Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DAN PENKES REMAJA MEROKOK

Dosen Pengampu :

Ns. Lussyefrida Yanti, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :

Andika Ahmad 1880200017


Febriani Sulistianingsih 1880200016
Putri Rahma Anggraini 1880200036
Vivi Halida.Z 1880200039
Fiky Ekawati 1880200012

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Allah Rabbul ‘Alamin yang tiada
henti-hentinya mengalirkan segala kearifan dalam setiap kalbu hambanya yang haus dan cinta
akan ilmu yang dengannya tiada akan pernah kering samudera pikir dan terbukalah setiap mata
hati. Begitu pula dengan segala rahmat dan hidayah-Nya-lah sehingga maakala yang berjudul
”Asuhan Keperawatan Keluarga dan Penkes Remaja Merokok” dapat terselesaikan.
Adapun tujuan dari penyusunan proposal ini ialah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kesehatan. Selain itu juga, ucapan terima kasih terbesar dipersembahkan pada seorang yang
telah memberi arah dan penuntun dalam gelap dan buntu tatapan mata kami dalam mengetuk
tiap-tiap pintu khazanah budaya.
Demikianlah proposal ini dibuat dan tidak menutup kemungkinan dalam penyusunannya
terdapat kekurangan dan kesalahan didalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
komentarnya yang dapat dijadikan masukan dalam penyusunan laporan tugas selanjutnya.

Bengkulu, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan ..............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................
2.1 Konsep Keluarga...............................................................................................
2.2 Rokok dan Bahaya Rokok ................................................................................
2.3 Konsep Remaja..........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................
3.1. Pengkajian.........................................................................................................
3.2 Analisa Data.......................................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan......................................................................................
3.4. Proritas Masalah...............................................................................................
3.5 Prioritas Diagnosa..............................................................................................
3.6 Intervensi...................................................................................................
3.7 Implementasi..............................................................................................
3.8 Evaluasi.....................................................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................
4.1. Kesimpulan.......................................................................................................
4.2. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia mempunyai banyak macam kebiasaan, adapun berolahraga, membaca, menulis,
dan masih banyak lain, akan tetapi ada salah satu kebiasaan yang paling buruk dan sangat
merugikan manusia itu sendiri salah satunya merugikan kesehatan dirinya dan orang lain, tetapi
kebiasaan tersebut yang buruk tesebut masih dilakukan oleh manusia tersebut yaitu kebiasaan
merokok. Rokok merupakan hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Hidayati, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) pada Tahun 2018 jumlah perokok dunia
saat ini telah mencapai 1,1 milyar orang. Terdapat di antaranya 17 juta remaja laki-laki yang
merokok dan 7 juta remaja perempuan. Indonesia menjadi salah satu dari 5 negara konsumen
rokok terbesar di dunia setelah negara China, Rusia, Amerika Serikat, dan Jepang menurut
(WHO, 2018).
Pada tahun 2016 di tingkat ASEAN, Indonesia berada pada urutan pertama dengan
perokok mencapai 66%. Pada urutan kedua yaitu Laos dengan perokok 50,8% dan disusul oleh
Vietnam dengan 45,3%. Sedangkan untuk jumlah rokok yang dikonsumsi oleh perokok
Indonesia pertahunnya selalu mengalami peningkatan. Konsumsi rokok pada tahun 2014
sebanyak 238.867 juta batang, tahun 2015 sebanyak 248.421 juta batang dan di tahun 2016
sebanyak 257.116 juta batang. Hal ini menyebabkan kematian akibat rokok 1 orang setiap 6
detik. Indonesia berada pada tiga besar angka Kematian tertinggi dengan 240.618 orang per
tahun, disusul Filiphines dengan 81.247 orang per tahun dan Myanmar dengan 71.060 orang per
tahun. Meningkatnya konsumsi rokok mempengaruhi angka beban penyakit akibat rokok serta
bertambahnya angka kematian akibat rokok (Gracylia, 2018).
Kementrian Kesehatan Indonesia memprediksikan pada tahun 2030 angka kematian
perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa. Prevalensi merokok sangat tinggi diberbagai
lapisan masyarakat, terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa.
Kecenderungan merokok terus meningkat dari tahun ketahun baik pada laki- laki dan
perempuan. Prevalensi perokok 15 kali lebih tinggi pada laki-laki (65,8%), dibandingkan
perempuan (4,2%). Hampir 80% perokok di Indonesia mulai merokok ketika usianya belum
mencapai 19 tahun. Dilihat berdasarkan Lima provinsi tertinggi proporsinya adalah Kepulauan
Riau, Jawa Barat, Bengkulu, Gorontalo dan Nusa Tenggara Barat (Kemenkes RI, 2015).
Meningkatnya kematian akibat rokok berbanding lurus dengan jumlah remaja perokok
yang setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan (Mirnawati, 2018).
Perokok pada remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius walaupun
berbagai upaya pencegahan dan penurunan angka merokok telah dilakukan di beberapa negara,
termasuk juga di Indonesia. Setiap tahun lebih dari 217.400 orang di Indonesia mati akibat
penyakit terkait rokok dimana lebih dari 2.677.000 anak-anak/remaja dan lebih dari 53.767.000
orang dewasa secara terus menerus mengonsumsi rokok setiap hari. Rerata batang rokok yang
dihisap perhari penduduk umur lebih dari sama dengan 10 tahun di Indonesia adalah 12 batang
(setara satu bungkus). Proporsi penduduk umur lebih dari 15 tahun yang merokok termasuk
remaja sebesar 36,3% (Munir. 2019).
Perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi kebiasaan merokok khususnya pada
kelompok perokok remaja. Kebanyakan upaya-upaya untuk mengurangi kecanduan rokok pada
remaja difokuskan pada program-program pencegahan merokok, upaya untuk menghentikan
perilaku merokok itu sendiri (Nuradita dan Maryam, 2013). Strategi pengendalian dalam
mengatasi masalah terkait rokok sebenarnya telah disusun oleh (WHO), akan tetapi, masih
banyak masyarakat yang merokok. Tindakan merokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit
yang dapat berujung pada kematian (Munir, 2019).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, tahun 2016 lalu
terdapat kenaikan tingkat konsumsi rokok di Provinsi Bengkulu yakni sebanyak 26,05 persen
dari jumlah penduduk tahun 2016 lalu yang mencapai 1,9 juta jiwa. Jadi jumlah perokok pada
tahun tersebut mencapai 495.992 orang dengan 1,9 persennya adalah anak usia di bawah 18
tahun. Jumlah konsumsi rokok mencapai 2.337.193.662 batang per tahun. Angka ini tentunya
sangat fantastis, ditambah fakta bahwa 1,9 persen perokok ini adalah anak-anak di bawah 18
tahun. Dijelaskannya, angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. Dimana meskipun
jumlah perokok tahun 2015 lebih tinggi yakni 26,52 persen namun rata-rata konsumsi rokoknya
hanya 94,83% batang per minggu per orang (BPS Bengkulu, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Konsep Keluarga?
2. Apa definisi rokok dan bahaya rokok?
3. Apa definisi konsep remaja?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep keluarga
2. Unutuk mengetahui rokok dan bahaya rokok
3. Untuk mengetahui konsep remaja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP KELUARGA

2.1.2 Pengertian Keluaga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan
ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria,
2017 dalam Safitri, 2020). keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum yang
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling ketergantungan dan memiliki
kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan budaya meingkatkan pertumbuhan
fisik, mental, emosional serta sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga
(Safitri,2020).

2.1.2 Tipe Keluarga


Menurut Nadirawati (2018) dalam Safitri (2020) pemabagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah.
Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami dan istri
(tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan mengejar karir/pendidikan
yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab secara sah dari
orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
b. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang
hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear family disertai paman, tante,
kakek dan nenek.
c. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian,
kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
d. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian,
kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
e. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu tumah atau
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contohnya
seperti kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
g. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena perceraian) yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
h. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i. Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan di rumah
terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka
dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan kepada orang tuanya jika orang tuanya
sudah mampu untuk merawat.
j. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi anggota dari
suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2. Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/membesarkan
anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual Cohabiting
Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melakukan
pernikahan.
e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup
bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar hubungan
perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu
termasuk seksual dan membesarkan anak
h. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup berdekatan
satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan
atau masalah kesehatan mental.
k. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya

2.1.3 Tipe Keluarga

Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentuk/tipe keluarga, namun ada juga yang
menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur keluarga menurut
Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) dalam Safitri (2020) sebagai berikut :

1. Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik,
transaksional untuk menciptakan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
2. Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada
kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.Struktur
kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial/aktual) dari individu untuk
mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur
keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta
kasih, misalnya hubungan seksual).

Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:

a.Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota


keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c.Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan
authenticity), struktur keluarga ini mendorong kejujuran dan kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada
peraturan.
e.Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya
peraturan yang memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
3. Struktur Peran
Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat
sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti ayah, ibu
dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai
pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung,
pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai anggota
masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan sebagai pengurus rumah
tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial
tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
b. .Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke
permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk
menjaga keseimbangan keluarga.
4. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai keluarga
akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah yang dialami
keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan bagaimana keluarga menghadapi masalah
kesehatan dan stressor-stressor lain.

2.1.4 Fungsi Keluarga

fungsi keluarga menurut friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) dalam Safitri (2020) sebagai
berikut:

1. Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan emosional


anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat
terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan
mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam penyelesaian masalah.
3. Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan melahirkan
anak.
4. Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan
lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga
penyembuhan dari sakit

2.1.5 Tugas Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) dalam Safitri (2020):

1. Mengenal masalah kesehatan


Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami
anggota keluarga.Dan sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya
masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah terhadap
masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit, adalah sikap negatif
terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang
ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan, dan apakah keluarga mendapat
informasi yang benar atau salah dalam tindakan mengatasi masalah kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga
harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber-sumber yang
ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik,
psikososial), dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi lingkungan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumbersumber keluarga yang dimiliki,
manfaat dan keuntungan memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga terhadap
hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke fasilitas
kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan adanya pengalaman
yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, fasilitas yang ada terjangkau
oleh keluarga.

2.2 ROKOK DAN BAHAYA MEROKOK

2.2.1 Definis Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Heryani, 2014). Merokok merupakan
kegiatan yang masih dilakukan oleh banyak orang. Bagi pecandunya, mereka dengan bangga
menghisap rokok di tempat umum, kantor, rumah, jalan, dan sebagainya. Di tempat yang telah di
beri tanda dilarang merokok pun masih ada yang terus merokok. Anak-anak sekolah yang masih
berpakaian seragam sekolah khususnya pelajar ditingkat SMA Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Perilaku Merokok Pada Siswa SMK
Muhammadiyah Kartasura (Fariza Tandhi Kurniawan) 4 juga ada yang melakukan kegiatan
merokok.

2.2.2 Bahan Baku Rokok

Bahan baku yang digunakan untuk membuat rokok adalah sebagai berikut:

a. Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia termasuk dalam
spesies Nicotiana tabacum.
b. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar. Bunga cengkeh dipetik
dengan tangan oleh para pekerja, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari,
kemudian cengkeh ditimbang dan dirajang dengan mesin sebelum ditambahkan ke dalam
campuran tembakau untuk membuat rokok kretek.
c. Saus
Saus ini terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk menciptakan
aroma serta cita rasa tertentu. Saus ini yang menjadi pembeda antara setiap merek dan
varian kretek (Santika, 2011).
2.2.3 Kandunagan Rokok
Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari Seconhad Smoke, yaitu asap
rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok atau juga
disebut perokok pasif. Rokok yang tidak dapat dari bahan baku pembuatnya yakni tembakau dan
beberapa diantaranya sebagai berikut (Kemenkes RI, 2017).

a. Nikotin
Merangsang jantung untuk memompa lebih kuat, menyebabkan kecanduan dan Addictive
serta menyebabkan kemandulan.
b. Karbon Mono-Oksida
Gas beracun yang menjadi penghalang sel darah merah menyerap oksigen untuk
disirkulasikan ke seluruh tubuh, bila jumlahnya cukup banyak biasa berakibat fatal.
c. Hydrogen Cyanide
Gas beracun yang biasa dipakai USA dalam kamar gas, sedangkan dalam asap rokok gas
ini membunuh Cilia yaitu bulu kecil untuk menangkap dan mengeluarkan kotoran dan zat
lain yang terhisap ke dalam paru.
d. Karsinogen
Berpuluh-puluh penyebab kanker, diantaranya Benzopyrene adalah yang paling kuat.
e. Tar
Kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat
karsinogen. Pada saat dihisap tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat,
setelah dingin akan membeku menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat
pada permukiman gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.
f. Pestisisda
Beberapa diantaranya adalah DTT, Endrin, Paration dan Endosulphan.
g. Senyawa Radioaktif
Diantaranya Polonium-210 dan Potasim-40 telah didapati dalam asap rokok, pada
percobaan zat ini terbukti penyebab kanker.
2.2.4 Dampak Rokok Bagi Kesehatan
a. Bagi perokok aktif, yaitu sesorang yang merokok secara langsung atau menghisap rokok
(Thayyarah, 2013).

1) Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung.
Merokok dapat meningkatkan tekana darah dan mempercepat denyut jantung
sehingga pemasokan zat asam kurang dan keadaan ini memberatkan tugas otot
jantung. Merokok dapat mempertebal dinding pembuluh darah yang berakibat
jantung kesulitan dalam memompa darah (Nururrahmah, 2014).
2) Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke
3) Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar pada
mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol tinggi
4) Meningkatkan risiko sepuluh kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung
bagi wanita pengguna pil KB
5) Meningkatkan risiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan anggota
tubuh yang rentan. Zat dalam rokok yang bersifat karsinogenik adalah tar, dapat
meyebabkan kanker paruparu karena sebagian besar zat ini tersimpan didalam
paru-paru. Selain itu, tar ini dapat menyebakan kanker jika merangsang tubuh
dalam waktu yang lama, biasanya didaerah mulut dan tenggorokan (Nururrahmah,
2014).
b. Bagi perokok pasif, yaitu seseorang yang terekspos asap tembakau dari orang yang
merokok yang menyebabkan inhalasi (terisap) pada orang-orang sekitarnya (Pramono,
2014).
Asap sampingan (sidestream smoke) hasil dari ujung rokok yang terbakar ternyata lebih
berbahaya dibandingkan asap utama (mainstream smoke) yang dihisap dan dikeluarkan
oleh perokok, karena mengandung 2 kali lebih banyak nikotin, 3 kali kandungan tar dan
kandungan karbon monoksida 5 kali lebih banyak. Perokok pasif yang berada disekitar
perokok aktif akan menghirup dua jenis rokok ini sekaligus, sehingga mengalami risiko
gangguan kesehatan seperti mata perih, bersin dan batuk-batuk, sakit kerongkongan, sakit
kepala, hingga masalah pernapasan termasuk radang paru-paru dan bronkitis, dan
meningkatkan risiko kanker paru dan penyakit jantung (Novarianto, 2015).
Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011), merokok
membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok menyebabkan penyakit dan
memperburuk kesehatan,seperti :
a. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) PPOK sudah terjadi pada 15% perokok.
Individu yang merokok mengalami penurunan pada Forced Expiratory Volume in
second, dimana kira-kira hampir 90% perokok berisiko menderita PPOK.
b. Pengaruh Rokok terhadap Gigi
Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan dengan penurunan
fungsi saliva yang berperan dalam proteksi gigi. Risiko terjadinya kehilangan gigi
pada perokok, tiga kali lebih tinggi dibanding pada bukan perokok.
c. Pengaruh Rokok Terhadap Mata
Rokok merupakan penyebab penyakit katarak nuklear, yang terjadi di
bagian tengah lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak diketahui, banyak logam
dan bahan kimia lainnya yang terdapat dalam asap rokok dapat merusak protein lensa.
d. Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria maupun wanita.
Pada wanita hamil yang merokok, anak yang dikandung akan mengalami
penuruan berat badan, lahir prematur, bahkan kematian janin.
e. Efek terhadap otak dan daya ingat
Akibat proses aterosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke
otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Kelainan
tersebut dibagi menjadi 4 bentuk:
1) Tingkat I : penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan.
2) Tingkat II : defisit neurologis sementara
3) Tingkat III : defisit neurologis yang menghilang disekitar 3 hari atau
frekuensinya meningkat.
4) Tingkat IV : terjadi infark otak yang lengkap dan menyebabkan defisit
neurologis yang menetap
f. Impotensi
Pada laki-laki berusia 30-40 tahunan, merokok dapat meningkatkan disfungsi
ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terajadi bila darah tidak mengalir bebas ke
penis. Oleh karena itu pembulih darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat
merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang menuju penis,
mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat
bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa
tembakau telah merusak area lain dari tubuh.
2.2.5 Tipe Kondisi Perokok
Menurut (Syafiie dkk, 2009) ada empat perilaku merokok, yaitu:
a. Kondisi perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif Terdapat tiga sub tipe
perokok yang menjadikan rokok sebagai penambah kenikmatan yang sudah didapat,
seperti merokok setelah makan atau minum kopi, merokok untuk sekedar
menyenangkan perasaan, dan suatu kenikmatan seorang perokok saat memegang
rokoknya.
b. Kondisi merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif Perokok merokok saat
marah, cemas dan gelisah. Rokok dianggap sebagai penyelamat.
c. Kondisi merokok yang adiktif Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis
rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
d. Kondisi merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok bukan
karena untuk mengendalikan perasaan, tetapi karena benar-benar sudah menjadi
kebiasaannya rutin. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang sebelumnya telah
benarbenar habis.
2.2.6 Tahapan Dalam Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena ada beberapa tahap yang dilalui
seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap
rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Menurut Leventhal dan Cleary dalam
Mustikaningrum (2010) ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu :
a. Tahap Prematory
Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di tahap ini
terjadi pembentukkan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini
disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta
citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok
diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat
ataupun lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui
berbagai iklan yang berkaitan dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal
sebagai model, sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran.
Ada juga anggapan merokok berkaitan dengan bentuk kedewasaan dikalangan
remaja sehingga diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap
kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu yang prestise, simbol
pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam situasi yang
menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan awal dari
suatu kebiasaan merokok.
b. Tahap inisiation
Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap
coba-coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa
sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Apabila
seorang remaja mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka besar
kemudian tidak akan menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10
batang atau lebih, maka ia memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok
sebesar 80%.
c. Tahapan becoming smoker
Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai
seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa
studi menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu
untuk menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan
konsep, belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan
peran perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok
berbahaya bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi
dirinya.Ditahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi
suatu pola perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan,
kecanduan, penurunan kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan,
cara berteman dan memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor
mekanisme biologis yang memperoleh perhatian paling banyak dalam
mempertahankan perilaku merokok, yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang
dibutuhkan dalam aliran darah.
2.2.7 Aspek-Aspek Perilaku Merokok
Menurut Aritonang (dalam Nasution, 2007), yaitu:
a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
Fungsi merokok dapat menggambarkan perasaan yang dialami oleh perokok,
seperti perasaan positif ataupun negatif selain itu merokok juga berkaitan dengan masa
mencari jati diri pada remaja. Perasaan positif seperti mengalami perasaan yang tenang
dan nyaman ketika mengkonsumsi rokok.
b. Intensitas merokok
Menurut WHO (2013), tipe perokok dibagi 3 yaitu:
1) Perokok ringan merokok 1-10 batang per hari.
2) Perokok sedang merokok 11-20 batang per hari.
3) Perokok berat merokok lebih dari 20 batang per hari.
c. Tempat merokok
Tipe Perokok Berdasarkan Tempat ada dua yaitu :
1. Merokok di tempat-tempat umum atau ruang publik
a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati
kebiasaannya. Umumnya perokok masih menghargai orang lain, karena itu
perokok menempatkan diri di smoking area.
b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak
merokok, anak kecil, orang jompo dan orang sakit.
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempattempat seperti ini sebagai
tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri,
penuh rasa gelisah yang mencekam.
b. Toilet
Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
2.2.8 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Perilakiu Merokok
Menurut Hutapea (2013), faktor-faktor penyebab merokok dapat dibagi dalam beberapa
golongan yaitu: Faktor genetik, faktor kepribadian, faktor sosial, faktor kejiwaan, faktor
sensorimotorik, dan faktor farmakologis. Berikut penjelasan dari faktor-faktor tersebut:
a. Faktor Genetik
Beberapa studi menyebutkan faktor genetik sebagai penentu dalam timbulnya
perilaku merokok. Orang tua sangat berperan pada masa remaja, salah satunya adalah
pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja. Pola asuh keluarga
yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang menyimpang seperti merokok,
minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang dan lain-lain.
b. Faktor Kepribadian
Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian perokok tetapi studi
statistik tidak dapat memberi perbedaan yang cukup besar antara pribadi orang yang
merokok dan tidak merokok.
c. Faktor Sosial
Beberapa penelitian telah mengungkapkan adanya pola yang konsisten dalam
beberapa faktor sosial. Faktor ini menjadi dominan dalam mempengaruhi keputusan
untuk memulai merokok. Telah diketahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk
oleh lingkungan sekitar baik keluarga, tetangga, maupun teman pergaulan.
d. Faktor Kejiwaan
Dua teori yang paling masuk akal adalah merokok itu suatu kegiatan kompensasi
dari kehilangan kenikmatan oral yang dini atau adanya suatu rasa rendah diri yang tak
nyata. Freud, yang kebetulan pecandu rokok menyebutkan bahwa pada bagian anak-
anak terdapat peningkatan pembangkit kenikmatan di daerah bibir, yang bila
berkelanjutan dalam perkembangannya akan membuat seseorang mau merokok.
e. Faktor Sensorimotorik
Untuk sebagian perokok kegiatan merokok itu sendirilah yang membentuk
kegiatan tersebut, bukan efek psikososial atau farmakologinya. Sosok sebungkus
rokok, membukanya, mengambil dan memegang sebatang rokok, menyalakan,
mengisap, mengeluarkan sambil mengamati asap rokok, aroma, rasa dan juga
bunyinya, semua berperan dalam terciptanya kebiasaan merokok.
f. Faktor Farmakologis
Melihat adanya hubungan erat dalam kadar nikotin dan tar dalam sigaret, maka
kurang dapat dipastikan apakah nikotin atau sesuatu dalam tar yang menentukan
timbulnya kebiasaan merokok. Tetapi melihat fakta dimana rasa ingin merokok dan
jumlah konsumsi rokok berkurang dengan pemberian injeksi nikotin, dan
kenyataannya bahwa menyedot atau mengunyah tembakau dapat menggantikan
merokok.

2.3 KONSEP REMAJA


2.3.1 Definisi Remaja
Remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja
meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ
seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik
(Sarwono, 2012).
Soetjiningsih (2004) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan antara
masa kanak – kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual
yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda.

2.3.2 Tahap Perkembangan Masa Remaja

Semua aspek masa remaja akhir (Monks, 2009). Perkembangan dalam masa
remaja secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian usia 12-15
tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-21
tahun.
Menurut (Monks, 2009) tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga
tahap perkembangan yaitu :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain :
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain :
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk kencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktivitas seks
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain :
1) Pengungkapan identitas diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani dirinya
4) Dapat mewujudkan rasa cinta
5) Mampu berfikir abstrak

2.3.3 Kareteristik Pembunuhan dan Perkembangan Remaja

Menurut Santrock (2003), karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja


mencakup perubahan tansisi biologis, kongnitif, dan sosial. Secara lengkap, perubahan-
perubahan itu akan di paparkan sebagi berikut:
a. Transisi Biologis
Perubahan pisik yang terlihat jelas pada masa pubertas, yaitu meningkatnya
tinggi dan berat badan serta kematangan sosial.Diantara perubahan fisik yang terjadi,
yang paling besar pengaruhnya pada perkembangan kejiwaan remaja adah
pertumbuhan tubu (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, juga
mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (di tandai haid pada wanita dan mimpi basah
pada laki-laki) dan tanda-tanda sexual skunder yang tumbuh.
b. Transisi Kongnitf
Pemikiran operasional formal berlangsung anatara usia 11 sampai 15 tahun.
Pemikiran operasional formal ini bersifat lebih abstrak, idealis, dan daripada
pemikiran operasional konkret.Piaget menekankan bahwa remaja terdorong untuk
memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya merupakan wujud dari
penyesuaian dari secara biologis
c. Emosi yang masih labil
Remaja cendrung memiliki kondisi kejiwaan yang belum stabil.Di satu
waktu, mungkin dia terlihat pendiam, cembrut, dan seperti ingin
mengasingkan diri.Tetapi, pada saat yang lain, dia bisa tiba-tiba menjadi luar biasa
riang, berseri-beseri, dan percaya diri.
d. Rasa ingin tahu yang tinggi
Keinginan tahu tentang hal- hal yang berkenan dengan seksualitas merupakan
rasa yang umum dialami oleh sebagian besar remaja.
e. Mudah jenuh
Kejenuhan pada suatu kondisi atau situasi di lingkungan tertentu adalah hal yang
wajar terjadi pada remaja, karna dia selalu ingin tahu hal-hal yang baru yang selalu
menarik minatnya. Jika menemui hal- hal ini yang sama setiap harinya, maka remaja
akan meras cepat jenuh.
f. Antisosial
Pada beberapa remaja juga sering di jumpai beberapa perilaku antisosial, seperti
suka mengganggu, berbohong, cenderung kejam, dan agresif. Penyebab dari perilaku
ini bermacam-macam, tergantung pada latar belakang remaja.Biasanya penyebab
yang paling mendasar adalah adanya pengaruh buruk lingkungan, pola asuh yang
salah dari orang tua misalnya mendidik anak terlalu keras dan terlalu lunak.
g. Penyalahgunaan obat-obat terlarang
Pergaulan bebas dan takterarah sangat berpotensi penyebab remaja terjerumus
pada hal-hal negatif, diantaranya penggunaan obat-obat terlarang atau narkoba.
h. Gangguan jiwa psikosis
Psikosis adalah merupakan gangguanpribadi yang menyebabkan seseorang tidak
mampu membedakan antara dunia realitas dengan fantasi.Bentuk pisikosis yang
paling banyak dikenal adalah skizofrenia.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari selasa, tanggal 01 mei 2021 pukul 19:00 wib di rt 3 kel
belalau 1

A. Identitas
Nama : Tn.S
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Suku : Sumatra
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Rt 3 kel. Belalau 1

B. Komponen Keluarga.
Komponen keluarga Tn. S

No Nama P/L Usia /tanggal Hub. Pendidikan Pekerjaan Status


lahir Dengan kesehatan
keluarga
1 Tn. S L 50 Tahun Kepala SMP Petani Sehat
16/10/1970 Keluarga
2 Ny. I P 49 Tahun Istri SD Petani Sehat
01/07/1972
3 Sdri. R P 27 Tahun Anak Strata 1 Kesehatan Sehat
02/04/1994 Masyaraka
t
4 Sdr. A L 20 Tahun Anak SMA Pelajar/Ma Sehat
31/01/2001 hasiswa
C. Genogram

Genogram keluarga Tn. S

laki-laki
perempuan
tinggal seruma

Tn. S tinggal disuatu rumah bersama istrinya Ny. I dan anak-anaknya, yaitu Sdri. R sama Sdr. A
dan kondisi kesehatan saat ini baik dan tidak memiliki riwayat penyakit, semua angota keluarga
dalam kondisi sehat tapi Tn. S pada tahap lansia yang merupakan kelompok beresiko.

D. Tipe keluarga
1) Jenis tipe keluarga
Keluarga Tn. S termasuk tipe keluarga Nuclear Family, karena satu rumah terdiri dari
keluarga inti saja yaitu bapak, ibu, dan 2 anaknya.
2) Kendala atau masalah yang terjadi
Masalah pada keluarga tipe nuclear family adalah tanggun jawab dibebankan pada
angota inti itu sendiri.
E. Suku Bangsa
1) Asal suku bangsa dan bahasa yang digunakan.
Tn. S mengatakan bahwa keluarganya berasal dari suku Sumatra dan bahasa
keseharian yang digunakan adalah bahasa Melayu
2) Latar belakang budaya yang berhubungan dengan kesehatan
F. Agama yang dianut, kegitaan keagamaan dan persepsi terhadap agama serta kepercayaan
yang mempengaruhi kesehatan.
Tn. S mengatakan jika agama yang dianut keluarganya adalah agama islam dan Tn. S
percaya bahwa dari allah kita diberikan sehat dan sakit, apabila sakit Tn. S percaya
bahwa itu ujian dari allah.
G. Status social dan ekonomi keluarga.
1) Anggota keluarga yang mencari nafkah
Tn. S mengatakan sampai sekarang yang mancari nafkah di keluarganya adalah Tn. S
dan anaknya yang masih tinggal serumah.
2) Penghasilan
Tn. S mengatakan jika penghasilan per bulan dari keluarganya yaitu kurang lebih
Rp.1.500.000, dan ditambah anaknya Rp.300.000.
3) Harta benda yang dimiliki
Tn. S mengatakan harta benda yang dimilikinya adalah televisi, motor dan rumah.
4) Kebutuhan yang di kelurga tiap bulan
Ny. I mengatakan Uang digunakan bersama untuk memenuhi kebutuhan seperti listrik
Rp200.000/bulan, untuk anak yang masih sekolah Rp360.000/bulan, dan uang untuk
belanja makan dan minum kurang lebih Rp600.000/bulan, jadi masih ada uang yang
tersisa untuk ditabung buat kebutuhan mendadak.
5) Cara memenuhi kebutuhan keluarga
Tn. S mengatakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya ia bekerja sebagai buruh
terkadang Ny. I juga membantu, selain itu ada satu anaknya yang sudah bekerja dan
ikut membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
6) Kepemilikang asuransi
Tn. S menggatakan jika seluruh anggota keluarganya tidak memiliki asuransi
kesehatan atau kartu BPJS.
H. Riwayat dan tahap perkembangang keluarga
1) Tahap perkenbangang saat ini
Keluarga Tn. S dalam tahap perkembangan dengan anak dewasa karena anak pertama
sudah menikah. Selain itu anak yang tertua saat ini dan tinggal bersama istrinya. Sdri.
R adalah anak yang rajin dan sudah bekerja.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi, penyebab dan kendalanya.
Tahap keluarga yang belum terpenuhi adalah Sdri. R yang sudah bekerja namun
belum menikah, padahal menurut otang tuanya sudah pantas untuk menikah
3) Riwayat kesehatan inti
a) Bagaimana keluarga terbentuk
Keluarga terbentuk karena adanya pernikahan yang sah antara Tn S. dengan
Ny.I pada tahun 1991.
b) Riwayat kesehatan saat ini
c) Didalam kelurga Tn S. semua dalam kondisi sehat tetapi masih ada yang
merokok yaitu Tn. S dan Sdr. A, maka Tn. S menggatakan sampai sekarang
susah untuk berhenti merokok. Selain itu di dalam keluarga ini ada anggota
keluarga yang sudah masuk usia lansia.
d) Riwayat penyakit keturunan
Tn. S menggatakan didalam keluaganya tidak ada yang memliki riwayat
penyakit keturunan begitu juga dengan keluarga dari istrinya Ny. I.
4) Riwayat kesehatan masing-masing angota keluarga
Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga.

No Nama Umur BB Keadaan Masalah Tindakan Status


kesehatan kesehatan kesehataan imum
yang telah Bcg
dilakukan Polio/Dpt/
Hb/campak
1 Tn. S 51 - Sehat Tidak Tidak -
ada terkaji
2 Ny. I 49 - Sehat Tidak Tidak -
ada terkaji
3 Sdri. R 27 - Sehat Tidak Tidak -
ada terkaji
4 Sdr. A 20 - Sehat Tidak Tidak -
ada terkaji

I. Sumber pelayanan yang di manfaatkan


Tn. S mengatakan tidak pernah mengikuti posbindu lansia yang diadakan 1x/bulan karena
tidak punya waktu.Jika ada angota keluarga yang sakit hanya dibelikan obat diwarung
terdekat.
1) riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
Tn. S mengatakan sebelumnya anggota keluarganya belum pernah ada yang di rumah
sakit.
2) hubungan antara keluarga dan konflik pasangan dan lain-lain.
Hubungan keluarga baik, harmonis, saling mendukung dan saling memaafkan tidak
membesarkan masalah bila ada masalah.
J. Pengkajian Keluarga
1) Karakteristik Rumah
a) Luas rumah : 15x20 m
b) Tipe rumah : tipe rumah permanen
c) Kepemilikan : rumah hak milik sendiri
d) Jumlah ratio kamar : jumlah kamar dalam rumah ada 4 kamar.
e) Ventilasi jendela : ada 7 jendela tapi tidak pernah dibuka.
f) Pemamfaatan ruangan : pemanfaatan ruangan sesuai dengan fungsinya.
g) Septic tank : mengunakan septic tank tidak dibuang di sungai
dan septic tank tertutup.
h) Sumber air : mengunakan air sumur
i) Kamar mandi / wc : mempunyai 1kamar mandi dan wc sendiri.
j) Tempat sampah : ada tempat sampah. Pengelolaan sampahkadang
di bakar dan kadang ada petugas yang mengambil.
k) Kebersihan lingkungan : lingkungan bersih dan tidak ada debu
2) Denah Rumah:
Dena Rumah Tn. S

Ruang tamu Kamar Kam Dapur,


2 ar 1 kamar mandi
wc

Kamar Kam
4 ar 3
2
3) Karateristik tetangga dan komunikasi RW
a) Kebiasaan
Tn. S mengatakan kebiasaan yang ada di lingkunggan Rt, dan Rw, yaitu
melakukan kerja bakti dan saling tolong menolong serta bermusyawarah
antara warga.
b) Aturan
Tn. S mengatakan ada aturan bermalam wajib lapor pada Rt jika ada tamu
yang menginap 1x24 jam.
c) Kebersihan
Kebersihan lingkungan bersih dijaga dengan kegiatan gotong royong untuk
bersih lingkungan.
d) Budaya
Tn. S mengatakan ada budaya berupa sedekah 2x dalam 1 tahun.
4) Mobilitas geografis keluarga
Tn. S mengatakan mobilitas keluarga mengunakan sepeda motor dari rumah ke
tempat kerja maupun ke sekolah
5) Sistem pendukung
Keluarga senang dengan keadaan kelompok disekitar dan organisasi yang ada karena
saling membantu.
K. Struktur keluarga
1) Pola cara komunikasi keluarga
Tn. S mengatakan pola komunikasi terbuka sehingga tiap angota keluarga berhak dan
bebas menyampaikan pendapat.
2) Komunikasi dilakukan dengan cara terbuka siapa yang paling berperansiapa
pengambil keputusan.
Tn. S mengatakan yang paling berperan adalah Tn. S didalam keluarga sehingga
dirinya yang mengambil keputusan.
3) Struktur peran keluarga.
a) Tn. S sebagai kepala keluarga ayah dan suami dari istri Ny. I bertanggung
jawab terhadap keluarganya saat ini Tn. S bekerja sebagai Petani
b) Ny. I adalah istri dari Tn. S bekerja sebagai ibu rumah tangga dan orang tua
dari 3 orang anak, yaitu 1 perempuan dan 2 laki-laki.
c) Sdri. R adalah anak ke 2 dari Tn. S dan Ny. I sebagai anggota keluarga dan
saat ini bekerja sebagai kesehatan masyarakat..
d) Sdr. A adalah anak laki-laki ke 3 dari Tn. S dan Ny. I saat ini masih sekolah.
4) Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga sesuai dengan nilai agama yang dianut
agama islam dan norma yang berlaku di lingkungan yaitu menghormati yang lebih
tua.
5) Hambatan peran dan menjalangkan peran ganda
Tn. S mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada hambatan atau peran ganda dan
tidak ada yang menjalankan peran ganda
L. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Tn. S mengatakan didalam keluarganya selalu mengembangkan sikap saling
menghargai dan saling mendukung terhadap angota keluarga lainnya.
2) Fungsi social
a) Kerukunan hidup dalam keluarga
Tn. S mengatakan keluarganya hidup rukun dan saling mendukung.
b) Interaksi hubungan dalam keluarga
Tn. S mengatakan interaksi dalam keluarga sangat kuat bila sang anak
memiliki masalah pasti akan bercerita pada keluarganya.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Tn. S mengatakan bahwa dalam keluarganya untuk saat ini tidak ada yang mengalami
masalah kesehatan baik istri maupun anak-anaknya yang masih tinggal serumah.
4) Fungsi reproduksi
Ny. I mempunyai 3 orang anak, terdiri dari 1 anak perempuan dan 2 anak laki-laki.
Ny. I mengatakan tidak pernah mengalami keguguran (abortus), menstruasi pertama
umur 15 tahun.
5) Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sadang pangan
Penghasilan dari Tn.S dan Ny. I mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-
hari dan ditambahi dengan penghasilan anaknya yang masih tinggal serumah.
b) Pemanfaatan sumber yang ada di masyarakat.
Memanfaatkan sayuran yang ada di kebun untuk di masak.
M. Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek.
Keluarga tidak memiliki masalah.
2) Stresor jangka panjang.
Dalam keluarga Tn.S tidak memiliki stressor jangka panjang yang dapat menganggu
kelangsungan hidup keluarga.
3) Respon keluarga terhadap stressor
Keluarga mampu menerima dengan baik, apabila ada masalah diselesaikan dengan
baik-baik.
4) Strategi koping
Keluarga dapat menerima masalah dengan lapang dada jika ada hal-hal yang kurang
baik dengan cara berusaha dan berdoa dalam mengatasi masalah.
5) Strategi adaptasi di fungsi
Tn.S mengatakan di dalam keluarga tidak ada koping yang di fungsionalkan, hanya
saja Tn.S memarahi angota keluarga bila melakukan kesalahan.
N. Harapan keluarga
1) Terhadap masalah kesehatan
Keluarga Tn.S berharap tidak mengalami status kesehatan yang kurang baik yang
akan mengangu aktifitasnya.
2) Petugas kesehatan yang ada
Keluarga Tn.S berharap dengan adanya tenaga kesehatan bisa memberikan
penyuluhan dan perhatian pada lansia.
O. Pemeriksaan fisik
No Jenis pemeriksaan Tn. S Ny. I Sdri. R Sdr. A

1 Kesadaran Komposmenti Komposmentis Komposmenti Komposmentis


s s

2 TTV

Tekanan darah 120/80 mmHg 132/83 mmHg 110/90 mmHg 119/82 mmHg

Suhu 36 36,5 36,8 36

Nadi 72x/menit 80x/menit 78x/menit 81x/menit

RR 22x/menit 23x/menit 22x/menit 21x/menit

3 Kepala Penyebaran Penyebaran Penyebaran Penyebaran


raambut rata, raambut rata, raambut rata, raambut rata,
rambut bersih, rambut bersih, rambut bersih, rambut bersih,
tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri tidak ada nyeri
tekan, dan tekan, dan tekan, dan tekan, dan
tidak ada luka tidak ada luka tidak ada luka tidak ada luka

No Jenis pemeriksaan Tn. S Ny. I Sdri. R Sdr. A


4 Mata Konjungtiva Konjungtiva Simetris Simetris
anemis anemis
5 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
6 Hidung Bersih tidak ada Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak
lesi ada lesi ada lesi ada lesi
7 Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab, gigi lembab, gigi lembab, gigi lembab, gigi
bersih bersih bersih bersih
8 Telinga Bersih tidak ada Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak
gangguan ada gangguan ada gangguan ada gangguan
pendengaran, pendengaran, pendengaran, pendengaran,
simetris simetris simetris simetris
9 Paru-paru
Inspeksi Simetris Simetris Simetris Simetris
Palpasi Tidak ada nyeri Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
10 Jantung

Inspeksi Ictus kordis Ictus kordis Ictus kordis Ictus kordis


tidak tampak tidak tampak tidak tampak tidak tampak
Palpasi ictus kordis ictus kordis ictus kordis ictus kordis
tidak teraba tidak teraba tidak teraba tidak teraba
redup redup redup redup
Perkusi S1 dan s2 S1 dan s2 S1 dan s2 S1 dan s2
Auskultasi Regular reguler reguler reguler
11 Abdomen
Inspeksi Tidak ada lesi Tidak ada lesi Tidak ada lesi Tidak ada lesi
Auskultasi Bising Bising Bising Bising
12x/menit 12x/menit 12x/menit 12x/menit
Palpasi Tidak ada nyeri Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
Perkusi Tympani Tympani Tympani Tympani
12 Kulit dan kuku Kulit elastic,
Kulit elastic, Kulit elastic, Kulit elastic,
kuku tidak
kuku tidak kuku tidak kuku tidak
terdapat sianosis
terdapat terdapat terdapat
sianosis sianosis sianosis
13 Extremitas Tidak terdapat Tidak Tidak Tidak
lesi, tidak ada terdapat lesi, terdapat lesi, terdapat lesi,
edema dan dapat tidak ada tidak ada tidak ada
bermobilisasi edema dan edema dan edema dan
dapat dapat dapat
bermobilisasi bermobilisasi bermobilisasi

3.2 Analisa Data

Hari tanggal Data focus Etiologi Masalah


Sabtu Ds : Merokok Perilaku kesehatan
01/05/2021 1. Didaalam cendrung beresiko
keluarga Tn. S
semua dalam
kondisi sehat,
tetapi masih ada
yang merokok
Tn. S dan Sdr.
A
2. Tn. S
mengatakan
sampai
sekarang susah
untuk berhenti
merokok
Do :
1. Tn. S tidak
pernah
memeriksa
kesehatanya
2. Keluarga
tampak ada
yang merokok
dalam rumah
3. Tn. S dan Sdr.
A tampak
merokok saat
melakukan
pengkajian

02 mei 2021 Ds : Tidak mampu Kesiapan peningkatan


1. Tn. S manajemen kesehatan manajemen kesehatan
mengatakan
tidak pernah
mengikuti
posbindu lansia
yang diadakan
1x/bulan
2. Jika ada
anggota
keluarga
yangsakit hanya
dibelikan obat
diwarung
terdekat
Do :
1. Keluarga tidak
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan yang
ada
2. Keluarga hanya
beli obat di
warung terdekat
3. Konjungtiva
anemis
3.3 Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan merokok.
b. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan
manajemen kesehatan

3.4 Prioritas Masalah


Diagnosa 1: Perilaku kesehatan cendrung beresiko behubungan ddengan merokok

No Kriteria Skor Bobot Jumlah


1 Sifat masalah
- Tidak/kurang 3 1 2/3x1=2/3
- Ancaman 2
- Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalh dapat
diubah
- Mudah 2 2 1/2x2=1
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
- Tinggi 3 1 2/3x1=2/3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
- Berat, segerah 2 1 1/2x1=1
- Ada masalah tapi tidak 1
perlu ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
Total 25/6

Diagnosa 2: Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan berhubungan dengan ketidak mampuan


manajemen kesehatan

No Kriteria Skor Bobot Jumlah


1 Sifat masalah skala
- Tidak/kurang sehat 3 1 1/3x1=1/3
- Ancaman 2
- Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
- Mudah 2 2 1/2x2=2/3
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
- Tinggi 3 1 2/3x1=2/3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
- batas segerah 2 1 1/2x1=1/2
- ada masalah tapi 1
takperlu segera
ditangani 0
- masalah tak dirasakan
Total 22/3

Skoring penentuan prioritas DX keperawatan

No Diagnosa/ problem Skor Pembenaran


Dx
1 Perilaku kesehatan cendrung beresiko 2.5 Ada keluarga yang
masih merokok yaitu
Tn. S dan Sdr. A
mengatakan sampai
sekarang masih susah
untuk berhenti
merokok
2 Kesiapan peningkatan manajemen 2.2/3 Karena dikeluarga Tn.
kesehatan S sudah memasuki
lansia tapi tidak
pernah mengikuti
posyandu lansia yang
diadakan di kelurahan
belalau 1

3.5 Prioritas Diagnosa

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


1 Perilaku kesehatan cendrung beresiko 2.5/6
2 Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan 2.2/3

3.6 Intervensi Keperawatan

No Hari/tanggal Tujuan Kriteria Standar Intervensi


Dx
1 Selasa Setelah Manajemen Pengetahuan Edukasi
04/05/2021 dilakukan kesehatan: individu/keluarga kesehatan:
kunjungan 2x 1. melakukan dapat mengetahui Observasi
24 jam tindakan strategi untuk - identifikasi
diharapkan untuk berhenti merokok kesiapan dan
keluarga mengurangi kemampuan
mengetahui factor resiko Sikap: menerima
tentang meningkat Individu/keluarga informasi
strategi 2. menerapkan dapat - identifikassi
berhenti program mengendalikan factor-faktor
merokok perawatan anggota keluarga yang dapat
meningkat yang masih meningkatka
3. aktivitas merokok n dan
hidup sehari- menurunkan
hari efektif motivasi
memenuhi perilaku
tujuan hidup bersih
meningkat dan sehat
kesehatan terapautik
4. verbalisassi - sediakan
kesulitan materi dan
dalam media
menjalani pendidkan
program kesehatan
perawatan - jadwalkan
/pengobatan pendidikan
menurun kesehatan
sesuai
kesepakatan
- berikan
kesempatan
untuk
bertanya
edukasi
- jelaskan
factor resiko
yang dapat
mempengaru
hi kesehatan
- ajarkan
perilaku
hidup bersih
dan sehat
- ajarkan
strategi yang
daapat
digunakan
untuk
meningkatka
n perilaku
hidup bersih
dan sehat

3.7 Implementasi

Tanggal/ No Implementasi
hari Dx
Selasa 1 1. mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
04/05/202 informasi
1 2. mengidentifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
3. menyediakan materidan media pendidikan kesehatan
4. menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5. memberikan kesempatan bertanya
6. menjelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
7. mengjarkan perilaku hidu bersih dan sehat
8. mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

3.8 Evaluasi

Tanggal/ No Evaluasi
hari Dx
Selasa 1 S : Keluarga Tn. S Mengatakan bahwa didalam keluarga masih ada
04/05/202 yang merokok yaitu Tn. S dan Sdr. A
1 O : keluarga tampak ada yang merokok pada saat pengkajian
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan kondisi
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Manusia mempunyai banyak macam kebiasaan, adapun berolahraga, membaca, menulis,


dan masih banyak lain, akan tetapi ada salah satu kebiasaan yang paling buruk dan sangat
merugikan manusia itu sendiri salah satunya merugikan kesehatan dirinya dan orang lain, tetapi
kebiasaan tersebut yang buruk tesebut masih dilakukan oleh manusia tersebut yaitu kebiasaan
merokok. Rokok merupakan hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Hidayati, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) pada Tahun 2018 jumlah perokok dunia
saat ini telah mencapai 1,1 milyar orang. Terdapat diantaranya 17 juta remaja laki-laki yang
merokok dan 7 juta remaja perempuan. Indonesia menjadi salah satu dari 5 negara konsumen
rokok terbesar di dunia setelah negara China, Rusia, Amerika Serikat, dan Jepang. (WHO, 2018).
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi kita semua dalam pembelajaran penkes
remaja merokok dan dapat menjadi pembelajaran bagi teman-teman semua karena masih banyak
hal yang perlu kita pelajari dalam proses pentingnya penkes remaja merokok.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Karya

Anitah, S. (2010). Media pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Firdaus A., Sukarno A., dan Sary RM. 2016. Penerapan Media Audio Visual Pada Hasil Belajar
Matematika Materi Operasi Hitung Campuran Kelas IV SD Negeri 02 Doro. Prodising
Seminar Nasional Universitas PGRI Semarang, FIP.
http://prosiding.upgris.ac.id/index.php/fip_ 2016/fip_2016/paper/view/1392

Gracylia Yashinta winoto, Dkk (2018) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Berhenti
Merokok Pada Siswa Perokok Smp x di Kota Semarang. Jurnal kesehatan masyarakat (e-
Journal) vol 6, no 5 oktober (ISSN : 2356-3346)

Hardinge, M.G. and H. Shryock. (2001). Kiat keluarga sehat: Mencapai hidup prima dan bugar.
Indonesia Publishing House. Bandung

Anda mungkin juga menyukai