Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

OLEH :

KELOMPOK 3

DISTIRA DYAH IGA MAWARNI 1101701085

M FARHAN NAVIS ALVINDO 1101701020

MEGA YUNIAR 1101701022

MUTI FONDA YUNIVA PANE 1101701109

SANTIKA ALISA FITRI 1101701029

SYAHID AL AKBAR ADRIAN 1101701031

KELAS :2A

DOSEN PEMBIMBING : RAMADHANI,S.SiT

PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


STIKES DHARMA LANDBOUW PADANG
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dari
anugerah-Nya yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, kekuatan,
keinginan, serta kesabaran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul, “UKURAN FREKUENSI PENYAKIT” .

Dalam hal ini kami menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun
dalam menyusun laporan ini sehingga dapat menjadi laporan yang baik dan dapat
digunakan pada masa yang akan datang

Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk semua orang dan dapat
di mengerti dan di pahami oleh setiap kalangan.

Padang, April 2019

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI .............................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... iv
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................iv
1.2 Tujuan ........................................................................................................................... v
1.3 Manfaat ......................................................................................................................... v
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1
UKURAN FREKUENSI PENYAKIT............................................................................................. 1
2.1. Ukuran Frekuensi Penyakit ............................................................................................ 4
2.1.1 Angka Insidensi .......................................................................................................4
2.1.2 Angka Prevalensi .....................................................................................................5
2.1.3 Manfaat Insidensi dan Prevalensi ............................................................................6
2.1.4.Hubungan Antara Insidensi dan Prevalensi .............................................................7
2.2. Ukuran Asosiasi .............................................................................................................. 7
2.2.1 Risk Ratio (Rasio Resiko) ........................................................................................8
2.2.2 Odds Ratio ...............................................................................................................8
2.2.3 Insidence Density Ratio ...........................................................................................9
2.2.4 Prevalence Ratio ......................................................................................................9
2.3 Ukuran Efek/Dampak ...................................................................................................... 9
2.3.1 Attributable Risk ......................................................................................................9
2.3.2 Population Attributable Risk ....................................................................................9
2.3.3 Prevalence Fraction ................................................................................................10
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................... 11
3.2 SARAN ......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit merupakan gangguan di dalam fungsi maupun struktur tubuh

seseorang. Penyakit, sakit, cedera, dan gangguan semuanya dikategorikan di

dalam istilah tunggal morbiditas. Morbiditas (kesakitan) merupakan derajat sakit,

cedera atau gangguan pada suatu populasi. Morbiditas juga merupakan suatu

penyimpangan dari status sehat dan sejahtera, atau keberadaan suatu kondisi sakit.

Morbiditas biasanya ditunjukkan dalam angka prevalensi atau insidensi yang

umum atau spesifik.

Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan; jumlah orang yang sakit

dibandingkan dengan populasi tertentu yang sering kali merupakan kelompok

yang sehat atau kelompok yang berisiko. Mortalitas (kematian) dan angka

kematian digunakan sebagai indikator status kesehatan. Angka morbiditas atau

angka kesakitan juga digunakan sebagai indikator kesehatan.

Pada tahun 1959, WHO menetapkan tiga ukuran morbiditas dalam laporan

the Expert Committee on Health Statistics. Ukuran pertama yang disebutkan

adalah jumlah orang yang sakit, ukuran kedua merupakan periode atau lama sakit

yang dialami, dan yang ketiga adalah durai (waktu = jam, hari, minggu, bulan)

penyakit. Di dalam epidemiologi, ukuran utama morbiditas adalah angka insidensi

dan prevalensi dan berbagai ukuran turunan dari kedua indikator tersebut. Setiap

kejadian penyakit, kondisi, gangguan atau kesakitan dapat diukur dengan angka

insidensi dan angka prevalensi.

iv
1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan

memahami tentang ukuran dalam epidemiologi serta untuk memenuhi tugas

kuliah.

1.3 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan

pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara

umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai

ukuran dalam epidemiologi.

v
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi.

Merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang diamati

diukur dengan menggunakan Prevalens dan Incidens. Ukuran-ukuran frekuensi

penyakit menggambarkan karakteristik kejadian (“occurrence”) suatu penyakit

atau masalah kesehatan didalam populasi.Ukuran dalam epidemiologi dibagi

menjadi 3, yaitu :

1. Ukuran Frekuensi Penyakit

Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi.

Merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang

diamati diukur dengan menggunakan Prevalens dan Incidens.

2. Ukuran Asosiasi

Mengukur keeratan hubungan statistik antara faktor tertentu dengan

kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan tersebut.

Hubungan antara pemaparan dan akibatnya diukur dengan menggunakan

Relative Risk atau Odds Ratio.

3. Ukuran Efek/Dampak

Menggambarkan kontribusi dari faktor yang diteliti terhadap kejadian

suatu penyakit dalam populasi tertentu. Ukuran yang digunakan adalah

Attributable Risk Percent dan Population Attributable Risk. Ukuran ini

1
berguna untuk meramalkan efficacy atau effectiveness suatu pengobatan dan

strategi intervensi pada populasi tertentu. Untuk mengukur frekuensi kejadian

penyakit pada suatu populasi, digunakan salah satu dari tiga bentuk pecahan,

yaitu

 Proporsi

 Ratio

 Rate

1. Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian

dari penyebutnya. Bentuk ini sering dinyatakan dalam persen, yaitu

dengan mengalikan pecahan ini dengan 100% .

Contoh : Pada populasi yang terdiri atas 500 orang, 20 orang di antaranya

menderita penyakit malaria. Proporsi penderita malaria dalam populasi ini

besarnya

20 (Pembilang)
---- = 0.04 X 100 = 4%
500 (Penyebut)

Ciri dari Proporsi:

 Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang dan

penyebutnya sama, sehingga saling meniadakan.

 Nilainya antara 0 dan 1

2
2. Ratio adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian dari

penyebutnya. Ini yang membedakannya dengan proporsi. Ratio

menyatakan hubungan antara pembilang dan penyebut yang berbeda satu

dengan yang lain.

Ada dua jenis ratio:

a. Ratio yang mempunyai satuan, misalnya

 Jumlah dokter per 100.000 penduduk

 Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran

hidup.

b. Ratio yang tidak mempunyai satuan oleh karena pembilang dan

penyebutnya mempunyai satuan yang sama, misalnya

 Ratio antara satu proporsi dengan proporsi lain atau ratio

antara satu rate dengan rate yang lain, contohnya Relative Risk

dan Odds Ratio

3. Rate merupakan konsep yang lebih kompleks dibandingkan dengan dua

bentuk pecahan yang terdahulu. Rate yang sesunguhnya merupakan

kemampuan berubah suatu kuantitas bila terjadi perubahan pada kuantitas

lain. Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan ini biasanya adalah

kuantitas waktu. Bentuk ukuran ini sering dicampur adukkan

penggunaannya dengan proporsi.

3
Contoh: Kecepatan mobil pada satu saat tertentu bentuknya adalah suatu rate.

Oleh karena kecepatan sebuah mobil yang sedang berjalan dapat berubah setiap

saat, maka yang diukur adalah kecepatan rata-rata dari mobil tersebut. Ini yang

biasa disebut kecepatan (speed) yang diukur dengan membagi jarak tempuh mobil

tersebut dengan waktu yang digunakan untuk mencapainya. Misalnya: Jakarta-

Bogor yang jaraknya 60 Km ditempuh dalam waktu 1 jam. Maka kecepatan

mobilnya = 60 Km per jam.

Demikian juga, adalah mustahil untuk mengukur kecepatan terjadinya

penyakit yang berlangsung pada satu saat tertentu. Oleh karena itu digunakan rate

rata-rata yang terjadi dalam populasi tersebut.

Ciri dari Rate:

 Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu.

 Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terbentang antara 0

sampai tak terhingga.

2.1. Ukuran Frekuensi Penyakit

Merefleksikan besar kejadian penyakit (morbiditas) atau kematian karena

penyakit (mortalitas) dalam suatu populasi. Dimana untuk mengukur frekuensi

penyakit dapat dilihat dari dua hal, yaitu : insidensi dan prevalensi.

2.1.1 Angka Insidensi


Insidensi merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam kurun

waktu tertentu. Batasannya adalah proporsi kelompok individu yang terdapat

4
dalam penduduk suatu wilayah atau negara yang semula tidak sakit dan menjadi

sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut adalah

kasus baru.

Rumusnya sebagai berikut.

𝑑
𝑝= ( )× 𝑘
𝑛

P = estimasi angka insidensi

D = jumlah kasus baru

N = Jumlah individu yang awalnya tidak sakit

K = Konstanta

2.1.2 Angka Prevalensi


Untuk prevalensi terdapat dua ukuran, yaitu prevalensi sesaat (point

prevalence) dan prevalensi periode (periode prevalence)

Jumlah semua kasus yang dicatat


Point prevalence = pada saat tertentu
Jumlah penduduk

Jumlah semua kasus yang dicatat


Periode prevalence = selama satu periode
Jumlah penduduk

Secara skematis, insidensi, point prevalence, dan periode prevalence dapat

digambarkan sebagai berikut.

Pada contoh di bawah terdapat 9 kasus dengan rincian sebagai berikut.

1. Insidensi : Kasus 2, 3, 4, 8, 9

2. Prevalensi sesaat : 1 Januari : Kasus 1, 5, 7

31 Desember : Kasus 2, 5

3. Prevalensi periode : Kasus 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, dan 9

5
2.1.3 Manfaat Insidensi dan Prevalensi
Angka insidensi dapat digunakan untuk mengukur angka kejaidan

penyakit. Perubahan angka insidensi menunjukkan adanya perubahan faktor-

faktor penyebab penyakit, yaitu fluktuasi alamiah dan program pencegahan.

Bila fluktuasi alamiah dapat diabaikan maka penurunan insidensi

menunjukkan keberhasilan program pencegahan.

Manfaat lain dari pengukuran insidensi ialah :

1. Ukuran insidensi banyak digunakan dalam penelitian epidemiologi untuk

mencari adanya asosiasi sebab-akibat

2. Ukuran insidensi dapat pula digunakan untuk mengadakan perbandingan

antara berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda

3. Ukuran insidensi dapat digunakan untuk mengukur besarnya resiko yang

ditimbulkan oleh determinan tertentu.

6
Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunakan untuk :

1. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit

2. Penyusun perencanaan pelayanan kesehatan, misalnya penyediaan sarana

obat-obatan, tenaga dan ruangan

3. Menyatakan banyaknya kasus yang dapat didiagnosis.

2.1.4.Hubungan Antara Insidensi dan Prevalensi


Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya sakit.

Lamanya sakit ialah periode mulai didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya

penyakit tersebut yaitu sembuh, mati atau kronis. Hubungan tersebut dapat

dinyatakan dalam rumus :

P= I x D

P : Prevalensi

I : Insidensi

D : Lamanya sakit

Oleh karena itu, bila kita membandingkan prevalensi suatu penyakit antara

beberapa wilayah, harus diperhatikan ketiga faktor di atas agar tidak menimbulkan

kesan yang salah. Misalnya, bila kita membandingkan prevalensi suatu penyakit

antara desa dengan kota tanpa memperhatikan ketiga faktor tersebut maka

kesimpulan yang ditarik akan bias.

2.2. Ukuran Asosiasi

Merefleksiakan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu eksposur/faktor

resiko dan kejadian suatu penyakit. Dimana untuk mengukur asosiasi dapat dilihat

7
dari ukuran rasio, yaitu : Risk Ratio, Odds Ratio, Insidence Density Ratio,

Prevalence Ratio.

2.2.1 Risk Ratio (Rasio Resiko)


Risk Ratio adalah rasio dari dua resiko yang terpisah. Risk ration juga

disebut sebagai rasio insidensi kumulatif (cumulative incidence ratio) dan

berkaitan erat dengan rate ratio.

Probabilitas pajanan suatu penyakit


Risk ratio =
Probabilitas suatu penyakit tanpa pajanan

2.2.2 Odds Ratio


Odds ratio adalah ratio dari kemungkinan terkena penyakit di antara

individu yang terpapar dibagi dengan kemungkinan terkena penyakit di antara

individu yang tidak terpapar.

Odds pemajan untuk kasus


Odds ratio =
Odds pemajan untuk kontrol

8
a⁄ 𝑎𝑥𝑑
𝑐
Odds ratio = =
𝑏⁄ 𝑏𝑥𝑐
𝑑

2.2.3 Insidence Density Ratio


Bila data didasarkan pada kasus-kasus insidens

Densitas insidens pada kelompok terpajan


RDI =
Densitas insidens pada kelompok tidak terpajan

2.2.4 Prevalence Ratio


Bila data didasarkan pada kasus-kasus prevalens

Prevalens pada kelompok terpajan


RP =
Prevalens pada kelompok tidak terpajan

2.3 Ukuran Efek/Dampak

Merefleksikan dampak suatu faktor pada frekuensi atau resiko dari suatu

masalah. Dimana untuk mengukur efek/dampak dapat dilihat dari : Attributable

Risk, Population Attributable Risk, Prevalence Fraction.

2.3.1 Attributable Risk


Attributable Risk adalah angka penyakit pada orang yang terpajan yang

dapat secara langsung dihubungkan dengan pajanan dari penyakit tersebut.

Insidens(terpajan) − Insidens(tidak terpajan)


AR% = 𝑥 100%
Insidens(terpajan)

2.3.2 Population Attributable Risk


Proporsi (atau fraksi) rate penyakit pada seluruh populasi yang mewakili

rate penyakit dalam kelompok terpajan.

PAR = Insidens(populasi) - Insidens(tidak terpajan)

9
2.3.3 Prevalence Fraction
Prevalence fraction adalah fraksi yang dicegah dalam populasi. Proporsi jumlah

beban penyakit dalam populasi yang telah dicegah oleh faktor eksposur

Insidens(tidak terpajan) − Insidens(populasi)


PF =
Insidens(tidak terpajan)

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Frekuensi kejadian penyakit yang diamati dapat dilihat dengan

menggunakan ukuran dalam epidemilogi. Dimana ukuran dalam epidemiologi

terbagi menjadi 3, yaitu : ukuran frekuensi penyakit, ukuran asosiasi dan ukuran

efek/dampak. Ukuran frekuensi penyakit untuk merefleksikan besar kejadian

penyakit (morbiditas) atau kematian karena penyakit (mortalitas) dalam suatu

populasi, dimana untuk mengukur frekuensi penyakit dapat diukur menggunakan

angka insidensi dan angka prevalensi. Ukuran asosiasi untuk merefleksiakan

kekuatan atau besar asosiasi antara suatu eksposur/faktor resiko dan kejadian

suatu penyakit, untuk mengukur asosiasi digunakan risk ratio dan odds ratio.

Ukuran efek/dampak merefleksikan dampak suatu faktor pada frekuensi atau

resiko dari suatu masalah untuk mengukur efek/dampak digunakan attributable

risk, attributable risk population dan prevalence fraction.

3.2 SARAN
Penggunaan pengukuran frekuensi penyakit seharusnya digunakan oleh

pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

oleh masyarakat. Petugas kesehatan bersama pemerintah sebaiknya juga

mengevaluasi program kesehatan yang sudah berjalan dan merencanakan progam

berkelanjutan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Timmreck, Thomas. 2005. Epidemiologi: Suatu Pengantar Edisi II. Jakarta: EGC,

127-140

Budiarto, Eko dan Anggreni, Dewi. 2003. Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: EGC,

52-58

Wahyudin Rajab. 2009. Ukuran dalam Epidemiologi. Buku Ajar Epidemiology

untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC, 95-103

12

Anda mungkin juga menyukai