Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU


AGRESIF PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 MANADO

Di susun oleh:
Grifiano Wuisan
1514201016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya,
saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja di SMA Negeri 1 Manado”. Penulisan proposal penelitin
ini dilakukan dalam rangka mencapai Sarjana Keperawatan pada program studi Ilmu
Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai penyusunan proposal penelitian,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan proposal penelitian ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Debby Ch. Rende, M.Si, Selaku Rektor Universitas Pembangunan Indonesia
2. Ns. Vera Kareame, S.Kep, M.Kes, Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Pembangunan Indonesia
3. Ns. Cycylia Karlina Lariwu, S.Kep, M.Kes, Selaku Dosen Wali selama penulis duduk di
bangku perkuliahan, yang telah memberikan banyak nasehat untuk kemajuan belajar di
setiap semester.
4. Adi Mamahit, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
proposal penelitian.
5. Pihak sekolah SMA Negeri 1 Manado yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
6. Orang Tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan
moral; dan
7. Sahabat yang telah membantu saya dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga proposal penelitian ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Manado, November 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Generasi muda merupakan harapan bangsa agar bangsaini berkembang lebih maju. Masa

remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada

saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun ,

yaitu menjelang mau dewasa muda. Pada masa tersebut terjadi perubahan dan perkembangan

yang sangat pesat, baik perkembangan secara kognotif dan psikososial (Soetjiningsih, 2004).

Remaja umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga remaja ingin mencoba-coba,

mengkhayal dan merasa gelisah , serta berani melakukanpertentangan jika dirinya merasa gelisah,

serta berani melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau tidak dianggap. Untuk

itu mereka sangat perlu keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari

orang dewasa. Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri

karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat yang dilakukan oleh orang

dewasa/orangtua (Asroli & Ali, 2009).

Dapat diketahui remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak

agresif. Pada suatu masyarakat, perilaku agresif adalah perilaku yang tidak sukai dan cenderung

untuk di hindari. Hal ini karena perilaku tersebut dapat menyebabkan bahaya dan

ketidaknyamanan dalam berinteraksi social. Berbagai kondisi di atas tersebut menunjukkan

bahwa remaja kesulitan dalam mengendalikan agresinya. Hasil penelitian Stattin dan Magnusson

(Apollo & Ancok, 2003) melaporkan bahwa kecenderungan agresivitas di masa remaja biasanya

di dahului kecenderungan agresivitas pada masa kanak-kanak. Lebih lanjut Lowick dan Godall
(Apollo & Ancok, 2003) mengungkapkan bahwa remaja cenderung menunjukkan agresivitas

daripada anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak tidak terlalu agresif sebelum remaja tetapi

berkecenderungan kekerasan setelah umur belasan tahun (Cambridge, dalam Berkowitx, 1995).

Perilaku agresif sering terjadi pada kalangan remaja madya (middle adlolescene) dengan

rentang usia 15-18 tahun, dimana tanggung jawab hidup yang harus semakin dittingkatkan oleh

remaja yang mampu memikul sendiri juga masalah tersenderi bagi remaja madya. Kaarena

tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya dating dari orang tua atau anggota keluarganya

tetapi juga dari masyarakat sekitarnya. Tidak jarang masyarakat juga menjadi masalah bagi

remaja, tidak jarang remaja mulai meraagukan tentang apa yang disebut bik atau buruk.

Akibatnya, remaja ingin sering kali membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap

benar, baik, dan pantas untuk dikembangkan di kalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang

tua atau orang dewasa disekitarnya ingin memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja

tanpa disertai dengan alasan yang masuk akal menurut mereka (Ali & Asroli, 2009).

Pola asuh yang tidak efektif dapat mendorong munculnya perilaku agresi, seperti

penelitian Petterson (Berkowtz, 1995), setelah lebih dari satu decade melakukan observasi

keluarga, hasil penelitian menyimpulkan bahwa para orang tua anak-anak antisosial kekurangan

dalam empat fungsi penting “manejemen”: (1) mereka tidak secara efektif memantau aktifitas

anak-anaknya baik dirumah maupun diluar rumah, (2) mereka tidak bias mendisipinkan tindak

antisosial secara memadai, (3) mereka tidak membri penghargaan cukup untuk tindak proposial,

dan (4) mereka bersama anggota keluarga lainnya, tidak cakap dalam pemecahan masalah.

Kekurangan-kekurangan ini muncul bersamaan, seperti yang disebutkan sebelumnya, sehingga

kegagalan orang tua tertentu sering disertai kekurangan lainnya..


Keluarga merupakan sebuah system yang digerakkan oleh anggota berdasarkan atas saling

menghormati, menghargai, dan mendukung peran masing-masing sehingga tercipta sinergi dan

keteraturan. Keluarga sebagai sebuah sistem merupakan tempat seorang remaja membentuk dan

mengembangkan kepribadian dalam karakter. Sebagai contoh, dua orang remaja yang tinggal

bersebelahan rumah namun mempunyai kepribadian dan karakter yang sangat berbeda karena

mereka dibesarkan dengan sistem pola asuh yang berbeda (Surbakti, 2008).

Orang tua yang tidak mengawasi anak-anaknya secara memadai sering tidak bias

mendisiplinkan anak dan demikian pula orang tua yang tidak cakap menegakkan disiplin

cenderung untuk tidak meneguhkan perilaku anak yang prososial. Semakin kurang kesempatan

anak untuk berkomunikasi bersama orang tua (misalnya, bersenda gurau, diskusi, musyawarah

keluarga), maka semakin besar pula kemungkinannya anak mengalami kekurangan dalam

perkembangan sosialnya. Hal ini karena orang tua tidak banyak memberi arah, memantau,

mengawasi, dan membimbing anak dalam menghadapi berbagai permasalahan. Situasi yang tidak

menyenangkan ini memunculkan reaksi atau perilaku yang menyimpang dalam diri anak terhadap

lingkungannya. Jika suasan keluarga yang kurang akrab tersebut terus berlanjut, maka segala

perilaku anak sudah tidak ada yang mengawasi dan tidak memili kemampuan mengontrol diri.

Dalam keadaan tersebut besar kemungkinan anak tersebut akan terjebak dalam penyerapan nilai-

nilai dan perbuatan yang menyimpang seperti perilaku agresif (Berkowitz, 1995)

Kasus perilaku agresif dikalangan remaja khusunya pelajar menengah atas menjadi

masalah sosial yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, di Manado khususnya. Diketahui

aksi tindakan kekerasan yang melibatkan usia remaja pada bulan Oktober 2018 tercatat sebanyak

33 kasus penganiyaan, senjata tajam (sajam) 2 kasus dan pengeroyokan 11 kasus senjata tajam

(sajam) dan 6 kasus pengeroyokan. Hal ini sangat menggelisahkan dan mencemaskan masyarakat
pada umumnya, dan para orang tua pada khususnya. Dengan banyaknya kasus yang diberitakan

dalam surat kabar, dan dengan “keberendahan” yang bukan lagi merupakan keberandalan yang

“lucu”, melainkan sudah dapat digolongkan dalam kategori kejahatan. Hidayat T (2010) juga

mengatakan berita perkelahian, tawuran, pembunuhan, atau bentuk agresivitas lain semakin

marak. Seolah-olah tiada hari tanpa kekerasan, baik itu dilakukan pribadi maupun massa. Sulit

dipercaya bahwa kejadian tersebut semakin berani dan tidak terkendali baik oleh apparat

keamanan maupun masyarakat umum. Terkesan masyarakat yang dahulu dikenal sabar dan

santun, telah kehilangan control menguasai tindakan yang dapat digolongkan pada perilaku

agresif. (http://mediaindonesia.com/citizen_read/986 diakses tanggal 14 oktober 2018).

Pemerintah Indonesia melalui pihak kepolisian telah melakukan berbagai upaya untuk

mencegah terjadinya tindak kekerasan ataupun tawuran antar sekolah. Salah satunya dengan

melakukan tindakan yang bersifat preventif (pencegahan). Sebagai contoh melakukan koordinasi

dengan beberapa pihak sekolah negeri ataupun swasta dengan bertindak sebagai inspektur upacara

dan melakukan penyuluhan. Sasaran penyuluhan juga kepada warga masyarakat dan juga

menyebarkan selebaran yang berisi pesan-pesan kamtibnas. Upaya lain juga melalui patrol di

wilayah dan jam rawan terjadinya perkelahian atau tawuran pada waktu jam pulang sekolah.

Menurut Baron & Bayne (2000) perilaku agresi adalah perilaku yang bertujuan melukai

perasaan atau menyakiti. Agresi merupakan tingkah laku individu lain yang tidak menginginkan

datangnya tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Berkowitz (1995) perilaku agresif memiliki

konsekuensi hamper sama dengan kenakalan remaja pada umumnya, akan tetapi cakupan korban

lebih luas yaitu diri sendiri atau orang lain. Jadi perilaku agresif dapat merugikan dri sendiri dan

orang lain. Kecenderungan perilaku agresif adalah keinginan untuk melukai badan atau perasaa,
baik pada diri sendiri atau orang lain dengan kata-kata atau alat. Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti tanggal 13 November

2018, pada SMA 1 Manado, di dapat hasil jumlah siswa siswi sebanyak 135 orang. Hasil

wawancara denaga salah satu siswa mengatakan bahwa sering terjadi perkelahian dan tawuran

baik di sekolah mauoun di luar sekolah. Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas penulis

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku

Agresif Pada Remaja di SMA NEGERI 1 MANADO.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku

agresif pada remaja di SMA NEGERI 1 MANADO?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua pada perilaku agresif pada remaja

di SMA N 1 MANADO.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pola asuh orang tua pada remaja di SMA N 1 MANADO.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti:

Sebagai pengalaman bagi pelatihan bagi penulis dalam mengadakan suatu penelitan serta

mengkaji teori dari pendidikan dan belajar menemukan permasalahan yang ada di lapangan.
1.4.2 Bagi institusi:

Sebagai masukan bagi pendidikan dalam mengembangkan kurikulum mata ajar Keperawatan

Komunitas Keluarga.

Bagi Masyarakat:

Sebagai masukan bagi masyarakat dan di harapkan peran serta masyarakat terutama bagi

orang tua dalam memberikan pola asuh yang efektif bagi anak remaja.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Perilaku Agresif Remaja

1 Remaja

Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa

(Nursalam, 2009). Hal senada diungkapkan oleh (Santrock 2003) bahwa remaja

(adolescence) diartikan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa

yang mencakup perubahan psikologis, kognitif, dan social-emosional.

Menurut Syamsu Yusuf (2004 : 184) f ase remaja merupakan segmen perkembangan

individu yang sangat penting,  yaitu diawali dengan matangnya organ – organ fisik

(seksual) sehingga mampu bereproduksi. 

Menurut Hurlock, Elizabeth B (1999 : 206) Masa remaja adalah masa peralihan dari anak

– anak  menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. 

Masa remaja digolongkan menjadi 3 tahap yaitu :

1. Masa pra remaja : 12 – 14 tahun 

Yaitu periode sekitar kurang lebih 2 tahun sebelum terjadinya pemasakan seksual yang

sesungguhnya tetapi sudah terjadi perkembangan fisiologi yang  berhubungan dengan pemasakan

beberapa kelenjar endokrin.

2. Masa  remaja awal : 14 – 17  tahun 

Yaitu periode dalam rentang perkembangan dimana terjadi kematangan alat – alat seksual dan

tercapai kemampuan reproduksi.

3. Masa remaja akhir : 17 – 21 tahun 

Berarti tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan  fisik.
2 Pengertian Agresif

Agresi menurut Baron (dalam mahmudah, 2011:61) adalah bentuk perilaku yang disengaja

terhadap makhluk hidup lain dengan tujuan untuk melukai atau membinasakan dan orang yang

diserang berusaha untuk menghindar. Dalam pengertian tersebut terdapat empat masalah yang

penting, yaitu:

a. Agresi itu perilaku : dengan demikian, segala aspek perilaku terdapat didalam agresi, misalnya :

emosi

b. Ada unsur kesengajaan.

c. Sasarannya adalah makhluk hidup, misalnya manusia.

d. Ada usaha menghisap darah korban.

Menurut Berkawitz (dalam Taganing dan Fortuna, 2008) mendefinisikan agresivitas sebagai segala bentuk

perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun mental. Sedangkan

menurut Sarason (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2009:193) menyatakan bahwa agresi merupakan suatu

serangan yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap organisme lain, objek lain atau bahkan pada diri

sendiri. Definisi tersebut berlaku bagi semua makhluk vertebrata, sementara pada tingkat manusia

masalah agresi sangat kompleks karena adanya peranan perasaan dan proses-proses simbolik. Menurut

Abidin (2005) agresif mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik yang pertama, agresif merupakan

tingkah laku yang bersifat membahayakan, menyakitkan, dan melukai orang lain. karakteristik yang kedua

adalah suatu tingkah laku yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk melukai, menyakiti dan

membahayakan oranglain yang dilakukan dengan sengaja. Dan karakteristik yang ketiga, agresif tidak

hanya dilakukan untuk melukai korban secara fisik, tetapi juga dapat dilakukan secara psikis (psikologis)
misalnya melalui kegiatan yang menghina atau menyalahkan. Perbuatan agresif menurut Myers (1996,

dalam Sarwono:2002) adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti

atau merugikan orang lain.

3 Bentuk – Bentuk Perilaku Agresif

Berkowitz (dalam Taganing dan Fortuna, 2008) membagi agresi ke dalam dua bentuk, yaitu : Agresi

Instrumental ( Instrumental Agression) dan Agresi Benci ( Hostile Agression ) atau Agresi Emosional

Sedangkan menurut Buss dan Perry (dalam Mu’arifah, 2005) membagi agresi menjadi 4 bagian yakni :

Agresi Fisik ( Phicical Aggression), Agresif Verbal ( Verbal Aggression), Kemarahan (Ager), dan

Permusuhan (Hostility).

Mappiare (1983:192) bentuk-bentuk agresif remaja dapat dicirikan dengan tindakan yang cenderung

merusak, melanggar peraturan-peraturan dan menyerang. Adapun gejala umum agresif pada masa

remaja adalah bertindak kasar sehingga menyakiti orang lain, suka berkelahi, membuat kegaduhan dalam

masyarakat atau sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, mengabaikan perintah, melanggar

peraturan, sangat sering berbohong, suka bolos sekolah, suka melanggar kehormatan seks lawan jenis

dan seterusnya.
2.2 Pola Asuh Orang Tua

2.2.1 Pola Asuh

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1088)

bahwa “pola adalah model, sistem, atau cara kerja”, Asuh adalah “menjaga, merawat, mendidik,

membimbing, membantu, melatih, dan sebagainya” Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:96). Sedangkan

arrti orang tua menurut Nasution dan Nurhalijah (1986:1) “Orang tua adalah setiap orang yang

bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari

disebut sebagai bapak dan ibu.” Gunarsa (2000:44) mengemukakan bahwa “Pola asuh tidak lain

merupakan metode atau cara yang dipilih pendidik dalam mendidik anak-anaknya yang meliputi

bagaimana pendidik memperlakukan anak didiknya.” Jadi yang dimaksud pendidik adalah orang tua

terutama ayah dan ibu atau wali. Casmini (dalam Palupi, 2007:3) menyebutkan bahwa: Pola asuh sendiri

memiliki definisi bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan

mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya

pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya. Menurut Thoha

(1996:109) menyebutkan bahwa “Pola Asuh orang tua adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat

ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.”

Sedangkan menurut Kohn (dalam Thoha, 1996:110) mengemukakan: Pola asuh merupakan sikap orang

tua dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara

orang tua memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua

menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak.

Dengan demikian yang dimaksud dengan Pola Asuh Orang Tua adalah bagaimana cara mendidik anak

baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pola asuh orang tua adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi kegiatan
seperti memelihara, mendidik, membimbing serta mendisplinkan dalam mencapai proses kedewasaan

baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua Terdapat perbedaan

yang berbeda-beda dalam mengelompokkan pola asuh orang tua daam mendidik anak, yang antara satu

dengan yang lainnya hampir mempunyai persamaan. Diantaranya sebagai berikut: Menurut Hourlock

(dalam Thoha, 1996 : 111-112) mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya,

yakni : 1) Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan

aturanaturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua),

kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. 2) Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis

ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk

tidak selalu tergantung pada orang tua. 3) Pola Asuh Permisif Pola asuh ini ditandai dengan cara orang

tua mendidik anak yang cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi

kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki.

2.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Dalam pola pengasuhan sendiri terdapat banyak faktor yang mempengaruhi serta melatarbelakangi

orang tua dalam menerapkan pola pengasuhan pada anak-anaknya. Menurut Manurung (1995:53)

beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pola pengasuhan orang tua adalah :

1) Latar belakang pola pengasuhan orang tua

Maksudnya para orang tua belajar dari metode pola pengasuhan yang pernah didapat dari orang tua

mereka sendiri.

2) Tingkat pendidikan orang tua Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi berbeda pola

pengasuhannya dengan orang tua yang hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

3) Status ekonomi serta pekerjaan orang tua Orang tua yang cenderung sibuk dalam urusan pekerjaannya

terkadang menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya. Keadaan ini mengakibatkan fungsi
atau peran menjadi “orang tua” diserahkan kepada pembantu, yang pada akhirnya pola pengasuhan

yang diterapkanpun sesuai dengan pengasuhan yang diterapkan oleh pembantu.

Sedangkan Santrock (1995: 240) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pola

pengasuhan antara lain :

1) Penurunan metode pola asuh yang didapat sebelumnya. Orang tua menerapkan pola pengasuhan

kepada anak berdasarkan pola pengasuhan yang pernah didapat sebelumnya.

2) Perubahan budaya, yaitu dalam hal nilai, norma serta adat istiadat antara dulu dan sekarang.

2.2.3 Ciri-ciri Pola Asuh Orang Tua

1. Pola Asuh Otoriter

Orang tua yang berpola asuh otoriter menurut Yatim dan Irwanto (1991: 100) adalah sebagai berikut:

1. Kurang komunikasi

2. Sangat berkuasa

3. Suka menghukum

4. Selalu mengatur

5. Suka memaksa

6. Bersifat kaku

2. Pola Asuh Demokratis

Ciri-ciri orang tua berpola asuh demokratis menurut Yatim dan Irwanto (1991: 101) adalah sebagai

berikut:

1. Suka berdiskusi dengan anak

2. Mendengarkan keluhan anak


3. Memberi tanggapan

4. Komunikasi yang baik

5. Tidak kaku / luwe

3. Pola Asuh Permisif

Ciri-ciri orang tua berpola asuh permisif menurut menurut Yatim dan Irwanto (1991: 102) adalah sebagai

berikut :

1. Kurang membimbing

2. Kurang kontrol terhadap anak

3. Tidak pernah menghukum ataupun memberi ganjaran pada anak

4. Anak lebih berperan daripada orang tua

5. Memberi kebebasan terhadap anak


BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep


Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk
menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.
Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang
didapatkan pada tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan
dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti. Berdasarkan
tujuan teori dan tujuan yang akan dicapai maka kerangka konsep penelitian ini sebagai berikut:

VARIABLE INDEPENDEN VARIABLE DEPENDEN

Pola Asuh Orang Tua Perilaku Agresif Remaja

3.2 Hipotesis
H0: Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresif pada remaja di sma

negeri 1 manado.

H1: Ada hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresif pada remaja di sma

negeri 1 manado.

1) Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik diamati dari sesuatu yang di

definisikan tersebut (Nursalam, 2013).

Tabel Definisi Operasional Variabel Hubungan Pola Asuh Orang Tua pada Perilaku Agresif

Remaja di SMA N 1 Manado tahun 2018.

Variabel Definisi Indikator Alat Skala Hasil


ukur data Ukur

Variabel Pola Scoring ini Scoring Ordinal Baik = ≥39


independen perilaku terdiri dari Tidak
: Pola asuh yang 26 baik= ≤39
orang tua diterapkan pertanyaan
orang tua meliputi
dalam tentang pola
mengasuh asuh otoriter,
anak pola asuh
demokratif,
dan pola
asuh pemisif.
Setiap
pernyataan
menyediakan
2 pilihan
jawaban dan
diberi nilai
sesuai pilihan
jawaban
yaitu: Ya
nilai 1, tidak
nilai 2.

Variabel Perilaku Scoring ini Scoring Ordinal Baik = ≥15


Dependen: menyimpang terdiri dari Tidak
Perilaku yang 10 baik= ≤15
Agresif dilakukan pertanyaan
Remaja oleh remaja setiap
pernyataan
menyediakan
2 pilihan
jawaban dan
diberi nilai
sesuai pilihan
jawaban
yaitu: Ya
nilai 1, tidak
nilai 2.

BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik. Pengumpulan data

dilakukan dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dimana pengumpulan data

terhadap variable penelitian dilakukan pada waktu yang sama.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Lokasi : Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Manado

4.2.2 Waktu : Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November – Desember 2019

4.3 Populasi Dan Sampel


4.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan menentukan
keakuratan hasil penelitian (Suyanto, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah sebagian
siswa kelas X di SMA Negeri 1 Manado. Jumlah populasi penelitian ini adalah 104
orang.

4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap
mewakili populasi (Nurasalam, 2008).

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi (Sugyono, 2014).

Sampel penelitian ini adalah sebagian siswa kelas X di SMA N 1 Manado.

1. Besar Sampel

N
n=
1+N (d)²

Dikeetahui : N=104
d=(0,05)²

104
jadi n=
1+104 (0,05)²

n=83 orang
jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 83 responden.

4.4 Instrumen Penelitian


Peneliti menggunakan 2 instrumen dalam penelitian ini:
4.4.1 Instrumen yang pertama adalah Perilaku agresif, kuesioner ini terdiri atas 10 pertanyaan
setiap pertanyaan menyediakan 2 pilihan jawaban dan diberi nilai sesuai pilihan jawaban
yaitu: ya nilai 1, dan tidak nilai 2. Dan akan baik jika skor ≥ 15, dan tidak baik jika skor ≤
15.
4.4.2 Instrumen yang kedua adalah Pola Asuh Orang Tua, kuesioner ini terdiri dari 26 pertanyaan
meliputi tentang pola asuh otoriter, pola asuh demokratif, dan pola asuh pemisif. Setiap
pertanyaan menyediakan 2 pilihan jawaban dan diberi nilai sesuai pilihan jawaban yaitu: ya
nilai 1, dan tidak nilai 2. Dan akan baik jika skor ≥ 39, dan tidak baik jika skor ≤39 .

4.5 Pengumpulan Data

4.5.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber penelitian. Untuk
memperoleh data premier dilakukan dengan cara memberikan kuesioner dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

a. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Manado


b. Peneliti memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian.
c. Setelah responden bersedia menjadi objek penelitian, maka peneliti mengajukan surat
persetujuan untuk ditanda tangani pada lembar persetujuan.
d. Kuesioner diberikan dan responden diminta untuk mempelajari terlebih dahulu tentang
cara pengisian kuesioner.
e. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah memberikan kuesioner dengan
beberapa pilihan jawaban yang harus dijawab dengan lengkap dan jujur oleh
responden sesuai dengan yang dialami responden.
f. Selama pengisian kuesioner, responden didampingi oleh peneliti sehingga jika ada
butir pertanyaan yang tidak jelas bias langsung ditanyakan pada peneliti.

4.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari SMA Negeri 1 Manado.


4.6 Pengolahan Data

4.6.1 Editing

Setelah lembar kuesioner terisi, seluruh data dikumpulkan untuk melihat kelengkapan dari
data yang telah terkumpul, memperhatikan kesesuaian pengisian data, serta mempelajari
data yang ada apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan, sehingga jika masih ada yang
kurang, dapat dilengkapi segera.

4.6.2 Coding

Yaitu memberi kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi angka, yaitu dengan
memberi kode:
a) Tipe pola asuh orang tua
Kode 1: untuk otoriter
Kode 2: untuk demokratif
Kode 3: untuk permisif
b) Tingkat perilaku Agresif
Kode 1: untuk Agresif
Kode 2: untuk tidak Agresif

4.6.3 Cleaning

Dilakukan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan


kode-kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.

4.7 Analisa Data

Dalam penelitian ini digunakan analisis data unvariat dan analisis bivariat.
Analisis data dilakukan setelah data terkumpul, data tersebut di klasifikasikan menurut variabel
dan di teliti dan di olah secara manual. Nilai untuk jawaban ya adalah 1, sedangkan untuk
jawaban tidak adalah 2. Alternatif jawaban dari responden dimasukan dalam tabel distribusi
frekuensi kemudian dianalisis dengan teknik analisa data. Analisis ini untuk memperoleh
gambaran pada masing-masing variabel independen maupun variabel dependen.

Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara 2 variabel yaitu independen dan variabel
dpenden. Untuk melihat hubungan keduanya digunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05, P Value ≤ α dan dengan komputerisasi.

4.8 Etika Penelitian

Etika penelitian yang di perhatikan dalam penelitian ini adalah:

4.8.1 Informed Consen

Terlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri kemudian menjelaskan tujuan penelitian,


setelah responden bersedia menjadi objek penelitian kemudian peneliti memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan adalah agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian.

4.8.2 Anomity (tanpa nama)

Nama responden tidak dicantumkan pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar data atau hasil yang akan disajikan.

4.8.3 Confidentielity (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulakan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya
kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

AdInfo, 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh.


http://www.majalahadinfo.com/2009/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhipola.html
(diakses tanggal 5 Februari 2009 jam 21.30)
Anwar, Husaini Mahdin, 2009. Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan
Tumbuh Kembang Anak. http://bocareyou.blogspot.com/2009/05/peranangizi-dan-pola-
asuh-dalam.html
(diakses tanggal 4 Februari 2011 jam 11.24)
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Dewi, Ismira, 2008. Mengenal Bentuk Pola Asuh Orang Tua.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&dn=20080706135419
(diakses tanggal 26 Januari 2011 jam 19.48)
Force, Delta, 2010. Peran Komunikasi terhadap Lancarnya Proses Belajar
Mengajar. http://grandmall10.wordpress.com/2010/10/10/perankomunikasi-terhadap-
lancarnya-proses-belajar-mengajar/
(diakses tanggal
20 Oktober 2010)
Friedman, 2003. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Hidayat, Azis Alimul, 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:
Salemba Medika
, 2008. Pengantar Kebutuhan Sasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika
, 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Junaidi, Wawan, 2010. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua.
http://www.lintasberita.com/go/940627 (diakses tanggal 20 Januari 2011
jam 15.09)
Kementrian Pendidikan Nasional, 1996. Sekolah Dasar.
http://www.kemdiknas.go.id/peserta-didik/sekolah-dasar.aspx. (18 Februari
2011)

Anda mungkin juga menyukai