Anda di halaman 1dari 20

GLUCOMA

PROGRAM B 19
KELOMPOK 2
Mhd iqbal
Latifa oktafiani
Mahdalena
Melati trysiana pasaribu
Merin sembiring
Meysin adelina neibaho
Miftahul fauziah dasril
Nintha karina sinuhaji
Nova aldevani
Novita Dewi
Nuraina
Nurfadhilatul Alghani
Definisi

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani


“glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada
pupil penderita glaukoma.

Glaukoma adaah suatu penyakit yang


ditandai dengan adanya peningkatan
tekanan intraokuler, penggaungan, dan
degenerasi saraf oftik serta defak lapang
pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)
Klasifikasi
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular.
b. Glaukoma sudut tertutup
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara
otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan,
menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor
aqueos mengalir ke saluran schlemm.
KLASIFIKASI…
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume
cairan di dalam mata.
3. Glaukoma kongenital
Ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah
kelahiran, pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi
dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus
dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan
mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya.
Etologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli”
1. Perubahan anatomi sebagai bentuk gangguan
mata atau sistemik lainnya
2. Trauma mata,
3. Predisposisi faktor genetik

Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara lain


riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus.
Patofisiologi
Manifestasi
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada
glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan tajam pengelihatan.
– Tonometri
– Gonioskopi
– Oftalmoskopi

b. Pemeriksaan lapang pandang


– Pemeriksaan lapang pandang perifer
– Pemeriksaan lapang pandang sentral
Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk
menurunkan TIO,
1. Membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma
sudut tertutup),
2. Melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri,
mual, muntah, serta mengurangi radang),
3. Mencegah adanya sudut tertutup ulang serta
mencegah gangguan pada mata yang baik
(sebelahnya).
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
• ANAMNESA
– Umur, glaukoma primer terjadi pada individu
berumur > 40 tahun.
– Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat
glaukoma paling sedikit 5 kali dari kulit putih
(dewit, 1998).
– Pekerjan, terutama yang beresiko besar
mengalami trauma mata
Riwayat kesehatan

• Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang


pandang dan mata menjadi kabur.
• Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan
sering menabrak, gangguan saat membaca
• Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau
pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),
riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang
sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
• Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami
penyakit glaucoma sudut terbuka primer.
• Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu,
berkendaraan.
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar
dari iris.
• Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.
• Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
• Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open
angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure
≥ 30 mmHg (Indriana N dan Istiqomah; 2004).
Diagnosa
• DX 1: Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler (TIO).
(Indriana N. Dan Istiqomah; 2004).
• DX 2: Gangguan persepsi sensori: pengelihatan b.d ganguan
penerimaan, gangguan status organ indra. (Doenges,
Marilynn E; 1999).
• DX 3: Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status
kesehatan; adanya nyeri; kemungkinan/kenyataan
kehilangan pengelihatan. (Doenges, Marilynn E; 1999).
• DX 4: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber,
kurang mengingat, salah interpretasi informasi.
N o .D x Tujuan
Intervensi
Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan - Pertahankan tirah - Tekanan pada mata
keperawatan baring ketat pada meningkatkan jika
diharapkan nyeri posisi semi-Fowler tubuh datar dan
dapat berkurang atau dan cegah tindakan manuver valsalva
terkontrol. yang dapat diaktifkan seperti pada
meningkatkan TIO aktivitas tersebut.
Kriteria hasil:
(batuk, bersin,
 Klien dapat
mengejan)
mengidentifikasi
- Berikan lingkungan — Stres dan sinar akan
penyebab nyeri.
gelap dan tenang. meningkatkan TIO yang
 Klien dapat
dapat mencetuskan
mengetahui faktor-
nyeri.
faktor yang dapat
— Obsevasi tekanan — Mengidentifikasi
meningkatkan nyeri.
darah, nadi dan kemajuan atau
 Klien mampu
pernapasan tiap 24 penyimpanan dari hasil
melakukan tindakan
jam jika klientidak yang diharapkan.
untuk mengurangi
menerimah agens
nyeri.
osmotik secara
intravena dan tiap 2
jam jika klien
menerimah agens
osmotik intravena.
INTERVENSI
1. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Pastikan derajat/tipe — Sementara intervensi
keperawatan kehilangan dini mencegah
diharapkan gangguan penglihatan. kebutaan, pasien
pengelihatan dapat menghadapi
berkurang dan kemungkinan/mengala
penggunaan mi pengalaman
pengelihatan yang kehilangan penglihatan
secara optimal. sebagian atau total.
Meskipun kehilangan
Kriteria hasil:
pengelihatan telah
 Pasien akan terjadi tak dapat
mempertahankan diperbaiki (meskipun
lapang ketajaman dengan pengobatan)
penglihatan tanpa kehilangan lanjut dapat
kehilangan lebih dicegah.
lanjut. — Dorong — Mempengaruhi harapan
mengekspresikan masa depan pasien dan
perasaan tentang pilihan intervensi.
kehilangan/
kemungkinan
kehilangan
penglihatan.
— Tunjukkan pemberian — Mengontrol TIO,
tetes mata, contoh mencegah kehilangan
menghitung tetesan, penglihatan lanjut.
menikuti jadwal, tidak
salah dosis.
— Lakukan tindakan — Menurunkan bahaya
untuk membantu keamanan sehubungan
INTERVENSI
1. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tingkat ansitas, — Faktor ini
keperawatan derajat pengalaman mempengaruhi persepsi
diharapkan cemas nyeri/timbul nya pasien terhadap
dapat berkurang dan gejala tiba-tiba dan ancaman diri, potensial
hilang. pengetahuan kondisi siklus insietas, dan
saat ini dapat mempengaruhi
Kriteria hasil:
upaya medik untuk
 Pasien tampak mengontrol TIO.
rileks dan — Berikan informasi — Menurunkan ansiets
melaporkan yang akurat dan jujur. sehubungan dengan
ansitas menurun Diskusikan ketidak tahuan / harapan
sampai tingkat kemungkinan bahwa yang akan datang dan
dapat diatasi. pengawasan dan memberikan dasar fakta
pengobatan dapat untuk membuat pilihan
 Pasien
mencegah kehilanagan info tentang
menunjukkan
pengeligatan pengobatan.
ketrampilan
tambahan.
pemecahan
— Dorong pasien untuk — Memberi kesempatan
masalah
mengakui masalah dan pasien menerima situasi
 Pasien mengekspresikan nyata, mengklarifikasi
menggunakan perasaan salah konsepsi dan
sumber secara pemecahan masalah.
efektif. — Identifikasi — Memberikan keyakinan
sumber/orang yang bahwa pasien tidak
menolong sendiri dalam
menghadapi masalah
1. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Diskusikan perlunya — Vital untuk memberikan
keperawatan menggunakan informasi pada perawat
diharapkan Klien identifikasi, contoh pada kasus darurat
mengetahui tentang gelang Waspada- untuk menurunkan
kondisi, prognosis medik. resiko menerima obat
dan pengobatannya yang dikontradikasikan
(contoh ; atropin).
Kriteria hasil:

 Pasien menyatakan — Tunjukkan tehnik — Meningkatkan


pemahaman kondisi, yang benar pemberian keefektifan pengobatan.
prognosis, dan tetes mata. Izinkan Memberikan
pengobatan. pasien mengulang kesempatan pasien
tindakan. menunjukan kompetensi
 Mengidentifikasi
dan menanyakan
hubungan antar
pertanyaan.
gejala/tanda dengan
— Kaji pentingnya — Penyakit ini dapat di
proses penyakit
mempertahankan control dan
 Melakukan prosedur jadwal obat, contoh mempertahankan
dengan benar dan tetes mata. Diskusikan konsistensi program
menjelaskan alasan obat yang harus obat adalah control
tindakan. dihindari, contoh vital. Beberapa obat
midriatik, kelebihan menyebabkan dilatasi
pemakaian steroid pupil, peningkatan TIO
topikal. dan potensial
kehilangan penglihatan
tambahan.
— Identifikasi efek — Efek samping obat
samping/reaksi dapat mempengaruhi
merugikan dari rentang dari ketidak
Evaluasi
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka
pasien dengan glaukoma diharapkan sebagai berikut:
1. Nyeri dapat berkurang dan hilang
2. Pasien dapat mempertahankan lapang
pengelihatan dengan optimal dan mencegah
kehilangan pengelihatan lebih lanjut
3. Kehawatiran pasien berkurang dan hilang
4. Pasien mengetahui tentang kondisi dan cara
penanganan penyakit yang dideritanya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai