Anda di halaman 1dari 14

Epidemiologi Lingkungan B

EPIDEMIOLOGI STUDI DESKRIPTIF

TINGKAT 3 D-III

1. Muhammad Taufiq Abrian

P2.31.33.0.14.029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641,

7397643 Fax. 021.7397769


A. Pengertian Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskirptiif adalah studi pendekatan epidemiologi yang
bertujuan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam
masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit
berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga epidemiologi (orang, Tempat, dan
Waktu)
Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari
studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi
ini ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah
kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan
secara berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukan untuk
menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan
studi potong lintang atau cross sectional.

B. Tujuan Epidemiologi Deskriptif


1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat
diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan
terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

C. Ciri ciri Epidemiologi Deskriptif


1. Bertujuan untukmenggambarkan
2. Tidak terdapat kelompok pembanding
3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi
4. Hasil penelitiannya berupa hipotesis
5. Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam

D. Manfaat Epidemiologi Deskriptif


1. Relatif murah daripada studi Epidemiologi Analitik
2. Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka
perencanaan yang efisien.
3. Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel
merupakan faktor resiko penyakit.

E. Hasil penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk:


1. Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan
2. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah
dilaksanakan
3. sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut
4. Untuk Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara
wilayah atau satu wil dalam waktu yang berbeda.

F. Kekuatan dan Kelemahan Studi Deskriptif:

a) Kekuatan
Dapat menggunakan data insidensi, prevalensi dan mortalitas
Digunakan pada penyelidikan awal hubungan paparan dan penyakit
Mudah dilakukan dan murah dengan memanfaatkan informasi yang tersedia
Departemen pemerintah dan Biro Pusat statistik secara teratur
mengumpulkan data demografi yang dapat dikolerasikan dengan data
morbiditas, mortalitas dan penggunaan sumber daya kesehatan yang
dikumpulkan Departmen Kesehatan.
b) Kelemahan
Tidak mampu mengatasi kesenjangan status paparan dan penyakit pada
tingkat populasi dan individu. Kita tidak mengetahui apakah seseorang yang
terpapar juga berpenyakit.
Tidak mampu mengontrol faktor perancu
Contoh : terlepas dari korelasi positif yang kuat antara merokok dengan
kematianCa paru, dapat diduga bahwa perkiraan tersebut lebih besar dari
sesungguhnya, karena adanya faktor lain : polusi udara, asbes, radium,
hidrokarbon, radiasi dll.
Konsep yang terpenting juga dalam studi epidemiologi deskriptif adalah
bagaimana menjawab pertanyaan 5W+1H. Hal tersebut mengacu pada variabel-variabel
segitiga epidemiologi terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).

1. Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
a. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-
penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
b. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih
tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria,
juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih
lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor
intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis
kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena
berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum
minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan
berbahaya, dan seterusnya).
c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator
tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas
dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga
terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).
d. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa
jalan yakni
1. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang
dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
2. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (faktor yang berperan pada
timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
3. Ada tidaknya gerak badan didalam pekerjaan; di Amerika Serikat
ditunjukkanbahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan
mereka yangmempunyai pekerjaan dimana kurang adanya gerak badan.
4. Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi
prosespenularan penyakit antara para pekerja.
5. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan
pekerjaan di tambang.

e. Penghasilan
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh
karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport,
dan sebagainya.
f. Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan
genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-
perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.

g. Status Perkawinan
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak
kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-
orang yang tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang
tidak kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya
perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal
dengan penyebab penyakit-penyakit tertentu.
h. Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
i. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti
penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

J. Paritas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan


kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit
tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan
seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

2. Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna
untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan
mengenai etiologi penyakit.
Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :
a. Batas daerah-daerah pemerintahan
b. Kota dan pedesaan
c. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai,
lautatau padang pasir)
d. Negara-negara
e. Regional

Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit,


perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas
administrasi pemerintahan.
Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah dengan
batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur,
kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber
air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan
ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi
yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya
yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat
lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir
penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.

Didalam memperbandingkan angka kesakitan atau angka kematian antar


daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :

1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.

Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya penyakit


demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya disebabkan oleh
adanya reservoir infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes aegypty), penduduk
yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya agen penyebab penyakit.
3. Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan
dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit
menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat
panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan :
a. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
b. Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka
kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
c. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu
yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut secular trends.
Fluktuasi Jangka Pendek

Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi


keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu),
epidemi cacar (beberapa bulan). Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini
memberikan petunjuk bahwa :

1. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau


hampir bersamaan.
2. Waktu inkubasi rata-rata pendek.

F. Jenis Desain Studi Epidemiologi Deskriptif


Dalam Epidemiologi terdapat dua jenis desain penelitian epidemiologi, yaitu study
deskriptif dan study analitik. Desain study ini digunakan untuk mempermudah
dalam penelitian yang terkait dengan berbagai faktor penyebab, akibat, serta
hubungan antar berbagai faktor. berikut adalah kerangka garis besar desain study
epidemiologi deskriptif :

Case
Case Series
Resport
Study
Kolerasi
Deskriptif
Cross
Sectional
a) Laporan/ Studi Kasus (Case Report)
Laporan/ Studi Kasus (Case Report)Adalah studi kasus yang menggambarkan
pengalaman kasus/pasien, sehingga rancangan case report ini disebut rancangan
kuno dan jarang digunakan lagi. Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu
permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal.
Unit tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang
terkena suatu masalah, misalnya keracunan, atau sekelompok masyarakat di suatu
daerah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi
yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang
mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus,
maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan
tertentu.
Studi kasus pada umumnya melaporkan suatu kejadian yang tidak biasa dan
menggambarkan atau merupakan petunjuk awal untuk identifikasi penyakit baru/
efek merugikan dari pajanan.
Adapun ciri- cirinya desain studi kasus sebagai berikut :
Satu kasus diteliti oleh beberapa orang/ pengamat, untuk mendapatkan
karakteristik kasus
Biasanya dilakukan terhadap kasus penyakit yang jarang atau baru ditemukan
Hasil yang diharapkan berupa definisi kasus

Kegunaan:
Dapat sebagai petunjuk pertama dalam mengidentifikasi suatu penyakit.
Dapat untuk memformulasikan suatu hipotesa.

Kelemahan:
Tidak dapat digunakan untuk mengetes hipotesa karena tidak ada kelompok
pembanding.
Terdiri dari satu kasus dan tidak ada kelompok pembanding sehingga tidak
dapat untuk mengetes suatu hubungan asosiasi secara statistic.

Contoh kasus Case Report:


Misalnya, kasus keracunan methyl mercuri di Teluk Minamata Jepang.
Pada kasus ini hanya satu kasus yang diteliti yaitu mengenai keracunan logam
berat. Kasus keracunan methyl mercuri di minamata merupakan kasus
pertama keracunan methyl mercuri di dunia. Pada kasus ini pula tidak ada
kelompok pembanding dalam penelitian. Penelitian terhadap kasus berhasil
mengidentifkasi gejala hingga efek dari kasus keracunan methyl mercuri.

b) Case Series/ Seri Kasus


Case series adalah suatu rancangan studi yang bertujuan mendeskripsikan dan
mempelajari frekuensi penyakit atau status kesehatan dari sebuah atau beberapa
populasi, berdasarkan serangkaian pengamatan pada beberapa sekuen waktu. Case
series dapat juga dikatakan sebagai kumpulan dari laporan atau studi kasus yang
terjadi dalam suatu periode waktu yang didistribusikan berdasarkan variabel orang,
tempat, dan waktu dengan maksud meilhat kecenderungan tertentu.
Kegunaannya :
Dapat meramalkan kejadian penyakit berikutnya berdasarkan perjalanan
yang lampau (karena terlihat variasi frekuensi penyakit secara kronologis)
Sebagai cara awal untuk mengidentifikasi munculnya suatu epidemi

Kelemahan :
Studi ini tidak dapat digunakan untuk mengetes hipotesa karena tidak ada
kelompok pembanding.
Ada Case Series terdiri lebih dari satu kasus akan tetapi tidak ada kelompok
pembanding sehingga tidak dapat untuk mengetes suatu hubungan asosiasi
yang valid secara statistik.

Contoh penelitian case series:


misalnya studi yang dilakukan terhadap 100 orang pasien RS Veteran
dengan penyakit tertentu, di mana sebagian besar pasien berusia 60 tahun,
dapat diperkirakan bahwa penyakit ini akan berhubungan dengan kondisi
pada usia di atas 60 tahun. Jadi seri kasus tidak terlalu berguna untuk
menentukan hubungan sebab akibat, tapi memberikan deskripsi klinis
tentang penyakit atau pasien yang mendapatkan terapi.

c) Studi Korelasi (Studi Ekologi/ Correlational Studies)


Studi korelasi adalah penelitian epidemiologi dengan populasi sebagai unit
analisis, yang digunakan untuk menggambarkan penyakit dalam kaitannya dengan
beberapa faktor, dengan cara mengukur karakteristik dari keseluruhan populasi.
Alasan untuk menggunakan studi ini biasanya karena suatu pajanan individual tidak
dapat diukur (misalnya pada pajanan yang merupakan ancaman lingkungan seperti
populasi udara), selain itu juga data yang mengkaitkan pajanan dan akibatnya tidak
tersedia pada tingkat individu. Misalnya korelasi penjualan rokok sigaret perkapita
dengan angka mortalitas penyakit jantung koroner di negara X pada tahun 1990.

Kelebihan:
tepat untuk penelitian awal yang mencari hubungan atara faktor pajanan dan
penyakit
dapat dilakukan dengan cepat, mudah serta murah dengan memanfaatkan
informasi yang tersedia.
Biasanya pemerintah atau instansi swasta rutin mengumpulkan data seperti
demografi, produksi pangan, pencatatan pelaporan mengenai morbiditas dan
mortalitas dan pabrik dsb.

Kelemahan:
Jenis penelitian ini bukan merupakan rancangan yang tepat untuk
menganalisis hubungan sebab akibat
Tidak mampu menghubungkan suatu faktor resiko dengan penyakit secara
individu
Tidak menggambarkan tingkat resiko individu, dimana hal ini dapat
mengakibatkan terselubungnya hubungan antara suatu resiko dengan
penyakit yang sesungguhnya.

Contoh Studi korelasi :


Studi korelasi yang mempelajari kolerasi antara konsumsi daging
perkapita dan frekuensi penyakit kanker pada wanita pada negara- negara
tertentu. Negara negara dengan tingkat konsumsi daging perkapita yang
rendah memiliki frekuensi kanker kolon yang rendah. Negara - negara dengan
tingkat konsumsi daging perkapita yang tinggi memiliki kanker kolon yang
tinggi

d) Cross Sectional (Studi Potong Lintang)


Menururt Murti (1997), penelitian cross sectional (studi potong lintang)
adalah rancangan penelitian epidemiologi yang dilakukan pada satu waktu atau pada
saat itu saja untuk mempelajari penyakit dan pajanan (faktor penelitian) dengan cara
mengamati status pajanan dan penyakit serentak pada individu saja.

Data dari studi cross sectional dapat berguna sebagai :


Bermanfaat bagi pengambilan keputusan dibidang kemasyarakatan dalam
mengukur status kesehatan, kebutuhan atas yankes, dll
Karena kebanyakan data dari studi cross sectional merupakan kasus
prevalens daripada kasus insidens, maka dapat memberikan informasi
prevales suatu penyakit

Keuntungan :
Mudah dan murah dilakukan
Dilakukan pada satu waktu
Berguna untuk rancangan kegiatan
Menggambarkan hubungan dan kondisi satu penyakit dan pajanan
Tidak hanya terhadap individu yang mendapatkan pengobatan
Penyelesaian pengumpulan data sangat cepat dan efisien karena pengambilan data
eksposure dan outcome dilakukan pada waktu yang bersamaan

Kerugian :
Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit dengan pajanan
karena penelitian dilakukan pada satu waktu.
Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang representatif
Tidak dapat dilaksanakan pada semua kasus.

Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan
Berat Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan
cross sectional. Subjek penelitian disini adalah ibu-ibu yang baru melahirkan.
Caranya pengkurannya adalah dengan mengukur berat badan bayi yang baru
dilahirkan dan memeriksa Hb darah ibu. Setelah itu mengolah dan menganalisis
data dengan cara membandingkan anatara berat badan bayi lahir dengan Hb
darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya
hubungan antara anemia besi dengan berat badan bayi lahir.

Sumber Pustaka
http://epidemiolog.wordpress.com/2009/02/06/studi-pendekatan-epidemiologi-deskriptif/
http://rizkydithane.blogspot.com/p/epidemiologi-deskriptif.html
http://papadiva.wordpress.com/tugas-mirs/
http://kesmas-unsoed.info/2012/03/makalah-cross-sectional-atau-potong-
lintang.html
http://virgojo.blogspot.com/2009/11/rancangan-penelitian-epidemiologi.html
http://papadiva.wordpress.com/tugas-mirs/
http://www.academia.edu/4379535/STUDI_EPIDEMIOLOGI_DESKRIPTIF
http://valint29.wordpress.com/2010/10/30/macam-desain-epidemiologi-deskriptif/
http://papadiva.wordpress.com/tugas-mirs/

Anda mungkin juga menyukai