Anda di halaman 1dari 22

Tugas Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat

EPIDEMIOLOGI

NAMA : ASTRI WIKANTI BAKRI


KELAS : I
NIM : 220304501089

PROGRAM STUDI
FAKULTAS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Epidemiologi
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pengantar ilmu kesehatan masyarakat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang epidemiologi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya terhadap epidemiologi. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih

Makassar, 24 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, beberapa rumusan masalah yang terbentuk
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud epidemiologi?


2. Apa saja yang termasuk kedalam ruang lingkup epidemiologi?
3. Bagaimana peranan epidemiologi dalam kesehatan masyarakat?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian epidemiologi.


2. Untuk mengetahui apa-apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup epidemiologi.
3. Untuk mengetahui peranan epidemiologi dalam kesehatan masyarakat.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam pembuatan makalah ini bagi penulis maupun
pembaca adalah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai epidemiologi beserta ruang
lingkupnya serta peranan epidemiologi dalam kesehatan masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Epidemiologi

Jika ditinjau dari asal kata (Bahasa Yunani) Epidemiologi berarti Ilmu yang mempelajari
tentang penduduk {EPI = pada/tentang ; DEMOS = penduduk ; LOGOS = ilmu}. Sedangkan
dalam pengertian modern pada saat ini EPIDEMIOLOGI adalah : “ Ilmu yang mempelajari
tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) masalah kesehatan pada sekelompok
orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya).”
Epidemiologi adalah metode inverstigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyebab
atau sumber dari penyakit, sindrom, kondisi atau risiko yang menyebabkan penyakit, cedera,
cacat atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia. Epidemiologi juga
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat, penyebab, pengendalian, dan factor-faktor
yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian dalam
populasi manusia. Ilmu ini meliputi pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit,
atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi,
agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, waktu, tempat, orang dan sebagainya.
2.2 Ruang Lingkup Epidemiologi

2.2.1 Epidemiologi Penyakit Menular

Penyakit menular timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen,
induk semang atau lingkungan. Bentuk ini tergambar didalam istilah yang dikenal luas
dewasa ini. Yaitu penyebab majemuk (multiple causation of disease) sebagai lawan dari
penyebab tunggal (single causation). Didalam usaha para ahli untuk mengumpulkan
pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah melakukan eksperimen terkendali
untuk menguji sampai dimana penyakit itu bisa di cegah sehinga dapat meningkat taraf hidup
penderita. Dalam epidemiologi ada tiga faktor yang dapat menerangkan penyebaran
(distribusi) penyakit atau masalah kesehatan yaitu orang (person), tempat (place), dan waktu
(time). Informasi ini dapat digunakan untuk menggambarkan adanya perbedaan keterpaparan
dan kerentanan. Perbedaan ini bisa digunakan sebagi petunjuk tentang sumber, agen
yang bertanggung jawab, transisi, dan penyebaran suatu penyakit.

1). Faktor Orang (Person)

Faktor orang atau person adalah karakteristik dari individu yang mempengaruhi keterpaparan
atau kepekaan mereka terhadap penyakit. Orang yang karakteristiaknya mudah terpapar atau
peka terhadap penyakit akan mudah terkena sakit. Karakteristik orang bisa berupa
faktor genetik, umur, jenis kelamin,pekerjaan, kebiasaan dan status sosial ekonomi. Seorang
individu yang mempunyai faktor genetic pembawa penyakit akan mudah terpapar faktor
genetic tersebut dan peka untuk sakit. Perbedaan berdasarkan umur, terdapat kemungkinan
dalam mendapat keterpaparan berdasarkan perjalanan hidup. Demikian pula dengan
karakteristik lain yang akan membedakan dalam kemungkinan mendapat keterpaparan

2). Faktor Tempat (place)

Faktor tempat berkaitan dengan karakteristik geografis. Informasi ini dapat batas alamiah
seperti sungai, gunung,atau bisa dengan batas administrasi dan histori. Perbedaan distribusi
menurut tempat ini memberikan petunjuk pola perbedaan penyakit yang dapat menjadi
pegangan dalam mencari faktor-faktor lain yang belum diketahui.

3). Faktor Waktu (Time)

Waktu kejadian penyakit dapat dinyatakan dalam jam, hari, bulan, atau tahun. Informasi ini
bisa dijadikan pedoman tentang kejadian yang timbul dalam masyarakat.

Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain ditentukan oleh
tiga faktor tersebut diatas, yakni factor Agen atau penyebab penyakit Agen merupakan
pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit. Agen
dapat dikelompokkan menjadi Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan
sebagainya, Golongan riketsia, misalnya typhus, Golongan bakteri, misalnya disentri,
Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya. Faktor Host
(Manusia) Sejauh mana kemampuan host didalam menghadapi invasi mikroorganisme yang
infektius itu, berbicara tentang daya tahan. Misalnya Imunitas seseorang. Faktor Route of
transmission (jalannya penularan). Penularan penyakit dapat dilihat dari potensi infeksi yang
ditularkan. Infeksi yang ditularkan tersebut berpotensi wabah atau tidak.

Karakteristik penyakit menular Secara umum memiliki gejala klinik yang berbeda-beda
sesuai dengan faktor penyebab penyakit tersebut. Berdasarkan manifestasi klinik maka
karakteristik penyakit menular terdiri dari :
1) Spektrum Penyakit Menular
Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai manifestasi klinik, mulai
dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang berat disertai komplikasi dan
berakhir cacat / meninggal dunia.Akhir dari proses penyakit adalah sembuh, cacat atau
meninggal. Penyembuhan dapat lengkap atau dapat berlangsung jinak (mild) atau dapat pula
dengan gejala sisa yang berat (serve sequele).

2) Infeksi Terselubung (tanpa gejala klinis)


Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakan secara jelas dan nyata dalam
bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat di diagnosa tanpa cara tertentu seperti tes
tuberkolin, kultur tenggorokan, pemeriksaan antibody dalam tubuh dan lain-lain.
Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat sektor yang memegang
peranan penting adalah ; faktor penyebab / Konsep Epidemiologi Penyakit Menular agent
yaitu organisme penyebab penyakit menular, sumber penularan yaitu reservoir maupun
resources, cara penularan khusus melalui mode of transmission.

3). Sumber Penularan


Merupakan media yang menjadikan suatu penyakit tersebut bisa menyebar kepada seseorang.
Sumber ini meliputi ; Penderita, Pembawa kuman, Binatang sakit, tumbuhan / benda, Cara
Penularan. Penyakit dapat menyerang seseorang dengan bebarapa cara diantaranya, Kontak
langsung, Melalui udara, Melalui makanan / minuman, Melalui vector, Keadaan Penderita.
Suatu penyebab terjadinya penyakit sangat tergantug pada kondisi tubuh / imunitas
seseorang. Makin lemahnya seseorang maka sangat mudah menderita penyakit. Kondisi ini
terdiri dari keadaan umum, kekebalan, status gizi, keturunan, cara Keluar dan
cara masuk sumber. Kuman penyebab penyakit dapat menyerang seseorang melalui beberapa
cara yaitu ; Mukosa / kulit, Saluran Pencernaan, Saluran Pernapasan, Saluran Urogenitalia,
Gigitan suntikan, luka, plasenta, interaksi penyakit dengan penderita. Kuman atau penyakit
yang telah berhasil masuk ke dalam tubuh tidak bisa langsung bereaksi akan tetapi didalam
tubuh sendiri terjadi suatu reaksi perlindungan yang terdiri dari Infektivitas Adalah
kemampuan unsur penyebab / agent untuk masuk dan berkembang biak serta menghasilkan
infeksi dalam tubuh pejamu dan Patogenesis Adalah kemampuan untuk menghasilkan
penyakit dengan segala klinis yang jelas serta Virulensi Adalah nilai proporsi penderita
dengan gejala klinis yang jelas terhadap seluruh penderita dengan gejala klinis jelas,
Imunogenisitas Adalah suatu kemampuan menghasilkan kekabalan /
imunitas.

Penyakit menular juga mempunyai beberapa sifat-sifat dalam penularannya meliputi :


1) Waktu Generasi (Generation Time)
Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa kemampuan
maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit. Hal ini sangat penting dalam
mempelajari proses penularan. Perbedaan masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur
penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada
penyakit dengan gejala yang terselubung, sedangkan waktu generasi untuk waktu masuknya
unsur penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan
kepada pejamu lain walau tanpa gejala klinik / terselubung.
2) Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Kekebalan kelompok adalah kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk
tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu didasarkan
tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut. Hard immunity merupakan
factor utama dalam poses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada
suatu kelompok penyakit tertentu.
3) Angka Serangan (Attack Rate)
Angka serangan adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul dalam satu satuan
waktu tertentu dikalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta memiliki resiko /
kerentanan terhadap penyakit tersebut.Angka serangan ini bertunjuan untuk menganalisis
tingkat penularan dan tingkat keterancaman dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep
keluarga, system hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam
kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit Epidemiologi tempat
penularan penyakit berlangsung.

2.2.2 Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Penyakit-penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan degeneratif sebagai penyebab
kematian mulai menggeser kedudukan dari penyakit-penyakit infeksi. Penyakit tidak menular
mulai meningkat bersama dengan life-span (pola hidup) pada masyarakat. Life – span
meningkat karena adanya perubahan-perubahan didalam : kondisi sosial ekonomi, kondisi
hygiene sanitasi, meningkatnya ilmu pengetahuan, perubahan perilaku.

Penyakit- Penyakit Tidak Menular Yang Bersifat Kronis adalah Penyakit yang termasuk di
dalam penyebab utama kematian, yaitu :

- Ischaemic Heart Disease


- Cancer
- Cerebrovasculer Disease
- Chronic Obstructive Pulmonary Disease
- Cirrhosis
- Diabetes Melitus

Penyakit yang termasuk dalam special – interest , banyak menyebabkan masalah


kesehatan tapi jarang frekuensinya (jumlahnya), yaitu :

- Osteoporosis
- Penyakit Ginjal kronis
- Mental retardasi
- Epilepsi
- Lupus Erithematosus
- Collitis ulcerative

Penyakit yang termasuk akan menjadi perhatian yang akan datang, yaitu :

- Defisiensi nutrisi
- Akloholisme
- Ketagihan obat
- Penyakit-penyakit mental
- Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan

Faktor-Faktor Resiko

a. Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum
ditemukan secara keseluruhan, untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat berbeda-beda
(merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia) Satu faktor resiko dapat menyebabkan
penyakit yang berbeda-beda, misalnya merokok, dapat menimbulkan kanker paru,
penyakit jantung koroner, kanker larynx. Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor
resiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit,
tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui.
b. Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular
yang bersifat kronis antara lain :
- Tembakau
- Alkohol
- Kolesterol
- Hipertensi
- Diet
- Obesitas
- Aktivitas
- Stress
- Pekerjaan
- Lingkungan masyarakat sekitar
- life style

Karakteristik Penyakit Tidak Menular

Telah dijelaskan diatas bahwa penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent
(Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan
lingkungan sekitar (source and vehicle of agent):

1. Agent
a. Agent dapat berupa (non living agent) : 1) Kimiawi 2) Fisik 3) Mekanik 4) Psikis
b. Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling sederhana
sampai yang komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang komplek ikatannya)
c. Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa
mengetahui spesifikasi dari agent tersebut
d. Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda-beda
(dinyatakan dalam skala pathogenitas) Pathogenitas
Agent : kemampuan / kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan sakit pada
host
e. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Kemampuan menginvasi / memasuki jaringan
2) Kemampuan merusak jaringan : reversible dan irreversible
3) Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif

2. Reservoir
a. Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air batu dll)
dimana agent dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik.
b. Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda mati.
c. Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak
berpotensi sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.

3. Relasi Agent – Host


a. Fase Kontak : Adanya kontak antara agent dengan host, tergantung :
1). Lamanya kontak
2). Dosis
3). Patogenitas
b. Fase Akumulasi pada jaringan. Apabila terpapar dalam waktu lama dan terus-
menerus
c. Fase Subklinis
Pada fase subklinis gejala/symptom dan tanda/sign belum muncul Telah terjadi
kerusakan pada jaringan, tergantung pada :
1)Jaringan yang terkena
2) Kerusakan yang diakibatkannya (ringan, sedang dan berat)
3) Sifat kerusakan (reversiblle dan irreversible/ kronis, mati dan cacat)
d. Fase Klinis
Agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan menimbulkan
manifestasi (gejala dan tanda).

4. Karakteristik penyakit tidak menular :


a. Tidak ditularkan
b. Etiologi sering tidak jelas
c. Agent penyebab : non living agent
d. Durasi penyakit panjang (kronis)
e. Fase subklinis dan klinis panjang untuk penyakit kronis.

2.2.3 Epidemiologi Klinis

Epidemiologi Klinik adalah Penerapan prinsip – prinsip dan metode – metode


epidemiologi ke dalam praktek kedokteran klinik. Epidemiologi klinik merupakan salah satu
dari ilmu – ilmu kedokteran dasar yang meliputi metode – metode yang digunakan oleh para
klinisi didalam melakukan audit terhadap proses – proses dan hasil – hasil dari pekerjaan
mereka. Epidemiologi klinik masih merupakan sebuah istilah yang KONTRADIKTIF yaitu
Bahwa epidemiologi itu berurusan dengan populasi/komunitas, sementara kedokteran klinik
itu berurusan dengan individu.
Hal – hal yang dipelajari dalam epidemiologi klinik mencakup antara lain : • Definisi –
definisi tentang Normalitas dan Abnormalitas, • Akurasi uji – uji diagnostic, • Riwayat
penyakit dan prognosis penyakit, • Efektifitas pengobatan, • Tindakan pencegahan dalam
praktek kedokteran klinis. Keabsahan dari disiplin ilmu kedokteran klinik adalah bahwa
Pembuatan keputusan klinik itu seyogyanya selalu didasarkan pada prinsip – prinsip ilmiah
dan memerlukan penelitian yang relevan dengan menggunakan dasar – dasar epidemiologi
yang kuat.

NORMALITAS & ABNORMALITAS

Setiap Konsultasi dalam praktek kedokteran klinik bertujuan untuk menentukan apakah benar
bahwa gejala – gejala dan tanda serta hasil uji diagnostik yang dialami oleh para penderita itu
normal atau tidak. Hal ini perlu dipertimbangkan dan dilakukan sebelum melakukan tindakan
– tindakan lebih lanjut seperti Investigasi, pengobatan dan observasi

Beberapa Kriteria yang dapat digunakan untuk membantu para klinisi dalam menentukan
batas – batas normal dan abnormalitas adalah : • Normal adalah suatu keadaan yang pada
umumnya terjadi (Normal adalah Umum) Diasumsikan bahwa normal adalah segala sesuatu
atau kedaan yang biasanya terjadi dan sering terjadi sedangkan Abnormal adalah hal – hal
yang tidak lazim dan tidak sering terjadi. Kelemahan akan hal ini adalah tidak adanya dasar
biologis untuk dignakan sebagai petunjuk baku ke arah abnormalitas.

Abnormalitas berassosiasi dengan penyakit, Kriteria ini didasakan pada distribusi dari
pengamatan – pengamatan yang dilakukan terhadap orang – orang sehat maupun orang yang
sakit. Dalam hal ini erat kaitannya dengan Sensitivitas dan Spesifitas. Dimana Sensitivitas
merupakan proporsi dari orang – orang yang benar – benar sakit, yang kemudian
dikategorikan sebagai keadaan Abnormal berdasarkan uji atau tes. Sedangkan Spesifitas
merupakan proporsi dari orang – orang yang benar – benar sehat atau Normal.

Abnormal sebagai keadaan yang dapat diobati. Dengan semakin meningkatnya teknologi
kedokteran, semakin memberikan peluang untuk dapat meneliti berbagai masalah kesehatan
atau penyakit yang pada akhirnya bertujuan untuk dapat menemukan obat yang mutakhir,
sehingga hamper semua penyakit dapat diobati.

UJI DIAGNOSTIK

Tujuan dari melakukan uji diagnostic adalah Untuk membantu memastikan diagnosis –
diagnosis yang paling memungkinkan. Dalam pengertian ini, maka seharusnya diagnosis itu
merupakan sebuah proses ilmiah. Oleh karena itu, dalam setiap uji diagnostic seharusnya
dilakukan dengan prosedur – prosedur ilmiah seperti layaknya sebuah penelitian. Namun hal
ini tidak akan mungkin dapat dilakukan pada kasus – kasus yang memang membutuhkan
tindakan klinis segera.

PENCEGAHAN DI DALAM PRAKTEK KLINIK

Pengetahuan – pengetahuan dibidang epidemiologi mendorong dilakukannya praktek –


praktek pencegahan di dalam konteks praktek klinik sehari – hari. Hampir semua pencegahan
– pencegahan itu dilakukan dalam tahap sekunder dan tersier, tetapi pencegahan di tingkat
primer juga dapat diterapkan dalam praktek sehari – hari. Misalnya : Imunisasi, Screening
pada anak - anak, penimbangan berat badan pada anak – anak, penggunaan Kartu Menuju
Sehat (KMS), perawatan antenatal.

TINGKAT PENCEGAHAN

Dalam Epidemiologi yang disesuaikan denga fase – fase yang berbeda – beda dari
perkembangan penyakit dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Pencegahan Primordial Menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa


merokok itu merupakan status kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu
bersikap positif untuk tidak merokok.
2. Pencegahan Primer
- Promosi Kesehatan Masyarakat
- Pencegahan Khusus
3. Pencegahan Sekunder
- Diagnosis Dini : Screening.
- Pengobatan : Kemotherapi / Pembedahan.
4. Pencegahan Tersier.
- Rehabilitasi

2.2.4 Epidemiologi Kependudukan

Epidemiologi kependudukan merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang


menggunakan sistem pendekatan epidemiolgi dalam menganalisis berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan bidang demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai
perubahan demografis yang terjadi didalam masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi
kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk secara
demografis dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat
tetapi juga sangat berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana
Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan,
kesejahteraan rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat
populasi yang dilayani. Dalam hal ini pertan epidemiologi kependudukan sangat penting
untuk digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijak dan dalam menyusun perencanaan
yang baik. Juga sedang dikembangkan epidemiologi sistem reproduksi yang erat kaitannya
dengan gerakan keluarga berencana dan kependudukan

Demografi dapat dianggap bersifat antar-disiplin karena erat hubungan-nya dengan


disiplin-disiplin lain seperti matematika, biologi, kedokteran, geografi, sosiologi dan
ekonomi. Dalam studi tentang keluarga dapat dilihat bagaimana demografi berhubungan
dengan disiplin-disiplin lainnya. Sebenarnya ahli demografi tertarik kepada besar dan
susunan suatu keluarga. Seorang sejarahwan, terutama seorang ahli demografi sejarah,
tertarik kepada bentuk keluarga pada masa lalu dan aspek-aspek seperti usia kawin, susunan
dan besarnya keluarga. Karena keluarga adalah kesatuan dasar kegiatan sosial, maka para ahli
sosiologi dan anthropologi juga tertarik misalnya kepada status, peranan dan pengambilan
keputusan para anggota keluarga. Mengapa orang menginginkan anak?! Adalah suatu
pertanyaan yang menarik perhatian seorang ahli psikologi. Dalam beberapa masyarakat, suatu
keluarga besar membawa status tertentu bagi ibu dan keluarga. Para ahli ekonomi
memandang keluarga sebagai satu kesatuan ekonomi dan penelitianya meliputi hal-hal seperti
biaya hidup anak yang juga menarik perhatian ahli demografi.

Ada tiga sumber pokok data kependudukan

1. Sensus penduduk
2. Survai simpel demografi
3. Sistem registrasi
a. Registrasi vital (catatan peristiwa-peristiwa penting seperti kelahiran, kematian
dan perkawinan)
b. Registrasi penduduk
4. Statistik migrasi internasional.

Ciri-ciri khas sensus modem lainnya adalah universal dan serentak, artinya, setiap
individu dicacah pada waktu yang bersamaan.

a. Survei Sampel

Suatu survei sampel lebih murah karena hanya meliputi penduduk yang dipilih sebagai
wakil penduduk. Namun demikian, proses pemilihan ini dapat menimbulkan kesalahan
sampel (sampling error) yang tidak akan terjadi jika seluruh penduduk dicacah Masalah lain
yang timbul adalah karena suat sampel nasional seca clatit jumlahnya tidak besar ada
kemungkinan daerah atau unit yang kecil (misalnya suatu desa) tidak terwakili sehingga
dengan sendirinya sangat sukar menentukan karakteristik daerah ini.

b. Registrasi Vital

Sensus dan survai menggambarkan keadaan penduduk pada suatu waktu tertentu.
Statistik vital merupakan sumber utama untuk mengetahui perubahan penduduk karena
statistik ini dikumpulkan secara kontinu dalam berbagai buku registrasi yang biasanya
meliputi kematian, kelahiran dan perkawinan. Jika registrasi dilaksanakan dengan cermat dan
diwajibkan seperti di Australia dan negara-negara maju lamma, jumlah kelahiran dan
kematian dapat dianalisis bersama-sama dengan sensus terakdur dan statistik migrasi untuk
memungkinkan perhitungan tingkar ketaluran dan tingkat kematian, serta memperkirakan
jumlah penduduk pada setiap waktu.

c. Buku Registrasi Pendek


d. Statistik migrasi internasional,
e. Membandingkan data demografi

Fertilitas

1. Berapa Perbedaan Fertilitas (Fertility Differential)


Semua variabel-antara langsung mempengaruhi fertilitas, sedangkan yariabel lainnya
yaru vanabel pengundi hanya dapat mempengandi fenilitas secara tidak langsung jadi
variabel pengaruh vanabel antara fertilitas. Misalnya sikap terhadap besarnya keluarga ideal
mungkin mempengaruhi fertilitas tetapi mungkin juga sebaliknya. Variabel pengaruh (seperti
pendidikan, penghasilan dan pekerjaan, mungkin berkaitan sehingga pengaruh relatifnya
terhadap fertilitas sukar ditentukan. Pada masa lalu para peneliti cenderung memuatkan
perhatian kepala variabel-antara atau kepala variabel pengaruh. Bagaimana pun juga, Survai
Fertilitas Dunia mengharapkan agar keduanya "digunakan apabila akan dibuat sesuatu
analisis yang tajam tentang fertilitas.

2. Fertilitas dan Status Sosial Ekonomi

Wrong percaya bahwa norma yang menunjukkan penduduk dari golongan status
ekonomi yang lebih rendah mempunyai fertilitas yang relatif lebih tinggi, hampir dapat
dikatakan sebagai suatu hukum sosial ekonomi. Ketika survai di India dan di tempat lain
menunjukkan hasil yang sebaliknya, datanya antik dengan alasan bahwa wanita-wanita dari
kelas rendah cenderung lupa jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Hull and Hull (1977)
mampu menentang hukum yang terkenal itu karena datanya dianalisis menurut variabel
berpengaruh dan juga menurut variabel-antara. Hasil studi mereka di sebuah desa. Tengah
menunjukkan bahwa kelompok isteri yang berpenghasilan tinggi melaporkan jumlah anak
yang lebih banyak. Apakah hal ini karena wanita yang miskin kurang memperhatikan jumlah
kelahiran. Setelah menganalisis data berdasarkan variabel-antara 3, 4, dan 7, mereka menarik
kesimpulan bahwa perbedaan-perbedaan itu memang tidak dibuat-buat. Perkawinan wanita
yang lebih miskin kurang stabil, masa abstinensinya setelah bersalin lebih lama dan mereka
lebih mungkin menjadi mandul.

3. Fertilitas dan Pendidikan

Menurut Holsinger dan Kasarda (1976: 154), meskipun kenaikan tingkat pendidikan
menghasilkan tingkat kelahiran yang lebih rendah, tetapi hubungan antara kedua variabel ini
belum benar-benar terbukti. Pendidikan jelas mempengaruhi usia kawin karena pelajar dan
mahasiswa pada umumnya berstatus bujangan. Lagi pula, jika pendidikan meningkat, maka
pemakaian alat-alat kontrasepsi juga meningkat. Hawthorn (1970: 42) menyatakan bahwa,
semua masyarakat kesadaran akan pembatasan kelahiran memang tergantung pada latar
belakang daerah kota atau tempat tinggal pendidikan dan penghasian. Pendidikan yang kuat
pengaruhnya terhadap variabel-variabel pengaruh lainnya seperti sikap terhadap besarnya
keluarga ideal, dan nilai anak.

4. Perbedaan Desa Kota

Di negara-negara maju, fertilitas di daerah pedesaan biasanya lebih tinggi daripada di


daerah kota. Di beberapa negara seperti Polandia dan Yugoslavia, perbedaan ini justru lebih
dari 30% (United Nations, 1976: 48) Di Australia pola 1911, jumlah anak bagi wanita usia
45-49 tahun rata-rata adalah 4.2. sedangkan di pedesaan sebesar 48 Menjelang 1966, angka
ini turun menjadi 2.7 di kota, dan di daerah pedesaan menjadi 3,2
5. Agama dan Fertilitas

Agama tentu saja merupakan salah satu variabel pengaruhi yang penting. Orang Katolik
seringkali mempunyai fertilitas yang lebih tinggi daripada peoppinut fejama Yahudi atau
Protestan dan kehasyakan penelitian menunjukkan bahwa agama Islam sering mempunyai
fertilitas yang lebih tinggi daripada yang bukan islam.

2.2.5 Epidemiologi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan

Setiap aktivitas epidemiologi merupakan penerapan metode untuk mengumpulkan dan


menganalisis data sehingga dapat disajikan suatu informasi yang memperkaya ilmu
pengetahuanmengenai fenomena kesehatan tertentu dan untuk pengambilan keputusan atau
kebijakan dalam pelayanan kesehatan. Dalam lingkungan rumah sakit, ilmu epidemiologi
dapat menjembatani kenginan klinis untuk menerapkan ilmu biomedik dan bioteknologi
dalam pengambilan keputusan klinik dan keinginan masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang efektif, efisien, dan terjangkau pada saat dibutuhkan.

Bagi manajer rumah sakit, epidemiologi dapat digunakan sebagai:

1. Epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk melandasi pengambilan keputusan dalam


pelayanan oleh staf rumah sakit.
2. Epidemiologi digunakan untuk memantau pola penyakit dimasyarakat yang
mencerminkan kebutuhan dan permintaan masyarakat akan jenis-jenis pelayanan yang
dapat diberikan oleh rumah sakit.

Perencanaan kesehatan perlu untuk dipikirkan ketepatan strateginya baik dalam


pelayanan promosi, preventif dan dari segi kuratif dan rehabilitatifnya Semua orang yang
terlibat dalam perencanaan kesehatan seharusnya tahu apa yang dibutuhkan dan diinginkan
langsung oleh rakyat yang sebenarnya. Agar teori dan kenyataan dilapangan dapat berjalan
sebagaimana seharusnya. Proses Perencanaan kesehatan tidak terlepas pada isu strategis.
Dimana terdapat beberapa komponen penting dalam mendukung terlaksananya program
perencanaan kesehatan. Maka epidemiologi memiliki peran strategis untuk menetapkan
sebuah kebijakan kesehatan yang termaktub dalam program-program kesehatan.

Tabel 1. Kontribusi Epidemiologi Terhadap Manajemen Pelayanan Kesehatan

Manajemen PROSES KONTRIBUSI


PERENCANAAN EPIDEMIOLOGI
PENDEKATAN PENDEKATAN
FUNGSIONAL PROSES
Planning Teknik Identifikasi 1. Epidemiologi
kebutuhan dan deskriptif
masalah 2. Deskriptif
masalah
kesehatan dalam
istilah
mortalitas,
morbiditas, dan
faktor resiko.
3. Demografi
4. Analisis etiolog
(risk factor)
Administrasi dan Penentuan prioritas Estimasi terhadap:
politik 1. Magnitude
oglose
2. menability untuk
pencegahan atau
reduksi
3. ukuran-ukuran
epidemiologi
Penyusutan tujuan 1. kuantifikasi
tujuan
2. kelayakan
Implementasi 1. alternative-
aktifitas untuk alternatif
mencapai tujuan 2. analisis cost
benefit
Organizing Mobilisasi dan Monitoring program
koordinasi sumber pemasaran
daya
Directing
Koordinating
Controlling Teknik evaluasi 1. uji klinik
2. penilaian out
come

Sehingga dapat disimpulkan ruang lingkup epidemiologi pelayanan kesehatan meliputi:

1. Kontribusi metode epidemiologi untuk pengambilan keputusan atau kebijakan dalam


pelayanan kesehatan
2. Epidemilogi menjembatani keinginan klinis untuk menerapkan ilmu biomedik dan
bioteknologi dalam pengambilan keputusan klinik dan keinginan masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang efektif, efisien, dan terjangkau pada saat
dibutuhkan.
3. Epidemiologi sebagai penyedia database untuk mengetahui besaran masalah
kesehatan.
4. Instrument pendukung untuk menentukan kebijakan, perencanaan kesehatan dan
penganggaran termasuk untuk pelaksanaan faktor resiko.

2.2.6 Epidemiologi Lingkungan Dan Kesehatan Kerja

Lingkungan manusia terdiri dari unsur-unsur yang sangat mendasar: udara yang kita
hirup, air yang kita minum, makanan yang kita makan, iklim sekitar tubuh kita dan ruang
yang tersedia untuk gerakan kita. Selain itu, kita ada dalam lingkungan sosial dan budaya,
yang sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik kita. Sebagian besar penyakit
disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kita butuh untuk memahami cara-cara
di mana faktor lingkungan tertentu dapat mengganggu kesehatan untuk merancang program
pencegahan yang efektif.

Epidemiologi lingkungan memberikan dasar ilmiah untuk mempelajari dan


menafsirkan hubungan antara lingkungan dan kesehatan penduduk. Dalam bahasa umum kata
"kecelakaan" sering diterapkan pada peristiwa yang mendahului cedera, tetapi bisa
menyesatkan karena kata kecelakaan menyiratkan peristiwa acak dari pada kombinasi faktor
penyebab yang dapat diprediksi. Faktor lingkungan yang berbeda mempengaruhi kesehatan
yang berbeda pula.

Dalam studi Epidemiologi, faktor lingkungan, dimana masing-masing faktor sering


dianalisis dalam isolasi. Harus diingat, bagaimanapun juga, ada banyak cara faktor
lingkungan dapat mempengaruhi efek masing-masing. Multi-kausalitas dan hirarki yang jelas
menjadi penyebab yang sering terlihat, ini mungkin menjelaskan perbedaan antara hasil studi
epidemiologi observasional yang dilakukan di tempat yang berbeda. Bagaimana sebuah
faktor lingkungan mempengaruhi seorang individu juga tergantung pada faktor risiko lainnya
dan karakteristik individu, seperti:

· Umur dan jenis kelamin


· Faktor genetik
· Adanya penyakit
· Gizi
· Kepribadian
· Kondisi fisik

Sebaliknya, studi epidemiologi di faktor lingkungan umum biasanya termasuk anak-


anak, ornag lanjut usia dan orang sakit. Orang yang terkena di populasi umum cenderung
lebih sensitif terhadap faktor daripada pekerja di industri. Ini sangat penting ketika hasil studi
epidemiologi kerja digunakan untuk menetapkan standar keamanan untuk spesifik bahaya
lingkungan. Misalnya, efek timbal terjadi pada tingkat paparan rendah pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewasa

Perubahan-perubahan lingkungan dapat disebabkan oleh kegiatan alam, seperti letusan


gunung berapi, atau akibat kegiatan manusia, seperti pembangunan waduk, pembakaran
hutan, industri pencemaran udara pencemaran rumah tangga, dan lain-lain. Komponen
lingkungan yang selalu berinteraksi dengan manusia dan sering kali mengalami perubahan
akibat adanya kegiatan manusia atau proyek besar, adalah air, udara, makanan,
vektor/binatang penular penyakit, dan manusia itu sendiri. Perubahan-perubahan yang harus
diwaspadai, pada dasarnya karena berbagai komponen lingkungan, seperti air maupun udara,
bahkan binatang, seperti nyamuk tersebut yang mengandung “agents” penyakit. Agent
penyakit ini yang pada dasarnya “menumpang” pada “vehicle” air, udara, dan lain
sebagainya. Pada dasarnya komponen lingkungan yang disebut memiliki potensi dampak
kesehatan adalah komponen lingkungan yang mengandung di dalamnya berbagai agents
penyakit yang dapat dikelompokkan kedalam kelompok fisik, mikroba maupun bahan kimia
beracun (lihat deskripsi paradigma kesehatan lingkungan). Untuk keperluan bahasan
komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dan untuk menggambarkan
jumlah kontak maka dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Kelompok Mikroba
Virus, spora, bakteri, parasit, jamur, masing-masing perlu lebih dideskripsikan lagi,
bagaimana mengukur jumlah kontak atau perkiraan dosisnya, misalnya hitung koloni
kuman termasuk salah satu metode untuk memperkirakan exposure terhadap kuman
b. Kelompok Bahan Kimia
Klasifikasi bahan kimia amat luas, misalnya jenis pestisida bisa mencapai ratusan,
limbah industri, asap rokok, jenis logam berat, jenis bahan kimia ikutan sehingga
diperkirakan ratusan ribu jenis bahan kimia beredar di lapangan dan masing-masing
memiliki potensi bahaya kesehatan lingkungan.
c. Kelompok Fisik
Radiasi, elektromagnetik, kebisingan, getaran, suhu, ultraviolet, cuaca, radiasi, dan
sebagainya

Salah satu fitur khusus dari epidemiologi lingkungan adalah basis geografis. Udara, air
dan polusi tanah umumnya terkait dengan sumber dengan lokasi geografis yang ditetapkan.
Pemetaan tingkat lingkungan atau paparan karena itu dapat menjadi alat yang berguna dalam
studi epidemiologi.
Studi epidemiologi lingkungan sering membutuhkan perkiraan dan pemodelan untuk
kuantifikasi paparan, karena pengukuran paparan individu sangat sulit untuk merakit.
pemodelan kualitas udara dikombinasikan dengan sistem informasi geografis (GIS) analisis
telah digunakan dalam beberapa penelitian efek kesehatan polusi udara. Salah satu contoh
penilaian paparan adalah jumlah hari ketika nitrogen konsentrasi dioksida melebihi poin cut-
off yang berbeda, dan jumlah orang yang terkena di bagian yang berbeda dari kota
berdasarkan data sensus.
1. Menetapkan Standar Keselamatan
Hubungan Dosis-efek dan dosis-respons ini sangat penting dalam epidemiologi
lingkungan dan pekerjaan karena mereka memberikan dasar untuk menetapkan standar
keselamatan. Hubungan dosis-efek dapat digunakan untuk menentukan efek yang paling
penting untuk pencegahan.
Setelah keputusan dibuat tentang tingkat respon diterima, hubungan dosis-respons
memberikan dosis maksimum yang akan diterima. WHO telah mengembangkan serangkaian
pedoman kualitas air, pedoman kualitas udara dan maksimum batas paparan berbasis
kesehatan dengan menggunakan pendekatan ini. Dalam menanggapi kecelakaan di stasiun
tenaga nuklir Chernobyl, pedoman juga dikembangkan untuk menilai kontaminasi radioaktif
dari makanan. Studi epidemiologi lebih lanjut diperlukan untuk memberikan informasi lebih
lanjut tentang hubungan dosis-respons.
2. Mengukur Paparan Masa Lalu
Salah satu fitur khusus dari banyak penelitian etiologi dalam epidemiologi kerja adalah
penggunaan catatan perusahaan atau serikat buruh untuk mengidentifikasi individu dengan
paparan masa lalu untuk bahaya tertentu atau jenis pekerjaan . Dengan bantuan dari catatan
tersebut, penelitian kohort retrospektif dapat dilakukan.
3. Efek Pekerja Sehat Dalam Studi Kerja
Studi epidemiologi kerja sering dilakukan pada laki-laki yang sehat secara fisik.
Kelompok pekerja ini memiliki tingkat kematian secara keseluruhan lebih rendah dari
kelompok usia yang sesuai pada populasi umum. Kematian yang lebih rendah disebut juga
efek pekerja sehat yang perlu diperhitungkan setiap kali angka kematian dalam kelompok
pekerja dibandingkan dengan tingkat pada populasi umum. Seringkali persentase antara
pekerja yang sehat adalah 70% -90% dari orang-orang di populasi umum. Perbedaannya
timbul karena adanya orang yang tidak sehat dan cacat pada populasi non-kerja, yang
biasanya memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.

2.2.7 Epidemiologi Kesehatan Jiwa

2.2.8 Epidemiologi Gizi

Epidemiologi gizi dapat didefinisikan sebagai suatu studi terapan, distribusi dan
determinan penyakit gizi pada kelompok manusia. Penyakit gizi pada manusia dapat dijumpai
pada kasus yang dirawat atau berobat dirumah sakit/puskesmas, atau langsung diobservasi
pada kelompok manusia yang berada di masyarakat. Epidemiologi Gizi adalah ilmu yang
memelajari sebaran, besar dan determinan masalah gizi dan penyakit yang berhubungan
dengan masalah gizi, serta penerapannya dalam kebijakan dan program pangan dan gizi
untuk mencapai kesehatan penduduk yang lebih baik. Definisi lain menyebutkan bahwa
epidemiologi gizi adalah ilmu yang terkait kesehatan yang membahas distribusi dan
determinan kesehatan dan penyakit terkait gizi dalam populasi.

Tujuan utama penelitian epidemiologi gizi adalah untuk menyediakan fakta ilmiah yang
baik untuk mendukung pemahaman peran gizi dalam timbulnya penyakit atau mencegah
terjadinya penyakit. Epidemiologi gizi didasarkan pada pemahaman prinsip ilmiah dari
epidemiologi dan gizi manusia (human nutrition). Secara klasik, epidemiologi gizi memiliki
tiga tujuan, yaitu untuk :

1. Menggambarkan distribusi dan ukuran masalah penyakit pada populasi manusia,

2. Menjelaskan etiologi penyakit terkait gizi, dan

3. Menyediakan informasi penting untuk mengelola dan merencanakan layanan untuk


pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit terkait gizi.

Secara umum kegunaan dari informasi yang diperoleh penelitian epidemiologi gizi adalah
untuk :

1. Menerangkan penyebab masalah gizi dengan memadukan data epidemiologi dengan


informasi dari disiplin lain seperti genetik, biokimia dan lain sebagainya,

2. Menilai konsistensi dari data epidemiologi dengan hipotesa tentang penyebab masalah
yang dikembangkan secara klinis atau laboratoris dalam bentuk eksprimen yang kemudian
diterapkan dimasyarakat,

3. Mendapatkan informasi dalam sebagai dasar pengembangan dan evaluasi prosedur


pencegahan dan perbaikan masalah gizi.

Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi didalam tubuh digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama dan terus maka simpanan zat
gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat
dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan Faktor Lingkungan
Ketidak Cukupan Gizi Faktor Manusia Persediaan Cadangan jaringan Kemerosotan jaringan
Perubahan Biokimia Perubahan fungsi Perubahan anatomi Malnutrisi ditandai dengan
penurunan BB dan pertumbuhan terhambat/ stunting diperiksa melalui pemerikaan
antropometri Malnutrisi yang diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium Tampak tanda-
tanda khas Munculnya tanda-tanda yang klasikal Epidemiologi Gizi berat badan dan
pertumbuhan yang terhambat (stunting). Hal ini diketahui dengan pemeriksaan
anthropometri.

Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi, selanjutnya akan muncul perubahan-


perubahan biokimia, seperti rendahnya zat-zat gizi dalam darah yaitu : rendahnya kadar
Haemoglobin (Hb), serum, rendahnya serum Vitamin A. Dapat pula terjadi peningkatan
beberapa hasil metabolisme seperti meningkatnya asam laktat dan piruvat pada kekurangan
thiamine. Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh
seperti ditandai dengan menurunnya fungsi-fungsi syaraf yaitu lemah, pusing, kelelahan,
nafas pendek dan lain-lainnya. Keadaan ini akan berlanjut terus yang diikuti dengan tanda-
tanda klasik dari kekurangan gizi, seperti kebutaan dan photopobia, nyeri lidah pada
penderita kekurangan riboflavin, kaki kaku pada defisiensi thiamine dan lainlain.

Menurut pandangan epidemiologi masalah gizi terjadi akibat interaksi antara


orang/anak (sebagai host), makanan yang dimakan (sebagai agent), dan lingkungan disekitar
tempat tinggal (sebagai environment). Penelitian epidemiologi melibatkan beberapa
pertanyaan tentang faktor-faktor apa yang terlibat dari ketiga komponen tersebut, dan
bagaimana variable-variabel tersebut berinteraksi hingga terjadinya masalah gizi. Masalah
kurang gizi mempunyai riwayat alamiah, yaitu melalui proses berkesinambungan yang
dimulai dari keadaan sehat, terjadi perubahan klinis dan akibat klinis dapat berakibat
terjadinya kematian. Proses tersebut dapat diputus dengan adanya intervensi faktor penyebab
pada setiap tingkat. Dari hasil penelitian yang dilakukan di India dan Philipines, yang
berusaha mencari jawaban pertanyaan tersebut dengan menggunakan analisa multiple regresi,
diperoleh gambaran tentang interaksi kompleks yang dapat memengaruhi kerangka faktor-
faktor biologis, sosial budaya, dan faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi terjadinya
masalah gizi (KEP).

Sebagaimana yang ditulis oleh Leavell & Clark terdapat 5 tingkatan pencegahan untuk
diterapkan dan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi. Konsep ini sangat relevan,
karena disetiap tingkatan digambarkan pula dengan contoh-contoh kegiatan sebagaimana
penjelasan berikut ini.

a. Masa Pra Pathogenesis :

1) Peningkatan Kesehatan Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :

a) Penyuluhan gizi yang intensif Epidemiologi Gizi

b) Penggalakan ASI dan makanan tambahan untuk bayi/balita

c) Pemenuhan kebutuhan gizi sehari-hari


d) Standard mutu gizi yang terjamin

e) Perlindungan keselamatan makanan.

f) Pemberian makanan di sekolah-sekolah

g) Pemberian makanan pada buruh dipabrik/perusahaan

h) Pemenuhan kebutuhan pokok : makanan, air bersih, jamban, pakaian, perumahan dan lain-
lain.

b. Perlindungan Khusus (Specific Protection)

1) Perlindungan khusus terhadap : bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui

2) Fortifikasi bahan makanan (misalnya iodisasi garam)

3) Suplementasi zat gizi tertentu (misalnya pemberian kapsul vitamin A)

4) Immunisasi

5) Penggalakkan penggunaan ASI dan makanan tambahan untuk bayi dan balita

c. Diagnose dini, pengobatan cepat dan tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment)

1) Penimbangan balita setiap bulan sekali

2) Survei gizi secara periodik

3) Pemeriksaan anthropometri, klinik, biokimia yang teratur

4) Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi pada anak dengan gejala xeropthalamia

5) Pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil dan ibu menyusui yang anemia

6) Larutan gula garam (oralit) pada anak yang diare Epidemiologi Gizi

d. Masa Pathogenesis :

1) Membatasi Cacat (Disability Limitation)

a) Perawatan khusus KEP berat (Kwarsiorkor/Marasmus)

b) Tempat-tempat penampungan penderita kelaparan dan HO

2) Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)

a) Penyuluhan Gizi

b) Mental feeding (Usaha memperbaiki perkembangan mental anak)

c) Memperbaiki lingkungan hidup (biologis, fisik, dan sosial) dan cara hidup
d) Persediaan pangan bergizi yang cukup

e) Melembagakan kebiasaan pemberian makanan dan kesehatan yang baik

2.2.9 Epidemiologi Perilaku

2.2.10 Epidemiologi Genetika

2.3 Peranan Epidemiologi Dalam Kesehatan Masyarakat

Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan Keluarga


Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Demikian pula
pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau
dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi.
Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran
epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam
perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya

Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat
yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit dan masalah kesehatan lainnya
dalam masyarakat. Epidemiologi menekankan upaya bagaimana distribusi penyakit dan
bagaimana berbagai faktor menjadi faktor penyebab penyakit tersebut.

Epidemiologi mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa:


1. Menerangkan tentang besarnya masalah dan ganguan kesehatan (termasuk penyakit)
serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2. Menyiapkan data/informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan
program, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik
bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta
menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang
berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.

Dalam melakukan peranannya, epidemiologi tidak dapat melepaskan diri dalam


keterkaitannya dengan bidang-bidang disiplin Kesmas lainnya seperti Administrasi
Kesehatan Mayarakat, Biostatistik, Kesehatan Lingkungan, dan Pendidikan Kesehatan/Ilmu
Perilaku. Misalnya, peranan epidemiologi dalam proses perencanaan kesehatan. Tampak
bahwa epidemiologi dapat dipergunakan dalam proses perencanaan yang meliputi identifikasi
masalah memilih prioritas, menyusun objektif, menerangkan kegiatan, koordinasi dan
evaluasi. Selain itu, dalam mempersiapkan suatu intervensi pendidikan kesehatan,
epidemiologi dapat dipergunakan dalam membuat suatu “Diagnosis Epidemiologi” dari
masalah yang memerlukan intervensi itu. Sebagai contoh peranannya sebagai alat diagnosis
keadaan kesehatan masyarakat, epidemiologi dapat memberikan gambaran atau diagnosis
tentang masalah yang berkaitan dengan kemiskinan (poverty) berupa malnutrisi,
overpopulasi, kesakitan ibu, rendahnya kesehatan infant, alcoholism, anemia, penyakit-
penyakit parasit dan kesehatan mental.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai