Anda di halaman 1dari 49

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS :


KESEHATAN REMAJA DI KOMUNITAS

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Dwin Seprian, M. Kep.

DI SUSUN OLEH KELOMPOK II :

Arwitinia (821191002)

Malinda Wati (821191004)

Indah Wulandari (821191006)

Ramadani (821191008)

Siska Permatasari (821191010)

Masdiyani Novianti (821191012)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK

TAHUN AJARAN

2021/2022
i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji dan syukur senantiasa kami


panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Keperawatan komunitas II dengan judul “Asuhan Keperawatan Agregat
dalam Komunitas : Kesehatan Remaja di Komunitas” Walaupun mungkin secara
penilaian makalah ini masih belum sempurna, tetapi kami akan terus berusaha untuk
semakin memperbaikinya.

Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Ns. Dwin Seprian, M. Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah


Keperawatan Komunitas II.
2. Kepada teman-teman yang selalu mendukung dan membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya.
3. Kepada kedua orang tua kami, yang selalu mendoakan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua terutama di dunia
pendidikan.

Pontianak, 19 Februari 2022

i
ii

Penulis

i
i

DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULULUAN..........................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan penulisan...................................................................................3
C. Metode penulisan..................................................................................3
D. Ruang lingkup penulisan......................................................................4
E. Sistematika Penulisan...........................................................................4
F. Manfaat Penulisan................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5

A. Konsep Keperawatan Komunitas........................................................5


B. Konsep Remaja....................................................................................6
C. Perubahan Fisik, Psikologis, Sosial pada Remaja...............................7
D. Masalah Kesehatan Spesifik pada Adolensesn (Remaja)....................13
E. Tugas-tugas Perkembangan dalam Masa Remaja...............................15
F. Asuhan Keperawatan Teoritis Komunitas pada Remaja.....................17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS...............................21

BAB IV PENUTUP.........................................................................................42

A. Kesimpulan...........................................................................................42
B. Saran.....................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah alat bagi seorang pasien untuk melaksanakan
asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien. Dalam keperawatan, proses
keperawatan dapat digunakan sebagai metode dalam pemecahan masalah klien yang
dapat menunjukkan sikap professional serta dapat memberikan kepuasan bagi klien
dalam mendapatkan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan remaja adalah layanan
kesehatan yang diberikan kepada remaja untuk meningkatkan kesejahteraan (Cinthya
Yolanda S, 2019).
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa
yang yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses yang
harus dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan
yang dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam menangangi problematika
remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada penyelesaian masalah untuk
membentuk manusia-manusia kreatif dengan karakter yang kuat, salah satunya
dengan melakukan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok remaja.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin cangih
membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi penerus bangsa
khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negatif banyak para pelajar dikalangan
remaja sudah merokok, berkendara dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri,
minum-minuman dan penggunaan zat yang merusak kesehatan (Safira N, 2013).
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah komplek. Ditandai oleh
dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus menerus digunakan,
walaupun mengalami dampak yang negatif dan menimbulkan gangguan fungsi sehari-
hari baik dirumah, sekolah maupun di masyarakat (Linda dkk, 2013).
Salah satunya yaitu penyalahgunaan narkoba yang yang terjadi pada remaja.
Penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan kemanusiaan dan masalah sosial akut
yang merusak sendi- dendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Penggunanya akan mengalami gangguan perilaku, emosi, cara berfikir, kerusakan
fisik, psikis dan spiritual permanen karena narkoba menyerang susunan saraf pusat
(Tito, Sulistyarini, S. (2014). Penyebaran penyalahgunaan NAPZA di Indonesia
menyebar di seluruh pelosok tanah air, tidak terkecuali di Kalimantan Barat.
2

Ironisnya, sebagian korban penyalahgunaan NAPZA masih berusia remaja dan masih
berstatus sebagai pelajar. Bahkan, Jumlah pelajar atau remaja yang terlibat,
diperkirakan lebih besar dari jumlah yang diungkap polisi. Berdasarkan prediksi di
harian kompas pada tahun 2012 dalam (Khairul, Yohanes B, P. (2013), Pengguna
Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) yang berusia 12-21 tahun ditaksir
sekitar 14.000 orang dari jumlah remaja di Indonesia sekitar 70 juta orang. Dari data
kasus tersebut, tentunya sangat memprihatinkan karena, bahaya penyalahgunaan
NAPZA tidak hanya berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental pecandunya saja
tetapi juga akan sangat berdampak besar pada tatanan kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat dan berbangsa (Partodiharjo, 2009: 31-34) (Khairul, Yohanes B, P.
(2013).
Di Indonesia penyalahgunaan narkoba kini kian marak terjadi. Hal tersebut
dapat kita amati dari pemberitaan baik di mediacetak maupun media elektronik yang
setiap hari memberitakan tentang penangkapan para pelaku penyalahgunaan atau
ketergantungan narkoba pun hamper merata di seluruh Indonesia dengan tidak
mengenal status, golongan, agama, suku, ras, profesi, latar belakang, tua maupun
muda.Santi (2008:5) “Narkoba telah merenggut 15.000 nyawa pengguna setiap tahun.
Dan diperkirakan rata-rata 40 orang meninggal setiap hari karena narkoba di
Indonesia” (Marselli, K., & Baharie, Y. (2017).
Di kota Pontianak sendiri kasus penyalahgunaan atau ketergantungan narkoba
sejak tahun ke tahun mengalami peningkatan, menurut data yang dihimpun oleh BNN
kota Pontianak dari awal tahun 2017 hingga April terdapat 109 orang yang melapor
maupun yang dilaporkan. Dari jumlah tersebut penyalahgunaan narkoba ini sangat
memprihatinkan sekali, karena dari tahun ketahun penyalahgunaan narkoba semakin
mengalami peningkatan sehingga menjadi ancaman yang serius bagi bangsa Indonesia
pada umumnya dan kota Pontianak. Meningkat pemakai narkoba ini juga kebanyakan
pelakunya adalah kaum remaja. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hawari (2001:3-
4) diperoleh data-data sebagai berikut: 1.Pada umumnya penyalahgunaan/
ketergantungan NAPZA mulai memakai NAPZA antara usia 13- 17 tahun, sebagian
besar penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA berumur antara 13-25 tahun (90%)
dan 90% jenis kelamin laki-laki. 2. Sebanyak 68% penyalahgunaan/ ketergantungan
NAPZA memakai lebih dari satu jenis narkoba. 3. Remaja dengan kelainan
kepribadian anti sosial (psikopat) mempunyai resiko relative 19,9 kali untuk
menyalahgunakan NAPZA dibandingkan dengan mereka yang tidak berkepribadian
3

anti social. 4.Remaja dengan gangguan kejiwaan defresi mempunyai resiko relative
18,8 kali untuk menyalahgunakan NAPZA di banding dengan mereka yang tidak
mengalami gangguan kejiwaan depresi. 5.Remaja dengan gangguan kejiwaan
kecemasan mempunyai resikorelatif 13,8 kali untuk menyalahgunakan NAPZA
dibandingkan dengan merek yang tidak mengalami gangguan kejiwaan kecemasan. 6.
Remaja dengan kondisi keluarga yang tidak baik (disfunsi keluarga) misalnya kedua
orang tua bercerai atau berpisah, kedua orangtua terlalu sibuk dan hubungan segitiga
ayah-ibu-anak yang tidak harmonis, mempunyai resiko relative 7,9 kali
untukmenyalahgunakan NAPZA (Marselli, K., & Baharie, Y. (2017).
Keterlibatan remaja ke dalam tindak pidana penyalahgunaan narkoba ini
sangat rentan sekali terjadi mengingat masa remaja adalah periode periode kehidupan
yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan
perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa.Menanggapi peningkatan jumlah pecandu dan meningkatnya
penyalahgunaan narkoba khususnya di kota Pontianak dan di Kalimantan Barat pada
umumnya maka, di dirikan rumah sakit khusus untuk wadah pengobatan atau pusat
rehabilitasi yang menyediakan pelayanan pemulihan bagi pecandu narkoba. Yang saat
ini sedang menangani sejumlah residen pengguna narkoba baik tingkat dewasa dan
remaja (Marselli, K., & Baharie, Y. (2017).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa memahami


tentang Asuhan Keperawatan Agregat Dalam Komunitas : Kesehatan Remaja Di
Komunitas.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menjelaskan konsep keperawatan komunitas dan konsep remaja.
b. Menjelaskan perubahan fisik, psikologis, sosial pada remaja.
c. Menjelaskan masalah kesehatan spesifik pada adolensesn (remaja).
d. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja.
e. Menjelaskan asuhan keperawatan komunitas pada remaja.
C. Metode Penulisan
4

Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah


dari kepustakaan. Yaitu dengan mencari data-data yang menunjang materi atau yang
berhubungan dengan Asuhan Keperawatan Agregat Dalam Komunitas : Kesehatan
Remaja Di Komunitas.
D. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam makalah ini penulis membahas tentang Asuhan Keperawatan Agregat
Dalam Komunitas : Kesehatan Remaja Di Komunitas.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari empat bagian yaitu Bab I
pendahuluan, yang meliputi : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
ruang lingkup penulisan, sistematika penulisan dan manfaat. Bab II tinjauan pustaka
terdiri dari konsep keperawatan komunitas, konsep remaja, perubahan fisik,
psikologis, sosial pada remaja, masalah kesehatan spesifik pada adolensesn (remaja),
tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja, asuhan keperawatan teoritis
komunitas pada remaja. Bab III asuhan keperawatan komunitas pada remaja. Dan
yang terakhir Bab IV penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
F. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan terdiri dari :
1. Bagi perawat, terutama perawat komunitas untuk memahami definisi remaja
serta permasalahan yang dihadapi oleh remaja akibat lingkungan, perawat juga
berkolaborasi dari berbagai pihak, baik pemerintahan, LSM, dan menjauhkan
remaja dari hal-hal yang dapat membawa dampak buruk.
2. Bagi pembaca, diharapakan makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan
untuk menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan komunitas
khususnya remaja.
3. Bagi penulis sebagai penulis pemula, menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isi, oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan karya tulis.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keperawatan Komunitas
1. Pengertian Keperawatan Komunitas
Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu,
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama, serta berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan (Mubarak & Chayatin, 2009). Keperawatan
komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan omunitas adalah
individu yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita
penyakit menular. Keperawatan komunitas adalah praktik keperawatan
profesional yang diberikan secara holistic (biopsikososiospritual) dan difokuskan
pada kelompok resiko tinggi yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
melalui upaya promotif, preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitative
dengan melibatkan komunitas sebagai mitra yang handal dalam menyelesaikan
masalah (Chairani Reni, 2015).
Berbagai dari definisi keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan
oleh organisasi-oraganisasi profesional. Berdasarkan pertanyaan dari American
Nurses Association (2004) dalam (Hidayanti Ika, dkk, 2021). Yang
mendefinisikan keperawatan kesehtan komunitas sebagai tindakan untuk
meningkatka dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan
mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan
keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakuan komprehensif dan
umum serta tidak terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak
terbatas pada perawatan yang bersifat episodik (Effendi & Makhfudli, 2010)
dalam (Hidayanti Ika, dkk, 2021).
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pedekatan kepada kelompok resiko tinggi
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pecegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
6

kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan lien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Hidayanti Ika, dkk, 2021).

B. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja atau adolescence merupakan masa perkembangan dimana
seseorang individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Masa remaja merupakan masa dimana
seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
menaglami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah (Yusriyyah, S, 2019). Oleh karenanya, remaja sangat
rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan
yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002) dalam
(Vegaabdillah, 2017).
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah.246 Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari
anak menuju masa dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan
dan perkembangan baik itu fisik maupun mental (Alex Sobur, 2003) dalam
(Diananda, A, 2019).
Masa remaja merupakan sebuah priode dalam kehidupan manusia yang
batasanya usia maupun perannya seringkali tidak terlalu jelas.pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai
patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan
bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja
sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa
dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia
belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa. Meski disaat yang sama ia
juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan
jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti.
7

Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-


kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut
untuk bersikap mandiri dan dewasa (Vegaabdillah, 2017).

2. Karakteristik Remaja
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), karakteristik remaja
berdasarkan umur adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja awal (10-12 tahun)
1) Lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Ingin bebas.
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
4) Mulai berfikir abstrak.
b. Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)
1) Mencari identitas diri.
2) Timbul keinginan untuk berkencan.
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam.
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
5) Berkhayal tentang aktivitas seks.
c. Remaja akhir (17-21 tahun)
1) Pengungkapan kebebasan diri.
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
3) Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri.
4) Dapat mewujudkan rasa cinta.
3. Masa Transisi Remaja
Menurut kusmiran (2012) pada usia remaja terdapat masa transisi yang akan
dialami. Masa transisi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Transisi fisik
Berkaitan sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum sepenuhnya
menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini menyebabkan
kebingungan peran, didukung pula dengan sikap masyarakat yang kurang
konsisten.
b. Transisi dalam kehidupan emosi
8

Perubahan hormonal dalam bentuk tubuh remaja berhubungan erat


dengan peningkatan kehidupan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat
tersinggung.
C. Perubahan Fisik, Psikologis, Sosial pada Remaja
1. Perubahan Fisik Remaja
Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu
(Vegaabdillah, 2017). :
a. Perubahan eksternal
Perubahan yang terjadi selama masa remaja dibagi menjadi beberapa
tahap sebagai berikut :
1) Tinggi badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tingkat matang pada usia
antara 17 dan 18 tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun
setelahnya (Vegaabdillah, 2017). Perubahan tinggi badan remaja
dipengaruhi asupan makanan yang diberikan, pada anak yang
diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dipada anak
yang tidak mendapatkan imunisasi. Anak yang tidak diberikan
imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga pertumbuhannya
terlambat (Yusriyyah, S, 2019).
2) Berat badan
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan
perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat
penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung
sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan
menimbulkan ketidak idealan badan anak, jika perubahan tinggi badan
lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak menjadi
jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih
cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi
gemuk gilik (gemuk pendek) (Vegaabdillah, 2017).
3) Proporsi tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan
yang tumbuh baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga
9

anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu pandang (Vegaabdillah,


2017).
4) Organ seksual
Baik laki-laki maupun perempuan, organ seks mengalami
ukuran matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang
sampai beberapa tahun kemudian (Vegaabdillah, 2017).

5) Organ seks sekunder


Ciri-ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang
pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain
ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jakun pada laki-laki, sedangkan
pada perempuan ditandai dengan membesarnya payudara
(Vegaabdillah, 2017).
b. Perubahan internal
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak
tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian
remaja. Perubahan tersebut adalah (Yusriyyah, S, 2019). :
1) Sistem pencernaan
Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk
pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-otot diperut
dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah
berat dan kerongkongan bertambah panjang.
2) Sistem peredaran darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17 atau
18, beratnya 12 kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding
pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematanagan
bilamana jantung sudah matang.
3) Sistem pernapasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia
17 tahun, anak laki-laki mencapai tingkat kematangan baru beberapa
tahun kemudian.
4) Sistem endokrin
10

Kegiatan gonad yang meningkatkan pada masa puber


menyebabkan ketidak seimbagan sementara dari seluruh sistem
endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar skes berkembang
ppesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang
sampai akhirnya masa remaja atau awal masa dewasa.
5) Jaringan tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun.
Jaringan selain jantung, khususnya bagi perkembangan otot, terus
berkembang sampai tulang mencapai seukuran yang matang.
2.Perubahan Psikososial Remaja
a. Early Adolescent, terjadi pada usia usia 12-14 tahun. Karakteristik periode
remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti
(Yusriyyah, S, 2019). :
1) Krisis identitas.
2) Jiwa yang labil.
3) Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri.
4) Pentingnya teman dekat/sahabat.
5) Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-kadang berlaku
kasar.
6) Menu njukkan kesalahan orangtua.
7) Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua.
8) Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan
9) Terdapatnya pengaruh teman sebaya ( peer group) terhadap hobi dan
cara berpakaian.
Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang,
bukan masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu,
ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan
mulai bereksperimen dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada
periode remaja awal, anak juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok,
alkohol, atau narkoba. Peran per group sangat dominan, mereka berusaha
membentuk kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan sama,
mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama (Yusriyyah, S, 2019).
b. Middle adolescent terjadi antara usia 15-17 tahun, yang ditandai dengan
terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut (Yusriyyah, S, 2019). :
11

1) Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya.


2) Sangat memperhatikan penampilan.
3) Berusaha untuk mendapat teman baru.
4) Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua.
5) Sering sedih/moody.
6) Mulai menulis buku harian.
7) Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif.
8) Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua.

Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan


karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai mempunyai
dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap lawan jenis. Sudah
mulai mempunyai konsep role model dan mulai konsisten terhadap cita-cita
(Yusriyyah, S, 2019).

c. Late adolescent dimulai pada usia 18-21 tahun ditandai oleh tercapainya
maturitas fisik secarasempurna. Perubahan psikososial yang ditemui antara
lain (Yusriyyah, S, 2019). :
1) Identitas diri menjadi lebih kuat.
2) Mampu memikirkan ide.
3) Mampu mengekspresikan perasaan dengan katakata.
4) Lebih menghargai orang lain.
5) Lebih konsisten terhadap minatnya.
6) Bangga dengan hasil yang dicapai.
7) Selera humor lebih berkembang.
8) Emosi lebih stabil.

Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk


peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan
lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan
(Yusriyyah, S, 2019).

3.Perubahan sosial remaja


Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan
kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi (Yusriyyah, S, 2019).
12

a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi atau tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan
yang yang kondusif bagi sosialisasi anak. Didalam keluarga berlaku norma-
norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga
merekayasa perilaku kehidupan anak (Yusriyyah, S, 2019).
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak
lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana
norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diartikan oleh keluarga (Yusriyyah, S, 2019).
b. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat
orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Disamping
itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk
mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga
setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik
(Yusriyyah, S, 2019).
c. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
mmandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan
dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “Ia anak
siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku didalam
keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa
“menjaga” status sosial dalam ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu,
maksud “mejaga ststus dalam keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya.
13

Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya


sendiri (Yusriyyah, S, 2019).
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan
memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan
kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas
harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan
keluarga, masyarakat dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang
benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan (sekolah) (Yusriyyah, S, 2019).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma
lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma-norma kehidupan bangsa
(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa, titik pergaulan membentuk
perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Yusriyyah, S, 2019).
e. Kapasitas Mental, Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkembang bahasa secara baik. Oleh
karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik,
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan
dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan
memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan
hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan
intelektual tinggi (Yusriyyah, S, 2019).
D. Masalah Kesehatan Spesifik pada Adolensesns (remaja)
Ada beberapa masalah kesehatan yang terjadi pada remaja sebagai berikut
(Safira N, 2013). :
1. Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada adolensens (sekitar
70%) kecelakaan kendaraan bermotor, yang merupakan penyebab umum
terbanyak, mengakibatkan hampir sentengah kematian pada usia sampai 19
tahun ( Edeleman dan Mandel, 1994) dalam (Safira N, 2013). Kecelakaan ini
sering di kaitkan dengan intoksikasi alcohol atau penyalahgunaan obat.
14

2. Penyalahgunaan zat merupakan kenyataan masalah utama bagi mereka yang


berkerja dengan adolensens. Adolensens dapat menyakini bahwa zat yang
merubah alam perasaan menciptakan perasaan sejatera atau membuktikan
tingkat penampilan. Semua adolensens berada pada resiko penggunaan zat
untuk eksperimental atau kebiasaan atau berasal dari keluarga yang tidak stabil
lebih berisiko terhadap penggunaan kronik dan ketergantungan fisik. Beberapa
adolensens percaya bahwa penggunaan zat membuat mereka lebih matur.
3. Bunuh diri merupakan penyebab utama kematian ketiga pada adolensens usia
antara 15 dan 24 tahun ( Hawton, 1990) dalam (Safira N, 2013). : kecelakaan
dan pembunuh merupakan penyebab utama depresi dan isolasi social biasanya
mendahului usaha diri, tetapi bunuh diri mungkin juga sebagai akibat dari
kombinasi beberapa faktor.
4. Penyakit menuluar seksual dialami sekitar 10 juta orang pertahun di bawah usia
25 tahun. Tingkat insiden tertinggi mengharuskan adolensens yang aktif seksual
di lakukan skrining terhadap PMS, meskipun mereka tidak menunjukan gejala
kehamilan remaja merupakan kejadian umum di Amerika serikat 1 dari setiap
10 wanita di bawah usia 20 tahun mengalami kehamilan dan banyak yang
memilih resiko fisik pada ibu yang masih remaja kecuali mereka di bawah usia
16 tahun atau tidak menerima perawatan prenatal.

Adapun masalah lain yang dihadapi remaja masa kini antara lain (Hani
Rahmawati, dkk, 2019). :

1. Kebutuhan akan figure teladan


Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang
berlangsung dan keteladanan orang tua mereka dari pada hanya sekedar
nasehat-nasehat bagus yang tinggal hanya kata-kata indah.
2. Sikap apatis
Merupakan kecenderungan untuk menolak sesuatu pada saat bersamaan tidak
mau melibatkan diri didalamnya. Sikap apatis ini terwujud didalam
ketidakacuhannya akan apa yang terjadi dimasyarakatnya.
3. Kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stress atau prustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak
kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian”
4. Ketidakmampuan untuk melibatkan diri
15

Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir


ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri sendiri secara emosional
maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan masyarakat.
Persahabatan dinilai untung dan rugi atau malahan dengan uang.
5. Perasaan yang tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknolgi semakin
menguasai gaya hidup dan berpola fikir masyarakat modern.
6. Pemujaan dan pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minuman keras.
Obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dan mencoba-coba. Lingkungan
pergaulan anak muda dewasa ini memberikan pandangan yang keliru tentang
pengalaman.
E. Tugas-tugas Perkembangan dalam Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan havighurst (1953) dalam (Octavia A. shilphy,
2020). Mengistilahkan dengan “Developmental task”. tugas-tugas perkembangan
diartikanya sebagai suatu tugas yang timbul pada suatu priode atau masa tertentu
dalam kehidupan seseorang yang muncul pada saat atau sekitar suatu priode tertentu
dan jika berhasil akan menimbulkan fase Bahagia dan membawa keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan
rasa tidak Bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Arti
tugas-tugas perkembangan dapat dimaknakan sebagai berikut (Octavia A. shilphy,
2020). :
Selanjutnya menurut havighurst ada sepuluh tugas perkembangan remaja yang
harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya. tugas tersebut antara lain (Octavia A.
shilphy, 2020). :
1. Mampu menerima keadaan fisiknya.
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis.
4. Mencapai kemandirina emosional.
5. Mencapai kemampuan ekonomi.
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7. Memahai dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
16

8. Mengembangkan prilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk


memasuki dunia dewasa.
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Sedangkan menurut mappiare (1982;99) dalam (Octavia A. shilphy, 2020) tugas-


tugas perkembangan dalam masa remaja adalah :

1. Menerima keadaan fisiknya dan menerima peranya sebagai pria atau Wanita.
2. Menjalani hubungan-hubungan baru dengan taman-teman sebaya baik sema
jenis maupun lain jenis kelamin.
3. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orangtuanya dan orang-orang
dewasa lain.
4. Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis.
5. Memilih dan mempersiapkan diri kearah suatu pekerjaan atau jabatan.
6. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual
yang diperlukan oleh masyarakat.
7. Menginginkan dan dapat berprilaku yang diperlukan masyarakat.
8. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup bekeluarga.
9. Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia yang
diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.

Beberapa faktor penghambat dan faktor yang membantu akan berpengaruh bagi
kelancaran atau keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas perkembangan bagi remaja taitu
sebagai berikut (Octavia A. shilphy, 2020). :

1. Yang menghambat :
a. Tingkat perkembangan yang mundur.
b. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau
tidak ada bimbingan untuk dapat mengawasinya.
c. Tidak ada motivasi.
d. Kesehatan yang buruk.
e. Catat tubuh.
f. Tingkat kecerdasan yang rendah
2. Yang membantu :
a. Pertumbuhan fisik remaja yang berjalan sewajarnya.
17

b. Perkembangan fisik remaja berkembang dengan wajar.


c. Kedudukan atau posisi anak dalam keluarga.
d. Tingkat perkembangan yang normal atau yang dilaksanakan.
e. Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam
perkembangan.
f. Motifasi yang kuat.
g. Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh.
h. Tingkat kesadaran yang tinggi.
i. Kelancaran pelaksanaan tugas-tugas perkembangan masa sebelumnya.
j. Kreaktivitas.

F. Asuhan Keperawatan Teoritis Komunitas pada Remaja


Ada lima tahapan proses keperawatan yang dapat dilaksanakan oleh perawat
komunitas :
1. Pengkajian
a. Core : jumlah remaja, riwayat atau perkembangan remaja, kebiasaan,
perilaku yang ditampilkan, nilai, keyakinan, dan agama.
b. Lingkungan fisik : bagaimana kondisi jalan, bangunan, fasilitas umum seperti
tempat perbelanjaan, sekolah, taman.
c. Pelayanan kesehatan dan sosial : bagaimana yankes dan sosial khusus
remaja, seperti ada klinik konsultasi untuk remaja atau adakah kelompok
sosial remaja dan bila ada berapa jaraknya.
d. Ekonomi : bagaimana perekonomian di wilayah tersebut, apakah remaja
dilibatkan bekerja?
e. Transportasi dan keamanan : Apakah wilayah tempat remaja tinggal
termasuk wilayah dengan mobilitas yang tinggi? Fasilitas transportasi yang
dapat digunakan? Kebiasaan remaja menggunakan alat transportasi? Sistem
keamanan terhadap pengaruh luar?
f. Politik dan pemerintahan : bagaimana dukungan pemerintah setempat
terhadap perkembangan remaja? Jenis dukungannya? Apakah ada instruksi/
SK yang mengatur/melindungi hak dan kewajiban remaja? Bagaimana
strategi pemerintah setempat dalam membina remaja?
g. Komunikasi : bagaimana cara remaja berkomunikasi dgn remaja lain atau
dengan keluarga? Media yang digunakan?
18

h. Pendidikan : sekolah yang ada di sekitar remaja tinggal, kegiatan yang


dilakukan di luar sekolah?peran sekolah?
i. Rekreasi : tempat rekreasi yang sering digunakan remaja? Frekuensi? Orang
yang mendampingi? Tempat rekreasi yang ada didekat wilayah tempat
tinggal remaja? (Yusriyyah, S, 2019).
2. Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan
diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari (Suryawanti Maya, dkk, 2020).
:

a. Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
terjadi.
b. Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku
dengan lingkungan.
c. Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.

Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatan yang bisa


ditegakkan pada adolesens, yaitu (Suryawanti Maya, dkk, 2020). :

a. Risiko cedera yang berhubungan dengan:


1) Pilihan gaya hidup.
2) Penggunaan alcohol, rokok dan obat.
3) Partisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas rekreasi.
4) Aktivitas seksual.
b. Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
1) Aktivitas seksual.
2) Malnutrisi.
3) Kerusakan imunitas

c. Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan:


19

1) Kurangnya nutrisi yang adekuat untuk trisi yang adekuat untuk


mendukung mendukung pertumbuhan pertumbuhan.
2) Melewati waktu makan; ikut mode makanan.
3) Makan makanan siap saji, menggunakan makanan yang mudah atau
mesin penjual makanan.
4) Kemiskinan.
5) Efek penggunaan alcohol atau obat.

d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan:

1) Tidak berpengalaman berpengalaman dengan peralatan peralatan


rekreasional rekreasional yang tidak dikenal dikenal.

2) Kurang informasi tentang kurikulum sekolah.

e. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan:

1) Perasaan Perasaan negative negative tentang tentang tubuh.

2) Perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju pertumbuhan


adolesens.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan diagnosa


keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi: perumusan tujuan,
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk
mencapai tujuan (Suryawanti Maya, dkk, 2020).

Masalah kesehatan adolesens

Intervensi promosi kesehatan

a. Cedera tidak disengaja

1) Anjurkan adolesens untuk mengikuti program pendidikan mengemudi


dan menggunakan sabuk keselamatan.
20

2) Informasikan adolesens tentang risiko yang berkaitan dengan minum dan


berkendaraan, penggunaan obat.
3) Tingkatkan penggunaan helm oleh adolesens yang menggunakan
kendaraan bermotor.
4) Yakinkan adolesens mendapatkan orientasi yang tepat untuk penggunaan
semua alat olahraga.
b. Penggunaan zat
Periksa penggunaan zat, seperti alcohol, rokok dan obat-obatan serta
informasikan risiko penggunaannya.

c. Bunuh diri
1) Berikan informasi tentang bunuh diri.
2) Ajarkan metode untuk bertemu dengan sebaya yang mencoba bunuh diri.
d. Penyakit menular seksual
1) Berikan adolesens informasi mengenai penyakit, bentuk penularan, dan
gejala yang berhubungan.
2) Dorong pantangan terhadap aktivitas seksual; atau bila aktif seksual,
tentang penggunaan kondom.
3) Berikan informasi akurat tentang konsekuensi aktivitas seksual.
4. Implementasi
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan komunitas yang
telah disusun. Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, yaitu
(Suryawanti Maya, dkk, 2020). :
b. Berdasarkan respon masyarakat.
c. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri sendiri
serta lingkungannya.
e. Bekerja sama dengan profesi lain.
f. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
g. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
h. Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan.
5. Evaluasi
21

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasialn tindakan


keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut (Suryawanti Maya, dkk,
2020).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Kasus Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja


Desa X Rt: 05/Rw: 02 dikelurahan sukorame, kecamatan mojoroto, kabupaten kedir
dengan jumlah penduduk ± 500 orang dan jumlah remaja di desa itu berjumlah ± 250
orang. Mayorits remajanya pernah menyalanggunakan narkoba. Berdasarkan data yang
kami dapat dari BNN (Badan narkotika nasional) didesa sukorame tersebut kami
mendaptakan hasil bahwa sejumlah 60% pengguna narkotika dengan jenis sabu-sabu,
heroin, ganja, cimeng dll pada tahun 2018-2021, dan kemungkinan meningkat dilihat dari
kebiasaan remaja dengan akses yang mudah untuk mendapatkan narkotika tersebut.
Warga mengatakan bahwa meraka sering melihat remaja keluar dari sebuah rumah
dengan keadaan kacau, diantaranya jalan sempoyongan, wajah berkeringat dan pucat,
mata cekung, dan merah, bicara cedal saat dilakukan bersih desa, warga menemukan
banyak botol-botol miras, pil-pil ekstasi, jarum suntik dan beberapa titik yang ada didesa
tersebut. Data dari polsek setempat, ditemukan ladang ganja disalah satu perkebunan
milik, warga didesa X. Pihak warga maupun polisi setempat menemukan korban
kecelakaan di area tikungan. Data dari polsek juga menunjukkan bahwa tindakan
kejahatan terutamanya pemalakan tau pemerasan dilakukan oleh remaja. Warga juga
mengatakan bahwa remaja sering memaksa-maksa minta uang pada sembarang orang dan
mereka akan marah jika tidak diberikan. Mereka juga tak segan memukul jika keinginan
mereka tak segera dituruti. Banyak orang yang mengatakan, uang yang diberikan pada
22

anaknya seharusnya digunakan untuk membayar sekolah disalahgunkan untuk membeli


narkoba.
Berdasarkan uraian diatas umur remaja di desa X yang pernah melakukan
penyalahgunaan narkoba sekitar 12 -18 tahun dan 18 – 25 tahun, diantaranya laki-laki
sebanyak 5 orang dan perempuan sebanyak 3 orang.

B. Pengkajian

Kode KK: - Dusun: Sukorame RW: 05 RT: 02

1. Data Demografi
N Nama Umur J Hub Suku Agama Pend. Pek Gol Kead. Imuni PUS
o Anggota K Dlm / Ras Darah Fisik sasi
Keluarga Kelg
1. Tn. A 5 1 3 4 1 6 9 4 1 1 1
2. Ny. H 4 2 3 4 1 5 9 3 1 1 1
3. Tn. S 4 1 3 4 1 5 9 3 1 1 1
4. Ny. P 5 2 3 4 1 6 9 4 1 1 1
5. Ny. A 4 2 3 4 1 5 9 1 1 1 1
6. Tn. B 4 1 3 4 1 5 9 2 1 1 1
7. Tn. F 5 1 3 4 1 6 9 1 1 1 1
8. Tn. R 5 1 3 4 1 6 9 3 1 1 1

Kode Data
a. JK (Jenis Kelamin) f. Pendidikan h. Golongan darah
1. Laki-laki 1. Belum sekolah 1. A
2. Perempuan 2. SD 2. B
3. Tamat SD
b. Umur 3. AB
4. Tidak tamat SD
1. 0 - 1 tahun 5. SMP sederajat 4. O
2. 1 - <6 tahun 6. SMA sederajat i. Keadaan fisik
3. 6 – 12 tahun 7. D III 1. Sehat
4. 12 -18 tahun 8. S1 2. ISPA
5. 18 – 25 tahun 9. Pasca sarjana 3. Diare reumatik
6. 25 – 45 tahun 4. Gastritis
7. 45 – 59 tahun 5. Hipertensi
8. 60 tahun atau lebih 6. Tb Paru
c. Hubungan dlm Kelg g. Pekerjaan 7. Typhoid
23

1. Suami 1. Petani 8. Penyakit kulit


2. Istri 2. Buruh 9. Gangguan jiwa
3. Anak 3. Wiraswasta 10. Lain-lain...
4. Ayah 4. PNS/Polri/TNI j. Imunisasi
5. Ibu 5. Karyawanswasta 1. Lengkap
6. Adik 6. Pensiunan 2. Tidak lengkap
7. Kakak 7. Tidak bekerja 3. Belum imuisasi
d. Suku 8. IRT k. PUS
1. Melayu 9. Pelajar/mahasiswa 1. Akseptor KB
2. Dayak 10. Bayi/anak-anak 2. Bukan akseptor KB
3. Bugis
4. Jawa
5. Madura
6. Lain-lain.....
e. Agama
1. Islam
2. Protestan
3. Katolik
4. Hindu
5. Budha

Data Sosial Ekonomi


1. Penghasilan rata-rata per bulan:
( ) < 900.000
( ) 900.000 – 1.500.000
(  ) 1.500.000 – 2.500.000
( ) > 2.500.000
2. Kepemilikan dana jaminan kesehatan:
( ) BPJS ( )Asuransi pribadi ( )Tidak ada

Deskripsi : rata-rata
Gizi
3. Frekuensi makan per hari:
( )Satu Kali ( )Dua kali ( )Tga kali

4. Cara pengolahan makanan di keluarga:


( )Dipoting-cuci-masak ()Dicuci-potong- ( )Potong-masak
masak
5. Konsumsi laujk pauk (daging, tahu, tempe, ikan, dsb):
( )Setiap hari ( )Kadang-kadang ( )Tidak pernah
24

6. Konsumsi sayur-sayuran:
( )Setiap hari ( ) Kadang-kadang ( )Tidak pernah
7. Konsumsi buah-buahan:
( ) Setiap hari ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah
8. Konsumsi garam yodium:
( ) Setiap hari ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah
9. Pantangan makan dalam keluarga:
( ) Ikan/daging ( ) Sayur/buah ( ) Telur

Lingkungan Fisik
a. Perumahan
10. Kepemilikan rumah:
( ) Sewa ( ) Menumpang ( ) Milik sendiri
11. Jenis rumah:
( ) Permanen ( ) Semi permanen ( ) Tidak permanen
12. Lantai:
( ) Tanah ( ) Papan ( ) Tegel/semen
13. Ventilasi:
( )>10% dari luas ( ) <10% dari luas ( ) Tidak ada
santai santai ventilasi
14. Pencahayaan sinar matahari:
( ) Masuk ke dalam rumah ( ) Tidak masuk ke dalam rumah

15. Luas bangunan per orang:


( ) <8m2/orang ( ) >8m2/orang
16. Pemanfataan pekarangan:
( ) Syuran/buah-buahan ( ) Tanaman hias/bunga
( ) Tanaman obat keluarga ( ) Tidak ditanami

b. Pembuangan
17. Di mana keluarga buang air besar:
( ) WC ( ) Sembarang tempat
( ) Sungai ( ) Lain-lain, sebutkan....
25

( ) Selokan
18. Bila menggunakan WC, jenis jamban yang digunakan:
( ) Septic tank ( ) WC cemplung
19. Jarak WC dengan sumber air:
( ) <10 m ( ) >10 m
20. Kondisi jamban:
( ) Terawat ( ) Tidak terawat

c. Sumber air
21. Sumber air untuk mandi/cuci:
( ) PDAM ( ) Sumur gali ( ) Sungai
( ) Sumur pompa ( ) Mata air
22. Penyediaan air minum:
( ) PDAM ( ) Sumur gali ( ) Sungai
( ) Sumur pompa ( ) Mata air
23. Pengelolaan air minum:
( ) Dimasak ( ) Tidak dimasak

d. Tempat penampungan air


24. Jenis tempat penampungan air:
( ) Bak ( ) Ember ( ) Lain-lain.....
( ) Gentong ( ) Torn/blong air
25. Kondisi:
( ) Tertutup ( ) Terbuka
26. Pengurasan:
( ) Setiap hari () Satu minggu ( ) Satu bulan
sekali sekali
( ) Lain-lain,
sebutkan.....
27. Kondisi airnya:
( ) Berbau ( ) Berasa
( ) Berwarna () Tidak berbau, tidak berasa dan tidak
berwarna
26

e. Pembuangan sampah dan limbah


28. Tempat pembuangan sampah:
( ) Tempat sampah ( ) Sembarang ( ) Dibakar
umum tempat
( ) Sungai ( ) Diangkut petugas ( )Ditanam/ditimbun
29. Kondisi tempat sampah:
( ) Tertutup, kedap air ( ) Terbuka, tidak kedap air
( ) Tertutup, tidak kedap ( ) Terbuka, kedap air
air
30. Pembuangan air limbah:
( ) Got ( ) Sembarang ( )Lain-lain,
tempat sebutkan.....
( ) Sungai ( ) Diangkut petugas
31. Kondisi saluran limbah:
( ) Terbuka ( ) Lancar
( ) Tertutup ( ) Tergenang

f. Kandang ternak/unggas
32. Kepemilikan kandang ternak:
( ) Ya ( ) Tidak
33. Jika ya, letak kandang ternak dengan rumah:
( ) Menempel dengan rumah ( ) < 10 meter
( ) ≥ 10 meter
34. Kondisi kandang:
( ) Terawat ( ) Tidak terawat

Status Kesehatan
a. Sarana kesehatan
35. Sarana kesehatan terdekat dengan rumah:
( ) Rumah sakit ( ) Posyandu ( ) Perawat
( ) Puskesmas ( ) Dokter praktek ( ) Bidan
( ) Balai pengobatan
27

36. Pemanfaatan sarana kesehatan:


( ) Ya ( ) Tidak
37. Bila tidak, alasannya....
( ) Sulit dijangkau ( ) Biaya
( ) Lain-lain, sebutkan......

b. Masalah kesakitan
38. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit (3 bulan terakhir):
( ) Ya ( ) Tidak
39. Sarana pelayanan kesehatan yang sering digunakan keluarga jika anggota keluarga
sakit:
( ) Rumah sakit ( ) Dokter praktek ( ) Lain-lain,
sebutkan...
( ) Puskesmas ( ) Mantri/bidan
praktek

c. Kematian
40. Apakah ada anggota keluarga yang meninggal dalam satu tahun terakhir:
( ) Ya ( ) Tidak
41. Bila ya, disebabkan oleh:
( ) Sakit ( ) Kecelakaan ( ) Lain-lain,
sebutkan...

d. Kesehatan anak usia sekolah/Remaja


42. Apakah ada anak usia sekolah/ remaja:
( ) Ya ( ) Tidak
43. Jika Ya, usia anak saat ini:
( ) 6 – 12 tahun ( ) Lebih dari 12 tahun – 20
tahun
44. Pendidikan anak berada pada tingkat:
( ) SD ( ) SMP
( ) SMA ( ) PT
45. Kegiatan anak di luar sekolah:
28

( ) Keagamaan ( ) Karang taruna


( ) Olahraga ( ) Lain-lain...
46. Apakah ada anak yang menderita penyakit:
( ) Ya, sebutkan....... ( ) Tidak
47. Bagaimana penggunaan waktu luang anak:
( )Nonton TV/dengar ( ) Main game/gadget
musik
( ) Olahraga ( ) Kegiatan keagamaan
48. Kebiasaan tidak sehat yang dilakukan anak/remaja:
( ) Merokok ( ) Pengguna narkoba
( ) Minum alkohol ( ) Lain-lain .....

2.Data inti
a. Demografi ; desa X rt : 05/Rw : 02 dikelurahan sukarame, kecamatan mojeroto,
kabupaten kedir dengan jumlah penduduk ± 500 orang dan jumlah remaja didesa
itu berjumlah ± 250 orang.
b. Status perkawinan : warga desa x Rt 05 Rw 02 keluran sukorame, kecamatan
mojoreto menikah dan belum menikah.
c. Nilai kepercayaan dan agama : Agama yang dianut oleh warga x Rt : 05 /
Rw :02 dikelurahan sukorame, kecamatan mojeroto, kabupaten kediri 70% islam,
10% kristen protestan, 10% kristen katolik, 10% hindu.
3. Data sub sistem
a. Lingkungan fisik
Rumah warga sudah berpagar besi sehingga berkesan tertutup dan disalah satu
area perkebunan warga terdapat kebun ganja. Rumah satu dengan rumh yang lain
berdekatan. Banyak terdapt warung yang menjual rokok dan minuman keras. Data
remmaja yang ketergantungan obat sekitar 60% dari total jumlah remaja.
Kebanyan kedua orang tua sibuk dengan pekerjaannya.
b. Kesehatan dan pelayanan sosial
1) Jarak desa x dengan pusesmas cukup jauh, jarak tempuhnya sekitar 5 km.
Remaaja yang mendapatkan sosialisasitentang bahaya penggunaan napza.
29

2) waktu pelayanan dokter pagi : pukul 05.30 samapi 07.30 dan sore : 17.00
sampai 20.00. tetapi waktu pelayanan menjadi fleksibel jika pasien banyak
atau ada kasus darurat ada kasus yang membutuhkan pertolongan segera.
3) Data dai BNN (Badan narotika nasioanal) didesa x tersebut didapatkan hasil
bahwasejumlah 60% remja merupakan penggunaan narkotika dengan jenis
sabu-sabu, hheroin, ganja, cimeng dll. Pada tahun 2010-2015, dan
kemungkinan meningkat dilihat darai kebiasaan remaja dengan akses yang
mudah untuk mendapatkan narkotikaa tersebut.
c.Ekonomi
1) pekerjaan penduduk 50% pengrajin pasir dan semen, sisanya peternak, buruh,
dan pekerja swasta.
2) pendapatan keluarga rata-raata Rp. 2.000.000.
3) pengeluaran penduduk reativ, masing-masing keluarga mempunyai
pengeluaran yang berbeda-beda.
4) masyarakat didesa X rata-rata mampu menyediakan makanan yang bergizi
tetapi ada juga yang kesulitan mencari kebutuhan sehari-hari.
5) ada Sebagian masyarakat yang mempunyai tabungan Kesehatan berupa
asuransi Kesehatan, dan BPJS.
6) data dari pamongraja sekitar 40% remaja putus sekolah.
7) remaja yang sekolah tidak memiliki pekerjaan dan hanya mengganggur.
d. Keamanan dan tranportasi
Di desa X sudah ada poskamling. remaja menggunakan sepeda motor untuk
beraktivitas. para warga dan polisi sering melakukan Razia. dalam Razia tersebut
ditemukan remaja yang minum-minuman keras, menggunakan narkoba, dan jarum
suntik.
e. Politik dan pemerintahan
Remaja remaja tidak ada yang ikut dalam ormas. remaja sulit untuk
dikumpulkan atau tidak pernah mengikuti kegiatan karang taruna.
f. Komunikasi
1) tidak ada tempat berkumpul untuk remaja dalam bertukar pikiran.
2) alat komunikasi yang dimiliki keluarga seperti televisi, koran, telpon, dan
ponsel.
3) tidak ada alat komunikasi umum yang tersedia di desa X.
4) media komunikasi di masyarakat dengan arisan, PKK dan pengajian.
30

5) tidak ada konsultasi oleh tenaga medis dengan masyarakat desaX.


g. Pendidikan
Remaja banyak yang putuh sekolah

h. Rekreasi

Remaja memiliki kebiasaan untuk nongkrong bersama –sama dan sering pergi
ke warnet terbukti dengan banyak nya warnet –warnet yang tersedia di desa X ini.

C. Analisa Data
No Analisa Data Masalah
1 Ds: Resiko peningkatkan
- Warga mengatakan mereka sering melihat penyalahgunaan NAPZA
remaja keluar dari sebuah rumah dengan Pada komunitas remaja di
keadaan yang kacau seperti remaja jalannya desa X rt. 05 rw. 02
sempoyongan, wajah berkeringat, mata berhubungan dengan
cekung dan merah, bicara cedal kurang kondusifnya
Do: lingkungan remaja
- Data dari BNN bahwa sebnyak 60% remaja
menggunakan narkotika jenis sabu-sabu,
heroin, ganja, cimeng pada tahun 2010-2011.
- Data dari polsek setempat ladang ganja di
salah satu perkebunan milik warga
- Saat bersih desa sering ditemukan botol-botol
miras, pil ekstasi dan jarum suntuk di
beberpa titik desa
2 Ds: Resiko peningkatan
- Tokoh masyarakat/warga mengatakan sering kenakalan remaja pada
terjadi tawuran anatara pemuda desa X remaja di desa X rt. 05 rw
dengan desa Y 02 berhubungan dengan
- Warga mengatakan di desanya banyak perilaku penyalahgunaan
remaja yang hamil di luar nikah NAPZA
- Laporan dari kepala desa setempat data yang
ada bahwa organisasi masyarakat atau karang
taruna tidak aktif
31

- Laporan dari polisi banyak terjadi pemalakan


Do:
- Ditemukan botol miras
- Ditemukan putung rokok
- Ditemukan alat hisap
- Ditemukan jarum suntik
3 DS: Resiko tinggi cedera pada
- Warga mengatakan bahwa mereka sering remaja di desa X rt. 05 rw.
melihat remaja keluar dari sebuah rumah 02 berhubungan dengan
dengan keadaan kacau diantaranya jalan perilaku dan dampak
sempoyongan. penyalahgunaan NAPZA
Do:
- Pihak warga maupun polisi setempat
menemukan korban kecelakaan di area
tikungan, setelah di periksa ternyata ada
pengaruh obat NAPZA

D. Diagnosa Keperawatan
Formulasi penetapan diagnosa keperawatan menggunakan ketentuan baik menurut
diagnosis keperawatan NANDA maupun ICNP. Formulasi diagnosis tersebut digunakan
tanpa menuliskan etiologi.
1. Resiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA pada komunitas remaja di desa X rt.
05 rw. 02.
2. Resiko peningkatan kenakalan remaja di desa X rt. 05 rw. 02.
3. Resiko tinggi cedera pada remaja di desa X rt. 05 rw. 02.
E. Intervensi
Data Diagnosis Tujuan Intervensi
Keperawata
n
Ds : Resiko Setelah dilakukan Pencegahan primer :
- warga peningkatan tindakan - Berikan
mengatakan penyalahgun keperawatan penyukuhan
mereka sering aan NAPZA selama 3 minggu tentang
melihat pada penyalahgunaan
32

remaja keluar komunitas diharapkan : narkoba.


dari sebuah remaja di - Remaja - Berikan bimbingan
rumah dengan desa X rt. 05 tidak atau taat beragama
keadaan yang rw. 02 mengguna dan patuh terhadap
kacau seperti berhubungan kan hukum kepada
remaja dengan NAPZA. semua lapisan
jalannya kurang masyarakat.
sembroyongan kondusifnya - Salurkan kepada
, wajah lingkungan kegiatan positif
berkeringat, remaja. seperti olahraga,
mata cekung kesenian dan lain-
dan merah, lain.
bicara cedal. - Lakukan kerja
Do : sama dengan
- Data dari keluarga, sekolah,
BNN bahwa masyarakat ataupun
sebanyak 60% komunitas tertentu
remaja untuk
menggunakan mengembangkan
narkotika jenis program
sabu-sabu, pencegahan yang
heroijn, ganja, menekankan pada
cimeng pada aspek pendidikan
tahun 2020- (edukasi).
2021. - Anjurkan pada
- Data dari keluarga untuk
polsek meningkatkan
setempat support system dan
ladang ganja memberikan
disalah satu dukungan terhadap
perkebunan anak-anak serta
milik warga. remaja selama
- Saat bersih dalam fase
desa sering perkembangan.
33

ditemukan Pencegahan sekunder


botol-botol - Bentuklah
miras, pil hubungan dengan
ekstasi dan pemakai dan coba
jarum suntik tingkatkan
di beberapa kesadaran akan
titik desa. akibat pemakaian
zat.
- Munculkan alasan
untuk berubah.
- Perkuat
efikasi/kemampuan
diri untuk berubah.
- Lakukan
pemeriksaan penuh
(full assesment)
terhadap pemakai.
- Anjurkan untuk
mengembangkan
gaya hidup sehat.
- Bantu pasien untuk
memutuskan
langkah terbaik
utuk berubah.
Perubahan tersier :
- Ajarkan beberapa
ketertampilan pada
pemakai dan cara
mengembangkan
strategi untuk hidup
bebas tanpa
narkoba.
- Anjurkan untuk
selalu menerapkan
34

strategi hidup sehat


tanpa narkoba
untuk
mencegahkekambu
han.
- Persiapkan
pemakaian terlebih
dahulu untuk
mencegah
kekambuhan.
- Gambarkan apa
penyebab kambuh
dan bantu perbarui
kontemplasi lalu
terapkan rencana
aksi lebih efektif.
- Persiapkan
lingkungan di mana
pemakai tinggal
agar bisa menerima
kembali.
Ds : Resiko Setelah dilakukan - Karang taruna yang
- Tokoh peningkatan tindakan lama dan pokjakes
masyarakat/w kenakalan keperawatan membentuk
arga remaja di selama 3 minggu pengurus karang
mengatakan desa X rt. 05 diharapkan : taruna yang baru.
sering terjadi rw. 02 - Remaja - Pasang poster dan
tawuran antar berhubungan tidak pengumuman
pemuda Desa dengan mengguna melalui masjid dan
X dan Desa Y. perilaku kan kader untuk
- Warga penyalahgun NAPZA. kegiatan penyuluh
mengatakan di aan NAPZA. remaja.
desanya - Berikan materi
35

banyak remaja penyuluhan tentang


yang hamil di : tumbuh kembang
luar nikah remaja masalah
- Laporan dari yang berkaitan
kepala desa dengan kenakalan
setempat dan remaja seperti
data yang ada miras, AIDS.
bahwa - Cara mengurangi
organisasi kenakalan remaja.
masyarakat/ka
rang taruna
tidak aktif.
- Laporan dari
polisi banyak
terjadi
pemalakan.
Do :
- Ditemukan
botol miras.
- Ditemukan
putung rokok.
- Ditemukan
alat hisap.
- Ditemukan
jarum suntik.
Ds : Resiko tinggi Setelah dilakukan - Identifikasi tingkat
- Warga cedera pada tindakan gejala putus
mengatakan remaja di keperawatan alkohol, misalnya
bahwa mereka desa X rt. 05 selama 3 minggu tahap 1
sering melihat rw. 02 diharapkan : diasosiasikan
remaja keluar berhubungan - Remaja dengan tanda/gejala
dari sebuah dengan tidak hiperaktivitas
rumah dengan prilaku dan mengguna (misalnya tremor,
36

keadaan kacau dampak kan tidak dapat


diantaranya penyalahgun NAPZA. beristirahatmual/m
jalan aan NAPZA. untah, diaforesis,
sempoyongan. takhikardi,
Do : hipertensi), tahap II
- Pihak warga dimanifestasikan
maupun polisi dengan peningkatan
setempat hiperaktivitass
menemukan ditambah dengan
narkoba halusinogen,
kecelakaan di tingkat III gejala
area tikungan, meliputi DTs dan
setelah hiperaktifitas
diperiksa autonomik yang
ternyata ada berlebihan dengan
pengaruh obat kekacauan mental
NAPZA. berat, ansietas,
insomnia, demam.
- Membentuk
organisasi karan
taruna dengan
kader remaja yang
sudah dilatih untuk
menyalurkan hobi
atau mengisi waktu
luang.

F. Implementasi
Waktu Diagnosis Implementasi Evaluasi
Keperawatan Formatif
25-02- Resiko Pencegahan primer : - 80% remaja
2022 peningkatan - Berikan penyukuhan mendapatkan
penyalahgunaan tentang penyalahgunaan undangan.
37

NAPZA pada narkoba. - Poster


komunitas - Berikan bimbingan atau terpasang di
remaja di desa taat beragama dan patuh depan
X rt. 05 rw. 02 terhadap hukum kepada posyandu
berhubungan semua lapisan dan di
dengan kurang masyarakat. masing-
kondusifnya - Salurkan kepada masing RT.
lingkungan kegiatan positif seperti - 70% remaja
remaja. olahraga, kesenian dan dan 50%
lain-lain. kader di
- Lakukan kerja sama pokjakes an
dengan keluarga, tokoh
sekolah, masyarakat masyarakat
ataupun komunitas hadir pada
tertentu untuk acara
mengembangkan penyuluhan.
program pencegahan - 80% remaja
yang menekankan pada yang diberi
aspek pendidikan pertanyaan
(edukasi). dapat
- Anjurkan pada keluarga menjawab
untuk meningkatkan dengan
support system dan benar.
memberikan dukungan
terhadap anak-anak serta
remaja selama dalam
fase perkembangan.
Pencegahan sekunder
- Bentuklah hubungan
dengan pemakai dan
coba tingkatkan
kesadaran akan akibat
pemakaian zat.
- Munculkan alasan untuk
38

berubah.
- Perkuat
efikasi/kemampuan diri
untuk berubah.
- Lakukan pemeriksaan
penuh (full assesment)
terhadap pemakai.
- Anjurkan untuk
mengembangkan gaya
hidup sehat.
- Bantu pasien untuk
memutuskan langkah
terbaik utuk berubah.
Perubahan tersier :
- Ajarkan beberapa
ketertampilan pada
pemakai dan cara
mengembangkan strategi
untuk hidup bebas tanpa
narkoba.
- Anjurkan untuk selalu
menerapkan strategi
hidup sehat tanpa
narkoba untuk
mencegahkekambuhan.
- Persiapkan pemakaian
terlebih dahulu untuk
mencegah kekambuhan.
- Gambarkan apa
penyebab kambuh dan
bantu perbarui
kontemplasi lalu
terapkan rencana aksi
lebih efektif.
39

- Persiapkan lingkungan
di mana pemakai tinggal
agar bisa menerima
kembali.
25-02- Resiko - Karang taruna yang - 80% remaja
2022 peningkatan lama dan pokjakes mendapatkan
kenakalan membentuk pengurus undangan.
remaja di desa karang taruna yang baru. - Poster
X rt. 05 rw. 02 - Pasang poster dan terpasang di
berhubungan pengumuman melalui depan
dengan perilaku masjid dan kader untuk posyandu
penyalahgunaan kegiatan penyuluh dan di
NAPZA. remaja. masing-
- Berikan materi masing RT.
penyuluhan tentang : - 70% remaja
tumbuh kembang remaja dan 50%
masalah yang berkaitan kader di
dengan kenakalan pokjakes an
remaja seperti miras, tokoh
AIDS. masyarakat
- Cara mengurangi hadir pada
kenakalan remaja. acara
penyuluhan.
- 80% remaja
yang diberi
pertanyaan
dapat
menjawab
dengan
benar.

25-02- Resiko tinggi - Identifikasi tingkat - 80% remaja


2022 cedera pada gejala putus alkohol, mendapatkan
remaja di desa misalnya tahap 1
40

X rt. 05 rw. 02 diasosiasikan dengan undangan.


berhubungan tanda/gejala - Poster
dengan prilaku hiperaktivitas (misalnya terpasang di
dan dampak tremor, tidak dapat depan
penyalahgunaan beristirahatmual/muntah, posyandu
NAPZA. diaforesis, takhikardi, dan di
hipertensi), tahap II masing-
dimanifestasikan dengan masing RT.
peningkatan - 70% remaja
hiperaktivitass ditambah dan 50%
dengan halusinogen, kader di
tingkat III gejala pokjakes an
meliputi DTs dan tokoh
hiperaktifitas autonomik masyarakat
yang berlebihan dengan hadir pada
kekacauan mental berat, acara
ansietas, insomnia, penyuluhan.
demam. - 80% remaja
- Membentuk organisasi yang diberi
karan taruna dengan pertanyaan
kader remaja yang sudah dapat
dilatih untuk menjawab
menyalurkan hobi atau dengan
mengisi waktu luang. benar.

G. Evaluasi Akhir
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan komunitas antara teori dan kasus,
penulis menggunakan metode SOAP dalam mengevaluasi dari proses keperawatan
komunitas dan hasil respon klien terhadap tindakan pelaksanaan keperawatan. Penulis
memprioritaskan diagnosa keperawatan yang sesuai antara teori dengan kasus.
Diagnosa keperawatan utama yaitu Resiko peningkatan penyalahgunaan NAPZA
pada komunitas remaja di desa X rt. 05 rw. 02 berhubungan dengan kurang kondusifnya
lingkungan remaja tujuan tercapai masalah teratasi, di desa X telah mengetahui resiko
41

yang timbul akibat dari penyalahgunaan NAPZA. Untuk dignosa keperawatan Resiko
peningkatan kenakalan remaja di desa X rt. 05 rw. 02 berhubungan dengan perilaku
penyalahgunaan NAPZA. Tujuan tercapai masalah teratasi ditandai dengan, di desa X
telah mengetahui cara mengurangi kenakalan remaja.
42

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep remja adalah Masa remaja atau adolescence merupakan masa
perkembangan dimana seseorang individu mengalami perubahan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Karateristik remaja
terdapat masa remaja awal (10-12 tahun), masa remaja pertengahan (13-15 tahun),
dan remaja akhir (17-21 tahun). Masa tansasi remaja terdapat transisi fisik, dan
transisi dalam kehidupn emosi. Perubhan fisik remaja terdapat perubahan
eksternal terdapat tinggi badan berat, berat badan, proporsi tubuh, organ seksual,
dan organ seks skunder. Perubhan internal pada remaja terdapat sistem
pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernapasa, sistem endokrin, dan
jaringan tubuh. Perubahan psikososial remaja terdapat early adolescent, middle
adolescent, dan late adolescent. Perubahan sosial remja terdapat keluarga,
kematangan anak, status sosial ekonomi, pendidikan, kapasitas mental, emosi dan
intelegensi. Masalah kesehatan spesifik pada adolensesns terdapat kebutuhan akan
figure teladan, sikap apatis, kecemasan dan kurangnya harga diri, ketidak
mampuan untuk melibatkan diri, perasaan yang tidak berdaya, dan pemujaan dan
pengalaman. Tugas-tugas perkembangan dalam masa remja Mengistilahkan
dengan “Developmental task”. tugas-tugas perkembangan diartikanya sebagai
suatu tugas yang timbul pada suatu priode atau masa tertentu dalam kehidupan
seseorang yang muncul pada saat atau sekitar suatu priode tertentu dan jika
berhasil akan menimbulkan fase Bahagia dan membawa keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan diatas terdapat saran dari kelompok yang akan
ditunjukan kepada :
4. Bagi perawat, terutama perawat komunitas untuk memahami definisi remaja
serta permasalahan yang dihadapi oleh remaja akibat lingkungan, perawat juga
berkolaborasi dari berbagai pihak, baik pemerintahan, LSM, dan menjauhkan
remaja dari hal-hal yang dapat membawa dampak buruk.
43

5. Bagi pembaca, diharapakan makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan


untuk menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan komunitas
khususnya remaja.
6. Bagi penulis sebagai penulis pemula, menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isi, oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan karya tulis.
44

DAFTAR PUSTAKA

Chairani Reni, 2015. Modul Keperawatan Komunitas I. Jakarta : Australian AID.

Cinthya Yolanda S. (2019). Asuhan Keperawatan Kepada Remaja. https:// doi.org /10.31227/
osf. iondwh3.

Diananda, A. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Journal ISTIGHNA, 1(1),


116–133. https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20.

Hani Rahmawati, dkk, 2019. Asuhan Keperawatan pada Agregat dalam Komunitas
Kesehatan Anak dan Remaja. Bandung : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bale
Bandung.

Hidayanti Ika, dkk, 2021. Konsep Keperawatan Komunitas. Mojokerto : STIKes Dian
Husada.

Khairul, Yohanes B, P. (2013). REHABILITASI REMAJA PECANDU NAPZA DI


INSTALASI WISMA SIRIH SUNGAI BANGKONG PONTIANAK. Group Analysis,
12(1), 13. https://doi.org/10.1177/053331647901200104.

Kumalasari S dan Andhyantoro I. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan


dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kusmiran. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Linda, dkk. 2013. ASKEP REMAJA. Bengkulu : STIKes Bhakti Husada.

Marselli, K., & Baharie, Y. (2017). PENYEBAB REMAJA MENGKONSUMSI NARKOBA


DITINJAU DARI KESALAHAN PENDIDIKAN KELUARGA (STUDI KASUS DI
WISMA SIRIH KOTA PONTIANAK) Kiki. 1–8.

Octavia A. shilphy, 2020. Motivasi Belajar dalam Perkembangan Remaja. Yogyakarta :


Deepublish Publisher (Grup Penerbitan CV Budi Utama).
45

Safira, N. (2013). DIAGNOSA ASUHAN KEPERAWATAN MASALAH UMUM PADA


KESEHATAN WANITA. 1–5.

Sari, E., S, Evi Siti Fatimah, M. O., & Yusriyyah, S. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS PADA AGREGAT REMAJA. 1–53.

Suryawanti Maya, dkk, 2020. Asuhan Keperawatan Pada Agregat Remaja Dalam Komunitas.
Jakarta : Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN”.

Tito, Sulistyarini, S. (2014). ANALISIS PENYEBAB REMAJA MENGKONSUMSI


NARKOBA DITINJAU DARI KESALAHAN PENDIDIKAN KELUARGA DI
PONTIANAK. 3, 1–11.

Vegaabdillah. (2017). Askep Komunitas Remaja. 1–31.

Anda mungkin juga menyukai