Anda di halaman 1dari 22

Sejarah, Perkembangan,

dan Konsep Epidemiologi

Disusun Oleh :
Azhaar Darin Mardhiyah
Luluk Asnawati
Luthfi Yoga Pratama
Mentari Nurfaya Jaelani
A. Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi

Hipporcrates (460-375 BC) menyadari bahwa factor


lingkungan dan perilaku dapat memengaruhi kejadian
penyakit.Pada masa The Darg Agges dan Middle Agges (AD
500-1500) menjelaskan tentang sebab akibat perkembangan
suatu penyakit.
Pengenalan metode kuantitatif pada epidemiologi dilakukan
oleh John Ground (1620-1674) yang mempelajari dan
membandingkan gambaran dan register data kematian dan
kelahiran pada kelompok umur yang berbeda, laki-laki dan
perempuan dan trend kematian.
Kemudian, perkembangan ini berlanjut hingga abad
kesembilan belas dimana distribusi penyakit pada kelompok
populasi tertentu ditemukan dalam jumlah yang cukup besar.
Snow menemukan bahwa adanya hubungan
antara air minum yang dipasok oleh perusahaan
setempat dengan kejadian kolera di London
Inggris.
John Snow mendatangi rumah setiap orang
yang meninggal akibat kolera di London selama
1848-1849 dan 1853-1854, dan mencatat
hubungan yang jelas antara sumber air dan
kematian akibat penyakit kolera tersebut.
Dia membandingkan kematian kolera di wilayah dengan persediaan air yang
berbeda seperti yang ada pada table di atas dan menunjukkan bahwa baik
jumlah kematian dan tingkat kematian lebih tinggi diantara orang-orang yang
disediakan oleh perusahaan air Southwark.
Secara sederhana perkembangan ini dibedakan menjadi empat
tahap, yakni :
1) Tahap pengamatan
) Hyppocrates (460-277 M) telah mengawali konsep epedemiologi
mengidentifikasi kejadian penyakit dan faktor-faktor yang
bersangkutan.
) Metode yang digunakan adalah mengamati, mencatat dan
merefleksi (atau disebut metode induktif) yaitu mengolah data
menjadi informasi yang bermanfaat sesuai dengan tujuan. Metode
ini digunakan pada waktu terjadi wabah (epidemi).
) Pada tahap ini pertama kali diidentifikasi riwayat alamiah penyakit
yaitu identifikasi pada kejadian sebelum terjadi penyakit.
Hypocrates mendistribusikan penyakit menutur waktu dan tempat
serta dihubungkan dengan fenomena cuaca.
) Hypocrates berhasil menyimpulkan bahwa ada hubungan penyakit
dengan lingkungan.Pendapat ini dituliskannya dalam bukunya yang
terkenal yaitu Air, Water and Place.
Selanjutnya pada abad kedua setelah masehi di zaman
romawi kuno muncul Galen (129-199 M) yang
mengelaroborasikan teori hypocrates dan berpendapat
bahwa cara hidup dan cairan tubuh diduga berkaitan
dengan kesehatan.
Epidemiologis Amerika yaitu Noach Webster (758-1842)
menyatakan bahwa wabah berkaitan dengan
lingkungan.Sampai pada abad ke-17 di Inggris muncul
Thomas Sydeenhan (1624-1669) yang menghubungkan
teori sakit dengan udara, air dan tempat.
John Graunt (1662) melakukan pencatatan dan
perhitungan terhadap angka kematian yang terjadi di kota
London. Hasil perhitungannya menyimpulkan bahwa
frekuensi dan penyebaran angka kematian ternyata lebih
tinggi pada bayi serta berbeda antara penduduk pria dan
perempuan.
2.) Tahap perhitungan
Upaya untuk mengukur frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan dilakukan dengan bantuan ilmu hitung. John
Graunt (1662) melakukan pencatatan dan perhitungan
terhadap angka kematian yang terjadi di kota London.
Hasil perhitungannya menyimpulkan bahwa frekuensi dan
penyebaran angka kematian ternyata lebih tinggi pada bayi
serta berbeda antara penduduk pria dan perempuan.
3.) Tahap Pengkajian
Teknik pengkajian dilakukan pertama kali oleh William Farr
(1839) yaitu melakukan pengkajian terhadapa data yang
ada dan berhasil membuktikan adanya hubungan statistik
antara peristiwa dan kehidupan dengan keadaan
kesehatan masyarakat, adanya hubungan angka kematian,
dengan status perkawinan dan tingkat sosial ekonomi.
Cara kerja yang sama dilakukan oleh John Snow (1849) dalam
mengatasi epidemiologi kolera di London berhasil membuktikan
adanya hubungan timbulnya penyakit kholera dengan sumber
air minum penduduk.
Metode pengkajian diterapkan untuk memberantas penyakit-
penyakit menular endemis maupun tidak menular. Metode
pengkajian tersebut merupakan awal epidemiologi formal atau
disebut tahap eksperimen alamiah.
4.) Tahap uji coba
Tahap ini dikembangkan teknik yang lebih maju, tidak hanya
melakukan data alamiah, tetapi melakukan uji coba (eksperimen
atau studi intervensi).
Tahap perkembangan epidemiologi modern ini merupakan
analisis antara sejumlah factor yang sangat esensial sebagai
penyebab dan memberikan sumbangan peningkatan resiko
dalam perkembangan masalah kesehatan.
Muncul pendapat Gordon (1953) bahwa
penyakit merupakan proses biologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya,
sehingga semua penyakit yang menyerang
masyarakat mesti mengikuti hokum yang ada.
Menurut sejarah perkembangannya epidemiologi
dikembangkan atas :
a) Epidemiologi klasik
)Terutama mempelajari tentang penyakit menular wabah serta
terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik.
b) Epidemiologi modern
) Merupakan sekumpulan konsep yang digunakan dalam studi
epidemiologi yang terutama bersifat analitik, selain untuk
penyakit menular wabah dapat diterapkan juga untuk penyakit
menular bukan wabah, penyakit tidak menular, serta masalah-
masalah kesehatan lainnya.
)Menurut bidang penerapannya epidemiologi modern dibagi
atas:
1. Epidemiologi lapangan
2. Epidemiologi komunitas
3. Epidemiologi klinik
B. Konsep Epidemiologi
a. Konsep Segitiga Epidemiologi (Triade Epidemiologi)
)Tiade Epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah suatu
model yang mengilustrasikan bagaimana penyakit menular
menyebar.
)Triade epidemiologi terdiri dari agen, pejamu (host), dan
lingkungan. Ketiga factor ini saling terkait dan bersinergi satu
sama lain
)Ketika salah satu dimensi tidak seimbang missal ketika imunitas
pejamu rentan atau lingkungan cuaca berubah, atau jumlah
sumber penyakit bertambah, akan menyebabkan
ketidakseimbangan kesehatan seseorang yang akan
menyebabkan penyakit
1) Rantai Penularan
)Penyakit menular terjadi sebagai hasil interaksi antara agen,
pejamu dan lingkungan serta proses transmisi di antaranya.
Pengendalian penyakit tersebut dapat mencangkup perubahan
satu atau lebih dari komponen ini, berbagai efek dan bervariasi,
mulai dari infeksi kemudian kondisi normal seperti biasa (tanpa
tanda-tanda atau gejala),
)Pengetahuan tentang masing-masing vektor dalam rantai
infeksi mungkin diperlukan sebelum intervensi yang dilakukan
kecuali untuk penyakit rantai penularan khusus atau Ispesifik.
)Misalnya, HIV dapat dicegah dengan penggunakan kondom
pada kelompok beresiko HIV, tetapi pengetahuan tentang
pentingnya kondom saja tidak dapat mencegah penularan HIV
tanpa kesadaran dan komitmen Negara untuk memfasilitasi
akses terhadap kondom sehingga epidemic HIV dapat ditekan
jumlahnya di Indonesia.
2.) Agen Penularan (Agent)
Agen adalah mikroorganisme, zat kimia atau radiasi
yang ada, keberadaanya berlebihan atau factor seperti
cenderung tidak ada dalam menimbulkan suatu
penyakit.
Agen bisa meliputi, agen biologic (virus, bakteri,
protozoa dan lain-lain), gizi (lemak jenuh, kurang
serat), dan fisika (cahaya, kelembaban).
Infeksi adalah masuk dan berkembangnya
(memperbanyak diri) agen menular pada pejamu.
Infeksi tidak sama dengan penyakit, beberapa infeksi
tidak menghasilkan penyakit klinis.
Karakteristik khusus dari setiap agen penting
dalam menentukan setiap ifeksi, yang ditentukan
oleh factor-faktor berikut ini.
Dosis infektif (infektifitas) adalah jumlah yang
diperlukan untuk menyebabkan infeksi pada pejamu
yang rentan.
Patogenesis adalah kemampuan agen untuk
berkembang biak untuk menimbulkan penyakit klinis,
diukur dengan rasio jumlah orang yang terkena
penyakit secara klinis dengan jumlah orang yang
terinfeksi dengan penyakit.
Virulensi adalah tingkat keparahan penyakit atau
tingkat agen memperpparah kondisi suatu penyakit,
yang dapat bervariasi dari yang sangat rendah hingga
sangat tinggi.
Reservoir agen adalah habitat alami agen, yang mungkin
termasuk manusia, hewan dan sumber lingkungan.
Sumber infeksi adalah orang atau objek tempat penjamu
ditularkan oleh agen penyebab penyakit.

3.) Pejamu
Factor pejamu atau host adalah orang atau hewan
termasuk burung dan artropoda yang menyediakan tempat
yang cocok untuk agen infeksius agar tumbuh dan
berkembang biak dalam kondisi alamiah.
Titik titik masuk (portal of entry) ke pejamu bervariasi
dengan agen dan termasuk kulit, selapuut lender, dan
pernapasan dan saluran pencernaaan
Factor penjamu bisa mlipputi factor genetic, riwayat
penyakit, umur, jenis kelamin, psikologi, fisiologi dan
imunitas.
Sebagai contoh imunisasi pasif. Antibody dibentuk
sebagai bagian dan respons kekebalan alami terhadap
pathogen dapat diperoleh dari donor darah dan setelah
terkena/terpajan beberapa penyakit ( seperti rabies,
difteri,, varicella-zoster dan hepatitis B) kepada orang-
orang yang belum dimunisasi secara memadai.
Transmisi pasif lainnya seperti antibody dari ibu melalui
plasenta juga dapat memberikan resistensi terhadap
infeksi pada janin.
4.) Lingkungan
Faktor lingkungan adalah semua unsur di luar dari factor
individu pejamu yang memengaruhi status kesehatan populasi,
meliputi factor sosial ekonomi, lingkungan biologi dan
lingkungan fisik.
Lingkungan memainkan peran penting dalam perkembangan
penyakit menular.

Anda mungkin juga menyukai