Anda di halaman 1dari 18

Visi:

Pada tahun 2023 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan lanjut usia
dengan menerapkan Ilmu dan Teknologi keperawatan

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA


PENATALAKSANAAN KORBAN BENCANA MASSAL
DI RUMAH SAKIT

Program studi : Prodi Profesi Ners Tingkat III


Mata kuliah : Manajemen Bencana
Pembimbing : Ace Sudrajat, S.Kp., M.Kes
Kelompok :6
Anggota :
1. Aufiah Dhia Ulhaq P3.73.20.2.17.007
2. Fitra Rahmadilla Haryadi P3.73.20.2.17.016
3. Nisrina Rifqi Syukria P3.73.20.2.17.025
4. Shafana Salsabila P3.73.20.2.17.034

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas
segala nikmat yang diberikan. Sholawat serta salam tak lupa kita sampaikan pada Nabi
Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wassalam. Dengan mengucap rasa syukur kami sebagai tim
penulis berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PENATALAKSANAAN KORBAN
MASSAL DI RUMAH SAKIT” untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Masalah.

Dukungan dari berbagai pihak sangat membantu tim penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Ucapan terimakasih tim penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Ace Sudrajat, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen
Bencana di Poltekkes Kemenkes Jakarta III serta,
2. Seluruh pihak yang telah memberikan do’a, arah, dukungan, dan dorongan dari segi material
maupun moral.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan dari segi kualitas atau kuantitas maupun dari ilmu pengetahuan yang kami kuasai.
Oleh karena itu kami selaku tim penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan pembuatan laporan atau karya tulis dimasa mendatang. Atas perhatian
dan waktunya kami ucapkan terima kasih.

Tim Penulis

Bekasi, 13 Februari 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3

D. Sistematika Penulisan...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Definisi Bencana............................................................................................4

B. Kategori Bencana..........................................................................................4

C. Organisasi dan Tata Kerja Perencanaan....................................................5

D. UU tentang Pertolongan Bencana Massal...................................................7

E. Penerapan Rencana Penatalaksanaan Korban Bencana Massal

di Rumah Sakit..............................................................................................8

F. Faktor Utama yang mempengaruhi RS menangani Bencana.................13

BAB III PENUTUP.....................................................................................................14

A. Kesimpulan..................................................................................................14

B. Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau


rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Bencana merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang menyebabkan kerusakan


berupa sarana prasana maupun struktur sosial yang sifatnya mengganggu kelangsungan
hidup masyarakat.

Bencana merupakan kejadian yang mendadak, tidak terduga dan dapat terjadi pada siapa
saja, dimana saja, kapan saja serta mengakibatkan kerusakan dan kerugian harta benda,
korban manusia yang relatif besar baik mati maupun cedera.

Bencana dapat disebabkan karena alamiah seperti gunung meletus, banjir, tanah longsor
atau karena kesalahan manusia. Beberapa hal yang diakibatkan oleh kesalahan manusia
antara lain karena kelalaian yaitu kecelakaan lalu lintas udara, laut dan darat, serta kebakaran
dan runtuhnya gedung. Adapula bencana yang sengaja dilakukan oleh manusia antara lain
peledakan bom oleh teroris, pembakaran serta kerusuhan.

Beberapa macam bencana yang telah terjadi antara lain bencana alam, kecelakaan lalu
lintas darat, udara dan laut serta bom semuanya mengakibatkan banyak korban yang
meninggal. Identifikasi Korban Massal sangat penting mengingat kepastian seseorang hidup
dan mati sangat diperlukan untuk kepentingan hukum yang berkaitan dengan Asuransi,
Pensiun, Warisan, dan lain-lain.

Penanganan korban mati pada bencana selama ini belum mendapat perhatian yang serius,
penuh tantangan serta memerlukan dana, sarana dan prasarana yang cukup mahal serta
dibutuhkan profesionalisme dari para petugas yang menangani hal tersebut.

1
Selain itu terbatasnya sumber daya manusia yang menangani korban mati baik dalam
kuantitas maupun kualitas memerlukan perhatian khusus agar dapat memenuhi kebutuhan
saat ini.

Berbagai kerawanan bencana yang menimpa berbagai wilayah Indonesia secara berturut-
turut dan terus menerus, baik yang dikarenakan oleh alam, maupun karena sebab ulah
manusia, wabah penyakit dan dampak kemajuan teknologi seperti yang telah disebutkan di
atas selalu mengakibatkan penderitaan, korban jiwa manusia, kerugian material, disamping
rusaknya lingkungan serta hasil-hasil pembangunan yang telah dengan susah payah
diusahakan.

Adanya korban penderita masal dari semua kejadian diatas, mulai dari yang ringan
sampai kepada yang terberat yakni korban meninggal membawa dampak yang tidak ringan
terhadap rumah sakit sebagai unsur kesehatan yang akan memberikan pertolongan medik
kepada korban. Karena biasanya terdapat ketidak seimbangan antara kejadian dan fasilitas
pertolongan, serta kapasitas daya tampung rumah sakit saat ini yang serba terbatas.

Penanggulangan penderita korban masal dengan berbagai tingkat kegawat-daruratannya


harus melalui suatu sistem yang menjamin kecepatan, ketepatan pertolongan baik di tingkat
pra rumah sakit maupun di tingkat rumah sakit. Dalam pelaksanaannya diperlukan suatu
pengaturan yang jelas mengenai organisasi, tata laksana, koordinasi penyiapan tenaga dan
fasilitas, komunikasi dan pola operasional terpadu antar semua unsur terkait.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari bencana?
2. Apa saja kategori bencana?
3. Apa organisasi dan tata kerja perencanaan?
4. Apa UU tentang pertolongan bencana massal?
5. Bagaimana Penerapan rencana penatalaksanaan korban bencana alam di rumah sakit?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari bencana
2. Untuk mengetahui kategori bencana
3. Untuk mengetahui organisasi dan tata kerja perencanaan
4. Untuk mengetahui UU tentang pertolongan bencana massal
5. Untuk mengetahui Penerapan rencana penatalaksanaan korban bencana alam di rumah
sakit
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi RS saat menangani bencana

7. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyelesaian makalah ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan
sebagai berikut;
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, serta
sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan, berisi dari bencana, korban massal dan manajemen bencana hingga ke
penatalaksanaan korban massal di Rumah Sakit
BAB III Penutup, berisi simpulan dan saran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Bencana
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
2. Korban Massal
Korban massal merupakan suatu individu yang dirugikan dalam suatu kejadian yang
sangat merugikan, dan dalam korban massal memiliki jumlah yang relatif banyak.
3. Manajemen Bencana
Manajemen bencana bisa diartikan sebagai upaya-upaya untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengawasi, melaksanakan dan mengarahkan segala sumberdaya jika
terjadi bencana (disaster) pada suatu daerah. Manajemen bencana bisa digambarkan
sebagai suatu siklus yang berlangsung secara terus menerus (kontinyu). Menurut
Warfield, manajemen bencana mempunyai tujuan: (1) mengurangi atau mencegah
kerugian karena bencana, (2) menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai
terhadap korban bencana dan (3) mencapai pemulihan yang cepat dan efektif.

B. Kategori Bencana
Yang termasuk dalam kategori bencana / disaster di Rumah Sakit harus ditetapkan oleh
rumah sakit itu sendiri, sebagai contoh misalnya:
1. Internal
Bencana yang berasal dari internal rumah sakit dan menimpa rumah sakit dengan
segala obyek vitalnya yaitu pasien, pegawai, material, dan dokumen.
Contoh : Kebakaran

4
2. Eksternal
Bencana bersumber/berasal dari luar rumah sakit yang dalam waktu singkat
mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebih rata – rata / keadaan biasa sehingga
memerlukan penanganan khusus, dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya.
Contoh : Korban keracunan massal, korban kecelakaan massal

C. Organisasi dan Tata Kerja Perencanaan


Pada rumah sakit tujuan, perlu dilakukan disaster plan dan harus menyediakan surge
capacity untuk korban atau pasien special needs (BBL, ibu baru melahirkan, ibu hamil,
balita, anak-anak, lansia, pasien kronis, hingga pasien ketergantungan alat bantu).
Perencanaan harus ditujukan kepada peran dan tanggung jawab yang harus diantisipasi oleh
rumah sakit selama bencana, baik rumah sakit ikut menjadi korban bencana atau menjadi
rumah sakit rujuan. Rencana, sistem, dan prosedur harus selalu dikembangan dan
disimulasikan atau dilakukan latihan dan evaluasi (debriefing). Perencanaan ini dipimpin
oleh komite disaster plan.
Komite perencanaan evakuasi adalah komite yang bertugas untuk perencanaan evakuasi
saat rumah sakit megalami structural collapse. Komite harus terdiri dari berbagai perwakilan
nunit kerja dalam rumah sakit. Komite bertanggung jawab atas identifikasi bahaya serta
petugas-petugas yang berhubungan dengan terjadinya evakuasi rumah sakit.

1. Kedudukan RS
a. Pada bencana di RS
b. RS memberikan pelayanan
2. Tim disaster RS
Pengorganisasian Tim Disaster Rumah Sakit, yang mana anggotanya terdiri dari
setiap unit kerja terkait dengan tugas, fungsi dan wewenangnya masing – masing, sebagai
berikut:
a. Pimpinan Disaster
Pada saat jam dinas kantor yang bertindak sebagai pimpinan disaster adalah
Wadir Umum rumah sakit, dan di luar jam kantor yang bertindak sebagai pimpinan

5
disaster adalah Kepala Jaga yang bertugas saat itu sebagai pengganti direktur rumah
sakit.
Berwenang:
1) Menentukan keadaan bencana
2) Menentukan tingkat siaga
3) Memobilisasi Tenaga
Bertugas:
1) Mengkoordinasi segenap unsur di rumah sakit yang bertugas menanggulangi
bencana.
2) Berkoordinasi dengan unsur dari luar rumah sakit bilamana dipandang perlu,
setelah berkonsultasi dengan direktur Rumah Sakit.
b. Tim Evakuasi
Terdiri dari perawat, petugas kebersihan, petugas administrasi dan keuangan
Bertugas:
1) Membantu pasien dan keluarganya untuk keluar dari gedung rumah sakit
menyelamatkan diri.
2) Menyelamatkan harta benda milik rumah sakit dan pasien.
c. Tim Keamanan
Adalah Satuan Pengamanan dari rumah sakit.
Bertugas:
1. Mengamankan lokasi bencana dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab
2) Mengamankan jalur lalulintas ambulan, tenaga medis, dokumen-dokumen,
danharta benda.
3) Mengamankan jalur transportasi intern rumah sakit.
d. Tim Medis
Dipimpin oleh dokter IGD yang bertugas saat itu dan dibantu oleh perawat IGD.
Berwenang :
1) Menentukan kondisi kegawatdarurat korban
2) Menentukan penanganan lanjut untuk para korban, misalnya dirujuk atau tidak
3) Menentukan tempat rujukan yang tepat buat korban
Bertugas:

6
Memberikan pertolongan medis pertama kepada korban bencana
e. Tim Logistik Umum
Adalah petugas dapur dan laundry
Bertugas:
Melakukan perencanaan dan menyediakan logistik umum yang dibutuhkan oleh
petugas maupun korban bencana yang dibutuhkan saat itu.
f. Tim Penunjang
Tim Penunjang ini terdiri dari:
1) Penunjang medik yaitu radiologi, farmasi, laboratorium, ambulan, rekam medis
yang bertugas memberikan bantuan penunjang medis sesuai bidangnya.
2) Penunjang Umum yaitu petugas tekhnik akan memberikan bantuan penunjang
yang sifatnya umum seperti mengamanan kelistrikan agar tetap berfungsi dan
dapat memberikan tenaga listrik sesuai kebutuhan dan bantuan komunikasi,
sertabantuan umum yang lain yang dibutuhkan saat bencana.
g. Tim Khusus
Adalah petugas / perawat di Kamar Operasi
Bila ada operasi yang sedang berlangsung dan operasi harus diselasaikan maka
operasi diselesaikan dan ditutup sementara, maka petugas kamar operasi
Bertugas:
Mengupayakan tenaga listrik tetap terjamin dengan berkoordinasi petugas teknik.
1) Berkoordinasi dengan pimpinan disaster untuk kondisi dan situasi bencana
2) Petugas Kamar Operasi berwenang menghentikan kegiatan operasi dan
mengevakuasi pasien bilamana situasi bencana tidak memungkinkan lagi.
3) Bila tidak ada operasi/operasi baru dimulai maka operasi dihentikan dan
dilakukan evakuasi pasien oleh petugas kamar operasi sesuai ketentuan.
4) Bila Korban bencana dari luar Rumah Sakit, maka perawat Kamar Operasi
berperan menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan operasi, baik kamar
operasi yang akan digunakan, tim oparasi yaitu dokter anastesi dan dokter
operator, dll, bagi korban yang memerlukan tindakan operasi segera.
5) Perawat OK dapat dalam keadaan stand by di tempat atau bila diperlukan
perawat OK dapat menjemput korban yang telah tiba di IGD rumah sakit.

7
D. Undang-undang tentang Penanggulangan Bencana
Keputusan Menteri kesehatan republik Indonesia nomor 145/menkes/SK/I/2007 Tentang
pedoman penanggulangan bencana bidang kesehatan

1. Tingkat provinsi
Kepala dinas kesehatan provinsi melakukan kegiatan:
a. Melapor kepada gubernur dan menginformasikan kepada PPK Depkes tentang
terjadinya bencana atau adanya pengungsi
b. Mengaktifkan pusdalops penanggulangan bencana tingkat provinsi
c. Berkoordinasi dengan depkes dalam hal ini PPK, bila ada kebutuhan bantuan obat
dan perbekalan kesehatan. Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
menggunakan buku pedoman pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan.
d. Berkoordinasi dengan rumah sakit provinsi untuk mempersiapkan menerima
rujukan dari lokasi bencana atau tempat penampungan pengungsi. Bila
diperlukan, menugaskan rumah sakit provinsi untuk mengirimkan tenaga ahli ke
lokasi bencana atau tempat penampungan pengungsi.
e. Berkoordinasi dengan rumah sakit rujukan ( RS Pendidikan ) di luar provinsi
untuk meminta bantuan dan menerima rujukan pasien
f. Berkoordinasi dengan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk melakukan
“rapid health assessment” atau evaluasi pelaksanaan upaya kesehatan.
g. Memobilisasi tenaga kesehatan untuk tugas perbantuan ke daerah bencana.
h. Berkoordinasi dengan sector terkait untuk penanggulangan bencana
i. Menuju lokasi terjadinya bencana atau tempat penampungan pengungsi.

E. Penerapan Rencana Penatalaksanaan Korban Bencana Massal Rumah Sakit


1. Penerimaan di Rumah Sakit dan Pengobatan

8
Di rumah sakit, struktur perintah yang jelas diperlukan dan pelaksanaan triase
harus menjadi tanggung jawab dari klinisi yang berpengalaman. Hal ini dapat berarti
hidup atau mati bagi si pasien, dan akan menetapkan prioritas dan aktivitas dari
keseluruhan petugas.

Prosedur terapeutik harus dipertimbangkan secara ekonomis baik mengenai


sumber daya manusia maupun material. Penanganan medis ini pertama harus
disederhanakan dan bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan menghindari
komplikasi atau masalah sekunder yang besar:
 Prosedur yang distandarisasi (telah ditetapkan secara sungguh-sungguh), seperti
tindakan debridemen yang diperluas, penundaan penutupan luka primer,
penggunaan bidai dibandingkan perban sirkuler, dapat memberikan penurunan
mortalitas dan kecacatan jangka panjang yang berarti.
 Individu dengan pengalaman yang terbatas, dapat melakukan prosedur sederhana
secara cepat dan efektif, dalam beberapa keadaan. Teknik yang lebih canggih dan
membutuhkan individu terlatih dan peralatan yang kompleks serta peralatan yang
banyak (seperti perawatan luka bakar yang besar) bukan merupakan investasi
sumber daya yang bijaksana dalam penanganan cedera massal.

a. Proses Penyiagaan
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada
Unit Gawat Darurat (melalui telepon atau radio). Kepala penanganan korban
massal yang ditunjuk di Rumah sakit harus mengaktifkan rencana penanganan
korban massal. Dan mulai memanggil tenaga penolong yang dibutuhkan.
b. Mobilisasi
Jika bencana terjadi dalam radius 20 menit dari Rumah Sakit, Tim Siaga
Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit akan segera diberangkatkan ke lokasi
kejadian. Jika bencana tersebut terjadi dalam jarak lebih dari 20 menit dari
Rumah Sakit, tim tersebut hanya akan diberangkatkan berdasarkan permintaan
Tim Kesehatan Daerah.
Dalam bencana yang cenderung menimbulkan banyak korban
(kecelakaan pesawat terbang, kebakaran di atas kapal) tim ini harus segera

9
diberangkatkan ke lokasi kecelakaan tersebut.
c. Pengosongan Fasilitas Penerima Korban
Harus diusahakan untuk menyediakan tempat tidur di Rumah Sakit untuk
menampung korban bencana massal yang akan dibawa ke Rumah Sakit tersebut.
Untuk menampung korban, Pos Komando Rumah Sakit harus segera
memindahkan para penderita rawat inap yang kondisinya telah memungkinkan
untuk dipindahkan.

d. Perkiraan Kapasitas RumahSakit


Daya tampung Rumah Sakit ditetapkan tidak hanya berdasarkan jumlah
tempat tidur yang tersedia, tetapi juga berdasarkan kapasitasnya untuk merawat
korban. Dalam suatu kecelakaan massal, “permasalahan” yang muncul dalam
penanganan korban adalah kapasitas perawatan Bedah dan Unit Perawatan
Intensif.
Korban dengan trauma multipel, umumnya akan membutuhkan paling
sedikit dua jam pembedahan. Jumlah kamar operasi efektif (mencakup jumlah
kamar operasi, dokter bedah, ahli anestesi dan peralatan yang dapat berjalan
secara simultan) merupakan penentu kapasitas perawatan Bedah, dan lebih jauh
kapasitas Rumah Sakit dalam merawat korban.

2. Penerimaan Pasien
a. Lokasi
Tempat penerimaan korban di Rumah Sakit adalah tempat dimana triase
dilakukan. Untuk hal itu dibutuhkan:
 Akses langsung dengan tempat dimana ambulans menurunkan korban
 Merupakan tempat tertutup
 Dilengkapi dengan penerangan yang cukup
 Akses yang mudah ke tempat perawatan utama seperti Unit Gawat Darurat, Kamar
Operasi, dan Unit Perawatan Intensif.
Jika penatalaksanaan pra rumah sakit dilakukan secara efisien jumlah
korban yang dikirim ke rumah sakit akan terkontrol sehingga setelah triase korban
dapat segera dikirim ke unit perawatan yang sesuai dengan kondisi mereka. Tetapi

10
jika hal ini gagal akan sangat banyak korban yang dibawa ke rumah sakit sehingga
korban-korban tersebut harus ditampung terlebih dahulu dalam satu ruangan
sebelum dapat dilakukan triase. Dalam situasi seperti ini daya tampung rumah
sakit akan segera terlampaui.

b. Tenaga Pelaksana
Petugas triase di rumah sakit akan memeriksa setiap korban untuk
konfirmasi triase yang telah dilakukan sebelumnya, atau untuk melakukan
kategorisasi ulang status penderita. Jika penatalaksanaan pra rumah sakit cukup
adekuat, triase di rumah sakit dapat dilakukan oleh perawat berpengalaman di
Unit Gawat Darurat.

Jika penanganan pra-rumah sakit tidak efektif sebaiknya triase di rumah


sakit dilakukan oleh dokter Unit Gawat Darurat atau ahli anestesi yang
berpengalaman.
c. Hubungan dengan Petugas Lapangan
Jika sistem penatalaksanaan korban bencana massal telah berjalan baik
akan dijumpai hubungan komunikasi yang konstan antara Pos Komando Rumah
Sakit, Pos Medis Lanjutan, dan Pos Komando Lapangan.

Dalam lingkungan Rumah Sakit, perlu adanya aliran informasi yang


konstan antara tempat triase, unit-unit perawatan utama dan Pos Komando
Rumah Sakit. Ambulans harus menghubungi tempat triase di Rumah Sakit lima
menit sebelum ketibaannya di Rumah Sakit.

3. Tempat Perawatan Di Rumah Sakit


a. Tempat Perawatan Merah
Untuk penanganan korban dengan trauma multipel umumnya dibutuhkan
pembedahan sedikitnya selama dua jam. Di kota-kota atau daerah-daerah
kabupaten dengan jumlah kamar operasi yang terbatas hal ini mustahil untuk
dilakukan sehingga diperlukan tempat khusus dimana dapat dilakukan perawatan
yang memadai bagi korban dengan status “merah”. Tempat perawatan ini disebut
“tempat perawatan merah” yang dikelola oleh ahli anestesi dan sebaiknya

11
bertempat di Unit Gawat Darurat yang telah dilengkapi dengan peralatan yang
memadai dan disiapkan untuk menerima penderita gawat darurat.
b. Tempat Perawatan Kuning
Setelah triase korban dengan status “kuning” akan segera dipindahkan ke
Perawatan Bedah yang sebelumnya telah disiapkan untuk menerima korban
kecelakaan massal. Tempat ini dikelola oleh seorang dokter.
Di tempat perawatan ini secara terus menerus akan dilakukan monitoring,
pemeriksaan ulang kondisi korban dan segala usaha untuk mempertahankan
kestabilannya. Jika kemudian kondisi korban memburuk, ia harus segera
dipindahkan ke tempat “merah”.
c. Tempat Perawatan Hijau
Korban dengan kondisi “hijau” sebaiknya tidak dibawa ke Rumah Sakit,
tetapi cukup ke Puskesmas atau klinik-klinik. Jika penatalaksanaan pra Rumah
Sakit tidak efisien, banyak korban dengan status ini akan dipindahkan ke Rumah
Sakit. Harus tercantum dalam rencana penatalaksanaan korban bencana massal di
Rumah Sakit upaya untuk mencegah terjadinya hal seperti ini dengan
menyediakan satu tempat khusus bagi korban dengan status “hijau” ini.Tempat ini
sebaiknya berada jauh dari unit perawatan utama lainnya. Jika memungkinkan,
korban dapat dikirim ke Puskesmas atau klinik terdekat.

d. Tempat Korban dengan Hasil Akhir/Prognosis Jelek

Korban-korban seperti ini, yang hanya membutuhkan perawatan


supportif, sebaiknya ditempatkan di perawat- an/bangsal yang telah dipersiapkan
untuk menerima korban kecelakaan massal.

e. Tempat Korban Meninggal

Sebagai bagian dari rencana penatalaksanaan korban bencana massal di


Rumah Sakit harus disiapkan suatu ruang yang dapat menampung sedikitnya
sepuluh korban yang telah meninggal dunia.

12
4. Evakuasi Sekunder
Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung Rumah Sakit
terlampaui, atau korban membutuhkan perawatan khusus (mis; bedah saraf), korban
harus dipindahkan ke Rumah Sakit lain yang menyediakan fasilitas yang diperlukan
penderita. Pemindahan seperti ini dapat dilakukan ke Rumah Sakit lain dalam satu
wilayah, ke daerah atau provinsi lain, atau bahkan ke negara lain.
Pelayanan medis spesialistik, seperti bedah saraf, mungkin tersedia pada
rumah sakit di luar area bencana. Namun, evakuasi medis semacam ini harus dengan
hati-hati dikontrol dan terbatas bagi pasien yang memerlukan penanganan spesialistik
yang tidak tersedia pada area bencana. Kebijakan mengenai evakuasi harus
distandardisasi diantara tenaga kesehatan yang memberikan bantuan pemulihan di
area bencana, dan kepada rumah sakit yang akan menerima pasien.
Rumah sakit darurat yang dilengkapi petugas dan mandiri, dari pihak
pemerintah, militer, palang merah atau pihak swasta didalam negeri atau dari negara
tetangga yang memiliki kultur dan bahasa yang sama, dapat dipertimbangkan
penggunaannya dalam kasus yang ekstrim tetapi lihat masalah yang potensial. Rumah
sakit didaftarkan sesuai dengan lokasi geografiknya, dimulai dari yang terdekat
dengan lokasi bencana.

F. Faktor Utama yang Mempengaruhi Kemampuan Rumah Sakit Menangani


Keadaan Bencana
1. Kesiapan kapasitas lebih
2. Persediaan obat-obatan dan alat kesehatan
3. Organisasi struktur yang baik
4. Staff yang terlatih
5. Rencana penanggulangan/ disaster plan

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penanggulangan bencana korban massal dengan berbagai tingkat kegawat-
daruratannya sangat penting dan harus melalui suatu sistem yang menjamin kecepatan,
ketepatan pertolongan baik di tingkat pra rumah sakit maupun di tingkat rumah sakit.
Dalam pelaksanaannya diperlukan suatu pengaturan yang jelas mengenai organisasi, tata
laksana, koordinasi penyiapan tenaga dan fasilitas, komunikasi dan pola operasional
terpadu antar semua unsur terkait supaya dalam penanganan korban massal di Rumah
Sakit mendapat penanganan yang efektif dan efisien.
B. Saran
1. Bagi Pemerintah
Perlu dikembangkan kerjasama dengan stakeholder lain dalam penaganan bencana
dengan korban massal sehingga dapat berjalan optimal dan berkelanjutan,
berwawasan lingkungan hidup dan berkeadilan.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa seluruh Indonesia melakukan persiapan untuk menjadi tim
bencana dimulai saat kuliah “manajemen bencana ” khususnya penanganan korban
massal di Rumah sakit.

14
DAFTAR PUSTAKA

Pakaya, dkk. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.
Jakarta. Depkes RI
Pusponogoro, Aryono, & Achmad. 2016. Kegawatdaruratan dan Bencana. Jakarta. Rayyana
Komunikasindo
Pusponegoro, Aryono. 2011. The Silent Disaster, Bencana dan Korban Massal. Jakarta.
Sagung Seto

15

Anda mungkin juga menyukai