Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF DAN ANALITIK

DOSEN PENGAMPU:

DISUSUN OLEH:

1. PUTRI RAHMADIA

2. NIKRA ARDIANSYAH

3. RIZQA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PALUTA HUSADA

PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

GUNUNG TUA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul

“EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF DAN ANALITIK”, yang mana makalah ini diajukan

untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “EPIDEMIOLOGI”

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

dosen pengampu dan teman-teman.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.

Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu, serta sumber yang penulis miliki.

Oleh karena itu, sekiranya para pembaca bisa memakluminya atas keterbatasan yang

penulis miliki. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk

perbaikan penyusunan selanjutnya. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Gunung tua, November 2023

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Epidemiologi berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu epi yang berarti diantara, demos

yang berarti masyarakat, dan logos yang berar BBti kajian. Jadi epidemiologi dapat kita

artikan sebagai kajian tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat (Ferasyi,

2008). Epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan terapan yang mempelajari tentang

timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang menimpa masyarakat. dimana ilmu

pengetahuan epidemiologi digunakan community health nursing. CHN sebagai alat meneliti

dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur

riset epidemiologi.

Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi program

intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta meminimalkan

kecacatan. Epidemiologi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerangkan tentang besarnya

masalah dan gangguan kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya dalam suatu

penduduk tertentu, menyiapkan data/informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan,

pelaksanaan program, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada

masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk

lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut dan mengidentifikasi

berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau factor yang berhubungan dengan

terjadinya masalah tersebut.

Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan

perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu seperti

sifat karakteristik biologis, sosio-ekonomo, demografis, kebiasaan individu serta sifat

karakteristik genetis, Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan member gambaran
tentang sifat permasalahan yang ada dalam masyarakat serta kemungkinan factor-faktor yang

mempengaruhinya.

Dalam penerapannya, kegiatan epidemiologi dapat dibagi dalam dua bentuk utama.

Secara umum, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: Studi yang

ditunjukan untuk menentukan jumlah atau frekuensi dan distribusi penyakit di suatu daerah

berdasarkan variable orang,tempat, dan waktu yang disebut epidemiologi deskriptif. Studi

epidemiologi yang ditunjukan untuk mencari factor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau

mencari penyebab terjadinya variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada

berbagai kelompok individu, studi epidemiologi ini dikenal sebagai epidemiologi analitik

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian epidemiologi deskriptif?

2. Apa tujuan epidemiologi deskriptif?

3. Apa manfaat epidemiologi deskriptif?

4. Apa metode epidemiologi deskriptif?

5. Apa pengertian epidemiologi analitik?

6. Apa tujuan epidemiologi analitik?

7. Apa fungsi epidemiologi analitik?

8. Apa perbedaan epidemiologi deskriptif dan analitik?

9. Apa metode epidemiologi analitik?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian epidemiologi deskriptif


2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan epidemiologi deskriptif

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami manfaat epidemiologi deskriptif

4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami metode epidemiologi deskriptif


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif merupakan studi epidemiologi yang berkaitan dengan definisi

epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan frekuensi masalah

kesehatan atau penyakit pada masyarakat. Epidemiologi desktriptif merupakan langkah awal

untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dalam masyarakat serta besarnya masalah

kesehatan tersebut dengan menjelaskan factor Manusisa (Who), Waktu (When) dan Tempat

(Where).

Epidemiologi deskriptif adalah ilmu yang menggambarkan penyebaran atau distribusi

frekuensi penyakit yang terjadi di masyarakat berdasarkan variabel epidemiologi yang

mempengaruhinya. Variabel epidemiologi tersebut dikelompokkan menurut orang, tempat

dan waktu.

A. Variabel Orang

Untuk mengidentifikasi seseorang terdapat variable yang tak terhingga banyaknya, tetapi

hendaknya dipilih variable yang dapat digunakan sebagai indicator untuk menentukan ciri

seseorang. Untuk menentukan variable mana yang dapat digunakan sebagai indicator,

hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan serta sarana yang ada. Secara

umum, variable penting yang akan dibahas adalah umur,jenis kelamin, dan suku bangsa.
1. Umur

Variable umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate mortalitas

yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan umur.

a. Hubungan umur dengan mortalitasWalaupun secara umum kematian dapat terjadi pada

setiap golongan umur, tetapi dari berbagai catatan diketahui bahwa frekuensi kematian pada

setiap golongan umur berbeda-beda, yaitu kematian tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5

tahun dan kematian terendah terletak pada golongan umur 15-25 tahun dan akan meningkatan

lagi pada umur 40 tahun ke atas.Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum

kematian akan meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini disebabkan berbagai faktor,

yaitu pengalaman terpapar oleh fakor penyebab penyakit, faktor pekerjaan, kebiasaan hidup

atau terjadinya perubahan dalam kekebalan.

b. Hubungan umur dengan morbiditas Kita ketahui bahwa pada hakikatnya suatu penyakit

dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur, tetapi ada penyakit-penyakit

tertentu yang lebih banyak menyerang golongan umur tertentu. Penyakit-penyakit kronis

mempunyai kecenderungan meningkat dengan bertambahnya umur, sedangkan penyakit-

penyakit akut tidak mempunyai suatu kecenderungan yang jelas.Anak berumur 1-5 tahun

lebih banyak terkenainfeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA). Ini disebabkan

perlindungan kekebalan yang diperoleh dari ibu yang melahirkannya hanya sampai pada 6

bulan pertama setelah dilahirkan, sedangkan setelah itu kekebalan menghilang dan ISPA

mulai menunjukkan peningkatan. Sebelum ditemukan vaksin, imunisasi penyakit-penyakit

seperti morbili, varisela, dan parotitis, banyak terjadi pada anak-anak berumur muda, tetapi

setelah program imunisasi dijalankan, umur penderita bergeser ke umur yang lebih tua.

Walaupun program imunisasi telah lama dijalankan di Indonesia, tetapi karena kesadaran dan

pengetahuan masyarakat yang masih rendah terutama di daerah pedesaan sering kali target

cakupan imunisasi tidak tercapai yang berarti masih banyak anak atau bayi yang tidak
mendapatka "imunisasi. Gambaran ini tidak hanya terjadi pada Negara Negara berkembang

seperti Indonesia, tetapi terjadi juga pada Negara maju

1. Penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan karsinoma lebih

banyak menyerang orang dewasa dan lanjut usia, sedangkan penyakit kelamin, AIDS,

kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat terlarang banyak terjadi pada golongan

umur produktif yaitu remaja dan dewasa.Hubungan antara umur dan penyakit tidak

hanya pada frekuensinya saja, tetapi pada tingkat beratnya penyakit, misalnya

staphylococcus dan escheria coli akan menjadi lebih berat bila menyerang bayi

daripada golongan umur lain karena bayi masih sangat rentan terhadap infeksi.

2. Jenis kelamin

Hubungan penyakit dengan jenis kelamin Secara umum, setiap penyakit dapat

menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit

terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain

disebabkan perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup "genetika atau kondis fisiologis.

Penyakit-penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan daripada laki-laki antara

lain:

A. Tireotoksikosis

B. Diabetes mellitus

C. Obesitas

D. Kolesistitis

E. Reumatoid arthritis

Selain itu, terdapat pula penyakit yang hanya menyerang perempuan, yaitu

penyakit yang berkaitan dengan organ tubuh perempuan seperti karsinoma uterus,

karsinoma mamae, karsinoma serviks, kista ovarii, dan adneksitis. Penyakit-

penyakit yang lebih banyak menyerang laki-laki daripda perempuan antara lain:
penyakit jantung koroner, infrak miokard, karsinoma paru-paru, dan hernia

inguinalis. Selain itu, terdapat pulla penyakit yang hanya menyerang laki-laki

seperti karsinoma penis, orsitis, hipertrofi prostat, dan karsinoma prostat.

3. Suku bangsa

Walaupun klasifikasi penyakit berdasarkan suku bangsa sulit dilakukan baik secara

praktis maupun secara konseptual, tetapi karena terdapat perbedaan yang besar dalam

frekuensi dan beratnya penyakit di antara suku bangsa maka dibuat klasifikasi

walaupun terjadi kontroversi.Pada umumnya penyakit yang berhubungan dengan suku

bangsa berkaitan dengan faktpr genetic atau factor lingkungan, misalnya :

Penyakit sickle cell anemia Hemophilia

Kelainan biokimia seperti glukosa 6 fosfatase dan

Karsinoma lambung

a. Di samping ketiga factor yang telah diuraikan di atas terdapat pula

faktor-faktor lain yang berkaitan dengan variable”orang”. yaitu :

Sosial ekonomi

b. Budaya/agama

c. Pekerjaan

d. Status marital

e. Golongan darah

f. Infeksi alamiah dan

g. Kepribadian

a. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi frekuensi

distribusi penyakit tertentu, misalnya TBC, infeksi akut gastrointestinal, ISPA,

anemia, malnutrisi, dan penyakit parasit yang banyak terdapat pada penduduk
golongan sosial ekonomi yang tinggi.

b. Budaya/agama

Dalam beberapa hal terdapat hubungan anatara kebudayaan masyarakat atau agama

dengan frekuensi penyakit tertentu. Misalnya: Balanitis, karsinoma penis banyak

terdapat pada orang yang tidak melakukan sirkumsisi disertai dengan hygiene

perorangan yang jelek.Trisinensis jarang terdapat pada orang islam dan orang

yahudi karena mereka tidak memakan daging babi

C. Pekerjaan

Berbagai jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan distribusi penyakit. Hal ini

disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan di tempat pekerjaan dengan berbagai suasana dan

lingkungan yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang berhubungan dengan bahan fisika,

panas, bising, dan kimia seperti pekerja pabrik asbes yang banyak menderita karsinoma paru-

paru dan gastrointestinal serta mesotelioma, sedangkan fibrosis paru-paru banyak terdapat

pada pekerja yang terpapar oleh silicon bebas, atau zat radioaktif sperti petugas dibagian

radiologi dan kedokteran nuklir. Pekerja di bidang pertambangan, konstruksi banguanan atau

pertanian, dan pengemudi kendaraan bermotor mempunyai risiko yang lebih besar untuk

mengalami trauma atau kecelakaan dibandingkan dengan pekerja kantor.

d. Status marital

Adanya hubungan antara status marital dengan frekuensi distribusi mordibitas telah lama

diketahui, tetapi penyebab pastinya belum diketahui. Ada yang berpendapat bahwa hubungan

status marital dengan morbiditas dikaitkan dengan faktor psikis, emosional, dan hormonal

atau berkaitan dengan kehidupan seksual, kehamilan, melahirkan, dan laktasi. Secara umum

ditemukan bahwa insidensi karsinoma mammae lebih banyak ditemukan pada perempuan

yang tidak menikah dibandingkan dengan perempuan yang menikah, sebaliknya, karsinoma

serviks lebih banyak ditemukan pada perempuan yang menikah daripada yang tidak menikah
atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering berganti pasangan. Kehamilan dan

persalinan merupakan faktor risiko terjadinya eklamsia dan praeklamsia yang dapat

menyebabkan kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi

dibandingkan dengan Negara lain.

e. Golongan darah abo

Golongan darah juga dapat mempengaruhi insidensi suatu penyakit, misalnya orang – orang

dengan golongan darah A meningkatkan risiko terserang karsinoma lambung, sedangkan

golongan darah O lebih banyak terkena ulkus duodeni.

B. Variabel Waktu

Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan ketika melakukan analisis

morbiditas dalam studi epidemiologi karena pencatatan dan laporan insidensi dan prevalensi

penyakit selalu didasarkan pada waktu, apakah mingguan, bulanan atau tahunan.

Laporan morbiditas ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi karena didasarkan

pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi. Selain itu, dengan

pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya perubahan – perubahan insidensi

dan prevalensi penyakit hingga hasilnya dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan

penanggulangan masalah kesehatan.

Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui hubungan antara

waktu dan insidensi penyakit atau fenomena lain, misalnya penyebaran penyakit saluran

pernafasan yang terjadi pada waktu malam hari karena terjadinya perubahan kelembapan

udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar terjadi pada waktu malam hari.

Fluktuasi insidensi penyakit yang diketahui terdiri dari :

a. Kecenderungan sekuler (secular trend)

b. Variasi siklik

c. Variasi musim
d. Variasi random

a. Kecenderungan sekuler

Kecenderungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit atau kejadian luar biasa dalam

waktu yang lama. Lamanya waktu dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa.

Kecenderungan sekuler dapat terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi non

menular. Misalnya, terjadinya pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang tidak

menular yang terjadi di Negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir

Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan upaya

pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecenderungan sekuler juga dapat digunakan untuk

mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.

Dalam mempelajari kecenderungan sekuler tentang mortalitas, harus dikaitkan dengan sejauh

mana perubahan pada insidensi dan sejauh mana perubahan tersebut menggambarkan

kelangsungan hidup penderita. Angka kematian akan sejalan dengan angka insidensi

(incidence rate) pada penyakit yang fatal dan bila kematian terjadi tidak lama setelah

diagnosis, misalnya karsinoma paru- paru, karena memenuhi criteria di atas.

b. Variasi siklik

Variasi siklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun, tergantung dari

jenis penyakitnya, misalnya epidemic campak biasanya berulang setelah dua-tiga tahun

kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit non infeksi

tidak mempunyai variasi siklik.

c. Variasi musim

Variasi musim ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan prevalensi penyakit yang

terjadi dalam satu tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas, variasi musim

merupakan salah satu hal yang sangat penting karena siklus penyakit terjadi sesuai dengan

perubahan musim dan berulang setiap tahun. Variasi musim sangat penting dalam
menganalisis data. epidemiologis tentang kejadian luar biasa untuk menentukan peningkatan

insidensi suatu penyakit yang diakibatkan variasi musim atau memang terjadinya epidemic.

Bila adanya variasi musim tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah

tentang timbulnya kejadian luar biasa.

Di samping itu, pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada penelitian
epidemiologis karena penelitian yang dilakukan pada musim yang berbeda akan
menghasilkan frekuensi distribusi penyakit yang berbeda pula. Penyakit-penyakit yang
mempunyai variasi musim antara lain : diare, influenza, dan tifus abdominalis.
Beberapa ahli epidemiologi memasukkan variasi musim ke dalam variasi siklik karena
terjadinya berulang, tetapi disini dipisahkan karena pada variasi musim, terulangnya
perubahan insidensi penyakit dalam waktu yang pendek sesuai dengan perubahan musim,
sedangkan pada variasi siklik fluktuasi perubahan insidensi penyakit terjadi lebih lama yaitu
suatu penyakit dapat terulang satu atau dua tahun sekali.
d. Variasi random
Variasi random dapat diartikan sebagai terjadinya epidemic yang tidak dapat diramalkan
sebelumnya, misalnya epidemic yang terjadi karena adanya bencana alam seperti banjir dan
gempa bumi.
C. Variabel Tempat
Variabel tempat merupakan salah satu veriabel penting dalam epidemiologi dekskriptif
karena pengetahuan tentang tempat atau lokasi kejadian luar biasa atau lokasi penyakit –
penyakit endemis sangat dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran
berbagai penyakit di suatu wilayah.Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan :
Geografis, yang ditentukan berdasarkan alamiah, administrative atau fisik, institusi, dan
instansi. Dengan batas alamiah dapat dibedakan Negara yang berilklim tropis, subtropis, dan
Negara dengan empat musim. Hal ini penting karena dengan adanya perbedaan tersebut
mengakibatkan perbedaan dalam pola penyakit baik distribusi frekuensi maupun jenis
penyakit. Dari batas administrative dapat ditentukan batas provinsi, kabupaten, kecamatan,
atau desa dengan sungai, jalan kereta api, jembatan, dan lainnya sebagai batas fisik, batas
institusi dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan lainnya sesuai dengan timbulnya
masalah kesehatan.
2.2. Tujuan Epidemiologi Deskriptif
a. Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :
Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga
kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang
Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.

Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap

masalahkesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

B. Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis epidemiologi

deskriptif dibagi 2 yaitu:


- Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series)

- Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong

Lintang (Cross-sectional).

C. Adapun Ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut:

a. Bertujuan untuk menggambarkan

b. Tidak terdapat kelompok pembanding

c. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi

d. Hasil penelitiannya berupa hipotesis

e. Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam

D. Hasil penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk:

1. Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan

2. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan

3. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut

4. Untuk membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau

satu wilayah dalam waktu yang berbeda.

3. Manfaat Epidemiologi Deskriptif

Manfaat epidemiologi deskriptif adalah untuk memperoleh gambaan yang jelas tentang

morbiditas dan mortalitas sehingga memudahkan dalam penanggulangan, pencegahan,

pengobtan dan rehabiltasi. Selain itu, untuk menggambarkn adanya peningkatan atau

penurunan prevalensi penyakit dan akurasi data.

4. Metode Epidemiologi Deskriptif

Metode yang digunakan untuk mempelajari epidemiologi deskriptif adalah surveilans

epidemiologi, screening, studi prevalensi, penelitian deskriptif, penyelidikan wabah.


Surveilans epidemiologi adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus untuk

menentukan tindakan terhadap masalah yang diemukan.

Screening adalah kegiatan untuk mendeteksi dini suatu penyakit/masalah kesehatan yang

secara klinis belum ditegakkan diagnosisnya.

Penilitian deskriptif adalah studi epidemiologi yang bertujuan menggambarkan masalah

kesehatan (pola distribusi penyakit) berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu tanpa

mencari faktor-faktor penyebabnya. Indikator yang digunakan mencakup faktor-faktor sosio-

demografi (umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan), gaya hidup (pola/jenis

makanan, pemakaian obat-obatan, perilaku seksual),dll.

2 3 Pengertian Epidemiologi Analitik

Epidemiologi analitik dilakukan untuk mengidentifikasi dan menguji hipotesa tentang

hubungan antara factor penyebab yang diduga dan hasil (penyakit) tertentu yang muncul.

Dalam pembuatan hipotesa. umunya diarahkan pada apakah suatu fator pemaparan tertentu

dapat menyebabkan suatu keadaan (penyakit) tertentu.

Yang termasuk dalam factor pemaparan seperti sifat, prilaku, faktor lingkungan atau

karakteristik lain yang mungkin menjadi penyebab penyakit. Epidemiologi analitik ini

ditujukan untuk menentukan kekuatan, kepentingan dan makna statistik dari hubungan

epidemiologi antara pemapar dan akibat yang ditimbulkan (Ferasyi, 2008). Epidemiologi

analitik dapat dibagi atas 5 bentuk kajian, yaitu : (Ferasyi, 2008).

1. Kajian Ekologis

Kajian ini yang menjadi unit dari pada analisa adalah suatu kelompok yang terdiri dari

beberapa individu (seperti provinsi, Negara, kabupaten, dll.) dan pembandingan ukuran

pemapar dan akibat yang dihasilkan. Kunci dari kajian ini adalah bahwa kesimpulan hanya

dibuat atas dasar kelompok yang diamati, bukan pada tingkat individu.
Contoh : kajian yang dilakukan yang et al (1998) tentang hubungan antara minum air

mengandung khlor dengan mortalitas karena kanker pada penduduk yang tinggal di 28 kota

di Taiwan.

Peneliti menemukan hubungan yang kuat antara keduanya. Serangan kanker dapat dilihat

pada bagian paru, rectal, kandung kemih, dan ginjal (Ferasyi, 2008).

2 Kajian potong-lintang

Kajian ini dilakukan dengan mengambil sampel secara acak dari suatu populasi pada suatu

titik waktu. Dalam pelaksanaan uji potong-lintang umumnya meliputi pelaksanaan survei

untuk mengumpulkan data. Tipe kajian ini berguna untuk menggambar situasi pada saat

pengumpulan data dan memungkinkan untuk mengukur tingkat prevalensi dari penyakit yang

sedang diamati. Data yang diambil harus mewakili gambaran dari suatu populasi (Ferasyi,

2008).

Kelemahan dari kajian ini adalah kajian ini hanya memperlihatkan tingkat prevalensi

penyakit, tetapi tidak memberikan informasi tentang tingkat insidensi. Sehingga menyulitkan

untuk melakukan penyidikan hubungan sebab-akibat dan sulit untuk memperoleh tingkat

respon yang besar secara memadai yang mana dapat mengganggu tingkat keterwakilan

sampel yang diambil.

Setiap kesimpulan yang diambil dari hasil kajian ini harus memperhatikan hubungan yang

kabur yang mungkin dapat terjadi diantara factor-faktor resiko yang dipelajari.

Contoh : kajian yang dilakukan oleh aanderson et al (1998) tentang menonton televise dan

index massa tubuh. Penelitian ini mengambil sampel 4.063 anak yang berusia antara 8 hingga
16 tahun yang ikut berpartisipasi dalam survei kesehatan nasional dan pengujian nutrisi. Pada

uji tanggal, anak-anak tersebut dinyatakan lamanya waktu yang mereka gunakan untuk

menonton televise.

Pada saat tersebut juga dilakukan pengukuran tinggi badan, berat dibadan serta ukuran tubuh

lainnya. Dari analisa data yang dilakukan diperoleh hasil bahwa anak laki-laki dan

perempuan yang menonton televise selama 4 jam atau lebih setiap harinya secara signifikan

memiliki nilai index massa tubuh yang lebih besar dibandingkan anak laki-laki dan

perempuan yang menonton televise kurang dari jam tersebut perharinya (Ferasyi, 2008).

3. Kajian kohort

Kajian ini dilakukan dengan membandingkan tingkat insidensi selama beberapa waktu antar

kelompok (kohort) yang berbeda dalam hal keterpaparannya terhadap factor penyebab yang

dipelajari. Kajian ini dapat dibagi atas dua bentuk : Kajian kohort prospektif Kajian ini

dilakukan dengan memilih dua kelompok yang tidak terlihat sakit, yang mana satu kelompok

terpapar dengan suatu factor yang diduga sebagai penyebab penyakit dan satu lagi tidak

terpapar dengan factor tersebut. Kedua kelompok tersebut diamati dan dicatat jika terjadi

perubahan pada kondisi kesehatan mereka. Kajian ini merupakan kajian observasi yang

paling efektif untuk menyelidiki hipotesa penyebab yang terkait dengan kejadian penyakit.

Kajian ini memberikan perkiraan insiden penyakit yang tentu saja lebih bermanfaat,

dibandingkan tingkat prevalensi, untuk menentukan hubungan sebab-akibat.

Kajian kohort dapat digunakan untuk mempelajari keterpaparan dengan factor pemapar yang

jarang terjadi dan memungkinkan untuk meminimalkan bias. Akan tetapi perlu diingat bahwa
meskipun dilakukan dengan pengamatan, kajian ini tidak membuktikan tentang kausalitas,

tetapi hanya secara temporal. Biasanya kajian ini dilakukan dalam waktu yang lama, sehingga

memungkinkan munculnya factor pengabur yang selanjutnya dapat mempengaruhi

kemampuan untuk menjelaskan suatu kausalitas (Ferasyi, 2008).

Kajian kohort retrospektif Pada kajian ini pelaksanaannya dimulai ketika seluruh kasus

penyakit telah diidentifikasi. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Johansen et al

(2011) tentang kemungkinan efek zat karsinogen dari sinyal frekuensi radio yang dihasilkan

oleh telepon seluler. Kajian yang dilakukan adalah kajian kohort retrospektif terhadap

pemakaian telepon di Denmark. Dua perusahaan yang mengoperasikan jaringan telepon

seluler diminta bantuan untuk memberikan daftar nama pelanggan dan alamatnya dari upaya

tersebut diperoleh sejumlah 522. 914 pelanggan selama tahun 1982 hingga 1995.

Peneliti menghubungkan catatan yang ada dengan data kependudukan nasional Denmark.

Setelah data dilihat dan kemudian dibersihkan maka tersisa sebanyak 420. 095 pelanggan dan

menjadi suatu kelompok kohort yang terpapar. Sisa dari jumlah penduduk Denmark dalam

periode penelitian tersebut menjadi kelompok kohort yang tidak terpapar.

Selanjutnya data kelompok yang terpapar dan tidak terpapar dihubungkan dengan data yang

ada pada pusat kanker nasional. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan tingkat insidensi

kanker. Secara keseluruhan ditemukan bahwa sebanyak 3.391 penderita kanker adalah

pemakai telepon seluler. Sementara itu, jika berdasarkan pada perkiraan umur, gender dan

sebaran tahunan kalender dari resiko perwaktu terdapat 3.825 kasus (Ferasyi, 2008).

4. Kajian Kontrol Kasus

Kajian ini dilakukan dengan membandingkan frekuensi dari keterpaparan sebelumnya pada

kelompok kasus yang mengalami sakit atau keadaan lain yang diperhatikan dan kelompok

control yang dipilih untuk menggambakan frekuensi keterpaparan dari populasi beresiko
yang diamati. Setelah kelompok kasus (hewan yang sakit) dan kelompok control (hewan

yang tidak sakit) dipilih, kemudian status mereka diuji terhadap kehadiran factor resiko yang

potensial . Rancangan pengamatan seperti sangat efektif untuk digunakan kasus penyakit

dengan insiden yang rendah dan juga perkembangan kondisi yang terjadi selama beberapa

waktu. Keuntungan lainnya adalah memungkinkan untuk melakukan penyelidikan terhadap

hipotesa penyebab pendahuluan.

Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cepat dan tidak banyak memerlukan biaya. Namun

kelemahannya adalah pengamatan ini tidak bisa memberikan informasi tentang frekuensi

penyakit dari populasi yang diamati. Selainitu pengamatan ini tidak cocok digunakan untuk

mempelajari keterpaparan yang jarang terjadi dan pengumpulan data mengandalkan kualitas

daricatatan yang telah ada. Kelemahan lain adalah kesulitan untuk memastikan bahwa tidak

terdapat bias dalam pemilihan kelompok control. Oleh karena itu keterwakilan dalam proses

pemilihan sampel tidak bisa dijamin (Ferasyi, 2008).

Contoh dari penelitian yang dilakukan oleh Muscad et al (2000) untuk menguji hipotesa

bahwa penggunaan telepon seluler dapat menyebabkan resiko kanker otak. Selama tahun

1994 sampai 1998 untuk pengujian tersebut peneliti merekrut sebanyak 469 orang berusia

antara 18 hinga 80 tahun yang baru didiagnosa menderita kanker otak dari 5 pusat kesehatan

di Amerika yang selanjutnya dikelompokkan dalam kelompok kasus. Semestara itu untuk

kelompok control diambil sebanyak 422 orang tanpa kanker otak juga dari 5 pusat kesehatan

tersebut, termasuk juga tidak mengidap leukemia dan limfoma. Kelompok kontrol yang

dilibatkan dihubungkan dengan usia, jenis kelamin, ras dan bulan saat pertama mengunjungi

pusat kesahatan tersebut. Kemudian orang-orang dilibatkan dari kedua kelompok uji itu

diwawancarai tentang ada atau tidak menggunakan telepon seluler.


Dari hasil keseluruhan diperoleh bahwa 14,1 % dari kelompok kasus dan 18% dari kelompok

control menyatakan pernah menggunakan telepon seluler. Setelah dilakukan perataan data

terhadap usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, pusat belajar dan bulan dan tahun diwawancarai

maka analisa data memperlihatkan bahwa resiko terkena kanker otak 0,8 kali lebih besar pada

pengguna telepon seluler dibandingkan orang yang tidak menggunakannya (Ferasyi, 2008)

6 Tujuan Epidemiologi Analitik

Tujuan epidemiologi analitik

1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit

2. Memprediksikan kejadian penyakit

3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit

7. Fungsi epidemiologi analitik

Epidemiologi analitik berfungsi untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana dan

mengapa fenomena kesehatan/masalah kesehaatan / penyakit dalam masyarakat bisa terjadi

dan mencari serta menganalisis hubungan atau interaksi antara faktor resiko dengan kejadian

masalah kesehaatan/penyakit yang sering terjadi.

8. Perbedaan Epidemidemiologi Deskriptif dan Analitik

Perbedaan epidemiologi deskriptif dan analitik Epidemiologi deskriptif :

1. Bertujuan untuk menggambarkan

2. Tidak terdapat kelompokpembanding

3. Hubugan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi

4. Hasil penilitiannya berupa hipotesis


5. Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam

Epidemiologi analitik :

1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit

2. Memprediksikan kejadian penyakit

3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit

4. Merumuskan dan menguji hipotesis kemudian menarik kesimpulan sebab dan akibat

9. Metode Epidemiologi Analitik

Metode epidemiologi analitik di bagi menjadi 2 :

1. Studi Observasional

Yaitu studi kasus control (case control), studi potong lintang (cross sectional) dan studi

kohort

2. Studi eksperimental

Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled trial/ RCT) dan eksperimen

semu (kuasi)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Epidemiologi deskriptif merupakan studi epidemiologi yang berkaitan dengan definisi

epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan frekuensi masalah

kesehatan atau penyakit pada masyarakat. Epidemiologi desktriptif merupakan langkah awal

untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dalam masyarakat serta besarnya masalah

kesehatan tersebut dengan menjelaskan factor Manusisa (Who), Waktu (When) dan Tempat

(Where).
Dalam pembuatan hipotesa umunya diarahkan pada apakah suatu fator pemaparan tertentu

dapat menyebabkan suatu keadaan (penyakit) tertentu. Epidemiologi analitik dapat dibagi

atas bentuk kajian, yaitu : (Ferasyi, 2008).

1. Kajian Ekologis

2. Kajian potong-lintang

4. Kajian kohort, Kajian kohort prospektif, dan Kajian kohort retrospektif

4. Kajian Kontrol Kasus

5. Kajian hibrid

5.

B. Saran

Diperlukan penyuluhan dan bimbingan Hidup Bersih dan Sehat, sesering mungkin

sampai masyarakat mempunyai kemampuan, kesadaran dan kemauan dalam membuat

jamban dan menggunakanya serta selalu hidup bersih dan sehat.Petugas kesehatan

Puskesmas dan jaringannya harus selalu mengontrol semua sumber-sumber cemaran

atau tempat-tempat hidup dan berkembang bakteri penyebab diare agar selalu berada

dalam batas ambang yang tidak menimbulkan penyakit.


https://pdfcoffee.com/makalah-epi-deskriptif-dan-analitik-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai