Anda di halaman 1dari 35

 

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS MASALAH POPULASI PENYAKIT


INFEKSI

Di susun
Oleh:
KENCANA NALTIPIONA
RANI SOPIA
HANIFAH RAMADHANI

Dosen Pengampu
Ns.Milya novera M,kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YAYASAN PENDIDIKAN AMANAH KESEHATAN (YPAK) PADANG
 

2022/2023
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,karunia, serta
taufik, dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu. Kelompok kami juga mengucapkan terimakasih
banyak kepada setiap dukungan yang telah mendorong kelompok untuk
menyelesaikan tugas asuhan keperawatan penyakit infeksi ini.

Kelompok kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai "penyakit infeksi" kelompok kami juga
menyadari sepenuhnya didalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kelompok kami mengharapkan adanya kritik, saran, dan usulan dari para
pembaca demi perbaikan makalah yang telah kami buat, mengingat tidak adanya sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk para pembaca.

Padang 1 juli 2023

Kelompok 3
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk


dan berkembangbiaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa
ke dalam tubuh sehingga menyebabkan kerusakan organ. Mikroorganisme penyebab
penyakit infeksi disebut juga pathogen (Brooks et al., 2013). Penyebaran mikroba
patogen ini tentunya sangat merugikan bagi orang-orang yang dalam kondisi sehat,
lebih-lebih bagi orang-orang yang sedang dalam keadaan sakit. Orang yang sehat akan
menjadi sakit dan orang yang sedang sakit serta sedang dalam proses asuhan keperawatan
di rumah sakit akan memperoleh “tambahan beban penderita” dari penyebaran mikroba
patogen ini.
Setiap tahun, infeksi menewaskan 3,5 juta orang yang sebagian besar terdiri dari
anak-anak miskin dan anak yang tinggal di negara- negara berpenghasilan rendah
dan menengah (WHO, 2014). Data lain menyebutkan bahwa pada tahun 2013, terdapat
6,3jutaanak-anak di bawah 5 tahun meninggal, di mana setiap harinya terjadi sekitar
17.000 kematian. Dari data te rsebut sekitar 83 % kematian disebabkan oleh penyakit
infeksi, kelahiran dan kondisi gizi yang didapatkan oleh anak-anak (WHO, 2015).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) perkembangan penyakit


infeksi di Indonesia dapat dilihat dari beberapa data penyakit infeksi seperti
Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) memiliki angka prevalensi sebesar 25%,
pneumonia memiliki insiden 1,8% dan prevalensi 4,5%, hepatitis memiliki angka
prevalensi dua kali lebih tinggi pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007 yakni 1,2 %,
sedangkan untuk diare memiliki insiden dan prevalensi pada semua umur di Indonesia
adalah 3,5% dan 7,0%. WHO melaporkan lebih dari 59% kasus penyakit infeksi berada
di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan, 3/4 kasus penyakit infeksi pada
 

balita berada di 15 negara berkembang.

Di negara berkembang seperti Indonesia ini insiden penyakit infeksi merupakan


pola yang mudah berubah, walaupun beberapa penyakit infeksi dapat diatasi, tetapi
selalu saja ada penyakit infeksi yang selalu muncul seiring berjalanya waktu, dan
penyakit infeksipun masih menjadi penyebab utama mordibitas dan mortalitas di dunia.
Selain itupun penyakit infeksi masih menjadi penyebab menurunya kualitas hidup di
berbagai negara.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan komunitas

2. Tujuan Khusus :

a. Mahasiswa mampu memahami populasi penyakit infeksi

b. Mahasiswa mampu memahami macam – macam penyakit infeksi

c. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi penyakit infeksi

d. Mahasiswa mampu memahami pencegahan penyakit infeksi

e. Mahasiswa mengetahui pengkajian penyakit infeksi

f. Mahasiswa mengetahui diagnosa penyakit infeksi

g. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi penyakit infeksi

C. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini kami memfokuskan lingkup penulisan mengenai asuhan
keperawatan komunita sagregat pada masalah kesehatan populasi penyakit infeksi
 

BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi Penyakit Infeksi
Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,
dengan/tanpa disertai gejala klinik. (Permenkes, 2017).
Infeksi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik. (Buku
Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI), 2019). (PPI), 2019).
Penyakit Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan  berkembang
berkembang biaknya mikroorgan biaknya mikroorganisme yaitu isme yaitu bakteri,
virus,jamur, bakteri, virus,jamur, prion, dan prion, dan  protozoa ke dalam tubuh sehingg
protozoa ke dalam tubuh sehingga menyebabkan kerus a menyebabkan kerusakan organ.
(Brooks akan organ. (Brooks et al., 2013).
Penyakit infeksi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.(Buku Pengendalian dan
Pencegahan Infeksi (PPI), 2019)

B. Rantai Penularan Infeksi

Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu


mengetahui rantai penularan.Apabila satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka
infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang diperlukan sehingga terjadi
penularan tersebut adalah:
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri virus, jamur dan parasit.
Ada 3 faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu:
patogenesis, virulensi dan  jumlah (dosis atau “lood”).
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,  berkembang
berkembang biak dan siap ditularkan ditularkan kepada orang. Reservoir Reservoir
yang  paling  paling umum adalah umum adalah manusia, manusia, binatang,
 

binatang, tumbuh-tumbuhan, ta tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan


organik lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir saluran napas
atas, usus dan vaginamerupakan reservoir yang umum.
3. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi
meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernapasan,
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa,
transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
4. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki
pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui saluran  pernapasan,
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
(luka).
5. Pejamu (host) yang suseptibel adalah orang yang tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya infeksi
atau penyakit. Faktor yang khusus dapat mempengaruhi adalah umur,
status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau
pembedahan, pengobatan dengan imunosuresan. Faktor lain yang mungkin
berpengaruh adalah  jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi,
gaya hidup,  pekerjaan dan herediter. (Buku PPI, 2019)

C. Penyebaran Penyakit Infeksi

Media perantara penularan adalah barang/bahan yang terkontaminasi seperti


peralatan makan, minum, alat-alat bedah/kebidanan,  peralatan laboratorium,
peralatan infus/transfusi.Secara garis besar, mekanisme transmisi mikroba patogen
ke pejamu (host) yang rentan melaui dua cara, yaitu :
a. Transmisi Langsung
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai
daripejamu.Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau
adanyadroplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah
dengandarah yang terkontaminasi mikroba patogen
 

b. Transmisi Tidak Langsung


Penularan mikroba patogen yang memerlukan media perantara baik
berupabarang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.Dalam
riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka akan  berinterksi
denganmikroba patogen yang secara alamiah akan melewati 4 tahap, yaitu :
a) Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat namun  peka atau labil,
disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit sepertiumur,
keadaan fisik, perilaku/kebiasaan hidup, sosial ekonomi, dan lain-lain.Faktor
predisposisi tersebut mempercepat masuknya mikroba patogen untukberinteraksi
dengan pejamu.

b) Tahap Inkubasi
Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba patogen mulai bereaksi, namuntanda dan
gejala penyakit belum tampak.Saat mulai masuknya mikrobapatogen ke tubuh
pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakitdisebut
inkubasi.Masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan penyakit lainnya, ada yang
hanya beberapa jam, dan ada pula yang bertahun-tahun.

c) Tahap Klinis
Merupakan tahap terganggunya fungsi organ yang dapat memunculkan tanda dan
gejala penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan secara bertahap.
Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan.Penderita masih mampu
melakukan aktivitas sehari-hari.Jika bertambah parah,penderita sudah tidak mampu
lagi melakukan aktivitas sehari-hari.

d) Tahap Akhir Penyakit


Perjalanan penyakit dapat berakhir dengan 5 alternatif, yaitu:
1. Sembuh sempurna
 

Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsisel/ jaringan/


organ tubuh kembali seperti sedia kala.
2. Sembuh dengan cacat
Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat
dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial.
3. Pembawa
Perjalanan penyakit seolah – o  lah berhenti, ditandai dengan
menghilangnyatanda dan gejala penyakit.Pada kondisi ini agen  penyebab
penyakitmasih ada, dan masih potensial sebagai sumber penularan.
4. Kronis
Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau
tidak berubah.
5. Meninggal Dunia
Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsi –  fungsi organ.

D. Penyakit Infeksi di Fasilitas Kesehatan

a. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi
pada kasus tertentu dapat juga menyerang organ tubuh lain seperti ginjal,tulang dan
otak. Tidak semua orang yang tertular bakteri ini akan menjadi sakit tuberkulosis.
Ketika seseorang tertular, jika sistem imun mereka kuat maka sistem imunnya akan
menahan pertumbuhan  bakteri ini di dalam tubuh. Hal ini disebut dengan TBC laten.
Penderita TBC laten tidak akan mengalami sakitat aupun gejala yang lain dan
penderita ini juga tidak dapat menularkan penyakit TBC ke orang lain. Pada beberapa
kasus, banyak orang yang tidak menyadari bahwa  mereka telahtertular bakteriTBC,
karena sistem imun mereka dapat menahan pertumbuhan dari bakteri ini sehingga
mereka tidak akan merasakan sakit sama sekali. Oleh karena itu, bagi orang dengan
 

sistem imun yang lemah seperti penderita HIV,orang yang sudah tertular bakteri ini
dalam kurun waktu 2 tahun atau lebih,mempunyai penyakit sistemik, pecandu alkohol
atau orang dengan kondisiimun tubuh yang sulit dalam melawan bakteri ini
kemungkinan tertular dan menderita TBC jauh lebih tinggi dari pada orang lain dengan
sistem imun normal. Gejala TBC akan mengalami batuk parah yang disertai dengan
darah dan dahak selama kurang lebih 2 minggu atau bahkan lebih. Penderita juga akan
merasakan sakit di dada, sakit atau kelelahan, kehilangan berat badan, kurangnafsu
makan, menggigil, demam dan berkeringat dingin di malam hari.
 

b. Human Immunodeficiency Virus

Sebenarnya virus HIV sama seperti virus yang lain seperti virus flu, tetapi jika
virus flu bisa disembuhkan dengan sistem imun tubuh, berbeda dengan virus HIV. Pada
virus HIV, sistem imun tidak bisa menyingkirkan nya. Maka virus HIV akan terus
menetap di dalam tubuh  penderita hingga meninggal.Virus HIV dapat hidup dan tinggal
di dalam tubuh penderita dalam jangka waktu yang sangat lama.Virus HIV
menyerang T-sel dan CD4 sel di dalam sistem imun tubuh, yang merupakan kunci
penting dari sistem imun.Karena tugas T-sel dan CD4 sel adalah untuk melawan infeksi
dan penyakit yang masuk kedalam tubuh dan menyerang sistem imun. Tetapi pada
kasus HIV, Tsel dan CD4 sel lah yang diserang, dengan cara menduplikasi T-sel dan
CD4sel menjadi virus HIV lalu menghancurkan sistem imun tubuh. Jika CD4 selsudah
terlalu banyak hancur, sehingga sistem imun tubuh tidak bisa melawan virus HIV lagi,
maka infeksi ini akan berlanjut menjadi AIDS.Pada awal gejala, setelah 2-4 minggu
setelah tertular pasien akan merasakan gejala flu berat, gejala ini disebut dengan Acute
RetroviralSyndrome (ARS) yang merupakan respon umum dari sistem imun
terhadapvirus HIV. Gejala flu berat yang sering terjadi pada tahap awal adalah
demam,sakit tenggorokan, mudah lelah, sakit dan ngilu  pada otot dan sendi-sendi
dan sakit kepala. Setelah beberapa lama, pasien akan memasuki tahap klinis laten. Pada
tahap ini pasien sama sekali tidak akan merasakan adanya gejala di dalamtubuhnya
atau hanya gejala kecil yang dirasakan. Hal ini terjadi karena virusHIV akan berdiam di
dalam tubuh dan sedikit menduplikasikan virusnya.Tetapi walaupun dalam fase laten,
virus HIV tidak mati dan dapat juga menular. Fase ini dapat terjadi selama puluhan
tahun bahkan ada yang bisalebih cepat.Pada fase terakhir, HIV akan berlanjut menjadi
AIDS yang memiliki gejala penurunan berat tubuh secara signifikan, demam
tinggi dan tidak sembuh, keringat yang banyak di malam hari, kelelahan yang parah
dan tidakdapat dijelaskan secara pasti, pembengkakan kelenjar limfe (di
ketiak,selangkangan atau leher), diare yang berlangsung lebih dari seminggu, lukapada
(mulut, anus, dan alat kelamin), pneumonia, terdapat bercak berwarna(merah, coklat,
merah muda atau keunguan di  bawah kulit atau di dalam mulut,hidung atau kelopak
 

mata), kehilangan memori, depresi dan gangguan neurologis lainnya.


 

 
c. Hepatitis C
Virus hepatitis C menyerang organ hati. Hepatitis C dapat terjadi karena
komplikasi dari hepatitis yang lain, cirrhosis, kanker hati dan transplantasi organ hati.
Virus hepatitis C diklasifikasikan ke dalam famili Flaviviridae, diambil dari bahasa latin
Flavus. Semua virus dari famili ini dapat membuat penyakit jaundice yaitu penyakit
kuning. Virus hepatitis C tidak menghancurkan sel hepatosit dari organ hati.Tetapi
seperti penyakit periodontitis, kerusakan yang ditimbulkan oleh virus hepatitis C adalah
peradangan akibat dari reaksi sistem imun tubuh yang diserangnya.
Infeksi oleh VHC dapat diidentifikasi dengan memeriksa antibodi
yangdibentuk tubuh terhadap VHC bila virus ini menginfeksi dan memeriksapartikel
virus dengan pemeriksaan molekuler.Tidak seperti hepatitis B,pemeriksaan
konvensional untuk mendeteksi antigen VHC tidak tersedia.Diagnosis infeksi VHC
membutuhkan pemeriksaan baiknantibodi (anti-VHC)maupun VHC RNA.
Pemeriksaan ini ditandatai dengan peningkatan ALT dandurasinya karena berguna
untuk mengetahui kadar virus dalam darah. Setelahpaparan akut, VHC RNA  biasanya
terdeteksi dalam serum sebelum antibodi.VHC RNA dapat diidentifikasi paling cepat
dua minggu setelah paparan,sedangkan anti- VHC biasanya tidak terdeteksi sebelum
minggu ke 8 sampai 12.Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan
pemeriksaan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan Recombinant
Immuno Blot Assay(RIBA). Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah
Polymerase ChainReaction (PCR). Pemeriksaan ini mendeteksi sejumlah kecil zat
genetik darivirus hepatitis C.
 

E. Sifat-sifat Penyakit Infeksi


Sebagai agen penyebab penyakit, mikroba patogen memiliki sifat – s 
ifat khusus yang sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya. Sebagai
makhluk hidup, mikroba patogen memiliki ciri –c  iri kehidupan, yaitu : 
a. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak.
b. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya.
c. Bergerak dan berpindah tempat.

Ciri – c  iri kehidupan mikroba patogen tersebut di atas, merupakan


sifat – sifat spesifik mikroba patogen dalam upaya mempertahankan hidupnya.Cara
menyerang/invasi ke pejamu/ manusia melalui tahapan sebagai berikut.:
1.  Sebelum pindah ke pejamu (calon penderita), mikroba patogen hidup
danberkembang biak pada reservoir (orang/penderita, hewan, benda –  benda
lain).
2. Untuk mencapai pejamu (calon penderita), diperlukan adanya
mekanisme penyebaran.
3. Untuk masuk ke tubuh pejamu (calon penderita), mikroba pathogen
memerlukan pintu masuk (port d’entrée) seperti kulit/mukosa yang
terluka,hidung, rongga mulut, dan sebagainya. Adanya tenggang waktu saat
masuknya mikroba patogen melalui port d’entrée sampai timbulnya manifestasi
klinis, untuk masing  – masing mikroba patogen  berbeda –  beda
4. Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat terserang oleh
mikrobapatogen, namun berbeda mikroba patogen secara selektif hanya
menyerang organ – o  rgan tubuh tertentu dari pejamu/target organ.
5. Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis dari mikroba
patogen terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa faktor berikut:

a)   Infeksivitasi

Besarnya kemampuan mikroba patogen melakukan invasi, berkembang biak


 

dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal  pada jaringan tubuh pejamu.

b) Patogenitas

Derajat respons/reaksi pejamu untuk menjadi sakit.

c) Virulensi

Besarnya kemampuan merusak mirkoba patogen terhadap


jaringan pejamu.

d) Toksigenitas

Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan toksin, dimana


toksin berpengaruh dalam perjalanan penyakit.

e) Antigenitas

Kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme pertahanan


tubuh/antibodi pada diri pejamu. Kondisi ini akan
mempersulit mikroba patogen itu sendiri untuk berkembang biak, karena
melemahnya respons pejamu menjadi sakit.

F. Faktor-faktor yang Terlibat Dalam Infeksi di Fasilitas Kesehatan

Kejadian, dan berbagai efek infeksi di fasilitas kesehatan pada dasarnya


bergantung pada mikroorganisme, tuan rumah (pasien dan staf), lingkungan,
danpengobatan.

a. Mikroorganisme agen infeksi

Walaupun sebenarnya setiap infeksi dapat diperoleh dari pasien atau staf fasilitas
kesehatan ada beberapa organisme patogen tertentu yang terutamaberkaitan dengan
infeksi di fasilitas kesehatan, dan beberapa jarang menyebabkan infeksi dalam
 

lingkungan lain. Peranan mereka sebagai penyebab infeksi di fasilitas kesehatan


bergantung pada patogenitas atauvirulensi (kemampuan dari spesies atau strain
menyebabkan penyakit), dan jumlah mereka juga bergantung pada ketahanan
pasien.Dan karena banyak pasien di dalam rumah sakit yang resistensinya kurang
disebabkan oleh penyakit atau pengobatan mereka.Organisme yang relatif tidak
berbahaya pada orang sehat dapat menyebabkan penyakit dalam rumah sakit.

b. Tuan rumah (pasien atau anggota staf)

Kerentanan tuan rumah, dan virulensi (derajat patogenitas Suatu


mikroorganisme). Seseorang pasien dapat memiliki resistensi umum yang lemah,
misalnya pada bayi sebelum antibodi terbentuk, dan apabila jaringan yang
menghasilkan antibodi belum sempurna dikembangkan atau resistensi lemah
mungkin berhubungan dengan suatu penyakit (seperti diabetes atau leukemia yang tidak
terkendali atau luka bakar yang parah), atau dengan gizi yang buruk, atau dengan
bentuk pengobatan tertentu seperti penggunaan obat-obatan imunosupresif yang
diberikan untuk mencegah penolakan organ yang ditransplantasi atau kemoterapi
kanker. Risiko infeksi diantara anggota staf melalui kontaminasi dengan darah, dan
eksudat (campuran serum, sel atau sel yang rusak keluar dari pembuluh darah ke dalam
jaringan biasanya akibat radang), pasien dengan hepatitis B (HBV), dan HIV

c. Lingkungan
Tempat ketika pasien ditangani mempunyai suatu pengaruh penting pada
kemungkian infeksi yang diperolehnya serta pada sifat infeksinya.Berbagailokasi di
fasilitas kesehatan yang berbeda mempunyai infeksi tersendiri.Suatu tujuan dalam
pengendalian infeksi rumah sakit adalah untukmeminimalkan infeksi dari bahaya
mikroba patogen yang didapat di luarrumah sakit.

G. Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Infeksi

Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah


tindakan yang paling utama. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan
 

caramemutuskan rantai penularannya. Rantai penularan adalah rentetan proses


berpindahnya mikroba patogen dari sumber penularan (reservoir) ke pejamu
dengan/tanpa media perantara. Jadi, kunci untuk mencegah atau mengendalikanpenyakit
infeksi adalah mengeliminasi mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta
mengamati mekanisme transmisinya, khususnya yangmenggunakan media
perantara.Sebagai sumber penularan atau reservoir adalah orang/penderita,
hewan,serangga (arthropoda) seperti lalat, nyamuk, kecoa, yang sekaligus dapat
berfungsi sebagai media perantara.Contoh lain adalah sampah, limbah,ekskreta/sekreta
dari penderita, sisa makanan, dan lain – lain.Apabila perilaku hidup sehat sudah menjadi
budaya dan diimplementasikan dalam kehidupan sehar i– h  ari, serta sanitasi
lingkungan yang sudah terjamin, diharapkan kejadian penularan penyakit infeksi
dapat ditekan seminimal mungkin.

H. Konsep Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan
untuk mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan
kesehatan.Pencegahan memiliki arti mencegah agar tidak terjadi infeksi,sedangkan
pengendalian memiliki arti meminimalisasi resiko terjadinya infeksi.Dengan
demikian, tujuan utama dari pelaksanaan program ini adalah mencegahdan
mengendalikan infeksi dengan cara menghambat pertumbuhan dan transmisimikroba
yang berasal dari sumber di sekitar penderita yang sedang dirawat. Infeksi Terkait
Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections)yang selanjutnya disingkat
HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selamaperawatan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketikamasuk tidak ada infeksi dan tidak
dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalamrumah sakit tapi muncul setelah pasien
pulang, juga infeksi karena pekerjaan padapetugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
terkait proses pelayanan kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan.
 

I. Cakupan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi diRumah


Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya

Kemenkes RI (2011), menuliskan bahwa ada sepuluh hal yang


perludilakukan dalam pelaksanaan PPI, yaitu:

1. Kebersihan Tangan

Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang disebarkan


melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran serta menghambat dan membunuh
mikroorganisme pada kulit.Menjaga kebersihantangan ini dilakukan segera setelah
sampai di tempat kerja, sebelum kontak dengan pasien atau melakukan tindakan untuk
pasien maupun melakukan pemeriksaan.Secara garis besar, kebersihan tangan dilakukan
pada airmengalir, menggunakan sabun dan/atau larutan antiseptik, dan di akhiri dengan
mengeringkan tangan dengan kain yang bersih dan kering.

2. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas
untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan infeksius. Dengan
munculnya Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) dan Hepatitis C, serta
meningkatnya kasus Tuberculosis (TBC),pemakaian APD menjadi sangat penting
dalam melindungi petugas. APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator
Partikulat, pelindung mata (goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun
pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).

3. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien

Konsep ini meliputi cara memproses instrumen yang kotor, sarung tangan,
linen, dan alat yang akan dipakai kembali dengan menggunakanlarutan klorin 0,5%,
mengamankan alat-alat kotor yang akan tersentuh sertamemilih proses penanganan
yang akan digunakan secara tepat.Penatalaksanaan ini dapat dilakukan dengan
precleaning, pencucian danpembersihan, Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), serta
sterilisasi.
 

4. Pengendalian Lingkungan

Tujuan pengendalian lingkungan fasilitas kesehatan adalah untuk menciptakan


lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman.Pengendalianlingkungan secara baik dapat
meminimalkan atau mencegah transmisimikroorganisme dari lingkungan kepada
pasien, petugas, pengunjung danmasyarakat di sekitar fasilitas kesehatan.
 

5. Pengolahan Limbah

Pengelolaan limbah merupakan salah satu upaya kegiatan PPI berupa


pengelolaan limbah rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, baik limbahyang
terkontaminasi maupun yang tidak terkontaminasi.

6. Penatalaksanaan Linen

Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi.Linen terkontaminasi


adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya,termasuk juga benda
tajam.Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-
hati. Kehatian-hatian ini mencakup penggunaanperlengkapan APD yang sesuai dan
membersihkan tangan secara teratursesuai pedoman kewaspadaan standar.

7. Perlindungan Kesehatan Petugas

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terpapar kuman saat


bekerja.Upaya rumah sakit atau fasilitas kesehatan untuk mencegah transmisi
iniadalah membuat program pencegahan dan pengendalian infeksi pada petugasnya,
misalnya dengan pemberian imunisasi.

8. Penempatan Pasien

Penerapan program ini diberikan pada pasien yang telah atau sedang dicurigai
menderita penyakit menular. Pasien akan ditempatkan dalam suaturuangan
tersendiri untuk meminimalkan proses penularan pada orang lain.

9. Etika Batuk dan Bersin

Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan perlu memperhatikan kebersihan


pernapasan dengan cara selalu menggunakanmasker jika berada di fasilitas
pelayanan kesehatan. Saat batuk, sebaiknyamenutup mulut dan hidung
menggunakan tangan atau tissue.

10. Praktik Menyuntik yang Aman


 

Jarum yang digunakan untuk menyuntik sebaiknya jarum yang steril dan sekali
pakai pada setiap kali suntikan.

11. Praktik Lumbal Pungsi yang Aman

Saat melakukan prosedur lumbal pungsi sebaiknya menggunakan masker untuk


mencegah transmisi droplet flora orofaring
 

BAB III

Asuhan keperawatan

A. Pengkajian

1) Data Inti Komunitas

1. Sejarah / Riwayat Daerah Komunitas

a. Desa/kampung olo merupakan satu diantara desa yang berada di kabupaten olo
padang barat. Luas Wilayah daratan Desa olo kurang lebih 28,43 km². Dusun-
dusun yang terdapat di Desa olo antara lain Dusun olo ladang, ujung pandan,
koto merapak dan ujung gurun.Jumlah penduduk di desa olo kurang lebih
sebanyak 5,887 dengan perbandingan 3,074 laki dan 2,813 perempuan. Fasilitas
kesehatan di desa olo terdapat satu Puskesmas dan satu Polindes/ Poskesdes.

b. Riwayat :

1) Usia penderita :

Anak : 15 – 29

tahun Orang tua : 30 – 70 tahun

2) Jenis mental disosder yang pernah di derita : -

3) Riwayat utama : -

4) Konflik : -
 

2. Data Demografi

Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia Dan Jenis Kelamin Jumlah penduduk


sebanyak 5.887 jiwa terdiri dari:

• Pria 3.074

•Wanita 2.813

a. Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan

Pendidikan Frekuensi

Belum sekolah 1.034

Tidak sekolah 789

TK 985

SD 1.256

SMP 743

SMA 699

Perguruan tinggi 411

Total 5.887

Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan terdiri dari belum sekolah yaitu bayi
 

sampai balita 0-5 tahun sebanyak 1.034 anak, tidak sekolah sebanyak 789, TK
sebanyak 985 orang, SD terdiri dari anak usia sekolah dan masyarakat yang hanya
lulusan SD 1.256, SMP terdiri dari anak remaja dan masyarakat yang lulusan SMP 743,
SMA terdiri dari remaja dan masyarakat yang lulusan SMA sebanyak 669 dan
perguruan tinggi terdiri dari masyarakat yang menempuh perguruan tinggi sebanyak
411.
 

b. Distribusi Pekerjaan

Jenis pekerjaan Frekuensi


Pelajar/belum bekerja 1.545
Tidak bekerja/IRT 993
PNS 1.093
TNI/POLRI 162
Pensiunan 907
Swasta 1.185
Total 5.887

Distribusi pekerjaan yakni pelajar/belum bekerja terdiri dari anak belum sekolah
dan pelajar SD, SMP, SMA, dan mahasiswa Universitas banyak 1.545, tidak
bekerja atau IRT sebanyak 993, PNS sebanyak 1.095, TNI/ POLRI sebanyak 162,
pensiunan 907,swasta sebanyak 1.185.

c. Distribusi Ras Dan Etnis


Penduduk desa Lingga dihuni oleh sebagian besar suku Dayak dan Melayu.
 

3. Nilai-nilai keyainan agama

Agama yang di anut Frekuensi

Islam 1.147

Kristen 1.564

Katolik 1.347

Budha 856

Hindu 345

Tionghoa 628

Total 5.887

II. Data subsistem komunitas


1. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik Frekuensi

Kondisi air 17

Berbau 23

Berasa 11

Tidak berasa/tidak berwarna 2.370

Jumlah 2.421
 

a. Kualitas air
Kualitas air yang terdapat dalam desa olo sebagian besar tidak berasa/tidak
berwarna dan hanya terdapat 17 berwarna, 23 berbau, 11 berasa. DesaLingga untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari ada yang memakai air sungai, sumur dan ada yang
menggunakan PAM.

b. Pembuangan limbah

Tempat pembuangan Frekuensi

Respan 167

selokan 173

Sembarangan tempat 49

Jumlah 389

Pembuangan limbah di desa terdiri dari 167 resapan,172 selokan, dan 49


sembarang tempat.

c. Kualitas udara
Kualitas udara di desa olo cukup bersih tidak ada polusi udara, karena desa tersebut
masih banyak terdapat pohon- pohon rindang dan jauh dari polusi udara seperti
asap kendaraan dan pabrik
 

d. Perumahan

Tipe rumah Frekuensi

Permanen 224

Semi permanen 1.137

Tidak permanen 0

Jumlah 3.321

Tipe rumah di desa hantu berat permanen sebanyak 2.224 rumah,semi


permanen1.137,tidak permanen 0

2. Status kepemilikan rumah

Kepemilikan Frekuensi

Milik sendiir 1.342

Numpang 876

Sewa 1.103

Jumlah 3.321

Status kepemilikan rumah sebanyak 1.342 kepala keluarga rumah milik sendiri,876
 

menumpang dan 1.103 rumah sewa

3. Pelayanan kesehatan dan social

Pelayanan kesehatan hanya terdapat puskesmas dan klinik,rumah sakit tidak


tersedia di desa olo Untuk menjangkau akses pelayanan kesehatan rumah sakit
masyarakat harus kedesa lain yang bisa di tempuh 5 KM lagi. Klinik dokter berada
di tengah desa. Dalam pelayanan klinik dan puskesmas menyediakan pelayanan
penyakit umum seperti flu, batuk, diare, juga untuk pengobatan yang lama seperti
TBC dan HIV/AIDS

4. Ekonomi Status pekerja masyarakat sebagian besar bekerja sebagai swasta


a. Pasar : terdapat 3 pasar.
b. Pusat bisnis : terdapat beberapa bisnis pertokoan dan usaha yang dibangun
masyarakat.

5. Transportasi Dan Keamanan

a. Alat Transportasi Penduduk Keluar Masuk Wilayah : alat transportasi yang


digunakan berupa mobil, motor, dan sepeda.
b. Transportasi Umum : angkutan umum berupa angkot dan bus
c. Layanan Perlindungan Kebakaran : tidak terdapat layanan perlindungan
kebakaran, jika terjadi kebakaran biasanya pihak yang bersangkutan akan
memanggil layanan kebakaran yang berada di pusat kota.
d. Kantor Polisi : tidak terdapat kantor polisi.
 

6. Politik Dan Pemerintahan


a. Pemerintahan (RT, RW, Desa / Kelurahan, Kecamatan) : Desa ini memiliki ketua
pemuda dan anggotanya yang dianggotai remaja muda di desa olo. Pemerintah
daerah (Pemda) setempat cukup tanggap dengan kejadian TBC di masyarakat.
Pemda sudah mulai fokus pengobatan seperti memberikan obat gratis selama
masa pengobatan pasienTBC. Situasi politik di Lingga juga cukup terlihat.
Pemerintahsetempat sudah memberikan subsidi obat gratis selama masa
pengobatan TBC.

b. Komunikasi
1. Komunikasi Formal : Informasi kesehatan melalui komunikasiformal seperti
surat kabar, radio, dan Tv namun seiring zaman penggunaan surat kabar sudah
mulai berkurang, yangmendengarkan melalui radio masih terdapat beberapa
orang saja,dan televisi sebagian besar.
2. Komunikasi Informal : Masyarakat juga biasa memperoleh informasi kesehatan
dari 1 papan pengumuman di desa, beberapa mendapatkan leaflet dan brosur
dari rumah sakit dan seiringzaman sebagian besar masyarakat menerima
informasi kesehatan melalui smathphone.

c. Pendidikan
1. Sekolah yang ada dikomunitas : Di desa olo terdapat 3 SD dan 1 SMP,1 SMA
2. Perpustakaan : Perpustakaan hanya ada pada sekolah. Untuk umum belum
terdapat perpustakaan.
3. Pendidikan khusus : Tidak terdapat pendidikan khusus
4. Pelayanan kesehatan disekolah : Kunjungan puskesmas tanpa pelayanan
kesehatan di sekolah berupa imunisasi

d. Rekreasi
1. Taman : tidak terdapat taman di desa olo
2. Area Bermain : Tidak terdapat area bermain
 

3. Rekreasi Umum dan Privat : Masyarakat desa olo biasanya menghabiskan waktu
untuk rekreasi ke beberapa tempat seperti; di pantai dan gunung

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pemeliharaan Kesehatan tidak efektif
Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO DIAGNOSA LUARAN&KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN
HASIL
1 Pemeliharaan Setelah dilakukan intervensi Setelah dilakukan
kesehatan tidak
keperawatan selama 1x24 intervensi keperawatan
efektif
jam maka : selama 1x24 jam maka
1. Prevensi primer 1. Prevensi priner
Label :Pemeliharaan Label :promosi perilaku
kesehatan (L.12106) upaya kesehatan(I.12472)
Kriteria hasil : Identifikasi perilaku upaya
Kemampuan menjalan kesehatan yang dapat
perilaku sehat meningkat ditingkatkan

2.prevensi sekunder 2. Prevensi sekunder

Label :Pemeliharaan Label :edukasi kesehatan

kesehatan (L.12106) (I.12384)

Kriteria hasil : Ajarkan perilaku pola hidup

Menunjukkan pemahaman bersih dan sehat


 

perilaku sehat neningkat 3.prevensi tersier

3.prevensi tersier Label : edukasi pola


Label :manajemen perilaku kebersihan
kesehatan(L.12104) (I.12439)
Kriteria hasil : jelaskan masalah yang
Menerapkan program dapat timbul akibat tidak
perawatan meningkat menjaga kebersihan diri
dan lingkungan

2 Deficit Setelah dilakukan intervensi Setelah dilakukan intervensi


pengetahuan keperawatan selama 1x24 keperawatan selama 1x24 jam
b.d kurang jam maka : maka
terpapar 1. Prevensi primer 1. Prevensi primer
informasi Label :tingkat Label :edukasi
(D.011) pengetahuan (L.12111) kesehatan(I.12383)
Kriteria hasil : Identifikasi kesiapan dan
Kemampuan menjelaskan kemampuan menerima informasi
pengetahuan tentang suatu
Identifikasi faktor-faktor yang
topik meningkat
dapat meningkatkan dan
2.prevensi sekunder
menurunkan motivasi perilaku
Label : tingkat
hidup bersih dan sehat
pengetahuan(L.12111)
2. Prevensi sekunder
Kriteria hasil :
Label :konseling (I.10334)
Perilaku sesuai anjuran
Anjurkan untuk menunda
meningkat
pengambilan keputusan saat stress.
3.prevensi tersier
Label :tingkat kepatuhan 3.prevensi tersier
(L.12110) Label :edukasi kesehatan
Kriteria hasil : (I.12383)
Perilaku mengikuti program Ajarkan perilaku hidup bersih dan
 

perawatan/pengobatan sehat
membaik
Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

CATATAN PERKEMBANGAN
NO DIAGNOSA HARI/ IMPLEMENTASI EVALUASI1
TANGGAL
1 Pemeliharaan Senin Melakukan S :klien mengatakan sudah
kesehatan 26 juni 2023 penyuluhan tentang mengerti dengan
tidak efektif t (08.00-10.00) menjalankan pola penyuluhan yag telah
hidup sehat. disampaikan.
O :klien tampak sudah
paham.
A :prevensi primer tentang
menjalan pola hidup sehat
tercapai
P : intervensi dilanjutkan
dengan prevensi sekunder
tentang kemampuan
melakukan tindakan
pencegahan masalah
kesehatan

2 Deficit Selasa Melakukan S : klien mengatakan


pengetahuan 27/06/23 penyuluhan tentang mengerti tentang penyuluhan
b.d kurang (08.00-10.00) pola hidup sehat tentang pola hidup sehat
terpapar yang diberikan
informasi O :klien tampak mengerti
penyuluhan pola hidup
bersih dan sehat yg di
berikan
A : prevensi sekunder
tentang perilaku sesuai
anjuran tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
dengan prevensi tersier
 

tentang program perilaku


hidup sehat.
 

Anda mungkin juga menyukai