Anda di halaman 1dari 26

Visi:

nPad
Pada Tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam penerapan ilmu dan
teknologi keperawatan usia lanjut

Trend dan Issue dalam Keperawatan Gerontik

Program Studi : Sarjana Terapan dan Profesi Pendidikan Profesi Ners


Program Profesi

Mata Kuliah : Keperawatan Paliatif

Pembimbing : Yeti Resnayati., S,Kp., M.Kes.

Disusun Oleh : Deby Fitriayuningsih P3.73.20.2.17.010


Gita Savitri Hayunigtyas P3.73.20.2.17.017
Kartika Witrianti P3.73.20.2.17.020
Nafissa Almandita P3.73.20.2.17.024
Noviola Lolita P3.73.20.2.17.026
Safira Ramadhanty P P3.73.20.2.17.030
Shabrina Nisa Sarazumar P3.73.20.2.17.033

Shafana Salsabila P3.73.20.2.17.034

Kelompok : 2 (dua)

Kelas : 3 Profesi Ners

JURUSAN KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat
yang diberikan. Shalawat serta salam tidak lupa kami sampaikan pada Nabi Muhammad SAW,
dengan mengucap rasa syukur kami sebagai tim penulis telah selesai mengerjakan makalah yang
berjudul “Trend dan Issue dalam Keperawatan Gerontik” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik.

Dukungan dari berbagai pihak sangat membantu tim penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Ucapan terima kasih tim penulis ucapkan kepada:

1. Ibu Yeti Resnayati, S,Kp., M.Kes. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik di
Poltekkes Kemenkes Jakarta III; serta,
2. Seluruh pihak yang telah memberikan doa, arah, dukungan, dan dorongan dari material
maupun moral.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan dari kualitas maupun kuantitas dari ilmu pengetahuan yang penulis kuasai. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan dimasa mendatang. Atas perhatian dan waktunya penulis ucapkan terima kasih.

Bekasi, Juni 2020

Penulis

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
A. Fenomena Demografi......................................................................................................................3
B. Permasalahan Pada Lansia...............................................................................................................3
C. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia................................................................4
D. Masalah Kesehatan Gerontik...........................................................................................................5
E. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia................................................................................11
F. Hukum Dan Perundang-Undangan Yang Terkait Dengan Lansia..................................................12
G. Peran Perawat............................................................................................................................12
H. Program Pemerintah Dalam Meningkatkan Kualitas Lansia......................................................15
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................21
A. Simpulan........................................................................................................................................21
B. Saran..............................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan.
Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar dalam menjalani hari tua yang
berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan mengingat usia harapan
hidup penduduk yang semakin meningkat. Menjadi tua adalah suatu proses naturnal dan
kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh
manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama.
Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorangpun
mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada
saat usia yang berbeda-beda.
Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi, anak-
anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun
mungkin dapat memiliki usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun. Atau sebaliknya,
seseorang dengan usia 50 tahun mungkin memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia
fisiologisnya 90 tahun.
Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia dengan penurunan kualitas
hidup sehingga status lansia dalam kondisi sehat atau sakit.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prevalensi Fenomena Demografi Lansia di Indonesia?
2. Apa saja Permasalahan Pada Lansia?
3. Apa saja karakteristik Fenomena Bio-Psico-Sosio-Spiritual Dan Penyakit Lansia?
4. Apa saja Masalah Kesehatan Gerontik?
5. Bagaimana Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia?
6. Bagaimana Hukum Dan Perundang-Undangan Yang Terkait Dengan Lansia?

1
7. Apa saja Peran Perawat dalam keperawatan Gerontik?
8. Apa saja Program Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Trend dan Issu dalam Keperawatan Gerontik
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Fenomena Demografi
2. Untuk mengetahui Permasalahan Pada Lansia
3. Untuk mengetahui Fenomena Bio-Psico-Sosio-Spiritual Dan Penyakit Lansia
4. Untuk mengetahui Masalah Kesehatan Gerontik
5. Untuk mengetahui Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
6. Untuk mengetahui Hukum Dan Perundang-Undangan Yang Terkait Dengan
Lansia
7. Untuk mengetahui Peran Perawat
8. Untuk mengetahui Program Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fenomena Demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
1. AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
2. AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun

Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di


Indonesia akan diperkirakan  beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke
peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas
tahun 1980.

Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/
5.5% dari total populasi  penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi
kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi  penduduk (lembaga Demografi FE-
UI-1993).

Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:

1. 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.


2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.

B. Permasalahan Pada Lansia


1. Permasalahan Umum
a. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.  
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia
lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

3
2. Permasalahan Khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik,mental maupun sosial.  
b. Berkurangnya integrasi sosial usila.
c. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan ma syarakat
individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu
kesehatan fisik lansia.
C. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia
1. Penurunan fisik 
2. Perubahan mental
3. Perubahan-perubahan Psikososial

Karakteristik Penyakit pada Lansia:

1. Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.


2. Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3. Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6. Sering terjadi penyakit iatrogenik.

Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan


Makassar) sbb:

1. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat


(69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
2. Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala
(51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut
perih (26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
3. Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan
jantung (6,45%).

4
D. Masalah Kesehatan Gerontik 
1. Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah
mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual
pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan
aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan
dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing.
Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan
sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara
pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama
masih mampu melaksanakan.
2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat
menurun,  pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri,
timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering
menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak
masalah.
3. Pembatasan fisik 
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama
dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada
peranan –  peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di
dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan
ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care 
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan
untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat
menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai
contoh klien dengan gagal  jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan
diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek
sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi

5
sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban
ketidaknyaman lansia.
5. Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama
dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat
efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak
praktis dengan adanya perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih
kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia
sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka
membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam  pengobatan
adalah:
a. Bingung  
b. Lemah ingatan
c. Penglihatan berkurang
d. Tidak bias memegang
e. Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi
f. Kesehatan mental

Menurut Ditjen Yankes (2018) masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi


pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri
yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut
usia dan atau keluarganya (istilah 14 I), yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak)
a. Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
b. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.
c. Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus
menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot
dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.

6
d. Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur
anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.

2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)


a. Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan
kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan
lain-lain.
b. Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya
kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan, gangguan
keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko
ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai,
lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang
membuat terpeleset dll).
c. Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak,
sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.
d. Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh
adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh,
memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan
otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar
lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.

3. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)


a. Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki
dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan
atau kesehatan.
b. Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila penyakit yang
mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih, gangguan kesadaran, obat-
obatan, masalah psikologik dan skibala.
c. Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu keinginan
berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya  overaktifitas/kerja otot detrusor
karena hilangnya kontrol neurologis, terapi dengan obat-obatan antimuskarinik
prognosis baik, tipe stres kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran

7
kencing untuk menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul prognosis
baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih melebihi volume
normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung penyebab misalnya atasi
sumbatan/retensi urin..
d. Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul,
operasi anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
e. Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering
mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.

4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan Delirium)

a. Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang


disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara bermakna.
b. Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup berkurangnya
kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman
yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan
terganggunya aktivitas.
c. Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
d. Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi
yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
e. Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka pendek,
gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi waktu,
tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien mengomel, ide pembicaraan
melompat-lompat, gangguan siklus tidur.

5. Infection (infeksi)

8
a. Pada lanjut usia terdapat  beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya
tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.
b. Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, malah suhu
badan yang rendah lebih sering dijumpai.
c. Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium
sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan
adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.

6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatandan


penciuman)

a. Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan menyebabkan
pasien sulit untuk diajak komunikasi
b. Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan cara
memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi
koklea.
c. Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau
komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan dengan
memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.

7. Isolation (Depression)
a. Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan.
b. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan
dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena
merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi
depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan.

9
8. Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang  sekitar 25% pada usia 40-70
tahun.
a. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan,
sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan
sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan
makanan.
9. Impecunity (Tidak punya penghasilan)
a. Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan.
b. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari
tunjangan hari tuanya.
c. Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti
interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia mengalami depresi.

10. Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)


a. Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam
jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan
penyakit.
b. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-
obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
11. Insomnia(Sulit tidur)
a. Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang
lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan
insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di
otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya.
b. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit
untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun,

10
jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun
di pagi hari.
c. Agar bisa tidur :  hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu
tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari,
batasi asupan cairan setelah jam makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30
menit atau kurang, hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv,
menulis tagihan dan membaca.

12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),


a. Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan
fungsi organ tubuh,  juga disebabkan penyakit yang diderita, penggunaan obat-
obatan,keadaan gizi yang menurun.
13. Impotence(Gangguan seksual), 
a. Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut
terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan
pembuluh darah dan juga depresi
14. Impaction (sulit buang air besar)
a. Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.
b. Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan, kotoran
dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat dapat terjadi
penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.

E. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to
life, dengan  prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation),
perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas
yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health

11
to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,
meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalag
sebagai  berikut :
a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d. Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e. Memberikan perawatan di rumah (home care)
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging).
h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and
family care)
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu
Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta
pemulihan.

F. Hukum Dan Perundang-Undangan Yang Terkait Dengan Lansia


1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 138 ayat 1 dan 2 yang
berbunyi: (1) Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk
menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai
dengan martabat kemanusiaan. (2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup
mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesehatan Lanjut Usia pasal 14 ayat
1 yang berbunyi: Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan

12
meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, agar kondisi fisik,
mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar.

G. Peran Perawat
1. Memberikan Pelayanan Konseling
Lansia yang mengalami penurunan pendapatan cenderung akan mudah stres dan
depresi. Ketika hal itu terjadi maka perawat harus menggunakan teknik komunikasi
terapeutik yang tepat untuk memberikan intervensi keperawatan. Perawat harus
menjadi pendengar yang baik, menunjukkan sikap empati, menggali kemampuan
yang masih dimiliki lansia, memotivasi, dan memberi pujian pada kegiatan tercapai
yang dilakukan.
2. Mengadakan Pelatihan/Terapi Okupasi
Perawat di era globalisasi dituntut untuk dapat terampil dan kreatif dalam berbagai
bidang. Karena keterampilan dan tingkat kreativitas seorang perawat dapat
menjadi role model dan ditularkan pada kliennya. Perawat dapat mengajarkan
keterampilan-keterampilan yang masih bisa dilakukan oleh lansia untuk kemudian
dijadikan sebuah wirausaha guna menambah penghasilan. Selain itu terapi okupasi
juga dapat meningkatkan persepsi kebermaknaan hidup, mengurangi stres,
meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan produktivitas lansia (Kaharingan et
al., 2015; Ponto et al., 2015; Umah, 2012). Contoh: pemberdayaan lansia untuk
membuat anyaman, crafting, atau pembudidayaan TOGA.
3. Advokasi Asuransi Kesehatan Pemerintah
Bagi lansia-lansia yang tidak memiliki asuransi kesehatan sedang ia dalam kondisi
miskin, maka perawat wajib mengadvokasi dari mulai memberikan penyuluhan
hingga membantu pendaftaran asuransi kesehatan pemerintah tersebut agar jika
lansia sakit maka tidak akan terlalu dibebani secara finansial
4. Sebagai komunikator
Peran perawat dalam komunikasi antarpribadi dengan lansia dipanti social terbagi
menjadi dua yaitu, peran formal dan informal dilihat lima aspek yang ditentukan
sesuai dengan yang dikemukan oleh Joseph A. Devito yaitu keterbukaan (openess),

13
empati (empathy), sikap positif (positiveness), dukungan (supportiveness), dan
kesetaraan (equality).
Peran formal dilihat dari sisi keterbukaan yaitu perawat memposisikan dirinya
sebagai peran penyedia dasar (perawat) yang terbuka, dan dilihat dari empatinya
perawat hanya sekedar bersimpati kepada lansia, dari sisi kesamaan perawat
memposisikan dirinya tidak lebih dari sebagai perawat, dari sisi dukungan dan sikap
positif perawat memberi dukungan dan sikap positif selayaknya hubungan antara
perawat dengan lansia.
Peran informal dilihat dari sisi keterbukaan yaitu perawat memposisikan dirinya
sebagai peran yang memenuhi kebutuhan emosional (teman/saudara/cucu/anak) yang
terbuka dan tidak tertutup jika ada apaapa kepada lansia, dilihat dari empatinya cukup
baik karena perawat memposisikan sebagai anak/cucu dari lansia, dari sisi kesamaan
perawat memposisikan dirinya sebagai keluarga bagi klienya. Dan dilihat dari
dukungan dan sikap positif perawat menjalankan perannya sebagai anak atau cucu
dari lansia dengan begitu komunikasi antarpribadi berjalan cukup efektif untuk
membangun kreativitas di Panti Social Tresna Birwana Puri Samarinda
5. Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit
dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang.
Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan
perawatannya. Maka perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan
sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala,
terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.
6. Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan
dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal
yang menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya
pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan
dan manajemen stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan
kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk

14
mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer,
dementia, bahkan kanker.
7. Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan optimal,
memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator
yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik
serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan
gerontik.

H. Program Pemerintah Dalam Meningkatkan Kualitas Lansia


Jenis pelayanan yang dikembangkan oleh Kemenkes yaitu dengan melibatkan lintas
program terkait di Kemenkes, melalui pelayanan dasar di puskesmas santun lansia,
pelayanan rujukan di Rumah Sakit, pelayanan Kesehatan Jiwa bagi lansia, pelayanan
Home Care yang terintegrasi dalam perawatan kesehatan masyarakat, peningkatan
inteligensia kesehatan bagi lansia, pencegahan Penyakit Tidak Menular melalui Posbindu
PTM, dan pelayanan Gizi bagi Lansia (Kemenkes, 2013).
1. Puskesmas Santun Lansia oleh Kementerian Kesehatan
Puskesmas santun lansia adalah puskesmas yang memberikan pelayanan kepada
Lanjut Usia yang mengutamakan aspek promotif dan preventif disamping yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif disamping aspek kuratif dan
rehabilitatif, secara pro aktif baik dan sopanaspek kuratif dan rehabilitatif, secara pro
aktif baik dan sopanserta memberikan kemudahan dan dukungan bagi Lanjut usia.
Serta memberikan kemudahan dan dukungan bagi LanjuJumlah Puskesmas Santun
lanjut usia sebanyak lebih kurang 528 Puskesmas yang tersebar di 231 kab/kota,
jumlah kelompok Lanjut Usia (Posyandu Lansia) yang memberikan pelayanan
promotif dan preventif ada 69.500 yang tersebar di semua provinsi (Kemenkes,
2013).
Tujuan puskesmas santun lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan lanjut usia kehidupan lanjut usiauntuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam

15
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengankehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaanya keberadaanya.

Diagram Alir Puskesmas Santun Lansia

Buku Pedoman Lanjut Usia di Puskesmas, 2012.

2. Poli geriatri di Rumah Sakit


Rumah Sakit yang mempunyai poliklinik geriatri ada 8 yaitu RSCM Jakarta,
RSUP Karyadi Semarang, RSUP Sardjito Yogyakarta, RSUP Sanglah Denpasar,
RSHS Bandung, RSUP Wahidin Makassar, RSUD Soetomo Surabaya, RSUD
Moewardi Solo. Dalam penyelenggaraan pelayanan, peran Tim Terpadu Geriatri
adalah memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna/ komprehensif terhadap
pasien geriatri, berupa penegakkan diagnosis medik dan fungsional (melalui suatu
asesmen/ pengkajian paripurna pasien geriatri), pelayanan nonmedikamentosa dan
medikamentosa serta rehabilitasi, termasuk pelayanan psikoterapi dan pelayanan
sosial medic (Permenkes RI No. 6 v7, 2015).
Pelayanan medikamentosa pada pasien geriatri bersifat menyeluruh, dengan
memperhatikan aspek fisiologi dan nutrisi pasien. Saat pasien masih dirawat, selain
diberikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif, upaya promotif dan preventif yang
sesuai tetap diberikan. Setelah upaya pelayanan terapi medikamentosa dan rehabilitasi
di ruang rawat inap dilaksanakan, pelayanan dilanjutkan dengan upaya pelayanan di

16
klinik asuhan siang dan/ atau poliklinik rawat jalan. Pada pemulangan pasien,
dibuatkan perencanaan pemulangan yang berisi kegiatan yang dapat dilakukan di
rumahseperti terlihat dalam Formulir. Perencanaan pulang dievaluasi dan akhirnya
pasien dapat dipulangkan sepenuhnya ke masyarakat dan mendapatkan pelayanan
geriatri oleh masyarakat melalui pelayanan rujukan.
3. BKL (Bina Keluarga Lansia) di Tingkat Kecamatan)
Bina Keluarga Lansia (BKL) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
meningkatkan ketahanan keluarga sebagai dasar untuk menghadapi krisis-krisis
ekonomi dan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi penuaan. Dalam perjalanan
waktu, evaluasi kegiatan BKL belum mencapai upaya menilai aspek ketahanan
keluarga. Dalam penelitian ini, aspek ketahanan keluarga diukur melalui kualitas
hidup lansia dan keluarga secara kuantitatif dan dilengkapi dengan focus group
discussion untuk mengeksplorasi factor penghambat dan pendukung berjalannya BKL
yang memiliki aktivitas bervariasi (Perdamaian Teguh, 2018).
4. Posyandu Lanjut Lansia
Menurut Kemenkes RI (2015) Posyandu Lanjut Usia adalah suatu wadah
pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat dimana proses pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan
masyarakat itu sendiri dan dilaksanakan bersama oleh masyarakat, kader, lembaga
swadaya masyarakat, lintas sektor, swasta dan organisasi sosial dengan
menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Pelaksanaan kegiatan di
posyandu lanjut usia dapat dilakukan oleh kader kesehatan yang sudah dilatih, dengan
tenaga teknis adalah tenaga kesehatan dari Puskesmas. Tahapannya sebagai berikut:
a. Tahap pertama: pendaftaran lanjut usia sebelum pelaksana pelayanan.
b. Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usia lanjut, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
c. Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental.
d. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)
e. Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling.

17
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat

5. Pelayanan Rujukan Lansia di Rumah Sakit


6. Pelayanan kesehatan jiwa bagi Lansia
7. Pelayanan Home Care Yang Terintegrasi Dalam Perawatan Kesehatan Masyarakat
Menurut Kemenkes RI (2015) pelayanan home care lansia dirumah meliputi:
a. Ruang lingkup pelayanan keperawatan lanjut usia di rumah meliputi :
1) Pelayanan asuhan keperawatan secara komprehensif bagi lanjut usia dalam
kontek keluarga.
2) Melaksanakan pelayanan keperawatan langsung (direct care) dan tidak
langsung (indirect care) serta penanganan gawat darurat.
3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi lanjut usia dan keluarganya tentang
kondisi kesehatan yang dialami Lanjut usia dan penanganannya.
4) Mengembangkan pemberdayaan lanjut usia, pengasuh dan keluarga dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.
b. Program Asuhan Keperawatan Lanjut Usia di Rumah
Program asuhan keperawatan lanjut usia di rumah ditujukan untuk
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien lanjut usia yang tidak mampu
secara fungsional untuk mandiri di rumah namun tidak terdapat indikasi untuk
dirawat di rumah sakit dan secara teknis sulit untuk berobat jalan di Puskesmas.

18
Program asuhan keperawatan lanjut usia di rumah bertujuan sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2015):
1) Mengatasi keluhan/gejala/respon klien terhadap penyakit.
2) Mempertahankan kemandirian dan kemampuan klien berfungsi.
3) Memberikan bimbingan dan petunjuk pengelolaan perawatan pasien di rumah.
4) Membantu pasien dan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-
hari
5) Identifikasi masalah keselamatan dan keamanan lingkungan Menyediakan
bantuan pemenuhan kebutuhan dasar klien dan keluarga.
6) Identifikasi sumber yang ada di masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
klien/keluarga.
7) Mengkoordinir pemenuhan kebutuhan pelayanan klien.
8) Meningkatkan kemandirian keluarga dalam melaksanakan tugas pemeliharaan
kesehatan anggota.
c. Kasus Prioritas yang Perlu dilakukan Asuhan Keperawatan di Rumah antara lain:
1) Lanjut usia dengan masalah kesehatan:
(a) Penyakit degenerative
(b) Penyakit kronis
(c) Gangguan fungsi atau perkembangan organ
(d) Kondisi paliatif 2)
2) Lanjut usia risiko tinggi dengan faktor resiko usia atau masalah kesehatan
3) Lanjut usia terlantar
4) Lanjut usia pasca pelayanan rawat inap (hospitalisasi)
8. Pelayanan Gizi Lansia di Puskesmas
Penatalaksanaan gizi bagi lanjut usia di Puskesmas dianjurkan dalam empat tahap
yaitu :
a. Penapisan/skrining menggunakan MNA
b. Diagnosis masalah gizi
1) Sangat kurus
2) Kurus
3) Gemuk

19
4) Obesitas
c. Intervensi gizi
1) Penyuluhan gizi seimbang
2) Rujukan dPemantauan dan evaluasi penatalaksanaan gizi.

Alur dan prosedur pelayanan kesehatan gizi lanjut usia di Puskesmas:

20
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan.


Menjadi tua adalah sebuah poses alami dan kadang tidak terlihat mencolok. Penuaan
akan terjadi pada semua sistem di tubuh. Hal itu menyebabkan terjadinya kemunduran
pada kerja organ tubuh. Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut
dari suatu kehidupan yang dijalani oleh manusia. Terdapat berkurangnya daya tahan
tubuh untuk menghadapi rangsangan dari luar maupun dalam tubuh. Tidak dapat
dimungkiri, ada berbagai macam penyakit yang sering menyerang kaum lanjut usia
dengan penurunan kualitas hidup, sehingga status lansia dalam kondisi sehat ataupun
sakit.

Perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan angka harapan hidup (AHH) di


Indonesia meningkat, hingga kini berada di angka 67,5 tahun. Dengan semakin
meningkatnya angka harapan hidup, jumlah lansia yang ada di Indonesia pun semakin
meningkat. Pada tahun 2020, diperkirakan jumlah lansia meningkat menjadi kurang lebih
29 juta jiwa atau 11,4 persen dari total populasi penduduk.

Dengan semakin meningkatnya jumlah lansia, ada banyak permasalahan yang


harus dihadapi, yaitu, makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis
kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan, berlangsungnya proses menua yang
berakibat timbulnya masalah, berkurangnya integrasi sosial lansia, rendahnya
produktifitas kerja lansia, banyaknya lansia yang telantar, berubahnya nilai sosial
masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik, adanya dampak
negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.

Selain itu, ada banyak masalah kesehatan yang mengancam lansia. Antara lain,
masalah pada kehidupan seksual, perubahan perilaku, penurunan daya ingat, sering
menarik diri, dan sensitivitas emosional, adanya pembatasan pada fisik karena lansia
mengalami kemunduran, terutama di bidang kemampuan fisik.

21
B. Saran

Lansia membutuhkan perawatan dan pendekatan yang berbeda karena adanya


penurunan pada fisik. Oleh karena itu, upaya dalam peningkatan pelayanan kesehatan
diharuskan untuk mencapai perawatan yang maksimal. Dengan itu, diharapkan adanya
peningkatan mutu kehidupan. Meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang umur lansia.

22
DAFTAR PUSTAKA

dr. Nedya Safitri. 2018. Ditjen Yankes. Diunduh melalui http://yankes.kemkes.go.id/read-


masalah-kesehatan-pada-lansia-4884.html pada tanggal 20 Juni 2020.

RI, K. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan


Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat.

RI, K. 2016. Situasi lanjut usia (Lansia) di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Ri Kesehatan Indonesia. 2013. Peran Masyarakat dan Keluarga dalam


Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia.
https://www.kemkes.go.id/article/view/2313/pentingnya-peran-masyarakat-dan-keluarga-
dalam-meningkatkan-kualitas-hidup-lansia.html

Hanniedi, ridzwan. 2011. Trend Dan Issue Keperawatan Gerontik.


https://www.academia.edu/8602418/TREND_DAN_ISU_KEPERAWATAN_LANSIA.
2011. Diaskes Pada 20 mei 2020

Sukarni. 2013. Peran Perawat Dalam Komunikasi Membangun Kreativitas, 4(2), 102–111.

Yuliani, Agustina, R. & Rachmawati, K., 2015. Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
Lansia dalam Memanfaatkan Posyandu Lansia. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Unlam, 3(1).

23

Anda mungkin juga menyukai