Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS I

APLIKASI MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN REMAJA

DOSEN PENGAJAR:
Angga Irawan, S. Kep, Ners, M. Kep

Disusun Oleh Kelompok 6


Wahidah (113063C1121026)
Oktanisa (113063C1121018)
Alessandra Dielfiony Sipayung (113063C1121032)
Armiyani (113063C1121033)
Dhea Joanita (113063C1121040)
Maria Apriliana (113063C1121046)
Robeth Tandi Allo (113063C1121051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANJARMASIN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya, maka kami boleh menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan tepat waktu. Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“Aplikasi Model Keperawatan Komunitas Dengan Remaja”.
Makalah ini berisikan informasi tentang Aplikasi Model Keperawatan Komunitas
Dengan Remaja”. Diharapkan makalah ini dapat memberi informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini menjadi lebih bermanfaat untuk para
mahasiswa sekalian dan bagi teman S1 Keperawatan khususnya.

Banjarmasin, 17 Oktober 2023

KELOMPOK 6

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Dengan Remaja.................................................................... 3
A. Gambaran Epidemiologi pada Populasi Remaja di Kalimantan Selatan3
2.2 Konsep Dasar Remaja................................................................................. 4
A. Pengertian Remaja................................................................................ 4
B. Klasifikasi Masa Remaja...................................................................... 4
C. Perubahan Pada Masa Remaja............................................................. 4
D. Hubungan Kesehatan Psikis dan Fisik Pada Masa Remaja.....................6

E. Definisi Keperawatan Komunitas ....................................................... 7


F. Definisi Model Keperawatan Komunitas..............................................9
G. Jenis Model Keperawatan Komunitas.................................................12
BAB III APLIKASI MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1 Model Teori ...............................................................................................17
3.2 Strategi Penetapan Model..........................................................................22
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan ...................................................................................................27
4.2 Saran ..........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan hidup manusia mempunyai tahapan yang berbeda dengan
makhluk hidup lain yang ada di bumi. Manusia dalam hidupnya mengalami
fase perkembangan yang unik dan khas. Salah satu fase perkembangan hidup
manusia ialah masa remaja. Masa Remaja merupakan aset sumber daya
manusia yang mempunyai peranan yang vital sebagai generasi penerus bangsa
dimasa yang akan datang. Menurut WHO (2022) remaja merupakan fase antara
masa kanak-kanak dan dewasa dalam rentang usia antara 10 hingga 19 tahun.
Sedangkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI N0.25, remaja merupakan
penduduk dalam rentang usia antara 10 hingga 18 tahun (Kemkes.go.id, 2018).
Selain itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) mengatakan, rentang usia remaja ialah 10 hingga 24 tahun dan
belum menikah, maka dapat diartikan remaja ialah masa pergantian dari anak-
anak menuju dewasa (Brief Notes Lembaga Demografi FEB UI, 2020). Pada
masa remaja terjadi tahap perkembangan yang sangat penting, baik itu
perkembangan biologis maupun fisiologis yang menentukan kualitas seseorang
untuk menjadi individu dewasa.
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Ingin mengetahui dan
mencoba hal-hal yang baru. Masa remaja adalah masa penuh gairah, semangat,
energi dan pergolakan karena pada masa remaja, remaja tidak hanya mengalami
perubahan secara fisik saja tetapi juga secara psikologis. Pada masa ini ada
kebanggaan, karena sebagai remaja, status sosial mereka berubah dari anak-
anak menjadi remaja. tetapi, ada juga kebingungan, kegelisahan, kecanggungan,
kegalauan, atau salah tingkah, karena remaja belum siap untuk terjun langsung
ke tengah-tengah masyarakat. Seorang remaja memerlukan bimbingan dan
binaan dari orang dewasa yang ada di sekitarnya terutama orang tua. Dalam
menjalani masa remaja belum semua remaja dapat menjalaninya dengan baik.
Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang ada
dalam diri remaja itu sendiri maupun faktor dari luar diri remaja. Adapun
remaja yang belum bisa menjalani masa remajanya dengan baik akan

1
mengalami berbagai masalah.

1.2 Tujuan
1. Tujuan
Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai aplikasi
model teori keperawatan komunitas pada remaja
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar remaja
b. Mengetahui model teori keperawatan komunitas pada remaja
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar remaja dalam aplikasi model keperawatan
komunitas.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Dengan Remaja


A. Gambaran Epidemiologi pada Populasi Remaja di Kalimantan Selatan
..............................................................Merujuk pada data World population Review per pekan kedua
penduduk bumi tembus 8.005.176.000 jiwa. Sekitar 1.2 miliar orang muda (remaja)
berusia 15-24 tahun atau 16% dari populasi global, sebagai salah satu negara pemilik
populasi terbesar didunia hingga tahun 2022. Berdasarkan Badan Pusat Statistik untuk
jumlah umur remaja 15 tahun sampai 19 tahun di Indonesia berjumlah 22 176 543
orang dari jumlah penduduk 275.361.267 jiwa (8,06%) di tahun 2022. Ditinjau dari
kelompok umurnya, remaja Indonesia paling banyak berada di kelompok umur 19-24
tahun, yakni 40,10% ditahun 2022 (Badan Pusat Statistik (BPS), 2022). Badan Pusat
Statistik provinsi kalimantan selatan dalam populasi remaja berdasarkan usia yang
mencakup seluruh kota yang ada di kalimantan selatan pada usia 15-19 tahun sekitar
355.297,00 jiwa dan pada usia 20-24 tahun sekitar 340.540,00 jiwa. Menurut Data
oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Kalimantan Selatan tahun
2022 berdasarkan jumlah kelompok usia 15-19 tahun sekitar 337.478 (8,08%) jiwa
pada usia 20-24 tahun sekitar 361.686 (8,66%) jiwa.

2.2 Konsep Dasar Remaja


A. Pengertian Remaja
Masa remaja (adolescence) adalah masa yang sangat penting dalam rentang
kehidupan manusia, akrena masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari
masa kanak kanak menujundewasa. Hal ini dikemukaan oleh Jhon W. Santrock masa
remaja, (adolescene) adalah periode perkembangan transisi dari masa anak anak
hingga masa dewasa yang mencakup perubahan perubahan biologis, kognitif, dan
social emosional. Menurut Piaget secara pisikologis secara pisikolgis masa remaja
adalah usia dimana individu berintergrasi dengan masyarakat dewasa, anak tidak lagi
merasa dibawah tingkat orang orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat
yang sama, sekurang kurangnya dalam masalah intergrasi dalam masyarakat.

3
B. Tahap-Tahap Masa Remaja
Berawal dari berbagai pendapat para ahli pisikolog sepakat bahwa fase remaja di bagi
menjadi 3, yaitu :
1. Fase awal (Early Adolescent) dalam rentang usia dari 12-15 tahun
Pada masa ini terjadi perubhana jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan
terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Keadaan tersebut
menjadikan agamapun tidak menetap. Contohnya remaja memahami tentang sabar
pada saat tertentu remaja bisa menggunakan sikap sabar dalam menghadapi
masalah, tetapi disituasi yang lain konsep lain bisa pudar dan dikuasi oleh emosi
yang tidak stabil.
2. Fase remaja madya (Middle Adolescent) dalam rentang 15- 18 tahun
Pada tahap ini remaja mengidolakan sesuatu. Ketika remaja melihat sesorang yang
sesuai menurut penilainnya, maka remaja akan mecoba meniru dan mengikuti
kebiasaan yang diidolakan tersebut. Pada masa remaja ini akan perlunya
kehadiran seseorang yang akan mendampinginya dalam menghadapi bermacam
gejala jiwa yang dialaminya tersebt.
3. Fase remaja akhir (Late Adolescent) dalam rentang usia 18-21 tahun
Pada fase ini dapat dikatakan bahwa remaja dari segi dari perkembangan fisik dan
pisikis telah mendekati kesempurnaan. Organ tubuh telah tumbuh sempurna dan
seluruh anggota

C. Perubahan yang Terjadi Pada Masa Remaja


Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikis. Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja yaitu :
1. Perubahan fisik pada remaja
1) Tubuh bertambah tinggi
Pertumbuhan tinggi badan biasanya dimulai pada usia 10-11 tahun
pada perempuan dan 12 atau 13 pada laki-laki, peningkatan tinggi
badan yang terbesar terjadi setahun setelah mengalami masa
pubertas dan akan terus menurun dan berlangsung lambat hingga
mencapai usia 20 atau 21 tahun.
2) Berat badan bertambah
Pertambahan berat badan tidak hanya terjadi karena lemak tetapi
karena tulang dan otot yang bertambah besar.

4
3) Perubahan proporsi tubuh
Pada tubuh akan mengalami kematangan yang lebih cepat, badan
yang kurus dan panjang mulai melebar dibagian panggul dan bahu,
ukuran lengan dan tungkai menjadi lebih panjang daripada badan
biasanya berlangsung hingga usia 15 tahun.
4) Pertumbuhan organ-organ reproduksi
Pertumbuhan dan perkembangan ini akan terus berlangsung hingga
organ reproduksi mencapai kematangan dan mampu melaksanakan
fungsi reproduksinya. Perubahan yang terjadi selama masa
pertumbuhan tersebut diikuti dengan munculnya tanda-tanda yaitu :
1) Tanda seks primer
Tanda seks primer adalah ciri-ciri fisik yang berhubungan
langsung dengan proses reproduksi.
Tanda seks pada laki-laki dapat dilihat pada pertumbuhan
cepat pada penis, skrotum dan testis terus berlangsung
hingga usia 20-21 tahun. Sedangkan tanda seks pada
perempuan dapat dilihat dari pertumbuhan yang cepat pada
ovarium, uterus, vagina, labia dan klitoris berlangsung
hingga 19-20 tahun.
2) Tanda seks sekunder
Tanda seks sekunder adalah ciri-ciri fisik yang tidak
berhubungan langsung dengan proses reproduksi tetapi
memiliki ciri khas yang membedakan laki-laki dan
perempuan. Tanda seks sekunder dipengaruhi oleh homon
testosteron yang dihasilkan testis pada laki-laki dan
hormonestradiol yang dihasilkan ovarium pada perempuan.

2. Perubahan psikis pada remaja


a. Intelegensia
Remaja mulai berpikir logis dan sudah mampu membedakan hal
yang konkret dengan yang abstrak. Remaja memiliki rasa ingin
tahu yang besar dan sudah mulai memikirkan masa depannya
b. Emosi

5
Remaja menunjukkan sifat sensitif atau peka, misalnya mudah
tersinggung, marah dan sedih, serta mudah terjadi perkelahian
antar remaja
c. Moral
Remaja tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja tetapi juga
mengejar kepuasan psikologis, seperti rasa ingin diterima, dihargai
dan mendapatkan penilaian positif dari orang lain, oleh karena itu
remaja cenderung suka mencari perhatian
d. Sosial
Remaja mulai senang berkumpul dengan teman-temannya
dibandingkan tinggal dirumah. Biasanya mereka memilih teman
yang memiliki kesamaan dengan dirinya misalnya kesamaan minat
dan hobi, sikap, dan kepribadian
e. Kepribadian
Remaja mulai mengembangkan jati dirinya. Remaja mulai mencari
tokoh idola untuk menjadi panutan dan kebanggaan, misalnya
artis, pemimpin, dan tokoh terkenal lainnya.

D. Hubungan Kesehatan Psikis dan Fisik Pada Masa Remaja


1. Hormon dan Perubahan Fisik
Pada masa remaja, terjadi perubahan fisik yang signifikan, seperti pertumbuhan
tubuh, perkembangan organ reproduksi, dan perubahan dalam tingkat hormon.
Perubahan hormon ini dapat memengaruhi kesehatan psikis remaja, seperti
suasana hati, stres, dan emosi.
2. Kesehatan Mental dan Kesehatan Fisik
Kesehatan mental yang buruk, seperti gangguan mood atau kecemasan, dapat
berdampak negatif pada kesehatan fisik remaja. Misalnya, stres kronis dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung, obesitas, dan gangguan tidur.
3. Pola Makan dan Gaya Hidup
Pola makan dan gaya hidup remaja memainkan peran penting dalam kesehatan
fisik dan psikis. Kekurangan nutrisi, diet yang tidak seimbang, atau kebiasaan
merokok, minum alkohol, atau mengonsumsi obat-obatan dapat memengaruhi
kesehatan fisik dan mempengaruhi kesehatan psikis.
4. Olahraga dan Aktivitas Fisik

6
Olahraga dan aktivitas fisik yang teratur dapat membantu mengurangi stres,
meningkatkan suasana hati, dan meningkatkan kesejahteraan psikis remaja.
Aktivitas fisik juga berkontribusi pada kesehatan fisik dengan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
5. Gangguan Makan
Remaja memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan makan,
seperti anoreksia dan bulimia. Gangguan makan ini dapat berdampak serius pada
kesehatan fisik, seperti kerusakan organ dalam, serta pada kesehatan psikis,
seperti perasaan tidak berdaya dan rendah diri.
6. Kesehatan Reproduksi
Pada masa remaja, organ reproduksi mulai berkembang, dan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi sangat penting. Kesehatan fisik dan kesehatan psikis remaja
dapat dipengaruhi oleh keputusan yang mereka buat terkait dengan hubungan
seksual, kontrasepsi, dan penyakit menular seksual.
7. Hubungan Sosial
Remaja sering kali mengalami perubahan dalam hubungan sosial mereka,
termasuk teman sebaya, keluarga, dan hubungan romantis. Kualitas hubungan
sosial ini dapat berdampak pada kesehatan psikis, sementara perubahan dalam
hubungan dapat menciptakan stres yang memengaruhi kesehatan fisik.

E. Definisi Keperawatan Komunitas


 American Nurses Association (1973), keperawatan komunitas merupakan suatu
sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang
diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk WHO
(1974), keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse
health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu
masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta memecahkan
masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka
sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain.
 Ruth B. Freeman (1981), keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik
dari praktik keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan pada
pengembangan serta peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai
perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus, atau

7
masyarakat. Pelayanan tersebut mencakup spektrum pelayanan kesehatan untuk
masyarakat. Departemen Kesehatan RI (1986), keperawatan kesehatan
masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan
mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh
tingkat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih tinggi.
 Prailley (1985). Logan dan Dawkin (1987), keperawatan komunitas adalah
pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok risiko tinggi, dalany upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan,
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, juga
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan keperawatan. Keperawatan Kesehatan Masyarakat (1990)
mendefinisikan keperawatan sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan pada individu,
keluarga, kelompok, serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan, Rapat Kerja komunitas
aktif serta optimal, Winslow (1920), seorang ahli kesehatan masyarakat, membuat
batasan yang sampai saat ini relevan, yaitu kesehatan masyarakat (public health)
adalah ilmu dan sem mencegah penyakit, memperpanjang hidup, serta
meningkatkan efisiensi hidup melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat
untuk hal-hal berikut ini. Masih Kelompok-kelompok masyarakat yang
terkoordinir. Perbaikan kesehatan lingkungan. Mencegah dan memberantas
penyakit menular. Memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat/perseorangan. Dilaksanakan dengan mengoordinasikan tenaga
kesehatan dalam satu wadah pelayanan keseha.........................tan masyarakat yang mampu
menumbuhkan swadaya masyarakat untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat secara optimal.

8
F. Definisi Model Keperawatan Komunitas
Beberapa model keperawatan dapat digunakan untuk memahami dan sebagai sebagai
acuan praktik keperawatan komunitas. Model-model tersebut dapat diaplikasikan
secara tepat dalam tatanan praktik keperawatan di komunitas. Berikut ini adalah
sejumlah model konseptual dalam keperawatan komunitas.
a. Environmental Model (Florence Nightingale, 1859)
Environmental model menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan
keperawatan. Perawat komu-nitas memberikan bantuan asuhan keperawatan
berupa pemberian udara yang bersih dan segar, penerangan yang tepat,
kenyamanan lingkungan, kebersihan, keamanan dan keselamatan, serta asupan
gizi yang memadai. Pelaksanaan asuhan keperawatan diupayakan secara mandiri
tanpa bergantung pada profesi lain. Menurut model ini, kesehatan dilihat dari
fungsi interaksi kungan. antara keperawatan, manusia, dan ling- Sebagai contoh,
lingkungan kotor tidak baik untuk kesehatan, sedangkan lingkungan bersih dapat
menurunkan potensi penyakit. Sementara itu, keperawatan berkontribusi dalam
mempertahankan kesehatan manusia melalui manajemen manusia dan
lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Self-Care Deficit Theory of Nursing (Dorothea E. Orem, 1971)
Model keperawatan mandiri atau dikenal sebagai self-care deficit theory of
nursing, didasarkan dari pemahaman bahwa keperawatan mandiri adalah suatu
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukanoleh individu itu sendiri,
untuk memenuhi kebutuhanAlguna mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan
kesejahteraan, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Terdapat enam konsep
yang mendasari model keperawatan mandiri, antara lain:
1) Keperawatan mandiri didasarkan pada tindakan yang mampu dilaksanakan
manusia,
2) Keperawatan mandiri didasarkan pada kesenga- jaan dan pengambilan
keputusan sebagai pedoman tindakan,
3) Keperawatan mandiri merupakan perubahan tingkah laku secara lambat dan
terus-menerus, didukung dari pengalaman sosial sebagai hubungan
interpersonal,
4) Keperawatan mandiri akan meningkatkan harga diri seseorang, sehingga
mempengaruhi konsep diri,

9
5) Setiap individu menginginkan keperawatan mandiri, dan menjadi kebutuhan
dasar manusia,
6) Individu dewasa memiliki hak dan tanggung jawab untuk merawat diri sendiri
dan orang lain, guna memelihara kesehatan mereka agar hidup sehat.
Melalui teorinya, Orem juga mengemukakan beberapa kebutuhan mendasar
dalam keperawatan mandiri, yang dapat dijadikan dasar pengkajian, serta
menentukan diagnosis keperawatan, antara lain:
a Pemeliharaan dengan pengambilan udara secara cukup,
b Pemeliharaan dengan pengambilan air secara cukup,
c Pemeliharaan dengan pengambilan makanan secara cukup,
d Pemeliharaan proses eliminasi,
e Pemeliharaan dengan keseimbangan antara aktivi- tas dan istirahat,
f Pemeliharaan dengan keseimbangan antara kesen- dirian dengan interaksi
sosial,
g Pencegahan risiko pada kehidupan dan keadaan sehat manusia, 8)
Perkembangan dalam kelompok sosial sesuai potensi, pengetahuan, dan
keinginan manusia.
c. Health Care System Model (Betty Neuman, 1972)
Model Health Care System Neuman menggambarkan aktivitas keperawatan yang
ditujukan pada penekanan penurunan stres dengan cara memperkuat garis
pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resistan, dengan
sasaran pelayanan berupa komunitas. Secara umum, health care system model
dapat digambarkan melalui skema berikut ini berdasarkan skema di atas, health
care system model dapat dipahami melalui poin-poin berikut:
1) Garis pertahanan diri pada komunitas meliputi garis pertahanan fleksibel
(buffer zone), garis pertahanan normal, dan garis pertahanan resistensi;
2) Garis pertahanan fleksibel atau buffer zone adalah tingkat kesehatan yang
dinamis, berupa hasil respon sementara terhadap stresor, atau respon
komunitas terhadap lingkungan, misalnya banjir,stresor sosial,pekerjaan,
iklim, dan lain-lain
3) Garis pertahanan normal (kesehatan) adalah tingkat kesehatan komunitas
yang dicapai saat itu, berupa pola koping dan kemampuan memecahkan
masalah dalam jangka panjang, yang diperlihatkan sebagai kesehatan
komunitas. Garis pertahanan ini meliputi ketersediaan pelayanan,

10
perlindungan terhadap status nutrisi secara menyeluruh, tingkat pendapatan,
sikap masyarakat terhadap kesehatan, serta kondisi rumah yang memenuhi
syarat kesehatan
4) Garis pertahanan resistensi (kekuatan) merupakan mekanisme internal untuk
menghadapi stresor(penyebab ketidakseimbangan sistem) yang meliputi
tingkat pendidikan masyarakat, keter- sediaan pelayanan kesehatan,
transportasi, tempat rekreasi, dan cakupan imunisasi
5) Intervensi keperawatan ditujukan pada ketiga garis pertahanan, yang terkait
dengan tiga level prevensi, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier
6) Tujuan keperawatan adalah stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan
yang dinamis.
d. Health Belief Model
Menurut Nies & McEwen (2015), selain Orem, terdapat model keperawatan lain
yang berfokus pada individu sebagai pusat perubahan, yakni health belief model.
Model ini didasarkan pada pemikiran bahwa penentu utama dari perilaku
kesehatan preventif adalah pencegahan penyakit.
Berdasarkan skema di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pencegahan
penyakit meliputi:
1) Kerentanan yang dipersepsikan terhadap penyakit 'X',
2) Keparahan yang dipersepsikan dari penyakit 'X',
3) Faktor modifikasi,
4) Isyarat untuk bertindak.
5) Keuntungan yang dipersepsikan dikurangi halangan yang dipersepsikan
terhadap tindakan kesehatan preventif,
6) Ancaman yang dipersepsikan dari penyakit 'X'.
7) Kemungkinan untuk mengambil tindakan kesehatan preventif yang
direkomendasikan.
Penyakit 'X' menggambarkan gangguan tertentu yang dapat dicegah oleh
tindakan kesehatan. Namun perlu diperhatikan, setiap penyakit memerlukan
tindakan yang berbeda. Tindakan yang berkenaan dengan kanker payudara
tentu tidak sama dengan tindakan pada campak.
Health belief model dapat secara efektif mendorong perubahan perilaku pasien
dengan mengubah sudut pandang mereka. Akan tetapi, model ini tidak lantas

11
memberi kewenangan pada tenaga kesehatan untuk menurunkan maupun
menaikkan batasan perawatan kesehatan.
e. Community As Partner
Model Community as partner model didasarkan pada proses dan teori
keperawatan, serta menekankan sifat dinamis dari sistem komunitas sebagai
bagian utuh pada kesehatan penduduk (Anderson & McFarlane, 2011). Ciri utama
model ini yakni membagi struktur komunitas ke dalam subsistem yang mampu
bertindak sebagai struktur organisasi bagi penilaian kesehatan komunitas.
Subsistem dalam struktur komunitas meliputi lingkungan fisik, pelayanan sosial
dan kesehatan, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan,
komunikasi, pendidikan, serta rekreasi. Setiap subsistem mewakili fungsi dan
organisasi yang berbeda-beda dalam komunitas, yang dapat dinilai secara
terpisah.
Meski demikian, subsistem tersebut saling ber- interaksi guna menciptakan fungsi
dan lingkungan komunitas yang kompleks sebagai tempat tinggal manusia. Setiap
subsistem dapat ikut memelihara kesehatan para anggota komunitas dengan
menangani kebu- tuhan tertentu.
Stanhope & Lancaster (2016) menambahkan, memahami tujuan relatif dari setiap
subsistem dalam memajukan kesehatan dan keamanan, dapat memberikan
wawasan penting tentang kemampuan komunitas guna menanggapi masalah
kesehatan.

G. Jenis Model Keperawatan Komunitas


 Model Sistem Imogene M.King (1971)
Teori keperawatan model king memahami model konsep dari teori keperawatan
dengan menggunakan psistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan
dengan limgkungan, sehingga King mengemukakan kkonsep kerjanya yang
meliputi adanya system personal, system interpersonal dan system sosial yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Menurut King system personal
merupakan system terbuka dimana di dalamnya terdapat persepsi, adanya pola
tumbuh kembang, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan
lingkungan, kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara
perawat dan pasien serta huhbungan sosial yang mengandung arti bahwa suatu

12
interaksi perawat dan pasien dalam menegakkan system sosial sesuai dengan
situasi yang ada. Melalui dasar system tersebut maka king memandang manusia
merupakan individu yang relative yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan
objek.Manusia sebagai makhluk yang beriorentasi terhadap waktu tidak lepas dari
masa lalu dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yanf akan daatang dan
sebagai mahluk sosial manusia akan hidup bersama dengan orang lain yang akan
berinteraksi satu dengan yang lain. Tujuan yang ingin dicapai dari teori king
(1971, 1981, 1987) berfokus pada interaksi tiga system : Sistem personal, system
interpersonal antara perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian
asuhan keperawatan, dimana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan oleh
perawat dank lien di pengaruhi oleh perilaku satu dengan yang lain, demikian
juga oleh system asuhan kesehatan yang berlaku. Tujuan perawat adalah
memanfaatkan komunikasi untuk membantu kklien dalam menciptakan dan
mempertahankan adaptasi positif terhadap lingkungan.

 Model Adaptasi C.Roy (1976)


Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya adalah
untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptive pada
komunitas. Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah untuk
meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku adaptif. Menurut
Roy elemen dari proses keperawatan meliputi pengkajian tingkat pertama dan
kedua, diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, intervensi dan evaluasi. Fokus
dari model ini adalah adaptasi dan tujuan pengkajian adalah mengidentifikasi
tingkah laku yang actual dan potensial apakah memperlihatkan maladaptive dan
mengidentifikasi stimulus atau penyebab perilaku maladaptif. Empat model
adaptasi dapat digunakan sebagai dasar kerangka kerja untuk pedoman
pengkajian. Mode ini juga meliputi psikologis, konsep diri, fungsi peran dan
model interdependensi.

 Model “Self Care” D.E Orem (1971)


Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem’s adalah : “Suatu pelaksanaan
kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan

13
kesejahteraan sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit” (Orem,1980) Keyakinan
Orem’s tentang empat konsep utama keperawatan adalah:
Klien : Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus
mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit/trauma
atau coping dan efeknya.
 Sehat : Kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutan self care
yang berperan untuk mempertahankan ndan meningkatkan integritas structural
fungsi dan perkembangan
 Lingkungan : Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik
 Keperawatan : Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang
dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat
dalam mempertahankan self care yang mencakup integritas structural, fungsi
dan perkembangan berdasarkan keyakinan empat konsep utama diatas, Orem
mengembangkan konsep modelnya hingga dapat diaplikasikan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
Tujuan keperawatan pada model Orem secara umum adalah Menurunkan tuntutan
self care kepada tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti
menghilangkan self care deficit. Memungkinkan klien meningkaatkan
kemampuannya untuk memenuhi tuntutan self care Memungkinkan orang yang
berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan asuhan depenent (dependent
care) jika self carae tidak memungkinkan, oleh karena self care deficit apapun
dihilangkan. Jika ketiganya diatas tidak ada yang tercapai, perawat secara
langsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien Tujuan
keperawatan pada model Orem yang diterapkan kedalam praktek keperawatan
keluarga/komunitas adalah: Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk
keperawatan mandiri secara therpeutik Menolong klien bergerak kearah tindakan-
tindakan asuhan mandiri Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota
keluarganya yang mengalami gangguan secara kompoten. Dengan demikian
maka focus asuhan keperawatan pada model Orem yang diterapkan pada praktek
keperawatan keluarga / komunitas adalah:
 Aspek Interpersonal : Hubungan didalam keluarga
 Aspek sosial : Hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarny

14
 Aspek Prosedural : Melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu
mengantisipasi perubahan yang terjadi
 Aspek Tehnis : Mengerjakan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang
dilakukan dirumah misalnya melakukan tindakan kompres secara benar
 Model “Health carae System” B. Neuman (1972)
..............................................................Model konsepsual dari Neuman memberi penekanan pada
dengan memperkuat garis pertahanan diri baik yang bersifat fleksibel, normal
maupun yang resisten. Intervensi ini diarahkan pada ketiga garis pertahanan
tersebut yang terkait dengan tiga level prevensi. Model ini menganalisa interaksi
dari empat variable yang menunjang komunitas, yaitu fisiologis, Psikologis,
Sosial cultural, dan perkembangan spiritual, adapun tujuan keperawatan adalah
stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis. Asumsi yang
dikemukakan oleh Neuman berdasarkan empat konsep utama dari paradigma
keperawatan yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
 Manusia : Merupakan suatu system terbuka, yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-
variabel fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan perkembangan spiritual.
 Lingkungan : Meliputi semua factor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau system klien
 Kesehatan : Kemampuan komunitas mempertahankan keseimbangan terhadap
stresor yang ada dan mempertahankan keharmonisan antara bagian dan
subbagian keseluruhan komunitas. Model ini pun menjelaskan bahwa sehat
merupakan respons sistem terhadap stresor dilihat dalam satu lingkaran
konsentris core (inti) dengan tiga garis pertahanan, yaitu fleksibel, normal, dan
resisten, dengan lima variabel yang saling memengaruhi, yaitu fisiologi,
psikologi, sosiobudaya, spiritual dan perkembangan. Keperawatan Model ini
menjelaskan bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh untuk
mempertahankan semua variabel yang memengaruhi respons klien terhadap
stresor. Melalui penggunaan model keperawatan ini, diharapkan dapat
membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mencapai dan
mempertahankan level maksimum dari total wellness. Perawat membantu
komunitas menjaga kestabilan dengan lingkungannya dengan melakukan
prevensi primer untuk garis pertahanan fleksibel, prevensi sekunder untuk

15
garis pertahanan normal, dan prevensi tersier untuk garis pertahanan resisten.
Pelayanan keperawatan juga disesuaikan dengan kondisi yang dialami
komunitasnya. Contoh, jika stresor ada di lingkungan klien, yaitu menembus
garis pertahanan fleksibel, maka yang dilakukan perawat adalah melakukan
prevensi primer (tingkat pencegahan primer), seperti mengkaji faktor-faktor
risiko, memberi pendidikan kesehatan atau membantu klien sesuai dengan
kebutuhannya. Jika stresor telah menembus garis pertahanan normal, maka
yang dilakukan perawat adalah melakukan prevensi sekunder, seperti
melakukan deteksi dini, menentukan sifat dari proses penyakit dan
memberikan pelayanan keperawatan segera. Jika stresor telah mengganggu
garis pertahanan resisten, maka upaya prevensi tersier dapat dilakukan oleh
perawat untuk membatasi atau mengurangi efek dari proses penyakitnya atau
mengoptimalkan potensi komunitas sebagai sumber rehabilitasi. Aplikasi
model neuman pada komunitas Sesuai dengan Neuman, kelolmpok/komunitas
dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu komunitas
yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai
pendekatan yang terdiri dari lima tahapan: pengkajian, penegakan diagnosa
kepererawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

16
BAB III
APLIKASI MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Model Teori

Imogene Martina King (30 Januari 1923 – 24 Desember 2007) adalah salah
satu pionir dan ahli teori keperawatan yang paling dicari untuk Teori Pencapaian
Sasarannya, yang dikembangkannya pada awal tahun 1960an. Karyanya diajarkan
kepada ribuan mahasiswa keperawatan di seluruh dunia dan diterapkan di berbagai
lingkungan layanan. Teori Pencapaian Tujuan Imogene King pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1960-an. Dari judulnya sendiri, model tersebut berfokus
pada pencapaian tujuan hidup tertentu. Hal ini menjelaskan bahwa perawat dan pasien
berjalan beriringan dalam mengkomunikasikan informasi, menetapkan tujuan
bersama, dan kemudian mengambil tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan adalah peran, stres, ruang, dan waktu.

Berdasarkan 4 konsep sentral, King menjelaskan teorinya sebagai berikut:


a Manusia
King menjelaskan manusia merupakan mahluk spiritual yang memiliki
kepercayaan terhadap kesehatannya. Manusia juga memiliki kemampuan
melalui komunikasi atau bahasan serta bentuk yang lainnya untuk menyimpan
sejarah serta melestarikan budaya mereka, Lebih lanjut King menjelaskan
individu merupakan komponen yang unik dan holistik, ditinjau dari nilai
berdasarkan nilai intrinsik dan mampu berpikir secara rasional serta
melakukan pengambilan keputusan disituasi apapun.
b Kesehatan
Kesehatan menurut King adalah kondisi yang dinamis atau dapat
berubah-ubah dalam siklus hidup manusia, sementara penyakit menggangu
proses tersebut. Kesehatan memiliki arti penyesuaian secara
berkesinambungan untuk memberikan tekanan dilingkungan internal maupun
eksternal melalui penggunaan sumber daya seseorang secara optimal untuk
mencapai potensi maksimal untuk hidup sehari-hari.

17
c Lingkungan
King menitikberatkan lingkungan berkaitan dengan kemampuan atau
cara bagaimana manusia secara utuh mampu berinteraksi dengan
lingkungannya untuk menjaga kesehatan. Sistem terbuka berdasarkan King
menyiratkan bahwa interaksi terjadi terus menerus antara sistem dan
lingkungan. Setiap individu mempersepsikan atau mengisyaratkan dunia
sebagai sekumpulan orang yang terus melakukan transaksi dengan individu
dan benda-benda dilingkungannya.
d Keperawatan
Tujuan keperawatan menurut King adalah untuk membantu individu
menjaga kesehatan mereka sehingga mereka dapat berfungsi dalam tugas dan
tanggungjawabnya. Keperawatan juga merupakan sebuah proses aksi, reaksi,
interaksi dan transaksi interpersonal sehingga ada hubungan yang jelas dan
saling mempengaruhi antara perawat dan seorang pasien atau klien.
Menurut King, ada tiga sistem yang saling berinteraksi dalam Teori
Pencapaian Tujuan. Ini adalah sistem personal , sistem interpersonal ,
dan sistem sosial .
1 Sistem Pribadi
Setiap individu adalah sistem pribadi. King menunjuk contoh
sistem pribadi sebagai pasien atau perawat. King merinci konsep citra
tubuh, pertumbuhan, perkembangan, persepsi, diri, ruang, dan waktu
untuk memahami manusia sebagai pribadi.
 Pertumbuhan dan perkembangan dapat diartikan sebagai proses
dalam kehidupan masyarakat yang melaluinya beralih dari potensi
pencapaian menuju aktualisasi diri.
 King mendefinisikan citra tubuh sebagai bagaimana seseorang
memandang tubuhnya dan reaksi orang lain terhadap
penampilannya.
 Ruang mencakup ruang yang ada di segala arah, sama di mana pun,
dan ditentukan oleh wilayah fisik yang dikenal sebagai “wilayah”
dan oleh perilaku orang-orang yang menempatinya.

18
 Waktu diartikan “durasi antara satu peristiwa dengan peristiwa
lainnya yang dialami secara unik oleh setiap manusia; itu adalah
hubungan dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.”
 King (1986) menambahkan pembelajaran sebagai subkonsep dalam
sistem personal, tetapi tidak mendefinisikannya lebih lanjut.
2 Sistem Antarpribadi
Ini dibentuk oleh interaksi manusia. Dua individu yang
berinteraksi membentuk angka dua; tiga membentuk triad, dan empat
atau lebih membentuk kelompok kecil atau besar. Ketika jumlah
individu yang berinteraksi meningkat, kompleksitas interaksi pun
meningkat. Memahami sistem interpersonal memerlukan konsep
komunikasi, interaksi, peran, stres, dan transaksi .
 Interaksi didefinisikan sebagai perilaku yang dapat diamati dari
dua individu atau lebih yang saling hadir.
 King (1990) mendefinisikan komunikasi sebagai “suatu proses
dimana informasi diberikan dari satu orang ke orang lain baik
secara langsung dalam pertemuan tatap muka atau tidak langsung
melalui telepon, televisi, atau kata-kata tertulis.”
 King mendefinisikan transaksi sebagai “suatu proses interaksi di
mana manusia berkomunikasi dengan lingkungan untuk mencapai
tujuan yang dihargai, perilaku manusia yang diarahkan pada
tujuan.
 Ciri-ciri peran antara lain bersifat timbal balik. Seseorang dapat
menjadi pemberi informasi pada satu waktu dan penerima pada
waktu lain, dengan hubungan antara dua individu atau lebih yang
berfungsi dalam dua atau lebih peran yang dipelajari, sosial,
kompleks, dan situasional.
 Stres adalah “keadaan dinamis di mana manusia berinteraksi
dengan lingkungan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan,
perkembangan, dan kinerja, yang melibatkan pertukaran energi dan
informasi antara orang tersebut dan lingkungan untuk pengaturan
dan pengendalian pemicu stress.

19
3 Sistem Sosial
Sistem interaksi yang lebih menyeluruh terdiri dari kelompok-
kelompok yang membentuk masyarakat, yang disebut dengan sistem
sosial. Sistem agama, pendidikan, dan layanan kesehatan adalah
contoh sistem sosial. Perilaku keluarga besar yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu adalah contoh lain
dari sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial, konsep otoritas,
pengambilan keputusan, organisasi, kekuasaan, dan status memahami
pemahaman sistem.
 Kekuasaan adalah kapasitas untuk menggunakan sumber daya
dalam organisasi untuk mencapai tujuan… adalah proses dimana
satu orang atau lebih mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi
adalah kapasitas atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk
mencapai tujuan terjadi di semua aspek kehidupan. Setiap orang
mempunyai potensi kekuatan yang ditentukan oleh sumber daya
individu dan kekuatan lingkungan yang dihadapinya. Kekuasaan
adalah kekuatan sosial yang mengatur dan memelihara masyarakat.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan dan
memobilisasi sumber daya untuk mencapai tujuan.
 Status adalah “kedudukan seseorang dalam suatu kelompok atau
kelompok terhadap kelompok lain dalam suatu organisasi”, yang
dimaksud dengan status disertai dengan “keistimewaan, tugas, dan
kewajiban”.
 Pengambilan keputusan adalah “suatu proses yang dinamis dan
sistematis di mana pilihan alternatif yang dirasakan berdasarkan
tujuan yang dibuat dan ditindaklanjuti oleh individu atau kelompok
untuk menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan” (King, 1990).
 King (1986) menambahkan kontrol sebagai subkonsep dalam
sistem sosial tetapi tidak mendefinisikan konsep tersebut lebih
lanjut.

20
21
3.2 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Dengan Remaja

Kehidupan seseorang yang mengalami pubertas dimulai saat usia 8 sampai 10


tahun, dan berakhir kurang lebih pada usia 15 sampai 16 tahun. Mereka mengalami
perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Di mana pada masa remaja
ini banyak terjadinya perubahan pada individu ini sendiri dan jika sejak masa ini tidak
dibekali beberapa kemampuan untuk mengontrol emosi, penyampaian emosional diri
yang tepat, bahkan batas-batas aturan interaksinya dengan faktor lain dapat
menyebabkan berbagai permasalahan atau kesalahpahaman dengan beberapa faktor.

Maka dari itu, seperti yang sudah kami jelaskan di awal tadi, untuk
menanggulangi hal ini, kami menggunakan konsep “Teori Pencapaian Tujuan” oleh
Imogene King, di mana teori ini menekankan pada pencapaian tujuan hidup tertentu.
Hal ini menjelaskan bahwa perawat dan pasien berjalan beriringan dalam
mengkomunikasikan informasi, menetapkan tujuan bersama, dan kemudian
mengambil tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian tujuan adalah peran, stres, ruang, dan waktu. Juga teori ini

22
menekankan pada interaksi antara sistem personal itu sendiri, sistem
antarpersonal, dan sosial, yang di mana kita bisa memakai unsur-unsur dalam
konsep ini dengan baik untuk membekali atau memberikan edukasi kepada para
remaja yang memiliki permasalahan yang cukup kompleks di dalamnya agar para
remaja ini dapat beradaptasi yang POSITIF dengan lingkungannya.

Lalu, dari konsep teori King ini, strategi intervensi keperawatan komunitas
yang dapat diberikan adalah promosi kesehatan dan pemberdayaan, yang mana
dari kedua strategi intervensi ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pada
remaja. Beberapa strategi intervensi dalam memberikan edukasi dan memberdayakan
para remaja, yaitu:

a) Peningkatan Pendidikan Seksual melalui Edukasi Kesehatan

Perawat harus memperluas program pendidikan seksual remaja, termasuk


informasi tentang kesehatan reproduksi, penggunaan kontrasepsi, dan
pencegahan penyakit menular seksual. Pendidikan ini harus berbasis bukti dan
disampaikan dengan cara yang ramah remaja.

b) Penguatan Kesehatan Mental Melalui Edukasi Kesehatan dan


Pembentukan Kelompok Konseling Remaja

23
Perawat komunitas remaja harus fokus pada identifikasi dini masalah
kesehatan mental. Program-program pendidikan dan dukungan mental harus
dipromosikan di sekolah dan lingkungan remaja untuk mengurangi
stigmatisasi terkait masalah kesehatan mental.

c) Pencegahan Penyalahgunaan Zat Melalui Edukasi dan Pemberdayaan

24
Perawat dapat berkolaborasi dengan sekolah dan organisasi lokal untuk
meluncurkan kampanye pencegahan penyalahgunaan zat. Ini melibatkan
pendekatan holistik yang mencakup pendidikan, konseling, dan dukungan
keluarga.

d) Kolaborasi dengan Komunitas

Penting untuk memperkuat kemitraan dengan lembaga-lembaga komunitas,


termasuk sekolah, pusat kesehatan, dan organisasi non-profit. Kolaborasi ini
memungkinkan perawat komunitas remaja untuk memberikan layanan yang
lebih menyeluruh dan terintegrasi.

e) Pelibatan Aktif Remaja

Platform Instagram sebagai tempat penyebaran informasi kesehatan bagi


remaja

25
Mendorong partisipasi aktif remaja dalam program-program kesehatan mereka
sendiri. Ini dapat melibatkan pembentukan klub sehat remaja, seminar
kesehatan oleh remaja untuk remaja, atau platform daring untuk
bertukar pengalaman dan informasi (melalui media sosial, dll).

Dengan mengambil langkah-langkah ini, perawat komunitas remaja


dapat menciptakan dampak positif yang signifikan dalam mendukung
kesejahteraan remaja. Pendidikan yang mendalam, kolaborasi yang erat,
dan keterlibatan aktif remaja akan membentuk dasar yang kuat untuk
praktik keperawatan komunitas remaja yang efektif dan berkelanjutan
sehingaa terciptanya kesejahteraan remaja.

SKEMA

Komunitas remaja Perlunya pembekalan dan pengetahuan


mengalami berbagai yang cukup sejak dini agar tidak terjadi
perubahan baik psikis, fisik, permasalahan kompleks di lingkungan,
dan hub. sosial yang terjadi ADAPTASI POSITIF pada
kompleks remaja, dan terbentuknya kesejahteraan
remaja

Teori Imogene King


Berjalan beriringan dalam
”Goal Attainment” mengkomunikasikan informasi,
menetapkan tujuan bersama, dan
(sistem personal, sistem
kemudian mengambil tindakan untuk
antarpersonal, dan sistem
mencapai tujuan tersebut
sosial)

a) Peningkatan Pendidikan
Seksual melalui Edukasi
EDUKASI Kesehatan
KESEHATAN b) Penguatan Kesehatan Mental
STRATEGI Melalui Edukasi Kesehatan
INTERVENSI dan Pembentukan Kelompok
Konseling Remaja
PEMBERDAYAAN c) Pencegahan Penyalahgunaan
Zat Melalui Edukasi dan
Pemberdayaan
d) Kolaborasi dengan Komunitas
e) Pelibatan Aktif Remaja

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Teori keperawatan model King memahami model konsep dari teori


keperawatan dengan menggunakan sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang
konstan dengan lingkungan, sehingga King mengemukakan konsep kerjanya yang
meliputi adanya system personal, system interpersonal dan system sosial yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Menurut King system personal merupakan
system terbuka dimana di dalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kembang,
gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan, kemudian hubungan
interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat dan pasien serta hubungan
sosial yang mengandung arti bahwa suatu interaksi perawat dan pasien dalam
menegakkan system sosial sesuai dengan situasi yang ada.

Strategi penetapan model yang digunakan pada remaja yang mengalami


pubertas yaitu mereka harus belajar mengatur jarak, jika berada dekat dengan orang
lain serta menolak keberadaan orang lain yang memasuki ruang pribadi mereka. Ini
merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya
sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya). Dalam hal ini orang tua perlu
menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan
sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis.

4.2 SARAN

Sebagai calon seorang perawat, hendaklah kita mencontoh teori-teori dari para
pencetus teori keperawatan yang telah ada, khususnya teori Imogene King. Makalah
ini bisa digunakan sebagai tambahan bahan untuk menambah wawasan mengenai
aplikasi model keperawatan komunitas dengan remaja kami selaku penulis menyadari
bahwa makalah yang kami susun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapakan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Musmiah, S. B., & Rustaman, N. Y. (2019). Selamat Datang Masa Remaja. Deepublish.

Susanto, W. H. A. (2022). Bab 1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Ilmu Keperawatan


Komunitas dan Keluarga, 1.

Simak, V. F., & Renteng, S. (2021). Keperawatan Komunitas Dua (Konsep Asuhan
Keperawatan Komunitas). Tohar Media.

Rasyid, P. S., Zakaria, R., & Munaf, A. Z. T. (2022). Remaja dan Stunting. Penerbit NEM

Daryaswanti, P. I., Rahmanti, A., Astutik, W., Pendet, N. M. D. P., Widyanata, K. A. J.,
Artawan, I. K., ... & Kusumawati, H. (2023). Teori Dalam Keperawatan. PT.
Sonpedia Publishing Indonesia.

Biografi Raja Imogene. (nd). Diakses pada 7 Juli 2014, dari


https://king.clubexpress.com/content.aspx?
page_id=22&club_id=459369&module_id=59920

Khadijah, K. (2020). Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja. Jurnal Al-Taujih:


Kerangka Bimbingan dan Konseling Islam , 6 (1), 1-9.

28

Anda mungkin juga menyukai