EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI
FAKULTAS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Epidemiologi
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pengantar ilmu kesehatan masyarakat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang epidemiologi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya terhadap epidemiologi. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, beberapa rumusan masalah yang terbentuk
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam pembuatan makalah ini bagi penulis maupun
pembaca adalah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai epidemiologi beserta ruang
lingkupnya serta peranan epidemiologi dalam kesehatan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Jika ditinjau dari asal kata (Bahasa Yunani) Epidemiologi berarti Ilmu yang mempelajari
tentang penduduk {EPI = pada/tentang ; DEMOS = penduduk ; LOGOS = ilmu}. Sedangkan
dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah : “ Ilmu yang mempelajari
tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) masalah kesehatan pada sekelompok
orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya).”
Epidemiologi adalah metode inverstigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyebab
atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau risiko yang menyebabkan penyakit, cedera,
cacat atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia. Epidemiologi juga
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat, penyebab, pengendalian, dan factor-faktor
yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian dalam
populasi manusia. Ilmu ini meliputi pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit,
atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi,
agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.
2.2 Ruang Lingkup Epidemiologi
Penyakit menular timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen,
induk semang atau lingkungan. Bentuk ini tergambar didalam istilah yang dikenal luas
dewasa ini. Yaitu penyebab majemuk (multiple causation of disease) sebagai lawan dari
penyebab tunggal (single causation). Didalam usaha para ahli untuk mengumpulkan
pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah melakukan eksperimen terkendali
untuk menguji sampai dimana penyakit itu bisa di cegah sehinga dapat meningkat taraf hidup
penderita. Dalam epidemiologi ada tiga faktor yang dapat menerangkan penyebaran
(distribusi) penyakit atau masalah kesehatan yaitu orang (person), tempat (place), dan waktu
(time). Informasi ini dapat digunakan untuk menggambarkan adanya perbedaan keterpaparan
dan kerentanan. Perbedaan ini bisa digunakan sebagi petunjuk tentang sumber, agen
yang bertanggung jawab, transisi, dan penyebaran suatu penyakit.
Faktor orang atau person adalah karakteristik dari individu yang mempengaruhi keterpaparan
atau kepekaan mereka terhadap penyakit. Orang yang karakteristiaknya mudah terpapar atau
peka terhadap penyakit akan mudah terkena sakit. Karakteristik orang bisa berupa
faktor genetik, umur, jenis kelamin,pekerjaan, kebiasaan dan status sosial ekonomi. Seorang
individu yang mempunyai faktor genetic pembawa penyakit akan mudah terpapar faktor
genetic tersebut dan peka untuk sakit. Perbedaan berdasarkan umur, terdapat kemungkinan
dalam mendapat keterpaparan berdasarkan perjalanan hidup. Demikian pula dengan
karakteristik lain yang akan membedakan dalam kemungkinan mendapat keterpaparan
Faktor tempat berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi ini dapat batas alamiah
seperti sungai, gunung,atau bisa dengan batas administrasi dan histori. Perbedaan distribusi
menurut tempat ini memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit yang dapat menjadi
pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum diketahui.
Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun. Informasi ini
bisa dijadikan pedoman tentang kejadian yang timbul dalam masyarakat.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain ditentukan oleh
tiga faktor tersebut diatas, yakni factor Agen atau penyebab penyakit Agen merupakan
pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit. Agen
dapat dikelompokkan menjadi Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan
sebagainya, Golongan riketsia, misalnya typhus, Golongan bakteri, misalnya disentri,
Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya. Faktor Host
(Manusia) Sejauh mana kemampuan host didalam menghadapi invasi mikroorganisme yang
infektius itu, berbicara tentang daya tahan. Misalnya Imunitas seseorang. Faktor Route of
transmission (jalannya penularan). Penularan penyakit dapat dilihat dari potensi infeksi yang
ditularkan. Infeksi yang ditularkan tersebut berpotensi wabah atau tidak.
Karakteristik penyakit menular Secara umum memiliki gejala klinik yang berbeda-beda
sesuai dengan faktor penyebab penyakit tersebut. Berdasarkan manifestasi klinik maka
karakteristik penyakit menular terdiri dari :
1) Spektrum Penyakit Menular
Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai manifestasi klinik, mulai
dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang berat disertai komplikasi dan
berakhir cacat / meninggal dunia.Akhir dari proses penyakit adalah sembuh, cacat atau
meninggal. Penyembuhan dapat lengkap atau dapat berlangsung jinak (mild) atau dapat pula
dengan gejala sisa yang berat (serve sequele).
Penyakit-penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan degeneratif sebagai penyebab
kematian mulai menggeser kedudukan dari penyakit-penyakit infeksi. Penyakit tidak menular
mulai meningkat bersama dengan life-span (pola hidup) pada masyarakat. Life – span
meningkat karena adanya perubahan-perubahan didalam : kondisi sosial ekonomi, kondisi
hygiene sanitasi, meningkatnya ilmu pengetahuan, perubahan perilaku.
Penyakit- Penyakit Tidak Menular Yang Bersifat Kronis adalah Penyakit yang termasuk di
dalam penyebab utama kematian, yaitu :
- Osteoporosis
- Penyakit Ginjal kronis
- Mental retardasi
- Epilepsi
- Lupus Erithematosus
- Collitis ulcerative
Penyakit yang termasuk akan menjadi perhatian yang akan datang, yaitu :
- Defisiensi nutrisi
- Akloholisme
- Ketagihan obat
- Penyakit-penyakit mental
- Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan
Faktor-Faktor Resiko
a. Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum
ditemukan secara keseluruhan, untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat berbeda-beda
(merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia) Satu faktor resiko dapat menyebabkan
penyakit yang berbeda-beda, misalnya merokok, dapat menimbulkan kanker paru,
penyakit jantung koroner, kanker larynx. Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor
resiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit,
tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui.
b. Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular
yang bersifat kronis antara lain :
- Tembakau
- Alkohol
- Kolesterol
- Hipertensi
- Diet
- Obesitas
- Aktivitas
- Stress
- Pekerjaan
- Lingkungan masyarakat sekitar
- life style
Telah dijelaskan diatas bahwa penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent
(Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan
lingkungan sekitar (source and vehicle of agent):
1. Agent
a. Agent dapat berupa (non living agent) : 1) Kimiawi 2) Fisik 3) Mekanik 4) Psikis
b. Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling sederhana
sampai yang komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang komplek ikatannya)
c. Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa
mengetahui spesifikasi dari agent tersebut
d. Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda-beda
(dinyatakan dalam skala pathogenitas) Pathogenitas
Agent : kemampuan / kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan sakit pada
host
e. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Kemampuan menginvasi / memasuki jaringan
2) Kemampuan merusak jaringan : reversible dan irreversible
3) Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif
2. Reservoir
a. Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air batu dll)
dimana agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik.
b. Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda mati.
c. Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak
berpotensi sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.
Setiap Konsultasi dalam praktek kedokteran klinik bertujuan untuk menentukan apakah benar
bahwa gejala – gejala dan tanda serta hasil uji diagnostik yang dialami oleh para penderita itu
normal atau tidak. Hal ini perlu dipertimbangkan dan dilakukan sebelum melakukan tindakan
– tindakan lebih lanjut seperti Investigasi, pengobatan dan observasi
Beberapa Kriteria yang dapat digunakan untuk membantu para klinisi dalam menentukan
batas – batas normal dan abnormalitas adalah : • Normal adalah suatu keadaan yang pada
umumnya terjadi (Normal adalah Umum) Diasumsikan bahwa normal adalah segala sesuatu
atau kedaan yang biasanya terjadi dan sering terjadi sedangkan Abnormal adalah hal – hal
yang tidak lazim dan tidak sering terjadi. Kelemahan akan hal ini adalah tidak adanya dasar
biologis untuk dignakan sebagai petunjuk baku ke arah abnormalitas.
Abnormalitas berassosiasi dengan penyakit, Kriteria ini didasakan pada distribusi dari
pengamatan – pengamatan yang dilakukan terhadap orang – orang sehat maupun orang yang
sakit. Dalam hal ini erat kaitannya dengan Sensitivitas dan Spesifitas. Dimana Sensitivitas
merupakan proporsi dari orang – orang yang benar – benar sakit, yang kemudian
dikategorikan sebagai keadaan Abnormal berdasarkan uji atau tes. Sedangkan Spesifitas
merupakan proporsi dari orang – orang yang benar – benar sehat atau Normal.
Abnormal sebagai keadaan yang dapat diobati. Dengan semakin meningkatnya teknologi
kedokteran, semakin memberikan peluang untuk dapat meneliti berbagai masalah kesehatan
atau penyakit yang pada akhirnya bertujuan untuk dapat menemukan obat yang mutakhir,
sehingga hamper semua penyakit dapat diobati.
UJI DIAGNOSTIK
Tujuan dari melakukan uji diagnostic adalah Untuk membantu memastikan diagnosis –
diagnosis yang paling memungkinkan. Dalam pengertian ini, maka seharusnya diagnosis itu
merupakan sebuah proses ilmiah. Oleh karena itu, dalam setiap uji diagnostic seharusnya
dilakukan dengan prosedur – prosedur ilmiah seperti layaknya sebuah penelitian. Namun hal
ini tidak akan mungkin dapat dilakukan pada kasus – kasus yang memang membutuhkan
tindakan klinis segera.
TINGKAT PENCEGAHAN
Dalam Epidemiologi yang disesuaikan denga fase – fase yang berbeda – beda dari
perkembangan penyakit dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Sensus penduduk
2. Survai simpel demografi
3. Sistem registrasi
a. Registrasi vital (catatan peristiwa-peristiwa penting seperti kelahiran, kematian
dan perkawinan)
b. Registrasi penduduk
4. Statistik migrasi internasional.
Ciri-ciri khas sensus modem lainnya adalah universal dan serentak, artinya, setiap
individu dicacah pada waktu yang bersamaan.
a. Survei Sampel
Suatu survei sampel lebih murah karena hanya meliputi penduduk yang dipilih sebagai
wakil penduduk. Namun demikian, proses pemilihan ini dapat menimbulkan kesalahan
sampel (sampling error) yang tidak akan terjadi jika seluruh penduduk dicacah Masalah lain
yang timbul adalah karena suat sampel nasional seca clatit jumlahnya tidak besar ada
kemungkinan daerah atau unit yang kecil (misalnya suatu desa) tidak terwakili sehingga
dengan sendirinya sangat sukar menentukan karakteristik daerah ini.
b. Registrasi Vital
Sensus dan survai menggambarkan keadaan penduduk pada suatu waktu tertentu.
Statistik vital merupakan sumber utama untuk mengetahui perubahan penduduk karena
statistik ini dikumpulkan secara kontinu dalam berbagai buku registrasi yang biasanya
meliputi kematian, kelahiran dan perkawinan. Jika registrasi dilaksanakan dengan cermat dan
diwajibkan seperti di Australia dan negara-negara maju lamma, jumlah kelahiran dan
kematian dapat dianalisis bersama-sama dengan sensus terakdur dan statistik migrasi untuk
memungkinkan perhitungan tingkar ketaluran dan tingkat kematian, serta memperkirakan
jumlah penduduk pada setiap waktu.
Fertilitas
Wrong percaya bahwa norma yang menunjukkan penduduk dari golongan status
ekonomi yang lebih rendah mempunyai fertilitas yang relatif lebih tinggi, hampir dapat
dikatakan sebagai suatu hukum sosial ekonomi. Ketika survai di India dan di tempat lain
menunjukkan hasil yang sebaliknya, datanya antik dengan alasan bahwa wanita-wanita dari
kelas rendah cenderung lupa jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Hull and Hull (1977)
mampu menentang hukum yang terkenal itu karena datanya dianalisis menurut variabel
berpengaruh dan juga menurut variabel-antara. Hasil studi mereka di sebuah desa. Tengah
menunjukkan bahwa kelompok isteri yang berpenghasilan tinggi melaporkan jumlah anak
yang lebih banyak. Apakah hal ini karena wanita yang miskin kurang memperhatikan jumlah
kelahiran. Setelah menganalisis data berdasarkan variabel-antara 3, 4, dan 7, mereka menarik
kesimpulan bahwa perbedaan-perbedaan itu memang tidak dibuat-buat. Perkawinan wanita
yang lebih miskin kurang stabil, masa abstinensinya setelah bersalin lebih lama dan mereka
lebih mungkin menjadi mandul.
Menurut Holsinger dan Kasarda (1976: 154), meskipun kenaikan tingkat pendidikan
menghasilkan tingkat kelahiran yang lebih rendah, tetapi hubungan antara kedua variabel ini
belum benar-benar terbukti. Pendidikan jelas mempengaruhi usia kawin karena pelajar dan
mahasiswa pada umumnya berstatus bujangan. Lagi pula, jika pendidikan meningkat, maka
pemakaian alat-alat kontrasepsi juga meningkat. Hawthorn (1970: 42) menyatakan bahwa,
semua masyarakat kesadaran akan pembatasan kelahiran memang tergantung pada latar
belakang daerah kota atau tempat tinggal pendidikan dan penghasian. Pendidikan yang kuat
pengaruhnya terhadap variabel-variabel pengaruh lainnya seperti sikap terhadap besarnya
keluarga ideal, dan nilai anak.
Agama tentu saja merupakan salah satu variabel pengaruhi yang penting. Orang Katolik
seringkali mempunyai fertilitas yang lebih tinggi daripada peoppinut fejama Yahudi atau
Protestan dan kehasyakan penelitian menunjukkan bahwa agama Islam sering mempunyai
fertilitas yang lebih tinggi daripada yang bukan islam.
Lingkungan manusia terdiri dari unsur-unsur yang sangat mendasar: udara yang kita
hirup, air yang kita minum, makanan yang kita makan, iklim sekitar tubuh kita dan ruang
yang tersedia untuk gerakan kita. Selain itu, kita ada dalam lingkungan sosial dan budaya,
yang sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik kita. Sebagian besar penyakit
disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kita butuh untuk memahami cara-cara
di mana faktor lingkungan tertentu dapat mengganggu kesehatan untuk merancang program
pencegahan yang efektif.
Salah satu fitur khusus dari epidemiologi lingkungan adalah basis geografis. Udara, air
dan polusi tanah umumnya terkait dengan sumber dengan lokasi geografis yang ditetapkan.
Pemetaan tingkat lingkungan atau paparan karena itu dapat menjadi alat yang berguna dalam
studi epidemiologi.
Studi epidemiologi lingkungan sering membutuhkan perkiraan dan pemodelan untuk
kuantifikasi paparan, karena pengukuran paparan individu sangat sulit untuk merakit.
pemodelan kualitas udara dikombinasikan dengan sistem informasi geografis (GIS) analisis
telah digunakan dalam beberapa penelitian efek kesehatan polusi udara. Salah satu contoh
penilaian paparan adalah jumlah hari ketika nitrogen konsentrasi dioksida melebihi poin cut-
off yang berbeda, dan jumlah orang yang terkena di bagian yang berbeda dari kota
berdasarkan data sensus.
1. Menetapkan Standar Keselamatan
Hubungan Dosis-efek dan dosis-respons ini sangat penting dalam epidemiologi
lingkungan dan pekerjaan karena mereka memberikan dasar untuk menetapkan standar
keselamatan. Hubungan dosis-efek dapat digunakan untuk menentukan efek yang paling
penting untuk pencegahan.
Setelah keputusan dibuat tentang tingkat respon diterima, hubungan dosis-respons
memberikan dosis maksimum yang akan diterima. WHO telah mengembangkan serangkaian
pedoman kualitas air, pedoman kualitas udara dan maksimum batas paparan berbasis
kesehatan dengan menggunakan pendekatan ini. Dalam menanggapi kecelakaan di stasiun
tenaga nuklir Chernobyl, pedoman juga dikembangkan untuk menilai kontaminasi radioaktif
dari makanan. Studi epidemiologi lebih lanjut diperlukan untuk memberikan informasi lebih
lanjut tentang hubungan dosis-respons.
2. Mengukur Paparan Masa Lalu
Salah satu fitur khusus dari banyak penelitian etiologi dalam epidemiologi kerja adalah
penggunaan catatan perusahaan atau serikat buruh untuk mengidentifikasi individu dengan
paparan masa lalu untuk bahaya tertentu atau jenis pekerjaan . Dengan bantuan dari catatan
tersebut, penelitian kohort retrospektif dapat dilakukan.
3. Efek Pekerja Sehat Dalam Studi Kerja
Studi epidemiologi kerja sering dilakukan pada laki-laki yang sehat secara fisik.
Kelompok pekerja ini memiliki tingkat kematian secara keseluruhan lebih rendah dari
kelompok usia yang sesuai pada populasi umum. Kematian yang lebih rendah disebut juga
efek pekerja sehat yang perlu diperhitungkan setiap kali angka kematian dalam kelompok
pekerja dibandingkan dengan tingkat pada populasi umum. Seringkali persentase antara
pekerja yang sehat adalah 70% -90% dari orang-orang di populasi umum. Perbedaannya
timbul karena adanya orang yang tidak sehat dan cacat pada populasi non-kerja, yang
biasanya memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.
Epidemiologi gizi dapat didefinisikan sebagai suatu studi terapan, distribusi dan
determinan penyakit gizi pada kelompok manusia. Penyakit gizi pada manusia dapat dijumpai
pada kasus yang dirawat atau berobat dirumah sakit/puskesmas, atau langsung diobservasi
pada kelompok manusia yang berada di masyarakat. Epidemiologi Gizi adalah ilmu yang
memelajari sebaran, besar dan determinan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan
dengan masalah gizi, serta penerapannya dalam kebijakan dan program pangan dan gizi
untuk mencapai kesehatan penduduk yang lebih baik. Definisi lain menyebutkan bahwa
epidemiologi gizi adalah ilmu yang terkait kesehatan yang membahas distribusi dan
determinan kesehatan dan penyakit terkait gizi dalam populasi.
Tujuan utama penelitian epidemiologi gizi adalah untuk menyediakan fakta ilmiah yang
baik untuk mendukung pemahaman peran gizi dalam timbulnya penyakit atau mencegah
terjadinya penyakit. Epidemiologi gizi didasarkan pada pemahaman prinsip ilmiah dari
epidemiologi dan gizi manusia (human nutrition). Secara klasik, epidemiologi gizi memiliki
tiga tujuan, yaitu untuk :
Secara umum kegunaan dari informasi yang diperoleh penelitian epidemiologi gizi adalah
untuk :
2. Menilai konsistensi dari data epidemiologi dengan hipotesa tentang penyebab masalah
yang dikembangkan secara klinis atau laboratoris dalam bentuk eksprimen yang kemudian
diterapkan dimasyarakat,
Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi didalam tubuh digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama dan terus maka simpanan zat
gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat
dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan Faktor Lingkungan
Ketidak Cukupan Gizi Faktor Manusia Persediaan Cadangan jaringan Kemerosotan jaringan
Perubahan Biokimia Perubahan fungsi Perubahan anatomi Malnutrisi ditandai dengan
penurunan BB dan pertumbuhan terhambat/ stunting diperiksa melalui pemerikaan
antropometri Malnutrisi yang diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium Tampak tanda-
tanda khas Munculnya tanda-tanda yang klasikal Epidemiologi Gizi berat badan dan
pertumbuhan yang terhambat (stunting). Hal ini diketahui dengan pemeriksaan
anthropometri.
Sebagaimana yang ditulis oleh Leavell & Clark terdapat 5 tingkatan pencegahan untuk
diterapkan dan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi. Konsep ini sangat relevan,
karena disetiap tingkatan digambarkan pula dengan contoh-contoh kegiatan sebagaimana
penjelasan berikut ini.
h) Pemenuhan kebutuhan pokok : makanan, air bersih, jamban, pakaian, perumahan dan lain-
lain.
1) Perlindungan khusus terhadap : bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui
4) Immunisasi
5) Penggalakkan penggunaan ASI dan makanan tambahan untuk bayi dan balita
c. Diagnose dini, pengobatan cepat dan tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
4) Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi pada anak dengan gejala xeropthalamia
5) Pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil dan ibu menyusui yang anemia
6) Larutan gula garam (oralit) pada anak yang diare Epidemiologi Gizi
d. Masa Pathogenesis :
a) Penyuluhan Gizi
c) Memperbaiki lingkungan hidup (biologis, fisik, dan sosial) dan cara hidup
d) Persediaan pangan bergizi yang cukup
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah kesehatan lainnya
dalam masyarakat. Epidemiologi menekankan upaya bagaimana distribusi penyakit dan
bagaimana berbagai faktor menjadi faktor penyebab penyakit tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA