Anda di halaman 1dari 15

Pengertian

Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau morfologi suatu organ
dan/atau jar tubuh. (Achmadi’05)

Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta
suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut.
(Sumirat’96)

Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau
morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu
disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

Situasi di Indonesia

Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. ISPA dan diare yang
merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh
Puskesmas di Indonesia.

Menurut Profil Ditjen PP&PL thn 2006, 22,30% kematian bayi di Indonesia akibat pneumonia.
sedangkan morbiditas penyakit diare dari tahun ketahun kian meningkat dimana pada tahun 1996
sebesar 280 per 1000 penduduk, lalu meningkat menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun
2000 dan 347 per 1000 penduduk pada tahun 2003. Pada tahun 2006 angka tersebut kembali
meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk.

Paradigma Kesehatan Lingkungan

Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu diketahui perjalanan
penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan intervensisecara
cepat dan tepat.

Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:

Sumber : Ahmadi, 2005


Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan menjadi 4 (empat)
simpul, yakni :

Simpul 1: Sumber Penyakit

Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent penyakit. Agent
penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit baik
melalui kontak secara langsung maupun melalui perantara.

Beberapa contoh agent penyakit:

Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll

Agent Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,
Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll

Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll

Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi,

Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karna dapat memindahkan agent
penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikena sebagai media transmisi adalah:

- Udara

- Air

- Makanan

- Binatang

- Manusia / secara langsung

Simpul 3: Penduduk

Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain:

- Perilaku

- Status gizi

- Pengetahuan

- dll

Epidemiologi Deskriptif
 Besarnya masalah kesehatan digambarkan dalam 3 variabel epidemiologi: orang (person),
tempat (place) dan waktu (time)
 Cara menggambarkan masalah kesehatan dapat dalam bentuk: narasi, tabel, grafik atau
gambar/peta

Epidemiologi Analitik

 Epidemiologi analitik selain menggambarkan besarnya masalah dengan 3 variabel


epidemiologi juga mencari faktor penyebab masalah kesehatan tsb
 Cara mencari faktor penyebab dengan melakukan penelitian

Epidemiologi deskirptiif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk


menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan
frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga
epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu)

Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi analitik
ayng dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada
sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah kesehatan maka disebutlah studi
kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan maka disebutlah dengan
surveilans serta bila ditujukan untuk menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya
maka disebut dengan studi potong lintang atau cross sectional

Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :

1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat diduga


kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.

2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.

3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap


masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis epidemiologi deskriptif dibagi 2
yaitu:

 Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).


 Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi Potong
Lintang (Cross-sectional).

Adapun Ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut:

1. Bertujuan untukmenggambarkan

2. Tidak terdapt kelompok pembanding

3. Hubunga seba akiba hanya merupakan suatu perkiraan ataau semacam asumsi

4. Hasil penelitiannya berupa hipotesis

5. Merupakan studi pendahluan untuk studi yang mendalam

Hasil penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk:

1. Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan

2. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah dilaksanakan

3. sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut

4. Untuk Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah atau
satu wil dalam waktu yang berbeda.

Konsep yang terpenting juga dalam studi epidemiologi deskriptif adalah bagaimana
menjawab pertanyaan 5W+1H. Hal tersebut mengacu pada variabel-variabel segitiga
epidemiologi terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).

A. Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.

1. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-penyelidikan


epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur.

Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau
kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan
tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan
peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat
dibandingkan dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.

Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang
kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti catatan
petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat dikala
mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah bersekolah.

1. Jenis Kelamin

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi
dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada semua
golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian
ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.

Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin atau
perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya faktor-faktor
lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat,
berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).

Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika
Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari perawatan.
Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa
penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.

1. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka
kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial
ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh
ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah


mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian
antara berbagai kelas sosial.

Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator tunggal bagi
kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan
seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah
terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).

Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan tidak
memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka
kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan jenis
kelamin.

1. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan yakni

a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan


seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.

b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
c. Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan
bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang
mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya “gerak badan”.

d. Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses
penularan penyakit antara para pekerja.

e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan di
Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
kanker.Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit
dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.

1. Penghasilan

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk
membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.

1. Golongan Etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya
hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan
atau kematian.

Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit antar


golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi menurut susunan
umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai pengaruh
lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik dalam hal ini ialah penelitian
mengenai angka kesakitan kanker lambung.

Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di Jepang dan
keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini menjadi kurang prevalen di
kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa peranan lingkungan
penting didalam etiologi kanker lambung.

1. Status Perkawinan

Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan
maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian karena
penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan
tertentu.

Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin
dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang tidak kawin
kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan
dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan
secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.

1. Besarnya Keluarga

Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan
keluarga harus digunakan oleh banyak orang.

1. Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti penyakit


menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena
besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah yang
luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-
anggotanya; karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka
mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.

1. Paritas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas
dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan
seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

A. Tempat (Place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk


perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.

Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :

1. Batas daerah-daerah pemerintahan

2. Kota dan pedesaan

3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut


atau padang pasir)

4. Negara-negara

5. Regional

Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan


menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas administrasi pemerintahan.

Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan batas-batas
alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur, kelembaban, turun hujan,
ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh
luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan
kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan,
faktor-faktor sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan,
sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit
menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.

Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat
digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.

Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-faktor
yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu diperhatikan
selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola penyakit, di kota maupun di
desa itu sendiri.

Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan penyebaran
penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.

Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di berbagai
daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat, udara dan laut;
lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah.

Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit


dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-
penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka
kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :

1. Susunan umur

2. Susunan kelamin

3. Kualitas data

4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.


Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,
memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan data yang
berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut
belum tentu representatif dan baik kualitasnya.

Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :

1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.

2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.

3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene


perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.

4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi


pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.

Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit demam
kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh adanya
“reservoir” infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk yang rentan dan
keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor
dan persyaratan iklim ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area” untuk
demam kuning.

Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana terdapat
vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic goiter) di daerah yang
kekurangan yodium.

A. Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar didalam
analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan
adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu dimana terjadi perubahan
angka kesakitan, maka dibedakan :

1. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung


beberapa jam, hari, minggu dan bulan.

2. Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka


kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.

3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu


yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.

1. Fluktuasi Jangka Pendek

Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan
makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar
(beberapa bulan).

Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :


1. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan.

2. Waktu inkubasi rata-rata pendek.

1. Perubahan-Perubahan Secara Siklus

Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan
memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan,
tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit
infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang
ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan dengan :
1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.

2. Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk


menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.

3. Selalu adanya kerentanan

4. Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang


menyebabkan mereka terserang oleh “vektor bornedisease” tertentu.

5. Tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit.

6. Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya


siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih hal-hal tersebut diatas.

Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit menular yang berdasarkan


pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne secara siklus masih jauh lebih kurang
dibandingkan dengan vektor borne diseases yang telah kita kenal. Sebagai contoh, belum dapat
diterangkan secara pasti mengapa wabah influensa A bertendensi untuk timbul setiap 2-3 tahun,
mengapa influensa B timbul setiap 4-6 tahun, mengapa wabah campak timbul 2-3 tahun (di
Amerika Serikat).

Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang kebal
(meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit-penyakit
yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan secara musiman.

Tentunya observasi ini dapat membantu didalam memulai dicarinya etiologi penyakit-
penyakit tersebut dengan catatan-catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan
yang berperan terhadap timbulnya penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan
populasi hewan, perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan,
perubahan dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia
seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.

Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit karena gangguan gizi


secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas.

Variasi musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari
produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang
dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama
dalam hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya.

ariabel Independen adalah/ Variabel Independen yaitu/ Variabel Independen merupakan/


yang dimaksud Variabel Independen/ arti Variabel Independen/ definisi Variabel
Independen.

Variabel Independen adalah variable yang bebas, stimulus, predictor, eksougen atau antecendent,
yaitu  variabel yang mempengaruhi / menjadi penyebab berubahnya / timbulnya variabel
dependen atau variable terkait.
Variabel Independen merupakan variabel penelitian yang memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang
diukur, dimanipulasi/ dipilih oleh seorang peneliti untuk menetapkan/menentukan hubungan
antara fenomena yang sedang diamati.
Itulah penjelasan dari Pengertian Variabel Independen. semoga penjelasan diatas bermanfaat.

ariabel Dependen adalah/ Variabel Dependen yaitu/ Variabel Dependen merupakan/ yang
dimaksud Variabel Dependen/ arti Variabel Dependen/ definisi Variabel Dependen.
Variabel Dependen sering disebut dengan variabel terkait yaitu variabel yang disebabkan /
dipengaruhi oleh adanya variabel bebas/ variabel independen. Besarnya perubahan pada variable
ini tergantung dari besaran variable bebas/ Independen.  Variable Independen akan memberi
peluang kepada perubahan variabel terkait/ dependen yaitu sebesar koefisien (besaran)
perubahan dalam variabel independen. Maksudnya, setiap kali terjadi perubahan sekian satuan
pada variabel independen, maka diharapkan akan mengakibatkan perubahan variabel dependen
sekian satuan juga.
Contoh : 
Antara Kualitas layanan bank dengan jumlah penabung terdapat hubungan yang positif:
- Kualitas layanan bank --> variabel independen
- Jumlah penabung --> variabel dependen
Itulah penjelasan mengenai Variabel Dependen semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai