan deradikalisasi melalui upaya-upaya pembinaan (soft
approach) untuk mencegah rekrutmen kelompok teroris serta
merehabilitasi pelaku teror yang telah berhasil
8. Melakukan pencegahan penyebaran kebencian dan SARA masih banyak
ditemukan di media social

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat dan terror. Kegagalan Teknologi adalah semua
kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian,
kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan/atau
industri.

3.2 Saran
Meskipun penulis mengiginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini tetapi kenyataanya masih banyak yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan minimnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan kedepannya.

16
Daftar Pustaka

https://bpbd.grobogan.go.id/Defenisi-Bencana/
http://bpbd.semarangkota.go.id/pocontent/uploads/
KEGAGALAN_TEKNOLOGI.pdf
http://scholar.unand.ac.id/69475/2/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
https://bphn.go.id/data/documents/wabah_penyakit_menular.pdf
https://bpbd.grobogan.go.id/Defenisi-Bencana/
https://kelurahan-orooroombo.madiunkota.go.id/difinisi-dan-jenis-bencana/

17

Anda mungkin juga menyukai