PENDAHULUAN
1
tahun 2009 tercatat 62 anak jalanan yang tersebar di lima kecamatan yakni
Serengan, Banjarsari, Laweyan, Pasar Kliwon, dan Jebres. Selanjutnya tahun
2010 tercatat 70 anak jalanan. Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Pinggiran (PPAP) SEROJA mendata sebanyak 50 anak jalanan yang dapat
terjangkau oleh programnya. Ini menunjukkan peningkatan jumlah anak
jalanan yang signifikan.
2
g) Mahasiswa mampu mengetahui berbagai strategi penanganan masalah
anak jalanan
BAB II
PEMBAHASAN
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya sangat terkait pada materi, jiwa bersifat abstrak dan tidak
berwujud benda. Hal ini karena jiwa memang bukan berupa benda, melainkan
sebuah sistem perilaku, hasil olah pemikiran, perasaan, persepsi, dan berbagai
pengaruh lingkungan sosial. Semua ini merupakan manifestasi sebuah kejiwaan
seseorang. Oleh karena itu, untuk mempelajari ilmu jiwa dan keperawatannya,
pelajarilah dari manifestasi jiwa terkait pada materi yang dapat diamati berupa
perilaku manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar
dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah
relatif, karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan
merasakan.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria
orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut.
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu
buruk.
2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan.
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
3
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.
Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang menceerminkan
kedewasaan kepribadiannya. UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 tentang
Upaya Kesehatan Jiwa, memberikan batasan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah
suatu kondisi dapat menciptakan keadaan yang memungkinkan atau mengizinkan
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal pada seseorang,
serta perkembangan ini selaras dengan orang lain. Menurut UU Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, pada Bab IX tentang kesehatan jiwa menyebutkan Pasal
144 ayat 1 “Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat
menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan
gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa”. Ayat 2, “Upaya
kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif,
promotif, kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa, dan masalah psikososial”.
4
bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi atau hanya untuk hidup
dijalan (Permadie, 1999). Fenomena anak jalanan adalah salah satu masalah
yang kompleks dan berkaitan dengan masalah sosial lain, terutama
kemiskinan.
Anak jalanan memiliki konsep diri yang cenderung positif yang
ditandai dengan adanya anggapan bahwadirinya adalah seorang yang pekerja
keras, mandiri, kreatif dan tegar. Sisi kehidupan anak jalanan yang berbeda
dengan anak-anak pada umumnya berpengaruh terhadap konsep diri yang
dimilikinya (Pramuchtia, 2010).
Anak jalanan memaknai peran dirinya dalam keluarga dan masyarakat
sebagai individu yang mandiri, bertanggungjawab pada diri dan keluarga,
otonom atau berusaha melepaskan diri dari ketergantungan dengan orang lain,
dan individu yang berusaha memiliki hubungan sosial dalam konteks di
jalanan (Bajari, 2009).
5
3. Ketiga, faktor lingkungan terbukti juga menjadi penyebab anak turun ke
jalanan. Tidak sedikit anak dipaksa lingkungan untuk turun ke jalan.
Ada kalanya sebelum terpengaruh faktor lingkungan, seorang anak
memang berasal dari keluarga miskin, sehingga faktor lingkungan,
seperti diajak teman atau bermasalah di sekolah, menjadi penguat alasan
untuk turun ke jalan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Saparinah Sadli bahwa ada berbagai
faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah
anak jalanan, antara lain : faktor kemiskinan (structural), faktor
keterbatasan kesempatan kerja (factor intern dan ekstern), faktor yang
berhubungan dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor
pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan
keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.
6
frekuensi pertemuan tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah
anak-anak yang karena suatu sebab seperti kekerasan, lari atau pergi
dari rumah.
3. Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal
dari keluarga yang hidup dijalanan. Walaupun anak-anak mempunyai
hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka
terombang-ambing dari satu tempat ke tempat lain dengan segala
resikonya.
7
c. Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri atau
bersama teman, dengan orang tua/saudaranya, atau di tempat
kerjanya di jalan.
d. Tidak bersekolah lagi.
d. Masih bersekolah.
8
CIRI FISIK CIRI PSIKIS
Berwatak keras
Kreatif
Mandiri
1. Faktor Ekonomi
Mayoritas anak jalanan dieksploitasi karena desakan oleh orang tua mereka,
alasannya adalah karena himpitan ekonomi yang terus membelenggu keluarga
sehingga anak jalanan dipaksa membantu orang tua untuk mencukupi kebutuhan
keuangan keluarga.
9
2. Faktor Penggangguran dan Pendapatan Orang Tua
Sejak kecil anak-anak sudah diperkenalkan, dididik untuk bekerja misalnya di sektor
pertanian, perikanan, industri kerajinan, nelayan dan lain-lain. Namun, pekerjaan
yang dilakukan tidaklah berbahaya bagi kondisi kesehatan anak secara fisik,
psikologis dan sosial sehingga tidak melanggar hak-hak mereka sebagai seorang
anak. Kebanyakan orang tua anak jalanan memaksa anak mereka bekerja untuk
memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga tanpa memandang rasa khawatir
serta resiko yang kapan saja dapat menimpa anak-anak mereka ketika berada
dijalanan
4. Faktor Pendidikan
10
b. Terdapat hubungan antara rendahnya pendidikan dengan kemiskinan.
c. Anak-anak jalanan merasa tertekan karena beban yang didapat tidak sesuai
dengan keadaan.
d. Anak-anak jalanan bekerja karena paksaan dari orang tua untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Anak-anak jalanan sangat membutuhkan pendidikan yang setara dengan
anak-anak lainnya.
SKEMA 2.1
Anak Jalanan
1. Eksploitasi
2. Diskriminasi
3. Pelecehan seksual
4. Human trafficking
11
1. Waktu di jalanan berkurang
2. Dapat diterima di masyarakat
3. Berwawasan dan berketerampilan
4. Anak jalanan dapat berfungsi secara sosial
a. Pendekatan Koreksional
Anak jalanan dalam pandangan ini didominasi oleh pemikiran bahwa anak
jalanan banyak yang berurusan dengan dunia kriminal. Oleh karena itu,
intervensi yang cocok adalah memindahkan anak dari jalanan dan
memperbaiki perilaku mereka. Pendekatan ini fokus pada mendidik kembali
agar sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
b. Pendekatan Rehabilitasi
12
c. Pendekatan yang dilakukan di Jalanan
d. Pencegahan
1) Street Based
Merupakan penganan di jalan atau tempat-tempat anak jalanan berada,
kemudian para street educator datang kepada mereka, berdialog,
mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya serta
menempatkan diri sebagai teman. Dalam beberapa jam, anak-anak
diberikan materi pendidikan dan keterampilan, di samping itu anak jalanan
memperoleh kehangatan hubungan dan perhatian yang bisa menumbuhkan
kepercayaan satu sama lain yang berguna bagi pencapaian tujuan
intervensi.
13
2) Centre Based
Pendekatan ini merupakan penanganan di lembaga atau panti. Anak-anak
yang masuk dalam program ini di tampung dan diberikan pelayanan di
lembaga atau panti seperti pada malam hari diberikan makanan dan
perlindungan, serta perlakukan yang hangat dan bersahabat dari pekerja
sosial. pada panti yang permanen disedikan pelayanan pendidikan,
keterampilan, kebutuhan dasar, kesehatan, kesenian, dan pekerjaan. Dalam
penanganan di lembaga atau di panti terdapat beberapa jenis atau model
penampungan yang bersifat sementara (drop in centre) dan tetap
(residential centre) untuk anak jalanan yang masih bolak balik ke jalan
biasanya dimasukan ke dalam drop in centre, sedangkan untuk anak-anak
yang sudah benar-benar meninggalkan jalanan akan di tempatkan di
residential centre.
3) Community Based
Di dalam community based penanganan melibatkan seluruh potensi
masyarakat, utamanya keluarga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan
ini bersifat preventif, yakni mencegah anak-anak turun ke jalan. Keluarga
diberikan kegiatan penyuluhan pengasuhan anak dan peningkatan taraf
hidup, sementara anak-anak diberi kesempatan memperoleh pendidikan
formal maupun informal, pengisian waktu luang dan kegiatan lainnya.
Pendekatan ini bertujuan meningkatkan kemampuan keluarga dan
masyarakat agar sanggup melindungi, mengasuh dan memenuhi
kebutuhan anak-anaknya.
14
TABEL 1
Pendekatan dan
Penanganan Anak Jalanan
Pengelompokan Anak Pendidikan Fungsi Intervensi
Jalanan Program/Strategi
Anak yang masih Community based Preventif
berhubungan/tinggal
dengan orang tua
Anak yang masih ada Street Based Perlindungan
hubungan dengan
keluarga tetapi jarang
berhubungan/tinggal
dengan orang tua
Anak tersisih/putus Centre Based Rehabilitasi
hubungan dengan
keluarga/orang tua
Sumber: Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia
15
menyadari kesamaan yang berarti. Pemahaman dan pemanfaatan kelompok
penting untuk usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan dalam hal ini
penanganan masalah sosial anak jalanan.
16
BAB III
PENUTUP
2.8 Kesimpulan
Anak jalanan adalah mereka yang berumur sekitar atau kurang dari 21
tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalan dengan
bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi atau hanya untuk
hidup dijalan. Fenomena anak jalanan adalah salah satu masalah yang
kompleks dan berkaitan dengan masalah sosial lain, terutama kemiskinan.
Oleh karena itu, sebagai seorang praktisi kesehatan jiwa perawat dapat
melakukan cara penangan untuk menyelesaikan masalah psikososial
tersebut, misalnya dengan melakukan pendidikan dan pemberdayaan agar
anak jalanan dapat diterima kembali sebagai pribadi yang utuh secara
sosial.
2.9 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18