DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
1. PUTRI RAHMADIA
2. NIKRA ARDIANSYAH
3. RIZQA
GUNUNG TUA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu, serta sumber yang penulis miliki.
Oleh karena itu, sekiranya para pembaca bisa memakluminya atas keterbatasan yang
penulis miliki. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan penyusunan selanjutnya. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
BAB I
PENDAHULUAN
Epidemiologi berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu epi yang berarti diantara, demos
yang berarti masyarakat, dan logos yang berar BBti kajian. Jadi epidemiologi dapat kita
artikan sebagai kajian tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat (Ferasyi,
timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang menimpa masyarakat. dimana ilmu
pengetahuan epidemiologi digunakan community health nursing. CHN sebagai alat meneliti
dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur
riset epidemiologi.
Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi program
kecacatan. Epidemiologi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerangkan tentang besarnya
masalah dan gangguan kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya dalam suatu
masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk
lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut dan mengidentifikasi
berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau factor yang berhubungan dengan
perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu seperti
karakteristik genetis, Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan member gambaran
tentang sifat permasalahan yang ada dalam masyarakat serta kemungkinan factor-faktor yang
mempengaruhinya.
Dalam penerapannya, kegiatan epidemiologi dapat dibagi dalam dua bentuk utama.
Secara umum, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: Studi yang
ditunjukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah
berdasarkan variable orang,tempat, dan waktu yang disebut epidemiologi deskriptif. Studi
epidemiologi yang ditunjukan untuk mencari factor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau
mencari penyebab terjadinya variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada
berbagai kelompok individu, studi epidemiologi ini dikenal sebagai epidemiologi analitik
PEMBAHASAN
epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan frekuensi masalah
kesehatan atau penyakit pada masyarakat. Epidemiologi desktriptif merupakan langkah awal
untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dalam masyarakat serta besarnya masalah
kesehatan tersebut dengan menjelaskan factor Manusisa (Who), Waktu (When) dan Tempat
(Where).
dan waktu.
A. Variabel Orang
Untuk mengidentifikasi seseorang terdapat variable yang tak terhingga banyaknya, tetapi
hendaknya dipilih variable yang dapat digunakan sebagai indicator untuk menentukan ciri
seseorang. Untuk menentukan variable mana yang dapat digunakan sebagai indicator,
hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan serta sarana yang ada. Secara
umum, variable penting yang akan dibahas adalah umur,jenis kelamin, dan suku bangsa.
1. Umur
Variable umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate mortalitas
a. Hubungan umur dengan mortalitasWalaupun secara umum kematian dapat terjadi pada
setiap golongan umur, tetapi dari berbagai catatan diketahui bahwa frekuensi kematian pada
setiap golongan umur berbeda-beda, yaitu kematian tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5
tahun dan kematian terendah terletak pada golongan umur 15-25 tahun dan akan meningkatan
lagi pada umur 40 tahun ke atas.Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum
kematian akan meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini disebabkan berbagai faktor,
yaitu pengalaman terpapar oleh fakor penyebab penyakit, faktor pekerjaan, kebiasaan hidup
b. Hubungan umur dengan morbiditas Kita ketahui bahwa pada hakikatnya suatu penyakit
dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur, tetapi ada penyakit-penyakit
tertentu yang lebih banyak menyerang golongan umur tertentu. Penyakit-penyakit kronis
penyakit akut tidak mempunyai suatu kecenderungan yang jelas.Anak berumur 1-5 tahun
lebih banyak terkenainfeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA). Ini disebabkan
perlindungan kekebalan yang diperoleh dari ibu yang melahirkannya hanya sampai pada 6
bulan pertama setelah dilahirkan, sedangkan setelah itu kekebalan menghilang dan ISPA
seperti morbili, varisela, dan parotitis, banyak terjadi pada anak-anak berumur muda, tetapi
setelah program imunisasi dijalankan, umur penderita bergeser ke umur yang lebih tua.
Walaupun program imunisasi telah lama dijalankan di Indonesia, tetapi karena kesadaran dan
pengetahuan masyarakat yang masih rendah terutama di daerah pedesaan sering kali target
cakupan imunisasi tidak tercapai yang berarti masih banyak anak atau bayi yang tidak
mendapatka "imunisasi. Gambaran ini tidak hanya terjadi pada Negara Negara berkembang
1. Penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan karsinoma lebih
banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia, sedangkan penyakit kelamin, AIDS,
kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat terlarang banyak terjadi pada golongan
umur produktif yaitu remaja dan dewasa.Hubungan antara umur dan penyakit tidak
hanya pada frekuensinya saja, tetapi pada tingkat beratnya penyakit, misalnya
staphylococcus dan escheria coli akan menjadi lebih berat bila menyerang bayi
daripada golongan umur lain karena bayi masih sangat rentan terhadap infeksi.
2. Jenis kelamin
Hubungan penyakit dengan jenis kelamin Secara umum, setiap penyakit dapat
menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit
terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain
lain:
A. Tireotoksikosis
B. Diabetes mellitus
C. Obesitas
D. Kolesistitis
E. Reumatoid arthritis
Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu
penyakit yang berkaitan dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus,
penyakit yang lebih banyak menyerang laki-laki daripda perempuan antara lain:
penyakit jantung koroner, infrak miokard, karsinoma paru-paru, dan hernia
inguinalis. Selain itu, terdapat pulla penyakit yang hanya menyerang laki-laki
3. Suku bangsa
Walaupun klasifikasi penyakit berdasarkan suku bangsa sulit dilakukan baik secara
praktis maupun secara konseptual, tetapi karena terdapat perbedaan yang besar dalam
frekuensi dan beratnya penyakit di antara suku bangsa maka dibuat klasifikasi
Karsinoma lambung
Sosial ekonomi
b. Budaya/agama
c. Pekerjaan
d. Status marital
e. Golongan darah
g. Kepribadian
a. Sosial ekonomi
anemia, malnutrisi, dan penyakit parasit yang banyak terdapat pada penduduk
golongan sosial ekonomi yang tinggi.
b. Budaya/agama
Dalam beberapa hal terdapat hubungan anatara kebudayaan masyarakat atau agama
terdapat pada orang yang tidak melakukan sirkumsisi disertai dengan hygiene
perorangan yang jelek.Trisinensis jarang terdapat pada orang islam dan orang
C. Pekerjaan
Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distribusi penyakit. Hal ini
disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai suasana dan
lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang berhubungan dengan bahan fisika,
panas, bising, dan kimia seperti pekerja pabrik asbes yang banyak menderita karsinoma paru-
paru dan gastrointestinal serta mesotelioma, sedangkan fibrosis paru-paru banyak terdapat
pada pekerja yang terpapar oleh silicon bebas, atau zat radioaktif sperti petugas dibagian
radiologi dan kedokteran nuklir. Pekerja di bidang pertambangan, konstruksi banguanan atau
pertanian, dan pengemudi kendaraan bermotor mempunyai risiko yang lebih besar untuk
d. Status marital
Adanya hubungan antara status marital dengan frekuensi distribusi mordibitas telah lama
diketahui, tetapi penyebab pastinya belum diketahui. Ada yang berpendapat bahwa hubungan
status marital dengan morbiditas dikaitkan dengan faktor psikis, emosional, dan hormonal
atau berkaitan dengan kehidupan seksual, kehamilan, melahirkan, dan laktasi. Secara umum
ditemukan bahwa insidensi karsinoma mammae lebih banyak ditemukan pada perempuan
yang tidak menikah dibandingkan dengan perempuan yang menikah, sebaliknya, karsinoma
serviks lebih banyak ditemukan pada perempuan yang menikah daripada yang tidak menikah
atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering berganti pasangan. Kehamilan dan
persalinan merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia dan praeklamsia yang dapat
menyebabkan kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi
Golongan darah juga dapat mempengaruhi insidensi suatu penyakit, misalnya orang – orang
B. Variabel Waktu
Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan ketika melakukan analisis
morbiditas dalam studi epidemiologi karena pencatatan dan laporan insidensi dan prevalensi
penyakit selalu didasarkan pada waktu, apakah mingguan, bulanan atau tahunan.
Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi karena didasarkan
pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi. Selain itu, dengan
pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya perubahan – perubahan insidensi
dan prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan
Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui hubungan antara
waktu dan insidensi penyakit atau fenomena lain, misalnya penyebaran penyakit saluran
pernafasan yang terjadi pada waktu malam hari karena terjadinya perubahan kelembapan
udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar terjadi pada waktu malam hari.
b. Variasi siklik
c. Variasi musim
d. Variasi random
a. Kecenderungan sekuler
Kecenderungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit atau kejadian luar biasa dalam
waktu yang lama. Lamanya waktu dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa.
Kecenderungan sekuler dapat terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi non
menular. Misalnya, terjadinya pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang tidak
Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan upaya
pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecenderungan sekuler juga dapat digunakan untuk
Dalam mempelajari kecenderungan sekuler tentang mortalitas, harus dikaitkan dengan sejauh
mana perubahan pada insidensi dan sejauh mana perubahan tersebut menggambarkan
kelangsungan hidup penderita. Angka kematian akan sejalan dengan angka insidensi
(incidence rate) pada penyakit yang fatal dan bila kematian terjadi tidak lama setelah
b. Variasi siklik
Variasi siklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun, tergantung dari
jenis penyakitnya, misalnya epidemic campak biasanya berulang setelah dua-tiga tahun
kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit non infeksi
c. Variasi musim
Variasi musim ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan prevalensi penyakit yang
terjadi dalam satu tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas, variasi musim
merupakan salah satu hal yang sangat penting karena siklus penyakit terjadi sesuai dengan
perubahan musim dan berulang setiap tahun. Variasi musim sangat penting dalam
menganalisis data. epidemiologis tentang kejadian luar biasa untuk menentukan peningkatan
insidensi suatu penyakit yang diakibatkan variasi musim atau memang terjadinya epidemic.
Bila adanya variasi musim tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah
Di samping itu, pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada penelitian
epidemiologis karena penelitian yang dilakukan pada musim yang berbeda akan
menghasilkan frekuensi distribusi penyakit yang berbeda pula. Penyakit-penyakit yang
mempunyai variasi musim antara lain : diare, influenza, dan tifus abdominalis.
Beberapa ahli epidemiologi memasukkan variasi musim ke dalam variasi siklik karena
terjadinya berulang, tetapi disini dipisahkan karena pada variasi musim, terulangnya
perubahan insidensi penyakit dalam waktu yang pendek sesuai dengan perubahan musim,
sedangkan pada variasi siklik fluktuasi perubahan insidensi penyakit terjadi lebih lama yaitu
suatu penyakit dapat terulang satu atau dua tahun sekali.
d. Variasi random
Variasi random dapat diartikan sebagai terjadinya epidemic yang tidak dapat diramalkan
sebelumnya, misalnya epidemic yang terjadi karena adanya bencana alam seperti banjir dan
gempa bumi.
C. Variabel Tempat
Variabel tempat merupakan salah satu veriabel penting dalam epidemiologi dekskriptif
karena pengetahuan tentang tempat atau lokasi kejadian luar biasa atau lokasi penyakit –
penyakit endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran
berbagai penyakit di suatu wilayah.Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan :
Geografis, yang ditentukan berdasarkan alamiah, administrative atau fisik, institusi, dan
instansi. Dengan batas alamiah dapat dibedakan Negara yang berilklim tropis, subtropis, dan
Negara dengan empat musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut
mengakibatkan perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi maupun jenis
penyakit. Dari batas administrative dapat ditentukan batas provinsi, kabupaten, kecamatan,
atau desa dengan sungai, jalan kereta api, jembatan, dan lainnya sebagai batas fisik, batas
institusi dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya
masalah kesehatan.
2.2. Tujuan Epidemiologi Deskriptif
a. Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :
Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga
kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang
Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
- Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong
Lintang (Cross-sectional).
c. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi
2. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan
4. Untuk membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau
Manfaat epidemiologi deskriptif adalah untuk memperoleh gambaan yang jelas tentang
pengobtan dan rehabiltasi. Selain itu, untuk menggambarkn adanya peningkatan atau
Screening adalah kegiatan untuk mendeteksi dini suatu penyakit/masalah kesehatan yang
kesehatan (pola distribusi penyakit) berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu tanpa
demografi (umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan), gaya hidup (pola/jenis
hubungan antara factor penyebab yang diduga dan hasil (penyakit) tertentu yang muncul.
Dalam pembuatan hipotesa. umunya diarahkan pada apakah suatu fator pemaparan tertentu
Yang termasuk dalam factor pemaparan seperti sifat, prilaku, faktor lingkungan atau
karakteristik lain yang mungkin menjadi penyebab penyakit. Epidemiologi analitik ini
ditujukan untuk menentukan kekuatan, kepentingan dan makna statistik dari hubungan
epidemiologi antara pemapar dan akibat yang ditimbulkan (Ferasyi, 2008). Epidemiologi
1. Kajian Ekologis
Kajian ini yang menjadi unit dari pada analisa adalah suatu kelompok yang terdiri dari
beberapa individu (seperti provinsi, Negara, kabupaten, dll.) dan pembandingan ukuran
pemapar dan akibat yang dihasilkan. Kunci dari kajian ini adalah bahwa kesimpulan hanya
dibuat atas dasar kelompok yang diamati, bukan pada tingkat individu.
Contoh : kajian yang dilakukan yang et al (1998) tentang hubungan antara minum air
mengandung khlor dengan mortalitas karena kanker pada penduduk yang tinggal di 28 kota
di Taiwan.
Peneliti menemukan hubungan yang kuat antara keduanya. Serangan kanker dapat dilihat
pada bagian paru, rectal, kandung kemih, dan ginjal (Ferasyi, 2008).
2 Kajian potong-lintang
Kajian ini dilakukan dengan mengambil sampel secara acak dari suatu populasi pada suatu
titik waktu. Dalam pelaksanaan uji potong-lintang umumnya meliputi pelaksanaan survei
untuk mengumpulkan data. Tipe kajian ini berguna untuk menggambar situasi pada saat
pengumpulan data dan memungkinkan untuk mengukur tingkat prevalensi dari penyakit yang
sedang diamati. Data yang diambil harus mewakili gambaran dari suatu populasi (Ferasyi,
2008).
Kelemahan dari kajian ini adalah kajian ini hanya memperlihatkan tingkat prevalensi
penyakit, tetapi tidak memberikan informasi tentang tingkat insidensi. Sehingga menyulitkan
untuk melakukan penyidikan hubungan sebab-akibat dan sulit untuk memperoleh tingkat
respon yang besar secara memadai yang mana dapat mengganggu tingkat keterwakilan
Setiap kesimpulan yang diambil dari hasil kajian ini harus memperhatikan hubungan yang
kabur yang mungkin dapat terjadi diantara factor-faktor resiko yang dipelajari.
Contoh : kajian yang dilakukan oleh aanderson et al (1998) tentang menonton televise dan
index massa tubuh. Penelitian ini mengambil sampel 4.063 anak yang berusia antara 8 hingga
16 tahun yang ikut berpartisipasi dalam survei kesehatan nasional dan pengujian nutrisi. Pada
uji tanggal, anak-anak tersebut dinyatakan lamanya waktu yang mereka gunakan untuk
menonton televise.
Pada saat tersebut juga dilakukan pengukuran tinggi badan, berat dibadan serta ukuran tubuh
lainnya. Dari analisa data yang dilakukan diperoleh hasil bahwa anak laki-laki dan
perempuan yang menonton televise selama 4 jam atau lebih setiap harinya secara signifikan
memiliki nilai index massa tubuh yang lebih besar dibandingkan anak laki-laki dan
perempuan yang menonton televise kurang dari jam tersebut perharinya (Ferasyi, 2008).
3. Kajian kohort
Kajian ini dilakukan dengan membandingkan tingkat insidensi selama beberapa waktu antar
kelompok (kohort) yang berbeda dalam hal keterpaparannya terhadap factor penyebab yang
dipelajari. Kajian ini dapat dibagi atas dua bentuk : Kajian kohort prospektif Kajian ini
dilakukan dengan memilih dua kelompok yang tidak terlihat sakit, yang mana satu kelompok
terpapar dengan suatu factor yang diduga sebagai penyebab penyakit dan satu lagi tidak
terpapar dengan factor tersebut. Kedua kelompok tersebut diamati dan dicatat jika terjadi
perubahan pada kondisi kesehatan mereka. Kajian ini merupakan kajian observasi yang
paling efektif untuk menyelidiki hipotesa penyebab yang terkait dengan kejadian penyakit.
Kajian ini memberikan perkiraan insiden penyakit yang tentu saja lebih bermanfaat,
Kajian kohort dapat digunakan untuk mempelajari keterpaparan dengan factor pemapar yang
jarang terjadi dan memungkinkan untuk meminimalkan bias. Akan tetapi perlu diingat bahwa
meskipun dilakukan dengan pengamatan, kajian ini tidak membuktikan tentang kausalitas,
tetapi hanya secara temporal. Biasanya kajian ini dilakukan dalam waktu yang lama, sehingga
Kajian kohort retrospektif Pada kajian ini pelaksanaannya dimulai ketika seluruh kasus
penyakit telah diidentifikasi. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Johansen et al
(2011) tentang kemungkinan efek zat karsinogen dari sinyal frekuensi radio yang dihasilkan
oleh telepon seluler. Kajian yang dilakukan adalah kajian kohort retrospektif terhadap
seluler diminta bantuan untuk memberikan daftar nama pelanggan dan alamatnya dari upaya
tersebut diperoleh sejumlah 522. 914 pelanggan selama tahun 1982 hingga 1995.
Peneliti menghubungkan catatan yang ada dengan data kependudukan nasional Denmark.
Setelah data dilihat dan kemudian dibersihkan maka tersisa sebanyak 420. 095 pelanggan dan
menjadi suatu kelompok kohort yang terpapar. Sisa dari jumlah penduduk Denmark dalam
Selanjutnya data kelompok yang terpapar dan tidak terpapar dihubungkan dengan data yang
ada pada pusat kanker nasional. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan tingkat insidensi
kanker. Secara keseluruhan ditemukan bahwa sebanyak 3.391 penderita kanker adalah
pemakai telepon seluler. Sementara itu, jika berdasarkan pada perkiraan umur, gender dan
sebaran tahunan kalender dari resiko perwaktu terdapat 3.825 kasus (Ferasyi, 2008).
Kajian ini dilakukan dengan membandingkan frekuensi dari keterpaparan sebelumnya pada
kelompok kasus yang mengalami sakit atau keadaan lain yang diperhatikan dan kelompok
control yang dipilih untuk menggambakan frekuensi keterpaparan dari populasi beresiko
yang diamati. Setelah kelompok kasus (hewan yang sakit) dan kelompok control (hewan
yang tidak sakit) dipilih, kemudian status mereka diuji terhadap kehadiran factor resiko yang
potensial . Rancangan pengamatan seperti sangat efektif untuk digunakan kasus penyakit
dengan insiden yang rendah dan juga perkembangan kondisi yang terjadi selama beberapa
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cepat dan tidak banyak memerlukan biaya. Namun
kelemahannya adalah pengamatan ini tidak bisa memberikan informasi tentang frekuensi
penyakit dari populasi yang diamati. Selainitu pengamatan ini tidak cocok digunakan untuk
mempelajari keterpaparan yang jarang terjadi dan pengumpulan data mengandalkan kualitas
daricatatan yang telah ada. Kelemahan lain adalah kesulitan untuk memastikan bahwa tidak
terdapat bias dalam pemilihan kelompok control. Oleh karena itu keterwakilan dalam proses
Contoh dari penelitian yang dilakukan oleh Muscad et al (2000) untuk menguji hipotesa
bahwa penggunaan telepon seluler dapat menyebabkan resiko kanker otak. Selama tahun
1994 sampai 1998 untuk pengujian tersebut peneliti merekrut sebanyak 469 orang berusia
antara 18 hinga 80 tahun yang baru didiagnosa menderita kanker otak dari 5 pusat kesehatan
di Amerika yang selanjutnya dikelompokkan dalam kelompok kasus. Semestara itu untuk
kelompok control diambil sebanyak 422 orang tanpa kanker otak juga dari 5 pusat kesehatan
tersebut, termasuk juga tidak mengidap leukemia dan limfoma. Kelompok kontrol yang
dilibatkan dihubungkan dengan usia, jenis kelamin, ras dan bulan saat pertama mengunjungi
pusat kesahatan tersebut. Kemudian orang-orang dilibatkan dari kedua kelompok uji itu
control menyatakan pernah menggunakan telepon seluler. Setelah dilakukan perataan data
terhadap usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, pusat belajar dan bulan dan tahun diwawancarai
maka analisa data memperlihatkan bahwa resiko terkena kanker otak 0,8 kali lebih besar pada
pengguna telepon seluler dibandingkan orang yang tidak menggunakannya (Ferasyi, 2008)
dan mencari serta menganalisis hubungan atau interaksi antara faktor resiko dengan kejadian
3. Hubugan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi
Epidemiologi analitik :
4. Merumuskan dan menguji hipotesis kemudian menarik kesimpulan sebab dan akibat
1. Studi Observasional
Yaitu studi kasus control (case control), studi potong lintang (cross sectional) dan studi
kohort
2. Studi eksperimental
Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled trial/ RCT) dan eksperimen
semu (kuasi)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan frekuensi masalah
kesehatan atau penyakit pada masyarakat. Epidemiologi desktriptif merupakan langkah awal
untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dalam masyarakat serta besarnya masalah
kesehatan tersebut dengan menjelaskan factor Manusisa (Who), Waktu (When) dan Tempat
(Where).
Dalam pembuatan hipotesa umunya diarahkan pada apakah suatu fator pemaparan tertentu
dapat menyebabkan suatu keadaan (penyakit) tertentu. Epidemiologi analitik dapat dibagi
1. Kajian Ekologis
2. Kajian potong-lintang
5. Kajian hibrid
5.
B. Saran
Diperlukan penyuluhan dan bimbingan Hidup Bersih dan Sehat, sesering mungkin
jamban dan menggunakanya serta selalu hidup bersih dan sehat.Petugas kesehatan
atau tempat-tempat hidup dan berkembang bakteri penyebab diare agar selalu berada