Disusun Oleh :
GOMBONG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Komunitas
tentang “Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas pada Populasi: Penyakit
Infeksi” sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas untuk memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan komunitas program studi S1 keperawatan, kami
mengucapkan terimah kasih kepada:
1. Ibu Rina Saraswati M. Kep selaku dosen koordinator mata kuliah keperawatan
komunitas.
2. Ibu Ernawati M. Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah keperawatan
komunitas
3. Semua pihak yang ikut serta berpartipasi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak
menambah pengetahuan para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan karena adanya microba
pathogen, salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Penyakit infeksi
(Infectious Disease), yang juga dikenal sebagai communicable disease atau
transmisable disease adalah penyakit yang nyata secara klinik (yaitu, tanda dan
gejala dan/atau gejala-gejala medis karakteristik penyakit) yang terjadi akibat dari
infeksi, keberadaan dan pertumbuhan agen biologic pathogenic pada organisme
host individu. Dalam hal tertentu penyakit infeksi data berlangsung sepanjang
waktu. Pathogen penginfeksi meliputi virus, bakteri, jamur, protozoa, parasite
multiseluler dan protein yang menyimpang yang dikenal sebagai prion. Pathogen-
patogen ini merupakan penyebab epidemic penyakit, dalam artian bahwa tanpa
pathogen tidak ada epidemic infeksi terjadi (Radji, 2011).
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di dunia. Disamping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada
penurunan kualitas hidup jutaan penduduk di berbagai Negara maju dan
berkembang. Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada
tahun 2011, sepertinganya disebabkan oleh penyakit infeksi (Health
CareAssociated, 2012).
Masalah kesehatan yang menjadi keprihatinan pada umumnya pada
masyarakat di Indonesia adalah terjadinya KLB penyakit Infeksi. Penyakit infeksi
yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi tuberculosis
paru yang saat ini menduduki urutan ketiga terbanyak di dunia, infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA), malaria dan diare. Selain itu Indonesia juga menghadapi
emerging disease (penyakit yang baru berkembang) seperti HIV / AIDS dan Severe
Acute Respiratory Syndrom (SARS) dan re-emerging disease (penyakit yang
sebelumnya mulai menurun, tetapi menigkat kembali) seperti demam berdarah
dengue (DBD) dan TB Paru. (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Sedangkan tujuan
dari MDGs (Millenium Defelopment Goalds) tahun 2008, Tujuan ke enam adalah
memerangi HIV AIDS, TB Paru, dan Malaria yang merupakan penyakit infeksi hal
ini membuktikan bahwa masih tingginya penyakit infeksi dan merupakan prioroitas
di dalam tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar perawatan
komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen. Perawatan kesehatan
masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi
dimana prakteknya tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditunjukkan
bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi
kesehatan, pendidikan, dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan
yang holistik. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan
(lansia), maupaun pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat
rendah seperti pemeriksaan pelayanan kesehatan secara murah/ gratis dan lain
sebagainya, diharapkan dapat memberikan kontribusi melalui implementasi
keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan derjat kesehatan masyarakat
melalui penanggulangan penyakit infeksi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan agregat dalam komunitas pada populasi:
penyakit infeksi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan agregat dalam komunitas pada populasi
: penyakit infeksi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian agregat populasi: penyakit infeksi
b. Untuk mengetahui karakteristik agregat populasi: penyakit infeksi
c. Untuk mengetahui fokus pengkajian agregat populasi: penyakit infeksi
d. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan agregat populasi: penyakit infeksi
e. Untuk mengetahui perencanaan keperawatan agregat populasi: penyakit
infeksi
f. Untuk mengetahui implementasi keperawatan agregat populasi: penyakit
infeksi
g. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan agregat populasi: penyakit infeksi
D. Manfaat
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang asuhan
keperawatan agregat dalam komunitas pada populasi penyakit infeksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013)
Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakan secara jelas dan nyata
dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat didiagnosa tanpa cara
tertentu seperti tes tuberkolin, kultur tenggorokan , pemerikasaan antibody
dalam tubuh dan lain-lain. Pada proses perjalanan penyakit menular didalam
masyarakat sektor yang memegang peranan penting adalah factor
penyebab/agent yaitu organisme penyebab penyakit menular, sumber penularan
yaitu reservoir maupun resources, cara penularan khusus melalui mede of
transmission.
3. Sumber penularan
a. Lingkungan fisik
c. Ekonomi
Karakteristik keuangan keluarga dan individu, status pekerjaan, kategori
pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi industri, pasar
dan pusat bisnis
f. Komunikasi
1) Komunikasi formal (surat kabar, radio dan televisi, telepon, internet dan
hotline)
g. Pendidikan
h. Rekreasi
Taman, area bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan privat, fasilitas
khusus.
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan
(Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara
bergotong royong untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperan serta dalam pembangunan
kesehatan di wilayahya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
d. Tahap formasi dan kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap ahkir
Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta
memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan
lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan
sebagai berikut :
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
4) Bekerja dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau
komunitas bila stressor dari lingkungan.
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
F. Implementasi
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat
adalah:
a. Melaksanakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait
b. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan
kelompok masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya.
c. Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri atas:
1) Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsian dan di
aplikasikannya kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus
terhadap penyakit
2) Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat
keparahan.
3) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sambil
stabil atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya penghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
G. Evaluasi
Keterangan:
= Peran perawat
Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk mendirikan klien dalam
menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar dari
pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat.
Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait
lima tugas kesehatan yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang
dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta menfaatkan
fasilitas pelayanaan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses
keperawatan.
BAB III
PEMBAHASAN
Skenario Kasus
Berdasarkan pengkajian di desa Mangli Kecamatan Kuwarasan ditemukan
jumlah masyarakatnya ada 529 jiwa yang terbagi menjadi jenis kelamin laki-laki 258
dan perempuan 271. Penggolongan berdasarkan umur, balita ada 19 orang, anak-anak
ada 60 orang, remaja ada 69 orang, dewasa ada 343 orang, lansia ada 38. Dari
pengakuan masyarakat penyakit 2 bulan terakhir ini banyak yang menderita penyakit
TBC sebanyak 23 orang, ISPA 5 orang, Hipertensi 21 orang, DM 8 orang, Asma 2
orang, Vertigo 1 orang, Gastritis 2 orang, Otot dan Tulang 11 orang, Hipotensi 1 orang,
Faringitis 1 orang, Batu Ginjal 2 orang. Kebiasaan masyarakat kelurahan Mangli
membuang sampah di tempat sampah dan diangkut oleh petugas. Dari pengamatan
didapatkan bahwa sebanyak 60% masyarakat tidak membuka ventilasi/jendela. Selama
ini pengetahuan pentingnya cuci tangan di masyarakat dari 529 jiwa yang perlu cuci
tangan ada 200 orang, tidak perlu cuci tangan 150 orang dan sisanya masih bingung.
Dari latar belakang pendidikan tidak tamat SD 80 orang, SD 180 orang, SMP 100
orang, SMA 115 orang, Tidak tamat D1 D2 D3 ada 10 orang, tamat S1 24 orang, tamat
> S1 ada 1 orang, belum sekolah 19 orang. Untuk masalah ekonomi pekerjaan dari
PNS/ABRI 9 orang, Pegawai swasta 28 orang, wirausaha 17 orang, buruh tani 162
orang, pensiun 2 orang. Kebiasaan meludah di sembarang tempat cukup banyak 400
orang, meludah di tempat yang disediakan sebanyak 129 orang. Berdasarkan dari data
Puskesmas Kuwarasan tahun 2018 menyebutkan bahwa TBC memiliki kedudukan
peringkat 1 dengan kasus TBC dimana yang tertinggi di desa Mangli. Masyarakat desa
Mangli mengetahui TBC meningkat di desanya. Respon masyarakat terhadap masalah
TBC sangat bervariasi ada yang merasa itu tidak menjadi masalah, ada yang
menyalahkan petugas tidak bisa mengatasi serta ada yang tidak mau bergaul dengan
masyarakat yang terkena TBC. Petugas Puskesmas baru sekali mengadakan
penyuluhan pada masyarakat tetapi banyak warga yang tidak mengikuti dan
menghadiri kegiatan tersebut. Tindaklanjut dari puskesmas tidak dapat dilakukan
masyarakat. Masyarakat berpendapat masalah TBC tanggung jawab pemerintah
terutama petugas kesehatan. Kader kesehatan yang telah dilatih tentang TBC belum
dapat fokus ke TBC karena masih sibuk dengan kegiatan Posyandu Balita. Keinginan
masyarakat, kalau ada yang sakit berobat langsung sembuh jadi tidak memerlukan
proses yang lama. Kesibukan masyarakat sebagai Petani dan Pedagang di pasar
Kuwarasan sehingga sulit mengikuti kegiatan penyuluhan keesehatan.
A. PENGKAJIAN
Data inti komunitas meliputi :
1. Data Geografi
a. Lokasi
Propinsi daerah tingkat 1 : Jawa Tengah
Kabupaten/ kotamadya : Kota Kebumen
Kecamatan : Kuwarasan
Kelurahan : Mangli
b. Luas Wilayah : ±3000m2
c. Batas daerah/wilayah
Utara : Banjareja
Selatan : Kuwarasan
Barat : Maduresa
Timur : Gandusari
d. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman
2. Data Demografi
Jumlah Penduduk : 529 jiwa
a. Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Mangli %
1. Laki-laki 258 49
2. Perempuan 271 51
Total 529 100
c. Ethnicity
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Mangli menunjukkan bahwa
keseluruhan merupakan suku Jawa (100%)
d. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama Mangli %
1. Islam 465 88
2. Kristen 35 7
3. Katolik 29 5
4. Hindu 0 0
5. Budha 0 0
Total 529 100
Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama, menunjukkan
bahwa yang beragama islam yaitu 465 orang (88%) sedangkan yang
beragama katolik 29 orang (5%), Kristen 35 0rang (7%), hindu, budha tidak
ada.
e. Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persen (%)
1. Tidak tamat SD 80 15
2. SD 180 34
3. SMP 100 19
4. SMA 115 22
5. Tidak tamat D1,D2,D3 10 1,8
6. Tamat S1 24 4,5
7. >S1 1 0,1
8. Belum sekolah 19 3,5
Total 529 100
Berdasarkan table distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui bahwa
tingkat pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak 180 orang (32%),
sedangkan yang terendah yaitu >S1 sebanyak 1 orang (0,1%).
DS: Dari hasil wawancara ternyata mayoritas warga masyarakat belum
pernah mendapatkan informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga
kesehatan maupun melalui leaflet. Pada daerah tersebut pernah diadakan
penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB Paru sekali tetapi yang hadir
hanya sedikit dengan alasan sibuk bekerja.
3. Sosial ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan
1) Jenis pekerjaan
PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)
Pegawai swasta : 28 jiwa (12,8%)
Wiraswasta : 17 jiwa (7,8%)
Buruh tani/ pabrik : 162 jiwa (74,3%)
Pensiun : 2 jiwa (0,9%)
2) Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
Penduduk tidak bekerja : 194 jiwa (47,08%)
3) Pusat kegiatan ekonomi
pasar tradisional : - buah
Pasar swalayan : - buah
Pasar kelontong : - buah
4) Penghasilan rata – rata perbulan
< dari 450.000/bulan : 7 KK (4,8%)
Rp450.000-Rp 600.000 : 28 KK(19,0%)
Rp 600.000-Rp 800.000 : 60 KK(40,8%)
>Rp 800.000/bulan : 52 KK(35,4%)
5) Pengeluaran rata – rata perbulan
Rp150.000-Rp 300.000 : 6 KK (4,5%)
300.000-500.000 : 23 KK (17,3%)
>Rp 500.000/bulan : 104 KK(78,2%)
b. Kepemilikian industry
Ada
c. Jenis industri kecil
Makanan
7. Pendidikan
a. Fasilitas sekolah
1) TK : 2 buah
2) SD/MI : 2 buah
b. Tipe pendidikan : Negeri
c. Perpustakaan : 1 buah
d. Pelayanan kesehatan di sekolah : UKS
8. Rekreasi
a. Tempat Wisata Alam : - Buah
b. Kolam Renang : - Buah
c. Taman Kota : - Buah
d. Lapangan bola : 1 Buah
B. ANALISA DATA
No Data Diagnosa Keperawatan
1. DS: Defisien Kesehatan Komunitas
- Dari hasil pengakuan masyarakat
didapatkan penyakit dua bulan ini
banyak yang menderita penyakit
TBC dan ISPA.
- Petugas Puskesmas baru sekali
mengadakan penyuluhan pada
masyarakat tetapi banyak warga
yang tidak mengikuti dan
menghadiri kegiatan tersebut
sehingga tindaklanjut dari
Puskesmas tidak dapat dilakukan
masyarakat.
- Dari hasil wawancara masyarakat
bahwa kader kesehatan yang telah
dilatih tentang TBC belum dapat
fokus ke TBC karena masih sibuk
dengan posyandu balita.
DO:
- Jumlah penderita TB paru sebanyak
23 orang (43,5%)
- Petugas kesehatan terlihat sibuk
dengan kegiatan posyandu balita.
3. DS : Ketidakefektifan Pemeliharaan
- Dari hasil wawancara dengan warga Kesehatan
bahwa mayoritas
masyarakat tidak rutin mengambil
obat TB ke Puskesmas
- Dari hasil wawancara dengan warga
bahwa sebagian masyarakat banyak
yang mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga karena
bosan/lupa tidak minum obat TB
akibat kesibukan kerja
DO :
- Warga yang tidak memiliki cukup
pengetahuan TB paru sebanyak
57% dan yang memiliki
pengetahuan sebanyak 23 %
A. Diagnosa Keperawatan
1. Defisien Kesehatan Komunitas
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
3. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
B. Penapisan Masalah
Perhatian Tingkat Kemungkinan
Poin
Masalah Kesehatan masyarakat bahaya untuk dikelola Skor
prevalensi
Defisien Kesehatan 4 3 4 3 14
Komunitas
Perilaku Kesehatan 4 4 4 3 15
Cenderung Beresiko
Ketidakefektifan 1 3 3 3 10
Pemeliharaan Kesehatan
DIAGNOSA
N
KRITERIA KEPERAWATAN
O
1 2 3
1. Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5
2. Jumlah yang beresiko 4 5 4
3. Besarnya resiko 5 5 4
4. Kemungkinan untuk penkes 5 5 5
5. Minat masyarakat 2 4 4
6. Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4
7. Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5
8. Sumber daya tempat 4 4 3
9. Sumber daya waktu 3 4 3
Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5: Sangat Tinggi
E. Implementasi
F. EVALUASI
NO DX. KEPERAWATAN EVALUASI SUMATIF Paraf
1. Defisiensi kesehatan S:
komunitas - Masyarakat mengatakan mengetahui perilaku
yang menyebabkan penularan penyakit TB
Paruserta mau memeriksakan kesehatan yang
lebih lanjut.
O:
- Masyarakat mampu menyebutkan 5 dari 10
manajemen perilaku kesehatan.
- Didapatkan 5 dari 28 orang menderita penyakit
menular (TB Paru).
- Hasil RO menunjukan TB Paru Positif
A:
- Masalah keperawatan defisien kesehatan belum
teratasi.
P : Lanjutkan intervensi :
- Manajemen perilaku
- Skrining kesehatan
- Rujukan
2. Perilaku kesehatan S:
beresiko - Masyarakat mengatakan sudah mengetahui
tentang penyakit Tb Paru.
O:
- Masyarakat mampu menyebutkan 5 dari 10
pertanyaan terkait dengan tanda gejala, cara
penularan dan pencegahan penyakit TB Paru.
- Memberikan dukungan kepada keluarga untuk
memotivasi kepatuhan control penyakit dan
kepatuhan konsumsi obat.
A:
- Masalah keperawatan perilaku kesehatan
beresiko belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi :
- Dukungan perlindung
- Pendidikan kesehatan
- Peningkatan sistem dukungan
3. Ketidakefektifan S:
pemeliharaan kesehatan - Masyarakat mengatakan merasa bersemangat
untuk pengobatan penyakitnya.
O:
- Mendatangkan role model untuk memotivasi
kesembuhan penderita.
- Masyarakat mampu memahami PHBS.
- 5 dari 28 orang yang terkena TB Paru melakukan
pemeriksaan RO dan penunjang lainnya di RS.
A:
- Masalah keperawatan ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi :
- Membangun hubungan yang komplek
- Manajemen penularan penyakit
- Dukungan terhadap care giver
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan agregat populasi penyakit infeksi (menular)
adalah asuhan keperawatan pada sekumpulan individu di suatu tempat/wilayah
dimana daerah tersebut terdapat penyakit penyebab agen infeksi yang dapat
ditularkan dari orang satu ke orang yang lain. Diagnosa keperawatan yang dapat
muncul pada agregat populasi penyakit infeksi meliputi defisiensi kesehatan
komunitas, perilaku kesehatan beresiko, dan ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan. Intervensi yang dilakukan meliputi prevensi primer, sekunder, dan
tersier.
B. SARAN
Diharapkan mahasiswa dapat tanggap terhadap permasalahan kesehatan
khususnya pada agregat populasi penyakit infeksi dan ikut berperan dalam
pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi prevensi
primer,sekunder, dan tersier.