Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS PADA


POPULASI : PENYAKIT INFEKSI

Disusun Oleh :

1. Wahyu Rizki Amelia (A11601393)


2. Wening Luthfiani Yuwana (A11601394)
3. Wibi Krisbianto (A11601395)
4. Yeriani (A11601396)
5. Yetty Bayuana (A11601397)
6. Yuliawati (A11601398)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Komunitas
tentang “Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas pada Populasi: Penyakit
Infeksi” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.

Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas untuk memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan komunitas program studi S1 keperawatan, kami
mengucapkan terimah kasih kepada:

1. Ibu Rina Saraswati M. Kep selaku dosen koordinator mata kuliah keperawatan
komunitas.
2. Ibu Ernawati M. Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah keperawatan
komunitas
3. Semua pihak yang ikut serta berpartipasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak
menambah pengetahuan para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Gombong, April 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan karena adanya microba
pathogen, salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Penyakit infeksi
(Infectious Disease), yang juga dikenal sebagai communicable disease atau
transmisable disease adalah penyakit yang nyata secara klinik (yaitu, tanda dan
gejala dan/atau gejala-gejala medis karakteristik penyakit) yang terjadi akibat dari
infeksi, keberadaan dan pertumbuhan agen biologic pathogenic pada organisme
host individu. Dalam hal tertentu penyakit infeksi data berlangsung sepanjang
waktu. Pathogen penginfeksi meliputi virus, bakteri, jamur, protozoa, parasite
multiseluler dan protein yang menyimpang yang dikenal sebagai prion. Pathogen-
patogen ini merupakan penyebab epidemic penyakit, dalam artian bahwa tanpa
pathogen tidak ada epidemic infeksi terjadi (Radji, 2011).
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di dunia. Disamping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada
penurunan kualitas hidup jutaan penduduk di berbagai Negara maju dan
berkembang. Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada
tahun 2011, sepertinganya disebabkan oleh penyakit infeksi (Health
CareAssociated, 2012).
Masalah kesehatan yang menjadi keprihatinan pada umumnya pada
masyarakat di Indonesia adalah terjadinya KLB penyakit Infeksi. Penyakit infeksi
yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi tuberculosis
paru yang saat ini menduduki urutan ketiga terbanyak di dunia, infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), malaria dan diare. Selain itu Indonesia juga menghadapi
emerging disease (penyakit yang baru berkembang) seperti HIV / AIDS dan Severe
Acute Respiratory Syndrom (SARS) dan re-emerging disease (penyakit yang
sebelumnya mulai menurun, tetapi menigkat kembali) seperti demam berdarah
dengue (DBD) dan TB Paru. (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Sedangkan tujuan
dari MDGs (Millenium Defelopment Goalds) tahun 2008, Tujuan ke enam adalah
memerangi HIV AIDS, TB Paru, dan Malaria yang merupakan penyakit infeksi hal
ini membuktikan bahwa masih tingginya penyakit infeksi dan merupakan prioroitas
di dalam tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar perawatan
komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen. Perawatan kesehatan
masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi
dimana prakteknya tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditunjukkan
bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi
kesehatan, pendidikan, dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan
yang holistik. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan
(lansia), maupaun pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat
rendah seperti pemeriksaan pelayanan kesehatan secara murah/ gratis dan lain
sebagainya, diharapkan dapat memberikan kontribusi melalui implementasi
keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan derjat kesehatan masyarakat
melalui penanggulangan penyakit infeksi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan agregat dalam komunitas pada populasi:
penyakit infeksi?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan agregat dalam komunitas pada populasi
: penyakit infeksi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian agregat populasi: penyakit infeksi
b. Untuk mengetahui karakteristik agregat populasi: penyakit infeksi
c. Untuk mengetahui fokus pengkajian agregat populasi: penyakit infeksi
d. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan agregat populasi: penyakit infeksi
e. Untuk mengetahui perencanaan keperawatan agregat populasi: penyakit
infeksi
f. Untuk mengetahui implementasi keperawatan agregat populasi: penyakit
infeksi
g. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan agregat populasi: penyakit infeksi

D. Manfaat
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang asuhan
keperawatan agregat dalam komunitas pada populasi penyakit infeksi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian agregat populasi: penyakit infeksi

Kelompok atau agregat adalah sekumpulan individu yang berinteraksi pada


suatu daerah atau mempunyai karakteristik khusus yang merupakan bagian dari
masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2016)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013)

Penyakit infeksi (menular) adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah


dari orang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara).
Penyakit menular atau comunicable diseasse adalah penyakit yang disebabkan oleh
transmisi infectius agent/ produk toksinnya dari seseorang atau reservoir ke orang
lain atau saspectable (Natoadmodjo dalam buku Irwan, 2017)

Kesimpulan, agregat populasi infeksi adalah sekumpulan individu di suatu


tempat/ wilayah dimana daerah/orang tersebut terdapat penyakit penyebab agen
infeksi seperti bakteri, virus, jamur atau parasit yang dapat menyebar secara
langsung maupun tidak langsung dari satu orang ke orang lain.

B. Karakteristik agregat populasi: penyakit infeksi

Karakteristik penyakit menular secara umum memiliki gejala klinis yang


berbeda-beda sesuai dengan faktor penyebab penyakit tersebut. Bedasarkan
manifestasi klinis maka karakteristik penyakit menular terdiri dari :

1. Spektum penyakit menular


Pada proses penyakit menular secara umun dijumpai berbagai manifestasi klinik,
mulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang berat disertai
komlikasi dan berakhir cacat/meninggal dunia. Akhir dari proses penyakit
adalah sembuh, cacat atau meninggal. Penyembuhan dapat lengkap atau dapat
berlangsung jinak (mild) atau dapat pula dengan gejala sisa yang berat (serve
sequale).

2. Infeksi terselubung (tanpa gejala klinis)

Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakan secara jelas dan nyata
dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat didiagnosa tanpa cara
tertentu seperti tes tuberkolin, kultur tenggorokan , pemerikasaan antibody
dalam tubuh dan lain-lain. Pada proses perjalanan penyakit menular didalam
masyarakat sektor yang memegang peranan penting adalah factor
penyebab/agent yaitu organisme penyebab penyakit menular, sumber penularan
yaitu reservoir maupun resources, cara penularan khusus melalui mede of
transmission.

3. Sumber penularan

Merupakan media yang menjadikan suatu penyakit tersebut bias menyebar


kepada seseorang. Sumber ini meliputi : penderita, pembawa kuman, binatang
sakit, tumbuhan /benda, cara penularan. Penyakit menular dapat pindah ke satu
tempat ke tempat hyang lain . perpindahan ini bias terjadi dengan sangat cepat
sehingga dapat berkembang menjadi wabah atau endemis pada daerah tertetu.
Ada beberapa cara perpindahan penyakit menular pertama perpindahan penyakit
secara langsung yang merupakan proses berpindahnya penyakit dari manusia
satu ke manusia lain secara langsung tanpa perantara, misalnya TBC. Model
perpindahan kedua adalah penularan secara tidak langsung atau melalui
perantara, misalnya colera, disentri, dan DBD (Irwan, 2017)

C. Fokus pengkajian agregat populasi: penyakit infeksi


Komponen yang harus ada pada pengkajian asuhan keperawatan berdasarkan
asuhan kelompok berdasarkan panduan Kemenkes tahun 2012 adalah

1. Data inti komunitas


Data inti komunitas yang dikaji terdiri dari:
a. Sejarah/ riwayat (riwayat daerah ini, perubahan daerah ini)
b. Demografi ( usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras dan distribusi
etnis)
c. Tipe keluarga ( keluarga/bukan keluarga, kelompok)
d. Status perkawinan ( kawin, janda/duda, single)
e. Status vital (kelahiran, kematian kelompok usia dan penyebab kematian)
f. Nilai-nilai dan keyakinan, dan agama

2. Data subsistem komunitas

Data subsistem komunitas yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian


komunitas meliputi:

a. Lingkungan fisik

Kualitas air, pembuangan limbah, kualitas udara, flora, ruang terbuka,


perumahan, daerah hijau, musim, binatang, kualitas makanan dan akses

b. Pelayanan kesehatan dan sosial

Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit, pengobatan tradisional, agen pelayanan


kesehatan di rumah, pusat emergensi, rumah perawatan, fasilitas pelayanan
sosial, pelayanan kesehatan mental, apakah ada yang mengalami sakit akut
atau kronis

c. Ekonomi
Karakteristik keuangan keluarga dan individu, status pekerjaan, kategori
pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi industri, pasar
dan pusat bisnis

d. Transportasi dan keamanan

Alat transportasi penduduk datang dan keluar wilayah, transportasi umum


(bus, taksi, angkot, dll) dan transportasi privat (sumber transportasi,
transportasi untuk penyandang cacat). Layanan perlindungan kebakaran,
polisi, sanitasi dan kualitas udara

e. Politik dan Pemerintahan

Pemerintahan (RT, RW, desa/kelurahan, kecamatan, dsb); kelompok


pelayanan masyarakat (posyandu, PKK, karang taruna, posbindu, poskesdes,
panti, dll); Politik (kegiatan politik yang ada di wilayah tersebut, dan peran
peserta partai politik dalam pelayanan kesehatan)

f. Komunikasi

1) Komunikasi formal (surat kabar, radio dan televisi, telepon, internet dan
hotline)

2) Komunikasi informal (papan pengumuman, poster, brosur, pengeras suara


dari masjid, dll)

g. Pendidikan

Sekolah yang ada di komunitas, tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan


khusus, pelayanan kesehatan di sekolah, program makan siang di sekolah,
akses pendidikan yang lebih tinggi.

h. Rekreasi
Taman, area bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan privat, fasilitas
khusus.

D. Diagnosa keperawatan agregat populasi: penyakit infeksi


Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang di cari, maka
kemudian di kelompokkan dan di analisa seberapa besar stressor yang mengancam
masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada masyarakat tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disusun diagnosa keperawatan komunitas
dimana terdiri dari: masalah kesehatan, karakteristik populasi, dan karakteristik
lingkungan. ( R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010 ).

E. Perencanaan asuhan keperawatan agregat populasi: penyakit infeksi


Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa
yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah
menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah
ditetapkan sesuai dengan diagnose keperawatan. Dalam menentukan tahap
berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada 2 faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat
masalah dan sumber atau potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang
tersedia.

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan


sebagai berikut :

a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan
(Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara
bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperan serta dalam pembangunan
kesehatan di wilayahya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
d. Tahap formasi dan kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap ahkir
Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta
memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan
lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan
sebagai berikut :
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
4) Bekerja dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau
komunitas bila stressor dari lingkungan.
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

F. Implementasi
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat
adalah:

a. Melaksanakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait
b. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan
kelompok masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri atas:
1) Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsian dan di
aplikasikannya kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus
terhadap penyakit
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat
keparahan.
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sambil
stabil atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya penghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
G. Evaluasi

Evaluasi dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-


hal yang dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan akhir akhir
(output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang perlu
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu: Daya guna, hasil guna,
kelayakan, kecukupan.
Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efensiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak: apakah status kesehatan meningkat/ menurun, dalam rangka waktu
berapa ?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini :

Keterangan:

= peran dari masyarakat

= Peran perawat

Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk mendirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar dari
pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.
Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait
lima tugas kesehatan yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang
dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta menfaatkan
fasilitas pelayanaan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses
keperawatan.
BAB III
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS DENGAN TB PARU

Skenario Kasus
Berdasarkan pengkajian di desa Mangli Kecamatan Kuwarasan ditemukan
jumlah masyarakatnya ada 529 jiwa yang terbagi menjadi jenis kelamin laki-laki 258
dan perempuan 271. Penggolongan berdasarkan umur, balita ada 19 orang, anak-anak
ada 60 orang, remaja ada 69 orang, dewasa ada 343 orang, lansia ada 38. Dari
pengakuan masyarakat penyakit 2 bulan terakhir ini banyak yang menderita penyakit
TBC sebanyak 23 orang, ISPA 5 orang, Hipertensi 21 orang, DM 8 orang, Asma 2
orang, Vertigo 1 orang, Gastritis 2 orang, Otot dan Tulang 11 orang, Hipotensi 1 orang,
Faringitis 1 orang, Batu Ginjal 2 orang. Kebiasaan masyarakat kelurahan Mangli
membuang sampah di tempat sampah dan diangkut oleh petugas. Dari pengamatan
didapatkan bahwa sebanyak 60% masyarakat tidak membuka ventilasi/jendela. Selama
ini pengetahuan pentingnya cuci tangan di masyarakat dari 529 jiwa yang perlu cuci
tangan ada 200 orang, tidak perlu cuci tangan 150 orang dan sisanya masih bingung.
Dari latar belakang pendidikan tidak tamat SD 80 orang, SD 180 orang, SMP 100
orang, SMA 115 orang, Tidak tamat D1 D2 D3 ada 10 orang, tamat S1 24 orang, tamat
> S1 ada 1 orang, belum sekolah 19 orang. Untuk masalah ekonomi pekerjaan dari
PNS/ABRI 9 orang, Pegawai swasta 28 orang, wirausaha 17 orang, buruh tani 162
orang, pensiun 2 orang. Kebiasaan meludah di sembarang tempat cukup banyak 400
orang, meludah di tempat yang disediakan sebanyak 129 orang. Berdasarkan dari data
Puskesmas Kuwarasan tahun 2018 menyebutkan bahwa TBC memiliki kedudukan
peringkat 1 dengan kasus TBC dimana yang tertinggi di desa Mangli. Masyarakat desa
Mangli mengetahui TBC meningkat di desanya. Respon masyarakat terhadap masalah
TBC sangat bervariasi ada yang merasa itu tidak menjadi masalah, ada yang
menyalahkan petugas tidak bisa mengatasi serta ada yang tidak mau bergaul dengan
masyarakat yang terkena TBC. Petugas Puskesmas baru sekali mengadakan
penyuluhan pada masyarakat tetapi banyak warga yang tidak mengikuti dan
menghadiri kegiatan tersebut. Tindaklanjut dari puskesmas tidak dapat dilakukan
masyarakat. Masyarakat berpendapat masalah TBC tanggung jawab pemerintah
terutama petugas kesehatan. Kader kesehatan yang telah dilatih tentang TBC belum
dapat fokus ke TBC karena masih sibuk dengan kegiatan Posyandu Balita. Keinginan
masyarakat, kalau ada yang sakit berobat langsung sembuh jadi tidak memerlukan
proses yang lama. Kesibukan masyarakat sebagai Petani dan Pedagang di pasar
Kuwarasan sehingga sulit mengikuti kegiatan penyuluhan keesehatan.

Asuhan keperawatan yang dilakukan di Desa Mangli Kecamatan Kuwarasan


menggunakan pendekatan proses keperawatan community as partner yang meliputi
pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatkan
kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, pimpinan wilayah tersebut.

A. PENGKAJIAN
Data inti komunitas meliputi :
1. Data Geografi
a. Lokasi
Propinsi daerah tingkat 1 : Jawa Tengah
Kabupaten/ kotamadya : Kota Kebumen
Kecamatan : Kuwarasan
Kelurahan : Mangli
b. Luas Wilayah : ±3000m2
c. Batas daerah/wilayah
Utara : Banjareja
Selatan : Kuwarasan
Barat : Maduresa
Timur : Gandusari
d. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman

2. Data Demografi
Jumlah Penduduk : 529 jiwa
a. Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Mangli %
1. Laki-laki 258 49
2. Perempuan 271 51
Total 529 100

Berdasarkan tabel diatas distribusi jenis kelamin, menunjukan bahwa


sebagian besar penduduk berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 271
orang (51%) dan laki-laki 258 0rang ( 49%). Hal ini dikarenakan banyak
laki-laki yang bekerja di luar daerah.

b. Berdasarkan kelompok usia


No Umur/ tahun Mangli %
1. Bayi / balita (0-5) 19 4
2. Anak – anak 60 11
3. Remaja 69 13
4. Dewasa 343 65
5. Lansia 38 7
Total 529 100

Berdasarkan tabel distribusi umur, menunjukkan bahwa kelompok umur


tertinggi yaitu dewasa berjumlah 343 orang (65%), sedangkan kelompok
umur yang terendah adalah kelompok umur 0-5 tahun berjumlah 19 orang
(4%).

c. Ethnicity
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Mangli menunjukkan bahwa
keseluruhan merupakan suku Jawa (100%)

d. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama Mangli %
1. Islam 465 88
2. Kristen 35 7
3. Katolik 29 5
4. Hindu 0 0
5. Budha 0 0
Total 529 100
Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama, menunjukkan
bahwa yang beragama islam yaitu 465 orang (88%) sedangkan yang
beragama katolik 29 orang (5%), Kristen 35 0rang (7%), hindu, budha tidak
ada.

e. Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persen (%)
1. Tidak tamat SD 80 15
2. SD 180 34
3. SMP 100 19
4. SMA 115 22
5. Tidak tamat D1,D2,D3 10 1,8
6. Tamat S1 24 4,5
7. >S1 1 0,1
8. Belum sekolah 19 3,5
Total 529 100
Berdasarkan table distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui bahwa
tingkat pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak 180 orang (32%),
sedangkan yang terendah yaitu >S1 sebanyak 1 orang (0,1%).
DS: Dari hasil wawancara ternyata mayoritas warga masyarakat belum
pernah mendapatkan informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga
kesehatan maupun melalui leaflet. Pada daerah tersebut pernah diadakan
penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB Paru sekali tetapi yang hadir
hanya sedikit dengan alasan sibuk bekerja.

3. Data status kesehatan


a. Kesehatan ibu dan anak
Jumlah ibu hamil : 3 orang
1) Pemeriksaan kehamilan
Teratur : 3 orang (100%)
Tidak teratur : - orang (0%)
2) Kelengkapan imunisasi TT
Lengkap : 18 orang ( 94,74%)
Belum lengkap : 1 orang (5,26 %)
Jumlah balita : 19 orang
1) Pemeriksaan balita ke posyandu/puskesmas
Teratur :16 orang (84,2 %)
Tidak teratur : 3 orang (15,8 %)
2) Kelengkapan imunisasi sesuai usia balita
Lengkap : 16 orang (84,2%)
Belum lengkap : 3 orang (15,8 %)
DS: Hasil wawancara dengan orang tua balita menyatakan imunisasi
anaknya belum lengkap (pada usia yang seharusnya sudah lengkap) dan
tidak teratur karena takut dengan efek imunisasi yaitu demam dan
merasa rumit untuk mengurus semuanya
3) Status gizi balita berdasar KMS
Garis hijau : 10 orang (52,6 %)
Garis kuning : 9 orang (47,3 %)
Garis merah : - orang (0%)
DS: Dari hasil wawancara dengan orang tua balita, mengatakan tidak
ada balita yang pernah berada di garis merah pada status gizinya
b. Keluarga berencana
Jumlah PUS : 69 orang
1) Keikutsertaan PUS pada program KB
Ikut program KB : 48 orang (69,5%)
Belum ikut program KB : 21 orang (30,4%)
2) Jenis kontrasepsi yang diikuti
IUD : 1 orang (1,4%)
PIL : 7 orang (10,1%)
Kondom : 6 orang (8,7%)
Suntik : 34 orang (49,3%)
Tdak KB : 21 orang (30,4%)
DS: Dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas dari PUS tidak ikut KB
karena takut dengn efek/dampak dari kontrasepsi itu sendiri. Alasan lain
karena ingin memiliki anak lagi, serta malas melakukn KB karena merasa
rumit
DO: Dari jumlah PUS tersebut 67 % kurang mengerti tentang KB dan 33 %
cukup mengerti tentang KB
c. Kesehatan remaja
Jumlah penduduk remaja : 69 orang (13 %)
1) Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
Kumpul-kumpul : 34 orang ( 49,3 %)
Kursus : 2 orang ( 2,9 %)
Olahraga : 15 orang ( 21,7%)
Remaja masjid/gereja : 8 orang (11,6 %)
Lain-lain {di rumah} : 10 orang ( 14,5 %)
d. Kesehatan lansia
Jumlah penduduk lansia :38 orang (2,07 %)
1) Keadaan kesehatan lansia
Ada masalah : 17 orang (44,7%)
HT, Gout Atritis, Jantung,
RPD: Strok, Paru-Paru
Tidak ada masalah : 21 orang (55,26%)
e. Distribusi penyakit di masyarakat
1) TB Paru : 23 orang (43,5%)
2) ISPA : 5 orang (11,3%)
3) Hipertensi : 21 orang (47,7%)
4) DM : 8 orang (18,18%)
5) Asma : 2 orang (4,5%)
6) Vertigo : 1 orang (2,27%)
7) Gastritis : 2 orang (4,5%)
8) Otot Dan Tulang : 11 orang (25%)
9) Hipotensi : 1 Orang (2,27%)
10) Faringitis : 1 Orang (2,27%)
11) Batu Ginjal : 2 orang (4,5%)
DS: Masyarakat yang menderita TB Paru tidak memeriksakan/ mengontrol
kesehatannya ke puskesmas. Dan bahkan mereka tidak rutin mengambil obat
TB ke Puskesmas sehingga sebagian warga banyak yang mengalami putus obat
dan kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas atau juga karena bosan/ lupa
tidak minum obat TB akibat kesibukan kerja. Mayoritas masyarakat tidak tahu
tentang perawatan TB Paru sehingga mereka kadang-kadang meludah/
berdahak di sembarang tempat (kadang di got, di jalan umum), tidak ada
pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang yang
sehat.
DO: warga yang memiliki pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23%, Warga
yang tidak memiliki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57%
f. Pengetahuan pentingnya cuci tangan di masyarakat
No Pengetahuan cuci tangan Mangli %
1. Perlu cuci tangan 200 38
2. Tidak perlu cuci tangan 150 28
3. Bingung 179 34
Total 529 100
Berdasarkan table distribusi pengetahuan pentingnya cuci tangan diketahui
bahwa 38 % mengatakan perlu cuci tangan, 34 % bingung, dan 28 %
mengatakan tidak perlu cuci tangan.

g. Kebiasaan meludah masyarakat Mangli


No Kebiasaan meludah Mangli %
1. Sembarang tempat 400 76
2. Tempat yang disediakan 129 24
Total 529 100
Berdasarkan table distribusi Kebiasaan meludah masyarakat Mangli diketahui
bahwa 76 % meludah di sembarang tempat dan meludah di tempat yang
disediakan 24 %

Data Subsistem Komunitas meliputi


1. Lingkungan Fisik
a. Sumber air dan air minum
1) Penyediaan air bersih
PAM : 136 KK (99,3%)
Sumur : 1 KK (0,7%)
2) Penyediaan air minum
PAM : 75 KK (54,7%)
Aqua : 62 KK (45,3%)
3) Pemanfaatan air minum
PAM : 75KK (54,7%)
Air minum steril : 62 KK (45,3%)
4) Pengelolaan air minum
Selalu dimasak : 118 KK (86,1%)
Kadang dimasak dimasak : 14 KK (10,2%)
Tidak pernah dimasak : 5 KK (3,6%)
b. Saluran pembuangan air/ sampah
1) Kebiasaan membuang sampah
Diangkut petugas : 137 KK (100%)
2) Pembuangan air limbah
Got : 137 KK (100%)
3) Keadaan pembuangan air limbah
a) Meluber kemana – mana : 1 KK (0,73%)
b) Lancar : 136 KK (99,27%)
c. Kandang ternak
1) Kepemilikan kandang ternak
a) Ya : 7 KK (5,1%)
b) Tidak : 130 KK (94,9%)
2) Letak kandang ternak
Di luar rumah: 7 KK (100%)
d. Jamban
1) Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 137 KK (100%)
2) Macam jamban yang dimiliki
Septi tank : 129 KK (94,2%)
Sumur cemplung : 8 KK(5,9%)
3) Keadaan jamban
Bersih : 132 KK (96,4%)
Kotor : 5 KK (3,6%)
DS: sebagian warga membersihkan jambannya tiap seminggu sekali
4) Bila tidak mempunyai jamban berak di
WC umum : -KK (%)
Jamban tetangga : -KK (%)
Sungai : -KK (%)
Sawah : -KK (%)
e. Keadaan rumah
1) Type rumah
Type A (tembok) : 134 KK (97,8%)
Type B ( ½ tembok) : 3 KK (2,2%)
2) Status rumah
MIlik Rumah sendiri : 135 KK (98,5%)
Kontrak : 2 KK (1,5%)
3) Lantai Rumah
Tegel / semen : 137 KK (100%)
4) Ventilasi
Ada : 90 KK (65,69%)
Tidak ada : 47 KK (34,31%)
DS: Hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari warga
yang memiliki ventilasi, tidak pernah membuka jendelanya
5) Luas kamar tidur
Memenuhi syarat : 115 KK (83,9%)
Tidak memenuhi syarat : 22 KK (16,1%)
6) Penerangan rumah oleh matahari
Baik : 70 KK (51,1%)
Cukup : 23 KK (16,79%)
Kurang : 44 KK (32,10%)
DO: hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak
gelap
7) Halaman rumah
a) Kepemilikan pekarangan
Memiliki : 18 KK (13,1%)
Tidak memiliki : 119 KK (86,9%)
b) Pemanfaatan pekarangan
Ya : 18 KK (100%)
c) Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
Tanaman : 18 KK (100%)
d) Keadaan pekarangan
Bersih :18 KK (100%)

2. Fasilitas Umum Dan Kesehatan


a. Fasilitas umum
1) Sarana Pendidikan Formal
jumlah TK : 1 Buah
Jumlah SD/sederajat : 1 Buah
Jumlah SLTP/sederajat : 1 Buah
Jumlah SMU/sederajat : - Buah
Jumlah PT/sederajat : - Buah
b. Fasilitas kegiatan kelompok
1) Karang taruna : 1 Kelompok
2) Pengajian : 1 Kelompok
3) Ceramah Agama : 2 X/Bulan
4) PKK : 2 X / Bulan
c. Sarana ibadah
1) Jumlah masjid : 2 Buah
2) Mushola : 1 Buah
3) Gereja : 1 Buah
4) Pura/vihara : - Buah
d. Sarana olahraga
1) Lapangan sepak bola : 1 Buah
2) Lapangan bola voli : - Buah
3) Lapangan bulu tangkis : - Buah
4) Lain-lain : - Buah
e. Fasilitas kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan
1) Puskesmas pembantu : 1 buah
Jarak dari desa : 1 Km
Puskesmas : - Buah
Jarak dari desa : - Km
Rumah sakit : - buah
Jarak dari desa : - Km
Praktek Dokter Swasta : - Buah
Praktek Bidan : 1 Buah
Praktek Kesehtan Lain : - Buah
Tukang gigi : - Buah
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Puskesmas pembantu : 1 Buah
Puskesmas : - Buah
Rumah Sakit : - Buah
Praktek Dokterwasta : - Buah
Praktek Bidan : - Buah
Praktek Kesehtan Lain : - Buah
Tukang Gigi : - Buah

3. Sosial ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan
1) Jenis pekerjaan
PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)
Pegawai swasta : 28 jiwa (12,8%)
Wiraswasta : 17 jiwa (7,8%)
Buruh tani/ pabrik : 162 jiwa (74,3%)
Pensiun : 2 jiwa (0,9%)
2) Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
Penduduk tidak bekerja : 194 jiwa (47,08%)
3) Pusat kegiatan ekonomi
pasar tradisional : - buah
Pasar swalayan : - buah
Pasar kelontong : - buah
4) Penghasilan rata – rata perbulan
< dari 450.000/bulan : 7 KK (4,8%)
Rp450.000-Rp 600.000 : 28 KK(19,0%)
Rp 600.000-Rp 800.000 : 60 KK(40,8%)
>Rp 800.000/bulan : 52 KK(35,4%)
5) Pengeluaran rata – rata perbulan
Rp150.000-Rp 300.000 : 6 KK (4,5%)
300.000-500.000 : 23 KK (17,3%)
>Rp 500.000/bulan : 104 KK(78,2%)
b. Kepemilikian industry
Ada
c. Jenis industri kecil
Makanan

4. Keamanan dan transportrasi


a. Keamanan
1) Sarana keamanan
Poskamling : 1 Buah
Pemadam Kebakaran : - Buah
Instansi Polisi : - Buah
b. Transportasi
1) Fasilitas Tranportasi
Jalan raya : 500 m
Jalan tol : -m
Jalan setapak : 300 m
2) Alat transportasi yang dimiliki
Tidak Punya : 13jiwa (9%)
Sepeda Pancal : 31 Jiwa (21,7%)
Mobil : 10 Jiwa (6,9%)
Sepeda Motor : 85 Jiwa (59,4 % )
Becak : 4 Jiwa (2,8%)
3) Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
Angkutan / kendaraan umum : 13 jiwa (9,5%)
Kendaraan pribadi : 124 jiwa (90,5%)

5. Politik dan Pemerintahan


a. Stuktur organisasi pemerintahan
Ada
b. Kelompok pelayanan kepada masyarakat (PKK, karang taruna, panti,
LKMD, posyandu)
Ada
c. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
Ada
d. Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan
Tidak ada
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
1) Radio : 54 jiwa (39,4%)
2) TV : 129 jiwa (94,2%)
3) Telepon :137 jiwa (100%)
4) Majalah / Koran : 31 jiwa (22,6%)
b. Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
Papan pengumuman : (100%)

7. Pendidikan
a. Fasilitas sekolah
1) TK : 2 buah
2) SD/MI : 2 buah
b. Tipe pendidikan : Negeri
c. Perpustakaan : 1 buah
d. Pelayanan kesehatan di sekolah : UKS

8. Rekreasi
a. Tempat Wisata Alam : - Buah
b. Kolam Renang : - Buah
c. Taman Kota : - Buah
d. Lapangan bola : 1 Buah

B. ANALISA DATA
No Data Diagnosa Keperawatan
1. DS: Defisien Kesehatan Komunitas
- Dari hasil pengakuan masyarakat
didapatkan penyakit dua bulan ini
banyak yang menderita penyakit
TBC dan ISPA.
- Petugas Puskesmas baru sekali
mengadakan penyuluhan pada
masyarakat tetapi banyak warga
yang tidak mengikuti dan
menghadiri kegiatan tersebut
sehingga tindaklanjut dari
Puskesmas tidak dapat dilakukan
masyarakat.
- Dari hasil wawancara masyarakat
bahwa kader kesehatan yang telah
dilatih tentang TBC belum dapat
fokus ke TBC karena masih sibuk
dengan posyandu balita.
DO:
- Jumlah penderita TB paru sebanyak
23 orang (43,5%)
- Petugas kesehatan terlihat sibuk
dengan kegiatan posyandu balita.

2. DS: Perilaku Kesehatan Cenderung


- Dari hasil wawancara dengan Beresiko
warga bahwa mayoritas
masyarakat tidak tahu tentang
perawatan TB Paru sehingga
mereka kadang-kadang
meludah atau berdahak di
sembarang tempat (kadang di
got, jalan umum)
- Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa tidak ada
pengkhususan alat tenun dan
alat makan antara penderita
dengan orang yang sehat
DO:
- Warga yang belum memiliki
ventilasi sebanyak 47 KK (34,31%)
- Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
(23,10%)

3. DS : Ketidakefektifan Pemeliharaan
- Dari hasil wawancara dengan warga Kesehatan
bahwa mayoritas
masyarakat tidak rutin mengambil
obat TB ke Puskesmas
- Dari hasil wawancara dengan warga
bahwa sebagian masyarakat banyak
yang mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga karena
bosan/lupa tidak minum obat TB
akibat kesibukan kerja
DO :
- Warga yang tidak memiliki cukup
pengetahuan TB paru sebanyak
57% dan yang memiliki
pengetahuan sebanyak 23 %

A. Diagnosa Keperawatan
1. Defisien Kesehatan Komunitas
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
3. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan

B. Penapisan Masalah
Perhatian Tingkat Kemungkinan
Poin
Masalah Kesehatan masyarakat bahaya untuk dikelola Skor
prevalensi

Defisien Kesehatan 4 3 4 3 14
Komunitas
Perilaku Kesehatan 4 4 4 3 15
Cenderung Beresiko
Ketidakefektifan 1 3 3 3 10
Pemeliharaan Kesehatan

DIAGNOSA
N
KRITERIA KEPERAWATAN
O
1 2 3
1. Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5
2. Jumlah yang beresiko 4 5 4
3. Besarnya resiko 5 5 4
4. Kemungkinan untuk penkes 5 5 5
5. Minat masyarakat 2 4 4
6. Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4
7. Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5
8. Sumber daya tempat 4 4 3
9. Sumber daya waktu 3 4 3

10. Sumber daya dana 4 4 2


11. Sumber daya peralatan 3 4 2
12. Sumber daya orang 2 3 2
Jumlah skor 46 49 43

Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5: Sangat Tinggi

C. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Utama


D. Perencanaan

Data Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan : populasi penyakit infeksi
A. Akses 00215 Defisiensi Prevensi Prevensi
terhadap kesehatan Primer Primer
pelayanan komunitas 2701 Derajat 4350 Manajemen
kesehatan kesehatan perilaku
penyakit masyarakat
menular yang
minimal Prevensi Prevensi
B. Tenaga Sekunder Sekunder
penyakit 2802 Kontrol terhadap 6520 Skrining
menular terlatih kelompok kesehatan
puskemas yang beresiko
masih terbatas penularan
C. Dukungan penyakit
sosial khasus
penyakit
menular yang Prevensi tersier
tidak adekuat 1634 Perilaku 8100 Rujukan
D. Adanya pemeriksaan
temuan khasus kesehatan
penyakit pribadi
menular 00188 Perilaku Prevensi Prevensi
E. Stigma kesehatan Primer Primer
masyarakat beresiko 1603 Perilaku mencari 6402 Dukungan
terhadap kesehatan perlindungan
penderita
penyakit
menular Prevensi Prevensi
sekunder sekunder
2505 Pemulihan 5510 Pendidikan
penyalahgunaan: kesehatan
seksual
Prevensi
Prevensi tersier tersier
1634 Perilaku 5450 Peningkatan
pemeriksaan sistem
kesehatan dukungan
pribadi

00099 Ketidakefektifan Prevensi Prevensi


pemeliharaan primer primer
kesehatan 1701 Kemampuan 5000 Membangun
kesehatan: hubungan
kemampuan yang
yang dirasakan kompleks
untuk
melakukan
Prevensi Prevensi
sekunder sekunder
1702 Keyakinan 8820 Manajemen
kesehatan penularan
perceived untuk penyakit
mengontrol
Prevensi tersier Prevensi
2605 Partisipasi tim tersier
kesehatan dalam 7040 Dukungan
keluarga terhadap
care giver

E. Implementasi

Diagnosa Keperawatan NIC Implementasi Evsluasi Formatif


Kode Diagnosis Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan : populasi penyakit infeksi
00215 Defisiensi 4350 Prevensi Tindakan S:
kesehatan Primer penyuluhan - Masyarakat
komunitas Manajemen tentang perilaku mengatakan
perilaku yang baik. mengetahui perilaku
Dilakukan yang menyebabkan
Tanggal : 15 mei penularan penyakit
2019 TB Paru.
Tempat : O:
Puskesmas - Masyarakat terlihat
Waktu : 09.15 antusias mengikuti
WIB penyuluhan yang
Jumlah peserta diberikan.
yang datang 23
- Masyarakat mampu
menyebutkan 5 dari
10 manajemen
perilaku kesehatan.
6520 Prevensi Dilkukan S:-
Sekunder pemeriksaan O:
Skrining kesehatan untuk - Masyarakat bersedia
kesehatan mendeteksi resiko memeriksakan
penyakit menular, kesehatan secara
dilakukan pada sukarela.
tanggal 16 Mei - Didapatkan 5 dari 28
2019, pukul orang menderita
08.15, bertempat penyakit menular (TB
di puskesmas. Paru)
Jumlah orang
yang mengikuti
28 orang.
8100 Rujukan Dilakukan S:
pendidikan - 5 dari 28 orang
kesehatan cara menderita penyakit
rujuk dari menular (TB Paru)
puskesmas ke O:
Rumah Sakit jika - Hasil RO menunjukan
puskesmas tidak TB Paru Positif
mampu
menangani
masalah
kesehatan
dilakukan pada
tanggal 14 Mei
2019.

00188 Perilaku 6402 Prevensi Memberikan S:


kesehatan Primer motivasi terhadap - Masyarakat
beresiko Dukungan masyarakat untuk mengatakan mau
perlindungan memerikasaan memeriksakan
kesehatan diri ke kesehatannya ke
puskesmas puskesmas terdekat.
terdekat secara O :
rutin. - Masyarakat
memeriksakan
kesehatannya di
puskesmas dan
pelayanan kesehatan
terdekat.
5510 Prevensi Memberikan S:
sekunder penyuluhan - Masyarakat
Pendidikan tentang TB Paru mengatakan sudah
kesehatan (Pengertian, mengetahui tentang
penyebab, tanda penyakit Tb Paru.
gejala, cara O :
pencegahan, dan - Masyarakat mampu
cara penularan), menyebutkan 5 dari
dilakukan pada 10 pertanyaan terkait
tanggal 20 Mei dengan tanda gejala,
2019. Peserta 55 cara penularan dan
orang.
pencegahan penyakit
TB Paru.
- Masyarakat mampu
menyamakan persepi
tenteng TB Paru.
5450 Prevensi Memberikan S:-
tersier motivasi O:
Peningkatan pengobatan TB - Memberikan
sistem Paru secara teratur dukungan kepada
dukungan sesuai tahapan keluarga untuk
pengobatan. memotivasi
kepatuhan control
penyakit dan
kepatuhan konsumsi
obat.
00099 Ketidakefektifan 5000 Prevensi Memberikan S : Masyarakat
pemeliharaan primer motivasi terhadap mengatakan merasa
kesehatan Membangun sesama penderita bersemangat untuk
hubungan yang penyakit untuk pengobatan penyakitnya.
kompleks meningkatkan O:
kualitas hidup. - Mendatangkan role
model untuk
memotivasi
kesembuhan
penderita.
8820 Prevensi Memberikan S:
sekunder penyuluhan - Masyarakat
mengenai proses mengatakan sudah
perjalanan lebih memahmi
Manajemen penyakit menular tentang penularan
penularan (infeksi) penyakit TB Paru.
penyakit O:
- Masyarakat mampu
menyebutkan 3 dari 5
pertanyaan mengenai
cara penularan
penyakit TB Paru.
- Masyarakat mampu
memahami PHBS
7040 Prevensi Memberikan S:-
tersier motivasi terhadap O :
Dukungan kelompok untuk - 5 dari 28 orang yang
terhadap care segera terkena TB Paru
giver memeriksakan melakukan
diri jika pemeriksaan RO dan
mengalami penunjang lainnya di
keluhan kesehatan RS.
yang beresiko
menular.

F. EVALUASI
NO DX. KEPERAWATAN EVALUASI SUMATIF Paraf
1. Defisiensi kesehatan S:
komunitas - Masyarakat mengatakan mengetahui perilaku
yang menyebabkan penularan penyakit TB
Paruserta mau memeriksakan kesehatan yang
lebih lanjut.
O:
- Masyarakat mampu menyebutkan 5 dari 10
manajemen perilaku kesehatan.
- Didapatkan 5 dari 28 orang menderita penyakit
menular (TB Paru).
- Hasil RO menunjukan TB Paru Positif

A:
- Masalah keperawatan defisien kesehatan belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi :
- Manajemen perilaku
- Skrining kesehatan
- Rujukan
2. Perilaku kesehatan S:
beresiko - Masyarakat mengatakan sudah mengetahui
tentang penyakit Tb Paru.
O:
- Masyarakat mampu menyebutkan 5 dari 10
pertanyaan terkait dengan tanda gejala, cara
penularan dan pencegahan penyakit TB Paru.
- Memberikan dukungan kepada keluarga untuk
memotivasi kepatuhan control penyakit dan
kepatuhan konsumsi obat.
A:
- Masalah keperawatan perilaku kesehatan
beresiko belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi :
- Dukungan perlindung
- Pendidikan kesehatan
- Peningkatan sistem dukungan

3. Ketidakefektifan S:
pemeliharaan kesehatan - Masyarakat mengatakan merasa bersemangat
untuk pengobatan penyakitnya.
O:
- Mendatangkan role model untuk memotivasi
kesembuhan penderita.
- Masyarakat mampu memahami PHBS.
- 5 dari 28 orang yang terkena TB Paru melakukan
pemeriksaan RO dan penunjang lainnya di RS.

A:
- Masalah keperawatan ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi :
- Membangun hubungan yang komplek
- Manajemen penularan penyakit
- Dukungan terhadap care giver
BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan agregat populasi penyakit infeksi (menular)
adalah asuhan keperawatan pada sekumpulan individu di suatu tempat/wilayah
dimana daerah tersebut terdapat penyakit penyebab agen infeksi yang dapat
ditularkan dari orang satu ke orang yang lain. Diagnosa keperawatan yang dapat
muncul pada agregat populasi penyakit infeksi meliputi defisiensi kesehatan
komunitas, perilaku kesehatan beresiko, dan ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan. Intervensi yang dilakukan meliputi prevensi primer, sekunder, dan
tersier.

B. SARAN
Diharapkan mahasiswa dapat tanggap terhadap permasalahan kesehatan
khususnya pada agregat populasi penyakit infeksi dan ikut berperan dalam
pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi prevensi
primer,sekunder, dan tersier.

Anda mungkin juga menyukai