Di Susun
Oleh :
ISRAWATI UTINA
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca
Penyusun
Israwati Utina
PENDAHULUAN
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu “Epi” yang
berarti Tentang, “Demos” yang berati Penduduk dan kata terakhir adalalah “Logos” yang berarti
Ilmu Pengetahuan. Jadi Epidemiologi adalah Ilmu yang Mempelajari tentang Penduduk.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini Epidemiologi adalah : “Ilmu yang
mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinan masalah kesehatan
pada sekelompok orang / masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang
Mempengaruhinya).
Epidemiologi dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Epidemiologi Deskriptif
Tentang distribusi berdasarkan siapa yang terkena (who), di mana (where),
when (kapan), atau man, place, time
b. Epidemiologi Analitik
Mempelajari hubungan sebab akibat
Eksperimental: dengan pemberian percobaan
Non eksperimental: tidak dengan pemberian percobaan
Dalam suatu penelitian epidemiologi salah satu metode yang digunakan untuk
memecahkan dan mengetahui kebenaran suatu masalah adalah dengan metode epidemiologi
deskriptif. Epidemiologi deskriptif menggambarkan distribusi penyakit menurut variabel orang,
tempat, dan waktu. Dalam penelitian deskriptif peneliti mengadakan eksplorasi fenomena tanpa
berusaha mencari hubungan antar-variabel didalam fenomena tersebut.
LATAR BELAKANG
Pengertian Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi Deskriptif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan
frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variable menurut segitiga
epidemiologi (Orang, Tempat, dan Waktu). Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau
studi pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu.
Jika studi ini ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah
kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara
berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukan untuk menganalisa faktor
penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang atau cross
sectional.
Tujuan Epidemiologi Deskriptif
a. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga
kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
b. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
c. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap masalah
kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
Ciri – ciri Epidemiologi Deskriptif
a. Bertujuan untuk menggambarkan.
b. Tidak terdapat kelompok pembanding.
c. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi.
d. Hasil penelitiannya berupa hipotesis.
e. Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam.
BAB I
Variable Orang
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
1) Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikanpenyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah
dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi
adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan
cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan
apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian
orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang
kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan
petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala
mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.
2) Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi
dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua
golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian
ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik. Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan
yang terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh
karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum
minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan
seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika
Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan.
Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa
penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.
3) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka
kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial
ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh
ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat
perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indicator tunggal bagi
kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan
seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah
terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan). Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti
ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan.
Hubungan antarakelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula
dalam hubungan dengan umur, dan jenis kelamin.
4) Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan
yakni :
a) Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan-
bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan
dan sebagainya.
b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai factor yang berperan
pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
c) Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan bahwa
penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan
dimana kurang adanya “gerak badan”.
d) Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses penularan
penyakit antara para pekerja.
e) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di
Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
kanker. Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit
dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.
5) Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk
membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.
6) Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya
hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan - perbedaan didalam angka
kesakitan atau kematian. Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu
penyakit antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi
menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi
angka kesakitan dan kematian itu. Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan
mengenai pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit.
Contoh yang klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker
lambung. Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang dan
keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang prevalen di
kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan
penting didalam etiologi kanker lambung.
7) Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan
maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian karena
penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan
tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin dibandingkan
dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orangorang yang tidak kawin kurang sehat.
Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit,
atau karena adanya perbedaanperbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal
dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.
8) Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan
keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
9) Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit
menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena
besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang
luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-
anggotanya; karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka
mungkin pula tidak
dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia dan sebagainya.
10) Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas
dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis, dan
seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
Variable Waktu
BAB III
Variable Tempat
DAFTAR PUSTAKA
http://aryindrawicaksono.blogspot.co.id/2011/08/pola-penyakit-variabel-orangtempat-
dan.html
http://dindailma.blogspot.co.id/p/epidemiologi-deskriptif.html
Rohtman, KJ. 2008. Modern Epidemiology 3rd Edition. Lippincott Williams & Wilkins
Sutrisno, B. 2010. Pengantar Metode Epidemiologi. Jakarta. Dian Rakyat.
Timrmeck, Thomas. 2005.Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2.Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Morton, Richard, dkk epidemiologi dan biostatistik panduan edisi 5, 2003, buku penerbit
kedokteran egc, Jakarta.
Murti, B.2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press.
Azrul, A.1999. Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Binarupa Aksara.
Bustan MN. 2002. Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta.
Bustan,M.N.2006.Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi.Jakarta:PT Rineka Cipta