Anda di halaman 1dari 7

Askep Gawat Darurat Sistem Muskuloskeletal: Fraktur

1. Pengertian

Fraktur adalah diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya di sebabkan adanya

kekerasan yang timbul secara mendadak fraktur dapat terjadi akibat trouma langsung

maupun tidak langsung. (Poula krisanty dkk, 2011).

2. Pengelolaan klien fraktur

a. Tahap Pra-RS

Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan petugas lapangan akan

menguntungkan klien sebaiknya rumah sakit segera di beritahukan sebelum klien di

angkat ditempat kejadian yang harus diperhatikan adalah menjaga airway, breathing,

control perdarahan dan syok, imobilisasi klien dan pengeriman rumah sakit terdekat

yang cocok. Harus di usahakan untuk mengurangi waktu tanggap (respons time), jangan

sampai terjadi bahwa semakin tinggi tingkatan paramedic semakin lama pasien berada ti

TKP.

b. Fase RS

Saat klien berada di RS segera dilakukan survai primer dan selanjutnya lakukan

resusitasi dengan cepat dan tepat.


3. Etiologi

Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2012) ada 3 yaitu:

a. Cidera atau benturan

b. Fraktur patologik

Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah

oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.

c. Fraktur beban

Fraktur beban atau fraktur kelelahan teradi pada orang-orang yang baru saja

menambah tingkat aktifitas mereka, seperti baru diterima dalam angkatan bersenjata atau

orang-orang yang baru mulai latihan lari.

4. Manifestasi Klinis

a. Nyeri

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bidai alamiah yang

dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

b. Hilangnya fungsi dan deformitas

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah. Cruris tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi

normal otot berrgantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.

c. Pemendekan ekstremitas

Terjadinya pemendekan tulang yang sebenarnya karena konstraksi otot yang

melengket di atas dan bawah tempat fraktur.


d. Krepitus

Saat bagian tibia dan fibula diperiksa, teraba adanya derik tulang dinamakan

krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainya.

e. Pembengkakan lokal dan Perubahan warna

Terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru

terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.

5. Penanganan fraktur kegawatdaruratan kritis

Tujuan dari penanganan adalah mengurangi pendarahan dan rasa nyeri. Di tinjau dari

pengobatan tujuannya untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama

lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagai mana

mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal 4 minggu, tetapi pada usia

lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah sembuh, tulang biasanya kuat

dan kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi

pergerakan dengan pengobatan ini biasanya patah tulang selangka, tulang bahu, tulang iga,

jari kaki dan jari tangan, akan sembuh sempurna. Patah tulang lainya harus benar-benar

tidak boleh digerakan (immobilisasi). immobilisasi bisa dilakukan melalui :

a. Pembidaian : benda keras ytang ditempatkan didaerah sekeliling tulang.

b. Pemasangan gips: merupakan bahan kuat yang di bungkuskan disekitar tulang yang

patah.

c. Penarikan (Traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota berat pada

tempatnya.
d. Fiksasi internal: dilakukan pembedahn untuk menempatkan piringan atau batang logam

pada pecahan-pecahan tulang. Merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul

dan patah tulang disertai komplikasi

Penanganan yang dilakukan:

a. DRABC

b. Anjurkan korbsan untuk tidak bergerak dan jangan pindahkan korban bila tidak perlu

c. Pakai sarung tangan sebagai pelindung diri

d. Patah tulang terbuka, tutup dengan kassa steril (kain bersih) sekitar tulang yang

menonjol keluar untuk menghentikan pendarahan (hati-hati jangan sampai merubah

posisi tulang tersebut).

e. Pasang bidai di daerah yang cedera supaya tidak bergerak dan tinggikan daerah tersebut

f. Tangani syok bila ada

g. Cari bantuan medis

h. Jika korban tidak sadar jangan member makan atau minum. Jika korban sadar pemberian

minum di minimalisir dan hindari pemberian makan untuk sementara saat penangganan

karena dapat mempengaruhi dan meningkatkan pergerakan.

6. Pengkajian

a. Pengkajian primer

1) Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret

akibat kelemahan reflek batuk


2) Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan

yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.

3) Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,

takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran

mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

b. Pengkajian sekunder

1) Aktivitas/istirahat : kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, Keterbatasan

mobilitas.

2) Sirkulasi :Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas), hipotensi (

respon terhadap kehilangan darah), Tachikardi, penurunan nadi pada bagiian distal

yang cidera, Cailary refil melambat, pucat pada bagian yang terkena, masa

hematoma pada sisi cedera.

3) Neurosensori : kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekan, kelemahan,

4) Kenyamanan: nyeri tiba-tiba saat cidera, spasme/ kram otot.

5) Keamanan : laserasi kulit, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal


7. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan diskontinuitas tulang

b. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya robekan jaringan pada area

fraktur

c. Resiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan fraktur

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur dan nyeri.

8. Rencana/intervensi keperawatan

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan diskontinuitas tulang

1) Kaji tanda vital tiap 2 jam

2) Observasi dan periksa bagian yang luka atau cedera

3) Kaji kapileri refill tiap 2 jam

4) Kaji adanya tanda-tanda gangguan perfusi jaringan: keringat dingin pada ektremitas

bawah, kulit sianosis, baal.

5) Amati dan catat pulsasi pembuluh darah dan sensasi (NVD) sebelum dan sesudah

manipulasi dan pemasangan splinting.

6) Luruskan persendian dengan hati-hati dan seluruh splint harus terpasang dengan baik

b. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan adanya robekan jaringan pada area

fraktur

1) Kaji rasa nyeri pada area disekitar fraktur

2) Atur posisi klien sesuai kondisi, untuk fraktur ekstremitas bawah sebaiknya posisi

kaki lebih tinggi lebih.

3) Kaji tanda-tanda vital setiap 2 jam

4) Berikan terapi analgetik untuk mengurangi nyeri,


9. Evaluasi Keperawatan

1) Gangguan perfusi jaringan teratasi

2) Rasa nyaman klien terpenuhi

3) Syok hipovolemik tidak terjadi / teratasi

4) Klien dapat melakukan mobilitas fisik secara bertahap.

(Paula Krisanty dkk, 2011)

Anda mungkin juga menyukai