PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
General anestesi adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesi
yang ideal terdiri dari: hipnotik, analgesia, dan relaksasi otot. General anestesi
merupakan tehnik yang paling banyak dilakukan pada berbagai macam prosedur
pembedahan. Selain itu general anastesi juga dipakai untuk mempermudah
tindakan diagnostik misalnya, pembuatan foto CT scan otak, arteriografi, atau
MRI pada penderita yang gelisah, bayi atau anak-anak. General anastesi juga
dipakai untuk detoksifikasi cepat penderita kecanduan narkotik. Tehnik ini
menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh secara sentral disertai
hilangnya
kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversible). Trias anestesia terdiri dari
analgesia, hipnotik dan relaksasi. Tahap awal dari anestesi umum adalah induksi.
Induksi anestesi merupakan peralihan dari keadaan sadar dengan reflek
perlindungan masih utuh sampai dengan hilangnya kesadaran (ditandai dengan
hilangnya reflek bulu mata) akibat pemberian obatobat anestesi. 1
Tindakan pembedahan terutama yang memerlukan anastesi umum diperlukan
teknik intubasi, baik intubasi endotrakeal maupun nasotrakeal. Intubasi adalah
suatu teknik memasukkan suatu alat berupa pipa kedalam saluran pernapasan
bagian atas. Tujuan dilakukannya intubasi untuk mempertahankan jalan nafas agar
tetap bebas, mengendalikan oksigenasi dan ventilasi,
mencegah terjadinya
batuk ataupun
Bahan dari ETT harus bersifat radioopaq untuk mengetahui posisi ujung distal ke
karina dan transparan agar dapat dilihat sekresi atau aliran udara yang dibuktikan
oleh adanya pengembungan uap air pada lumen pipa selama ekshalasi. Pipa
Murphy memiliki lubang (Murphy eye) untuk menurunkan resiko oklusi bagian
bawah pipa yang berbatas langsung dengan carina atau trakea.2
B. BATASAN MASALAH
Referat ini membahas general anastesi dengan menggunakan intubasi
endotrakeal dan nasotrakeal.
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui general anastesi dengan menggunakan intubasi
endotrakeal dan nasotrakeal.
.
D. MANFAAT PENULISAN
Referat ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pengetahuan tentang general anastesi dengan menggunakan intubasi
endotrakeal dan nasotrakeal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GENERAL ANASTESI
Anastesi (pembiusan) berasa dari bahasa yunani. An- tidak, tanpa dan
aesthesos, persepsi, kemampuan untuk merasa. Secara umum bermakna suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anastesi umum
(general anastesi) disebut juga dengan nama narkose umum (NU). Anastesi umum
adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesdaran yang bersifat
reversible. Komponen anestesi yang ideal terdiri dari: hipnotik, analgesia, dan
relaksasi otot. Metode anestesi general dilihat dari cara pemberian obat:1, 2
Parenteral
Anestesi general yang diberikan secara parenteral baik intravena maupun
intramuskuler biasanya digunakan untuk tindakan yang singkat atau untuk
induksi anestesi.
Perektal
Anestesi general yang diberikan perektal kebanyakan dipakai pada anak,
terutama untuk induksi anestesi atau tindakan singkat.
Perinhalasi
Anestesi inhalasi adalah anestesi dengan menggunakan gas ataucairan
anestetika yang mudah menguap (volatile agent) sebagai zat anestetika
melalui udara pernapasan.
Teknik pemberian anestesi general:
Napas spontan dengan face mask
Napas spontan dengan pipa endotrakea
Dengan pipa endotrakea dan napas kendali
1. Cara kerja obat anastesi
Apabila obat anastesi inhalasi, dihirup bersama-sama udara
inspirasi masuk kedalam saluran pernapasan, didalam alveoli paru akan
3
darah paru makin sedikit obat yang dapat diangkut demikian juga
pada keadaan cardiac output yang menurun.
Blood gas partition coefisien adalah risiko konsentrasi zat
anastesi dalam darah dan dalam gas bila keduanya dalam keadaan
keseimbangan. Bila kelarutan zat anastesi dalam darah tinggi maka
obat yang berdifusi cepat larut dalam darah, sebaliknya obat yang
kelarutannya lebih rendah, maka cepat terjadi kesimbangan antara
alveoli dan sirkulasi darah, akibatnya penderita mudah tertidur
waktu induksi dan mudah bangun waktu anastesi diakhiri.
c. Faktor jaringan
Yang menentukan antara lain :
Perbedaan tekanan parsial obat anastesi didalam sirkulasi darah
dan di dalam jaringan
Kecepatan metabolisme obat
Aliran darah dalam jaringan
Tissue/Blood patition coefisien
d. Faktor obat anastesi
Tiap-tiap zat anastesi mempunyai potensi yang berbeda.
Untuk mengukur potensi obat anastesi inhalasi dikenal adanya
MAC (minimal alveolar concentration). MAC adalah konsentrasi
obat anastesi inhalasi minimal apada 1 atm yang dapat mencegah
gerakan otot skelet sebagai respon rangsang sakit supra maksimal
pada 50% pasien atau dapat diartikan sebagai konsentrasi obat
inhalasi dalam alveoli yang dapat mencegah respon terhadap insisi
pembedahan pada 50% individu. Makin rendah MAC makin tinggi
potensi obat anastesi tersebut.
2. Stadium Anastesi4
Kedalaman anastesi harus dimonitor terus menerus oleh pemberi
anastesi, agar tidak terlalu dalam sehingga membahayakan jiwa penderita,
tetapi cukup adekuat untuk melakukan operasi. Kedalaman anastesi dinilai
berdasar tanda klinik yang didapat. Guedel membagai kedalaman anastesi
menjadi 4 stadium dengan melihat pernafasan, gerkan bola mata, tanda
pada pupil, tonus otot.
a. Stadium 1
dan
selanjutnya
nafas
menjadi
teratur.
Stadium
ini
Plana IV :
Dari paralisa semua otot intercostal sampai paralisis diafragma.
Ditandai dengan paralisis otot intrakostal, pernafasan lambat, iregelur
dan tidak adekuat, terjadi jerky karena terjadi paralisis diafragma.
Tonus otot makin menurun sehingga terjadi flaccid, pupil melebar,
reflex cahaya negative, reflex spincter ani negative.
d. Stadium IV
Dari paralisis diafragma sampai apneu dan kematian. Juga disebut
stadium over dosis atau stadium paralysis. Ditandai dengan hilangnya
semua reflex, pupil dilatasi, terjadi respiratory failure dan diikuti
dengan circulatory failure.
3. Cara memberikan anastesi 3,4
a. Induksi
Pemberian anastesi dimulai dengan Merupakan tindakan untuk
membuat
pasien
dari
sadar
menjadi
tidak
sadar,
sehingga
20-50
mg/kg
dilanjutkan
dosis
rumatan
0,3-1
mg/kg/menit.
2) Induksi intramuskular
Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat diberikan
secara intramuskulardengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5
menit pasien tidur.
3) Induksi inhalasi
-
anestesi.
- Sevofluran (ultane)
Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan
isofluran. Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan
napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi
disamping halotan.
4) Induksi perektal
10
Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau
midazolam.
b. Rumatan Anestesi (Maintainance) 3,4
Seperti pada induksi, pada fase pemeliharaan juga dapat dipakai
obat inhalasi atau intravena. Obat intravena bisa diberikan secara
intermitten atau continuous drip. Kadang-kadang dipakai gabungan obat
inhalasi dan intravena agar dosis masing-masing obat dapat diperkecil.
Untuk operasi-operasi tertentu diperlukan anastesi umum sampai
tingkat kedalamannya mencapai trias anastesi, pada penderita yang tingkat
analgesinya tidak cukup dan tidak mendapat pelemas otot, maka bila
mendapat rangsang nyeri dapat timbul :
- Gerakan lengan atau kaki
- Penderita akan bersuara, suara tidak timbul pada pasien yang memakai
-
pipa endotrakeal
Adanya lakrimasi
Pernafasan tidak
broncospasme
Tanda-tanda adanya adrenalin release, seperti denyut nadi bertambah
cepat,
tekanan darah meningkat, berkeringat
teratur,
menahan
nafas,
stridor
laryngeal,
11
Untuk mengatasi hal ini maka ada teknik tertentu agar tercapai trias
anastesi pada kedalaman yang ringan, yaitu penderita dibuat tidur
dengan obat hipnotik, analgesinya menggunakan analgetik kuat,
relaksasinya menggunakan pelemas otot (muscle relaxant) teknik ini
disebut balance anastesi.
Pada balance anastesi karena menggunakan muscle relaxant, maka
otot mengalami relaksasi, jadi tidak bisa berkontraksi atau mengalami
kelumpuhan, termasuk otot respirasi, jadi penderita tidak dapat
bernafas. Karena itu harus dilakukan nafas buatan (dipompa), karena
itu balance anastesi juga disebut dengan teknik respirasi kendali atau
control respiration.
Rumatan intravena biasanya menggunakan opioid dosis tinggi,
fentanil 10-50 g/kgBB. Dosis tinggi opioid menyebabkan pasien tidur
dengan analgesia cukup, sehingga tinggal memberikan relaksasi
pelumpuh otot. Rumatan intravena dapat juga menggunakan opioid
dosis biasa, tetapi pasien ditidurkan dengan infuse propofol 4-12
mg/kgBB/jam. Bedah lama dengan anestesi total intravena, pelumpuh
otot dan ventilator. Untuk mengembangkan paru digunakan inhalasi
dengan udara + O2 atau N2O + O2.
c. Pemulihan anastesi3,4
Pada akhir operasi, maka anastesi diakhiri dengan menghentikan
pemberian obat anastesi, pada anastesi inhalasi bersamaan dengan
penghentian obat anastesi aliran oksigenasi dinaikkan, hal ini disebut
oksigenasi. Dengan oksigenasi maka oksigen akan mengisi tempat yang
seblumnya ditempati oleh obat anastesi inhalasi di alveoli yang
berangsur-angsur keluar mengikuti udara ekspirasi. Dengan demikian
tekanan parsial obat anastesi di alveoli juga berangsur-angsur turun,
sehingga lebih rendah dibandingkan dengan tekanan parsial obat
anastesi inhalasi dalam darah, maka terjadilah difusi obat anastesi
inhalasi dari dalam darah menuju ke alveoli, semakin tinggi perbedaan
tekanan parsial tersebut kecepata difusi makin meningkat. Kesadaran
12
mendapat
anastesi
intravena,
maka
sedangkan
bagi
penderita
yang
menggunakan
pipa
B. INTUBASI
1. Pengertian Intubasi 5,6,7
Intubasi adalah memasukan pipa ke dalam rongga tubuh melalui
mulut atau hidung. Intubasi terbagi menjadi 2 yaitu intubasi orotrakeal
(endotrakeal) dan intubasi nasotrakeal. Intubasi endotrakeal adalah
tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottidis
dengan mengembangkan cuff, sehingga ujung distalnya berada kira-kira
dipertengahan trakea antara pita suara dan bifurkasio trakea. Intubasi
nasotrakeal yaitu tindakan memasukan pipa nasal melalui nasal dan
nasopharing ke dalam oropharing sebelum laryngoscopy.
2. Tujuan Intubasi
Intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut
atau melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trachea.
Tujuan dilakukannya intubasi yaitu sebagai berikut :
Mempermudah pemberian anesthesia.
14
16
(Kegemukan,
Acromegali,
Hipotiroid
macroglossia,Gondok)
Infeksi (Ludwig angina (abses pada dasar mulut), peritonsillar abses,
retropharyngeal abses,epiglottitis)
Massa pada mediastinum
Myopati menunjukkan myotoniaatau trismus
17
5. Persiapan intubasi
Persiapan untuk intubasi termasuk mempersiapkan alatalat dan
memposisikan pasien.ETT sebaiknya dipilih yang sesuai. Pengisian cuff ETT
sebaiknya di tes terlebih dahulu dengan spuit 10 milliliter. Jika menggunakan
stylet sebaiknya dimasukkan ke ETT.Berhasilnya intubasi sangat tergantung
dari posisi pasien, kepala pasien harus sejajar dengan pinggang anestesiologis
atau
lebih
tinggi
laringoskopi.Persiapan
untuk
untuk
mencegah
induksi
ketegangan
dan
intubasi
pinggang
juga
selama
melibatkan
18
STATICS
Scope
Yang dimaksud scope di sini adalah stetoskop dan laringoskop.
Stestoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung serta laringoskop
untuk melihat laring secara langsung sehingga bisa memasukkan pipa trake
dengan baik dan benar. Secara garis besar, dikenal dua macam laringoskop:
a. Bilah/daun/blade lurus (Miller, Magill) untuk bayi-anak-dewasa.
b. Bilah lengkung (Macintosh) untuk anak besar-dewasa.
Pilih bilah sesuai dengan usia pasien. Yang perlu diperhatikan lagi adalah
lampu pada laringoskop harus cukup terang sehingga laring jelas terlihat.
Gambar Laringoscope
Tube
Yang dimaksud tubes adalah pipa trakea. Pada tindakan anestesia, pipa
trakea mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat
dari bahan standar polivinil klorida. Ukuran diameter pipa trakea dalam
ukuran milimeter. Bentuk penampang pipa trakea untuk bayi, anak kecil, dan
dewasa berbeda. Untuk bayi dan anak kecil di bawah usia lima tahun, bentuk
penampang melintang trakea hampir bulat, sedangkan untuk dewasa seperti
huruf D. Oleh karena itu pada bayi dan anak di bawah lima tahun tidak
menggunakan kaf (cuff) sedangkan untuk anak besar-dewasa menggunakan
19
kaf supaya tidak bocor. Alasan lain adalah penggunaan kaf pada bayi-anak
kecil dapat membuat trauma selaput lendir trakea dan postintubation croup.19
Pipa trakea dapat dimasukkan melalui mulut (orotracheal tube) atau
melalui hidung (nasotracheal tube). Nasotracheal tube umumnya digunakan
bila penggunaan orotracheal tube tidak memungkinkan, mislanya karena
terbatasnya pembukaan mulut atau dapat menghalangi akses bedah. Namun
penggunaan nasotracheal tube dikontraindikasikan pada pasien dengan farktur
basis kranii.
Ukuran pipa trakea yang tampak pada tabel di bawah ini.
Usia
Diameter (mm)
Prematur
2,0-2,5
Neonatus
2,5-3,5
1-6 bulan
3,0-4,0
-1 tahun
3,0-3,5
1-4 tahun
4,0-4,5
4-6 tahun
4,5-,50
6-8 tahun
5,0-5,5*
8-10 tahun
5,5-6,0*
10-12 tahun
6,0-6,5*
12-14 tahun
6,5-7,0
Dewasa wanita 6,5-8,5
Dewasa pria
7,5-10
*Tersedia dengan atau tanpa kaf
Skala French
Jarak
Sampai
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28-30
28-30
32-34
Bibir
10 cm
11cm
11 cm
12 cm
13 cm
14 cm
15-16 cm
16-17 cm
17-18 cm
18-22 cm
20-24 cm
20-24 cm
= 12 + umur (tahun)
= 12 + umur (tahun)
Pipa endotrakea adalah suatu alat yang dapat mengisolasi jalan nafas,
mempertahankan patensi, mencegah aspirasi serta mempermudah ventilasi,
oksigenasi dan pengisapan.
20
21
tekanan dinding trakea dan jalan nafas) atau dengan memakai balon tekanan
terbatas. Pipa hendaknya dibuat dari plastik yang tidak iritasif.
Ukuran penggunaan bervariasi bergantung pada usia pasien. Untuk
bayi dan anak kecil pemilihan diameter dalam pipa (mm) = 4 + umur
(tahun).
Pemakaian pipa endotrakea sesudah 7 sampai 10 hari hendaknya
dipertimbangkan trakeostomi, bahkan pada beberapa kasus lebih dini. Pada
hari ke-4 timbul kolonisasi bakteri yang dapat menyebabkan kondritis bahkan
stenosis subglotis.
Kerusakan pada laringotrakea telah jauh berkurang dengan adanya
perbaikan balon dan pipa. Jadi trakeostomi pada pasien koma dapat ditunda
jika ekstubasi diperkirakan dapat dilakukan dalam waktu 1-2 minggu. Akan
tetapi pasien sadar tertentu memerlukan ventilasi intratrakea jangka panjang
mungkin merasa lebih nyaman dan diberi kemungkinan untuk mampu
berbicara jika trakeotomi dilakukan lebih dini.
Size PLAIN
2,5 mm
3,0 mm
3,5 mm
4,0 mm
4,5 mm
5,0 mm
5,5 mm
Size CUFF
4,5 mm
5,0 mm
5,5 mm
6,0 mm
6,5 mm
7,0 mm
7,5 mm
22
Tape
Tape yang dimaksud adalah plester untuk fiksasi pipa supaya tidak
terdorong atau tercabut.
Introducer
Introducer yang dimaksud adalah RlasticR atau stilet dari kawat yang
dibungkus Rlastic (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya
pipa trakea mudah dimasukkan.
Gambar Stylet
Connector
Connector yang dimaksud adalah penyambung antara pipa dengan bag
valve mask ataupun peralatan anesthesia.
Suction
Suction yang dimaksud adalah penyedot lender, ludah dan cairan
lainnya.
23
24
seperti
reposisi
pasien,
mengurangi
ukuran
tabung,
LMA,
Combitube,
cricothyrotomy
dengan
jet
ventilasi,
26
27
BAB III
KESIMPULAN
Tindakan pembedahan terutama yang memerlukan anestesi umum
diperlukan teknik intubasi. Intubasi adalah suatu tehnik memasukkan suatu alat
berupa pipa
paralisa pita suara, edem laring, laring granuloma dan ulser, glottis dan subglotis
granulasi jaringan, trachealstenosis, tracheamalacia, tracheoesophagial fistula.
28
DAFTAR PUSTAKA
2002. Kamus
Kedokteran Dorland.
Edisi 29,
Jakarta:EGC,1765.
6. Pasca Anestesia, dalam Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi kedua, Bagi
an Anestesiologi dan Terapi Intensif, FKUI, Jakarta, 2002, Hal :253-256.
7. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Airway Management. In : Morgan
GE, Mikhail MS, Murray MJ, editors. Clinical Anesthesiology 4th ed. US
A, McGrawHill Companies, Inc.2006, p. 9806.
8. Gisele de Azevedo Prazeres,MD., (2002), Orotracheal Intubation,
http://www.medstudents.com/orotrachealintubation/medicalprocedures.ht
ml
9. Longnecker D, Brwon D, Newman M, Zapol W. Anesthesiology. USA.
29