Anda di halaman 1dari 13

Epidemiologi Lingkungan B

EPIDEMIOLOGI STUDI ANALITIK

TINGKAT 3 D-III

1. Muhammad Taufiq Abrian

P2.31.33.0.14.029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641,

7397643 Fax. 021.7397769


EPIDEMIOLOGI ANALITIK

Epidemiologi analitik merupakan suatu studi yang dirancang untuk menguji hubungan
(asosiasi atau sebab akibat) dari suatu hipotesis. Epidemiologi analitik merupakan studi
epidemiologi yang ditujukan untuk mencari faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau
mencari penyebab terjadinya variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada
kelompok individu. (Eko Budiarto,2002:111) Epidemiologi analitik adalah penelitian
epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan
penyebab penyakit. Prinsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah membandingkan
risiko terkena penyakit antara kelompok terpajan dengan kelompok tidak terpajan faktor
penelitian. Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi 2 :

Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang (cross
sectional) dan studi Kohort.
Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled
Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).

STUDI KOHORT

Menurut Murti (1997), penelitian kohor (cohort) adalah rancangan penelitian


epidemiologi yang mempelajari hubungan antara pajanan dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok terpajan (faktor penelitian) dan kelompok tidak terpajan
berdasarkan status penyakit. Rancangan penelitian kohort disebut juga sebagai survey
prospektif meskipun sesungguhnya kurang tepat. Rancangan penelitian ini merupakan
rancangan penelitian epidemiologis noneksperimental yang paling kuat mengkaji hubungan
antara faktor risiko dengan dampak atau efek suatu penyakit. Pada umumnya rancangan
kohor merupakan penelitian epidemiologi longitudinal prospektif, yaitu :

1. Dimulai dari status keterpajanan


2. Arahnya selalu maju (prospektif)
Artinya penelitian dimulai dengan mengidentifikasi status pajanan faktor risiko. Pada
saat mengidentifikasi status pajanan faktor risiko, semua subjek penelitian (kelompok
terpajan faktor risiko dan kelompok tidak terpajan faktor risiko) harus bebas dari
penyakit/efek yang diteliti. Setelah itu subjek-subjek dengan maupun tanpa pajanan faktor
risiko diikuti terus secara prospektif sampai timbul efek (penyakit tertentu). Secara
sistematis, rancangan penelitian cohort dapat digambarkan sebagai berikut:

Desain Kohort

Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih populasi dan kelompok pembanding dalam
penelitian cohort adalah sebagai berikut :

A. Populasi
Relatif harus stabil
Mudah diamati dan terjangkau
Memiliki derajat keterpaparan penyakit yang diamati
Tidak sedang menderita penyakit yang diamati
B. Kelompok pembanding
Penduduk dari kelompok kohort yang sama
Populasi umum dan populasi kohort
Populasi lain yang memiliki keadaan hampir sama kecuali faktor pemajan

Kegunaan Rancangan Penelitian Kohort :

Secara garis besar rancangan analisis diperlukan agar orang dapat mengetahui analisis
yang akan dilakukan oleh peneliti sehingga mudah dilakukan evaluasi terhadap hasil
penelitian. Kegunaan yang diperoleh dengan penelitian kohort sebagai berikut.

1. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan normal


(ontogenik) yang terjadi dengan berjalannya waktu karena intervensi yang dilakukan
oleh alam berupa waktu. Misalnya, mempelajari pertumbuhan dan perkembangan
anak selama 5 tahun sejak dilahirkan.
2. Penelitian ini dapat pula digunakan untuk mempelajari timbulnya penyakit secara
alamiah akibat pemajanan (patogenik) yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan
secara sengaja, misalkan merokok atau tidak sengaja memakan makanan atau
minuman yang tercemari bakteri patogen. Misalnya mempelajari hubungan antara
rokok dan penyakit jantung koroner atau mempelajari terjadinya kejadian luar biasa
pada keracunan makanan.
3. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan klinis suatu
penyakit (patogresif), misalnya perkembangan penyakit karsinoma payudara.
4. Rancangan penelitian ini dapat digunakan untuk mempelajari hubungan sebab-
akibat.
5. Penelitian kohort dapat digunakan untuk mempelajari insidensi penyakit yang
diteliti.
6. Penelitian kohort tidak memiliki hambatan masalah etis.
7. Besarnya risiko relatif dan risiko atribut dapat dihitung secara langsung.
8. Pada penelitian kohort dapat dilakukan perhitungan statistik untuk menguji
hipotesis.
9. Pada penelitian kohort dapat diketahui lebih dari satu out come terhadap satu
pemaparan, misalnya penelitian tentang hubungan antara rokok dan karsinoma
paru-paru ternyata mempunyai hubungan juga dengan penyakit jantung, gastritis,
karsinoma kandung kemih, dan lain-lain.

Langkah langkah pelaksanaan penelitian kohort :

a. Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek.


b. Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel).
c. Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negatif.
d. Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol.
e. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan,
selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok.
f. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif
dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif
maupun kelompok kontrol.

Karakteristik Kohort

1. Bersifat observasional
2. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
3. Disebut sebagai studi insidens
4. Terdapat kelompok kontrol
5. Terdapat hipotesis spesifik
6. Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif
7. Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder

Kelebihan Rancangan Kohort:

1. Mendapatkan insident risk dan relative risk secara langsung.


2. Dapat melihat hubungan satu penyebab terhadap beberapa akibat.
3. Dapat mengikuti secara langsung kelompok yang dipelajari.
4. Dapat menentukan mana lebih dulu causa atau efek.
5. Biasnya lebih kecil.

Kekurangan Rancangan Kohort:

1. Membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal.


2. Lama dalam persiapan dan hasil yang diperoleh.
3. Hanya bisa mengamati satu faktor penyebab.
4. Kurang efisien dantidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka / jarang.
5. Mempunyai risiko untuk hilangnya subyek/drop out selama penelitian, karena
migrasi, tingkat partisipasi rendah atau meninggal.

Dalam merencanakan penelitian prospektif, harus dibuat rancangan analisisnya agar


orang dapat mengetahui analisis yang dilakukan oleh peneliti sehingga mudah dilakukan
evaluasi terhadap hasil penelitian. Secara skematis, analisis dan perhitungan yang akan
dilakukan sebagai berikut.

Sel a : subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek


Sel b : subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek
Sel c : subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
Sel d : subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek

Contoh penelitian Kohort : Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan
Sebelum makan dengan Kejadian Thypoid.

Ukuran ukuran dalam analisa kohort

Insiden Risk (IR):


a. IR kelompok terpajan

(+)

b. IR kelompok tidak terpajan


(+)

Attributable Risk (AR)

Yaitu perbedaan antara angka insidens bagi mereka yang terpajan dan mereka yang
tidak terpajan faktor risiko dan untuk mengetahui besarnya rate insidens yang dapat
dikurangi apabila faktor risiko sebagai penyebab penyakit dihindarkan.

= 100%

RR (Relative Risk)

Sebagai indikator pada penelitian kohort/prospektif. Relative risk (RR) untuk


menunjukkan rasio angka insidens dari populasi terpajan dan tidak terpajan faktor resiko

/( + )
() = =
/( + )

Interpretasi

RR = 1 , faktor risiko bersifat netral; risiko kelompok terpajan sama dengan kelompok
tidak terpajan.
RR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan sakit
RR < 1 ; Confient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit

CONTOH SOAL

Dari hasil penelitian 55 orang hipertensi dengan merokok menderita penyakit Penyakit
Jantung Koroner (PJK) 35 orang, sedangkan 55 orang hipertensi dengan tidak merokok
menderita penyakit Penyakit Jantung Koroner (PJK) 25 orangBerapa ratio antara orang
Hipertensi yang merokok dan yang tidak merokok menderita penyakit PJK?

Faktor Risiko Penyakit Tidak


Total
Penyakit PJK PJK
Merokok 35 20 55
Tidak merokok 25 30 55
Total 60 50 110

35/55
() = = = 1.4
25/55

Orang Hipertensi yang merokok mempunyai risiko 1,4 kali lebih besar terserang PJK
dibanding orang hipertensi yang tidak merokok (pada prospektif studi)

1. Pengertian case control


Kasus Kontrol/case control adalah studi analitik yang menganalisis hubungan kausal
dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit (outcome) terlebih
dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor risiko). Riwayat paparan dalam
penelitian ini dapat diketahui dari register medis atau berdasarkan wawancara dari
responden penelitian.

2. Tahap Penelitian Case Control


Tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :
a) Identifikasi variable-variabel penelitian (factor risiko dan efek)
b) Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)
c) Identifikasi kasus.
d) Pemilihan subjek sebagai control.
e) Melakukan pengukuran retrospktif (melihat ke belakang) untuk melihat factor
resiko
f) Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi abtara variable-variabel
objek penelitian dengan variable control
3. Kelebeihan Case Control
a. Adanya kesamaan ukuran watu antara kelompok kasus dengan kelompok control
b. Adanya pambatasan atau pengndalian factor resiko sehingga hasil penilitian
lebih tajam disbanding dengan hasil rancangan cross sectional
c. Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort
d. Relativ lebih murah dan cepat memperoleh hasil dan cepat dalam persiapan
survey.
e. Baik dilaksanakan untuk penyakit yang jarang / langka atau penyakit yang masa
inkubasinya lama
f. Dapat melihat hubungan beberapa penyebab terhadap satu akibat
4. Kekeurangan case control
a) Pengukuran variable yang retrospektif, objektifitas dan reliabilitasnya kurang
karena subjek penelitian harus mengingat kembali factor-faktor risikonya,
b) Tidak dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan
c) Kadang-kadang sulit memilih control yang benar-benar sesuai dengan kelompok
kasus karena banyaknya factor resiko yang harus dikendalikan.
d) Karena waktu proses sudah berlalu, maka sulit untuk mendapatkan informasi
yang akurat (Recall Bias)
e) Adanya pengaruh factor luar dan tidak dapat dketahui lebih mendalam
mekanisme hubungan sebab akibat
f) Tidak dapat menentukan Relative Risk secara langsung
g) Sulit menentukan apakah causa/ penyebab mendahului effect(efek)
h) Sulit melihat pada effect ganda dari suatu causa tertentu.
5. Contoh kasus case control
Thypoid

Kelompok kasus dalam kasus diatas adalah anak-anak sekolah yang terkena
penyakit typhoid sedangkan kontrolnya adalah anak-anak sekolah yang tidak
terkena penyakit. Faktor risikonya adalah kebiasaan jajan di sekolah dan
kebiasaan cuci tangan sebelum makan merupakan paparannya. Dari anak-anak
yang terkena penyakit dan tidak terkena penyakit ini dicari perbandingannya
faktor apa yang membedakan mereka. Ternyata setelah dicari ditemukan
kebiasaan jajan dan cuci tangan mereka yang kemudian dijadikan faktor
risikonya. Sehingga dalam studi ini kita berusaha mencari penyebab dari penyakit
yang ada terlebih dahulu.

Besarnya risiko kejadian penyakit typhoid seperti ini


Jajan di Sekolah Paparan Disease (Typhoid)
D+ (sakit) D- (tidak sakit)
E+ A B
E- C D
Total a+c b+d
Odds Rasio (OR) jajan di sekolah = axd / b x c = ad/bc

Tidak cuci Paparan Disease (Typhoid)


tangan D+ (sakit) D- (tidak sakit)
E+ A B
E- C D
Total a+c b+d
Odds Rasio (OR) tidak cuci tangan = axd / b x c = ad/bc

Penelitian ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi pada anak balita


dengan perilaku pemberian makanan oleg ibu.
o Tahap pertama : mengindentifikasi variable dependen (efek) dan variable-
variabel independen (factor risiko)
variable dependend : malnutrisi
variable independ : perilaku ibu dalam memberikan makanan.
variable independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga,
jumlah anak dsb.
o Tahap kedua : menetapkan objek penelitian, yaitu populasi dan sampel
penelitian. Objek penelitian di sini adalah pasangan ibu dan balita daerah
mana yang dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini.
o Tahap ketiga : mengindentifikasikan kasus, yaitu anak balita yang menderita
malnutrisi. Yang dimaksud kasus di sini adalah anak balita yang memenuhi
criteria malnutrisi yang telah ditetapkan. Misalnya berat per umumnya
kurang dari 75% standar Havard. Kasus diambil dari populasi yang telah
ditetapkan.
o Tahap keempat : pemilihan subjek sebagai control, yaitu pasangan ibu-ibu
dengan anak balita mereka. Pemilihan control hendaknya didasarkan kepada
kesamaan karakteristik subjek pada kasus. Misalnya cirri-ciri masyarakatnya,
social ekonominya, letak geografis dsb. Pada kenyataannya memang sulit
untuk memilih kelompok control yang mempunyai karakteristik yang sama
dengan kelompok kasus. Oleh sebab itu sebagian besar cirri-ciri tersebut
kiranya dapat dianggap mewakili.
o Tahap kelima : melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari kasus
(anak balita yang malnutrisi) itu diukur atau dinyatakan kepada ibunya
dengan ,menggunakan metode recall mengenai perilaku atau kebiasaan
memberikan makanan kepada anaknya. Recall disini maksudnya menanyakan
kepada ibu anak balita kasus tentang jenis-jenis makanan serta jumlahnya
yang diberikan kepada anak balita selama periode tertentu. Biasanya
menggunakan metode 24 jam (24 hours recall).
o Tahap keenam : melakukan engolahan dan analisis data. Analisis data
dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang
kurang baik dalam hal memberikan makanan kepadsa anaknya pada
kelompok kasus, dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok
control. Dari sini akan diperoleh bukti atau tidak adanya hubungan antara
perilaku pemberian makanan dengan malnutrisi pada anak balita.
DAFTAR PUSTAKA

http://dinazainuddin.blogspot.com/2013/01/case-control-kohort-cross-sectional-
dan.html

http://syawir-uimkeperawatan.blogspot.com/2011/04/metodologi-riset-desain-
metodologi.html

http://ranumra.blogspot.com/2013/01/definisi-metode-penelitian-case-control.html

http://azer.students-blog.undip.ac.id/2010/12/study-epid-case-control-cohort-cross-
sectional/

http://www.statistikian.com/2012/08/perbedaan-cross-sectional-case-control.html

Anda mungkin juga menyukai