Anda di halaman 1dari 108

HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN

KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU
TAHUN 2008



TESIS



Oleh


AWIDA ROOSE
067023002/AKK















SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU
TAHUN 2008


TESIS


Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan/Epidemiologi
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara



Oleh

AWIDA ROOSE
067023002/AKK









SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008



Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


PERNYATAAN

HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU
TAHUN 2008




TESIS




Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.







Medan, Agustus 2008


Awida Roose




Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN
DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD) DI KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA
PEKANBARU TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : AwidaRoose
Nomor Pokok : 067023002
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan/Epidemiologi





Menyetujui
Komisi Pembimbing





(Dr. Ir. Erna Mutiara, M. Kes) (drh.Rasmaliah, M.Kes)
Ketua Anggota




Ketua Program Studi Direktur





(Dr.Drs.Surya Utama, MS) (Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc)





Tanggal Lulus : 10 September 2008



Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


Telah diuji
Pada tanggal : 10 September 2008


























PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M. Kes
Anggota : 1. drh.Rasmaliah, M.Kes
2. Ir. Indra Chahaya, M.Si
3. Ir. Evinaria, M.Kes


Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

ABSTRAK



Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat, sebanyak 7 dari 12 Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru
merupakan daerah endemis DBD, dari 7 kecamatan tersebut Kecamatan Bukit Raya
merupakan Kecamatan dengan case fatality rate dari tahun 2005, 2006 dan 2007
berturut-turut 1,44%, 0,0% dan 3,5% melebihi indikator nasional (1,0%).
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan sosiodemografi (jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi dan lingkungan (jarak rumah, tata rumah,
kelembaban, tempat penampungan air (TPA), TPA bukan untuk keperluan sehari-
hari, TPA alami, keberadaan jentik dan tanaman hias/pekarangan) dengan kejadian
DBD.
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi kasus
kontrol berpadanan. Sampel terdiri dari 85 kasus dan 85 kontrol dipadankan menurut
jenis kelamin, umur dan kondisi tempat tinggal. Metode analisis data meliputi analisis
univariat, bivariat dengan Mc Nemar dan analisis multivariat dengan menggunakan
uji regresi logistik ganda kondisional.
Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan
kejadian DBD yaitu variabel pendidikan, pekerjaan, jarak rumah, TPA bukan untuk
keperluan sehari-hari, TPA alami dan tanaman hias/pekarangan. Hasil analisis
menunjukkan variabel yang tidak ada hubungan dengan kejadian DBD yaitu, tata
rumah dan keberadaan jentik. Hasil analisis multivariat diketahui bahwa variabel
yang paling dominan berhubungan dengan kejadian DBD adalah variabel mobilisasi.
Disarankan meningkatkan sosialisasi agar mengupayakan diri terhindar dari
gigitan nyamuk dengan menggunakan reppelent bila akan bepergian keluar
Kecamatan Bukit Raya untuk bekerja, sekolah, dan lain-lain. Peningkatan program
promosi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan DBD kepada masyarakat
secara intensif, meningkatkan gerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan kerja
bakti seminggu sekali dan meningkatkan kegiatan survei jentik.


Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue, Sosiodemografi, Lingkungan.









Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

ABSTRACT


Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the public health problems in the
city of Pekanbaru. Seven of the existing 12 sub-districts in Pekanbaru are DHF
endemic areas and Bukit Raya is one of the 7 sub-district which has the highest
number of DHF cases with respectively case fatality rates of 1.44%, 0.0%, and 3.5%
from the years of 2005, until 2007. These percentages exeed the national indicator
which is only 1,0%.
The purpose of this study is to examine the relationship between
sosiodemografi (sex, education, occupation, mobilization), environment (home
distance, home arrangement, humidity, water tank, water tank (not for the daily-used
water), natural water tank, existance of mosquito larvae, and ornamental plant) with
the incidents of DHF. This study is observational research with matchec case control
design. The samples consist of 85 for case group and 85 for control group mached in
sex, age and living place condition. Data analysis includes univariat, bivariat using
Mc Nemar test and multivariate using conditional multiple logistic regression.
The result of bivarate analysis shows that variables have a significant
relationship with the incident of DHF namely education, occupation, home distance,
water tank not for the daily used water, natural water tank, and ornamental plants.
Home arrangement and the existence of mosquito larvae do not have a relationship
with the incident of DHF. The result of multivarite analysis shows that the variable
which is very dominant related to the incident of DHF is mobilization.
It is suggested to implement a proper socialization to avoid mosquito bite by
using reppelent if going out of Bukit Raya Subdistrict Kota Pekanbaru to work,
school etc. Intensively improve the promotion of DHF control and prevention
program to the community, increase community participation in doing voluntary
collective work once a week, and increase mosquito larvae survey activity.


Key words : DHF, Socio Demography, Environment.











Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan
untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan S2 pada Sekolah
Pascasarjana USU, Medan.
Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan
kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih,
semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Allah SWT kepada Ibu Dr.Ir.
Erna Mutiara, M.Kes dan Ibu drh.Rasmaliah, M.Kes selaku pembimbing yang
memberi perhatian, dukungan dan pengarahan hingga selesai tesis ini.
Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Ibu Ir.
Indra Chahaya, M.Si dan Ibu Ir. Evinaria, M.Kes selaku tim penguji yang telah
memberi masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan tesis ini.
Di samping itu penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.dr. Chairuddin P.Lubis,DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
3. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah
Pascasarjana USU dan seluruh staf yang telah banyak membantu.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

4. Bapak Saiful Bahri Rab, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yang
telah memberi izin dan dukungan
5. Bapak dr. Zainal Abidin MPH selaku Sekretaris Program UKM, DHS I ADB
Propinsi Riau dan seluruh staf yang telah memberikan bantuan dana pendidikan.
6. Rekan-rekan di peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan angkatan tahun
2006.
7. Sahabat handaitaulan yang memberikan dukungan moral dan spritual yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Ucapan terimakasih kepada kedua orangtua, Abang, Abang Ipar, Kakak,
Kakak Ipar, Adik, Adik Ipar, Keponakan dan kedua Ananda tercinta yang telah
memberikan dukungan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan, Semoga
ALLAH SWT membalas kebaikan yang telah dilakukan dan melimpahkan ridho dan
hidayahNya.
Akhirnya penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat
Indonesia, khususnya Kota Pekanbaru.



Pekanbaru, Agustus 2008

Penulis


Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

RIWAYAT HIDUP

Nama : Awida Roose
Tempat/Tanggal Lahir : Pekanbaru, 19 Agustus 1962
Agama : Islam
Alamat : Jln. Singgalang No. 7 Pekanbaru,
Telp (0761)24833
Telp/HP : 085271547332


RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1969 1975 : SDN II Pekanbaru
Tahun 1975 1979 : SMP Santa Maria Pekanbaru
Tahun 1979 1982 : SMU N I Pekanbaru
Tahun 1982- 1985 : APK TS Padang
Tahun 2002 2004 : STIKES Hang Tuah Pekanbaru
Tahun 2006 2008 : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Medan, Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Konsentrasi Epidemiologi.

RIWAYAT PEKERJAAN
1986 1987 : Staf Dinkes TK I Propinsi Riau
1987 1989 : Pjs Kasubsi Kebling DKK Pekanbaru
1989 2002 : Pj. Kasubsi Kebling DKK Pekanbaru
2002 Sekarang : KASI PSM DKK Pekanbaru





Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

DAFTAR ISI


Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
1.4 Hipotesis ........................................................................................ 8
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9

2.1 Demam Berdarah Dengue ............................................................. 9
2.1.1 Epidemiologi Penyakit DBD ............................................. 9
2.1.2 Etiologi .............................................................................. 12
2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi ............................................ 13
2.1.4 Tanda dan Gejala Klinik ................................................... 14
2.1.5 Mekanisme Penularan ....................................................... 16
2.1.6 Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD .............. 17
2.2 Nyamuk Penular DBD .................................................................. 18
2.2.1 Ekologi .............................................................................. 20
2.2.2 Bionomik Vektor ............................................................... 23
2.2.3 Pengamatan Kepadatan Vektor ......................................... 26
2.3 Landasan Teori .............................................................................. 28
2.4 Kerangka Konsep .......................................................................... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................. 33

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 34

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


3.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 34
3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 37
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ............................................... 37
3.6 Metode Pengukuran ..................................................................... 39
3.7 Metode Analisis Data ................................................................... 43
1. Analisis Univariat ..................................................................... 43
2. Analisis Bivariat ........................................................................ 43
3. Analisis Multivariat ................................................................... 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 44

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Bukit Raya ..................................... 44
4.2. Gambaran Karakteristik Responden ............................................... 48
4.3. Analisa Bivariat .............................................................................. 56
4.4. Analisis Multivariat ....................................................................... 60

BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 63

5.1. Sosiodemografi ............................................................................... 63
5.2. Lingkungan Fisik dan Biologi ........................................................ 66
5.3. Faktor Paling Dominan yang Berhubungan dengan Kejadian DBD 74
5.4.Keterbatasan Penelitian .................................................................. 75

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 77
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 77
6.2. Saran ............................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80












Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


DAFTAR TABEL


Nomor Judul Halaman

3.1. Variabel dari Beberapa Penelitian Terdahulu ............................... 36

3.2. Defenisi Operasional Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur,
Skala Ukur dan Hasil Ukur ........................................................... 40

4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di
Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 ............................................. 45

4.2. Penduduk > 5 tahun Menurut Jenis Pendidikan yang Dijalani
dan Ditamatkan Pada Tiap Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya
Tahun 2007 ................................................................................... 45

4.3. Jumlah Penduduk yang Datang dan pindah Menurut Kelurahan di
Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 ............................................. 46

4.4. Kondisi Bangunan Tempat Tinggal Menurut tipe dinding berdasarkan
Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 ......................... 47

4.5. Jumlah Bangunan Tempat Tinggal Menurut Tipe Atap Berdasarkan
Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya Tahun 2007 ........................ 47

4.6. Distribusi Kasus dan Kontrol Menurut Sosiodemografi (umur,
Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dan Mobilisasi .................. 48

4.7. Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan
fisik dan biologi ............................................................................. 49

4.8. Jenis dan jumlah kontainer yang terdapat pada
Rumah responden........................................................................... 53

4.9. Jumlah dan Jenis kontainer yang ditemukan jentik ...................... 54

4.10. Tabulasi silang sosiodemografi dengan kejadian DBD
di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru ................................... 56




Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

4.11. Tabulasi silang Lingkungan Fisik dan Biologi responden
dengan kejadian DBD.................................................................... 58

4.12. Hasil analisis regresi logistik ganda kondisional hubungan
mobilisasi, tata rumah, TPA bukan untuk keperluan sehari-hari,
tempat penampungan air alami, keberadaan jentik dan tanaman hias
dengan kejadian DBD.................................................................... 61

4.13. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Kondisional ........... 62























Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

DAFTAR GAMBAR


Nomor Judul Halaman
2.1. Siklus Hidup Nyamuk Ae.aegypti............................................ 24
2.2. Model Klasik Kausasi Segitiga Epidemiologi ........................ 29
2.3. Modifikasi Hubungan Sosiodemografi dan
Lingkungan dengan Kejadian DBD ....................................... 31

2.4. Kerangka Konsep Penelitian ................................................... 32
3.1. Skema Penelitian ..................................................................... 33

























Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

DAFTAR LAMPIRAN


Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ..................................................................... 83
2. Master Data Penelitian .................................................................. 87
3. Tabel 4a.Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan
TPA yang dimiliki ......................................................................... 117

4. Tabel 4b. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan
TPA bukan untuk keperluan sehari-hari ....................................... 118

5. Tabel 4.c. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan
TPA Alami .................................................................................... 119

6. Tabel 4.d. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan
Keberadaan Jentik pada TPA ........................................................ 120

7. Tabel 4.e. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan Keberadaan
Jentik pada TPA bukan untuk keperluan sehari-hari .................... 121

8. Tabel 4.f. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan Keberadaan
Jentik pada TPA Alami ................................................................. 122

9. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 123
10. Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 124
11. Surat Izin Survei dan Pengambilan Data dari BMG ..................... 125
12. Data Klimatologi ........................................................................... 126
13. Hasil Pengolahan dan Penelitian ................................................... 128
14. Keterangan Singkatan ................................................................... 138






Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sejak era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma
pembangunan kesehatan berarti pembangunan kesehatan harus lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Dengan demikian pemberantasan penyakit menular merupakan program yang sangat
penting dalam pembangunan kesehatan guna mencapai visi dan misi pembangunan
kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan diperlukan dukungan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang tangguh,
subsistem pertama SKN adalah upaya kesehatan yang mencakup antara lain
pemberantasan penyakit menular (Depkes RI, 2004b).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue ditularkan dari seorang kepada orang lain melalui
gigitan nyamuk Ae. aegypti. DBD telah muncul sebagai masalah kesehatan
masyarakat internasional pada abad 21, menurut WHO (2000) antara tahun 1975-
1995 terdeteksi di 102 negara dari lima wilayah WHO, yaitu 20 negara di Afrika, 42
negara di Amerika, 7 negara di Asia Tenggara, 4 negara di Timur Tengah dan 29
negara di Pasifik Barat (Depkes RI, 2003)
Negara-negara di kawasan Asia Tenggara antara tahun 1985-1996 telah
berkembang menjadi wilayah hiperendemis. Jumlah kasus menunjukan peningkatan
1

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

yang tajam dalam jumlah kematian dan kesakitan pada tiga sampai lima tahun
terakhir. Munculnya kembali Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah DBD diperkirakan
bahwa terdapat sekurang-kurangnya seratus juta kasus DBD per tahun dan 500.000
kasus yang memerlukan rawat inap di rumah sakit, dimana 90% penderita adalah
anak-anak di bawah usia 15 tahun. Angka kematian yang disebabkan oleh DBD rata-
rata 5%, dengan catatan kematian sekitar 25.000 terjadi tiap tahun. Walaupun semula
DBD menjadi permasalahan di daerah perkotaan namun saat ini juga mengancam
daerah pinggiran (Depkes RI, 2003).
Di Indonesia penyakit DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 berupa
KLB di Jakarta dan di Surabaya dimana tercatat 54 kasus dengan 24 kematian Case
Fatality Rate 41,5%), Pada tahun berikutnya kasus DBD menyebar ke lain kota yang
berada di wilayah Indonesia dan dilaporkan meningkat setiap tahunnya. Kejadian luar
biasa penyakit DBD terjadi di sebagian besar daerah perkotaan dan beberapa daerah
pedesaan (Soegijanto, 2003).
Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia dengan jumlah pasien yang cenderung meningkat serta
daerah menyebaran yang semakin meluas. DBD terutama menyerang anak-anak
namun dalam beberapa tahun terakhir cenderung semakin banyak dilaporkan kasus
DBD pada orang dewasa (Depkes RI, 2004a).
Awal kejadian luar biasa penyakit virus Dengue setiap lima tahun selanjutnya
mengalami perubahan menjadi tiga tahun, dua tahun dan akhirnya setiap tahun diikuti
dengan adanya kecenderungan peningkatan infeksi virus Dengue pada bulan-bulan

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

tertentu. Hal ini terjadi, kemungkinan berhubungan erat dengan a) perubahan iklim
dan kelembaban nisbi; b) terjadinya migrasi penduduk dari daerah yang belum
ditemukan infeksi virus Dengue ke daerah endemis penyakit virus Dengue atau dari
pedesaan ke perkotaan; c) meningkatnya kantong-kantong jentik nyamuk
Ae.aegyptidi perkotaan terutama daerah yang kumuh pada bulan-bulan tertentu
(Soegijanto, 2003).
Pada awal tahun 2004 Indonesia menghadapi KLB DBD dengan jumlah
kasus DBD sejak Januari sampai Mei 2004 mencapai 64.000 (Incidence Rate 29,7 per
100.000 penduduk) dengan kematian sebanyak 724 orang (Case Fatality Rate 1,1%)
(Depkes RI, 2005). Pemerintah melalui Departemen Kesehatan dalam press release
tanggal 16 Februari 2004 menetapkan bahwa telah terjadi KLB DBD dan pada
tanggal 24 Februari 2004, 12 provinsi dikategorikan sebagai provinsi KLB DBD
yaitu seluruh provinsi di pulau Jawa, NAD, Bali, Kalsel, Sulsel, NTB dan NTT,
Beberapa daerah lainnya juga menunjukkan adanya peningkatan kasus yaitu di
Provinsi Riau, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalbar, Sulut dan Papua
(Depkes RI, 2004a). Tahun 2007 jumlah kasus DBD meningkat dengan jumlah kasus
sebanyak 156.697 (Incidence Rate 71,43 per 100. 000 penduduk) dengan kematian
sebanyak 1.568 orang (Case Fatality Rate 1%) (Depkes RI, 2007).
Hasil Rekapitulasi Laporan Program Pemberantasan penyakit DBD Dinas
Kesehatan Propinsi Riau yang berasal dari 11 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi
Riau menunjukkan selama kurun waktu (2005 sampai dengan pertengahan tahun
2007) hampir seluruh Kabupaten/Kota tersebut merupakan daerah endemis penyakit

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

DBD. Pada tahun 2006 lebih dari 50% Kabupaten/Kota di Propinsi Riau angka
kematian akibat DBD cukup tinggi dimana angka kematian (Case Fatality Rate)
melebihi dari Indikator Nasional yaitu 1%. Dari seluruh Kabupaten/Kota di Propinsi
Riau, bila dilihat jumlah kasus DBD dan jumlah kematian akibat DBD selama 3
tahun berturut-turut tersebut Kota Pekanbaru termasuk tinggi. Tahun 2006 angka
Incidence Rate (IR) sebesar 50,0 per 100.000 penduduk dengan CFR sebesar 0,9%,
tahun 2007 (data dari Januari sampai dengan Oktober) angka Incidence Rate (IR)
sebesar 41,5 per 100.000 dengan CFR 1,7% (Dinkes Provinsi Riau, 2007).
Kota Pekanbaru merupakan Ibu Kota Provinsi Riau terdiri dari 12 Kecamatan
dan 58 Kelurahan, dimana 7 dari 12 Kecamatan tersebut (Kecamatan Limapuluh,
Sail, Bukit Raya, Tenayan Raya, Marpoyan Damai, Tampan dan Payung Sekaki)
merupakan daerah endemis DBD sedangkan 5 Kecamatan lainnya (Kecamatan
Sukajadi, Senapelan, Rumbai Pesisir, Rumbai dan Pekanbaru Kota) kejadian DBD di
tiap kelurahannya bervariasi yaitu sebagian kelurahannya merupakan daerah
endemis DBD sebagian lagi merupakan daerah sporadis DBD.
Dari 7 kecamatan endemis DBD di Kota Pekanbaru, Kecamatan Bukit Raya
merupakan kecamatan dengan jumlah kasus DBD paling tinggi tahun 2005 jumlah
kasus 138 orang, tahun 2006 jumlah kasus DBD sebanyak 52 orang penderita
sebagian besar berumur > 15 tahun (61%), perbandingan penderita DBD antara
perempuan dan laki-laki hampir sama yaitu 49% dan 51%. Tahun 2007 di Kecamatan
Bukit Raya jumlah kasus DBD 80 orang sebagian besar penderita dari kelompok
umur 15 tahun yaitu 73%. Perbandingan penderita DBD antara perempuan dan laki-

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

laki adalah 49 % dan 51%. Sedangkan Case Fatality Rate di Kecamatan Bukit Raya
tahun 2005 adalah sebesar 1,44% menduduki peringkat ke 2 setelah Kecamatan
Tampan dilihat dari angka CFR. Tahun 2006 tidak terjadi kematian tetapi tahun 2007
Case Fatality Rate meningkat menjadi 3,5% (Puskesmas Harapan Raya, 2007).
Terjadinya kasus DBD baik kasus kesakitan maupun kematian di Kecamatan
Bukit Raya dari tahun 2005, 2006 dan 2007 berfluktuasi sebagaimana diuraikan
diatas, terjadinya keadaan berfluktuasi tersebut di atas tidak dapat diprediksi secara
pasti faktor penyebabnya. Bila dilihat hasil pelaksanaan pemantauan bebas jentik
nyamuk Aedes terhadap rumah/bangunan di Kota Pekanbaru tahun 2006 dan 2007,
untuk semua Kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru Angka Bebas Jentik (ABJ)
rata-rata berkisar antara 90% 95% hal ini menunjukkan bahwa Angka Bebas Jentik
di tiap Kecamatan di Kota Pekanbaru sudah memenuhi Indikator Nasional (95%)
tidak terkecuali Kecamatan Bukit Raya. Namun dengan angka bebas jentik rata-rata
berkisar 90%-95%, Kecamatan Bukit Raya tetap merupakan daerah endemis DBD
dengan jumlah kasus paling tinggi serta Case Fatality Rate melebihi Indikator
Nasional (1%).
Secara teoritis penyebab munculnya KLB/wabah DBD antara lain disebabkan
karena adanya pertumbuhan penduduk yang tidak memiliki pola tertentu, urbanisasi
yang tidak terencana dan terkontrol, mobilitas penduduk yang tinggi, sistem
pengelolaan limbah padat berupa wadah yang dapat menjadi tepat penampungan air
seperti kaleng bekas, ban bekas, kulit buah dan lain-lain yang tidak saniter dan sarana
penyedian air bersih yang tidak memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

nyamuk-nyamuk, kurangnya sistem pengamatan nyamuk yang efektif, meningkatnya
pergerakan dan penyebaran virus dengue, perkembangan hiperendemisitas dan
melemahnya infrastruktur kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2003).
Teori penyebab timbulnya KLB terjadi di Kota Pekanbaru karena
pertumbuhan penduduk akibat arus migrasi ke Kota Pekanbaru yang relatif cukup
tinggi sehingga menimbulkan berbagai akibat antara lain meningkatnya jumlah
pengangguran, kemiskinan dan pemukiman kumuh serta rawan sosial sebagaimana
pidato walikota Pekanbaru pada hari jadi Kota Pekanbaru ke-223 (Abdullah, 2007)
Sesuai teori di atas dan pidato walikota Pekanbaru penyebab tingginya angka
kesakitan dan CFR DBD di Kecamatan Bukit Raya diperkirakan antara lain arus
migrasi yang relatif tinggi menimbulkan pemukiman kumuh, penyebab lain yaitu
tingginya mobilitas penduduk karena sebagian penduduk bekerja di luar wilayah kota
Pekanbaru yaitu pada kabupaten lain secara geografis kabupaten tersebut berbatasan
dengan Kecamatan Bukit Raya. Disamping itu Kecamatan Bukit Raya merupakan
kecamatan yang sebagian wilayahnya mengalami pemekaran sejalan dengan itu
perkembangan pembangunan pemukiman cukup pesat yang merupakan sasaran
pemukiman para urban namun pada wilayah lain perkembangan pembangunan belum
tertata baik dan masih banyak lahan yang merupakan tanah kosong sehingga
ditumbuhi semak yang dapat dijadikan tempat beristrahat nyamuk demikian juga
daerah pemukiman baru dimana beberapa rumah belum ada penghuninya yang
kemungkinan besar didalam rumah tersebut terdapat genangan air tempat perindukan
nyamuk.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang Sosiodemografi
dan Lingkungan Masyarakat di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru dengan
kejadian penyakit DBD.

1.2. Rumusan Masalah
Kecamatan Bukit Raya merupakan wilayah endemis DBD dengan angka CFR
dari tahun 2005, 2006 dan 2007 berturut-turut 1,44%, 0%, 2,35%, sedangkan Angka
Bebas Jentik (ABJ) rata-rata berkisar antara 90% - 95% yaitu sudah memenuhi
indikator nasional, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Belum diketahuinya hubungan sosiodemografi dengan kejadian penyakit
DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru tahun 2008.
2. Belum diketahuinya hubungan lingkungan fisik dan biologi dengan
kejadian penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru tahun
2008.

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui hubungan sosiodemografi dengan kejadian penyakit DBD di
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
2. Mengetahui hubungan lingkungan fisik dan biologi dengan kejadian
penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

3. Mengetahui faktor yang paling dominan hubugannya dengan kejadian
penyakit DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

1.4 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada hubungan sosiodemografi dengan kejadian penyakit DBD di
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
2. Ada hubungan lingkungan fisik dan biologi dengan kejadian penyakit
DBD di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kota Pekanbaru melalui
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rangka pelaksanaan kegiatan
penanggulangan DBD dan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan
operasional dan strategi yang efisien dan komprehensif dalam pelaksanaan
penanggulangan DBD yang terjadi pada masyarakat Kota Pekanbaru
2. Untuk keperluan perencanaan dan dasar penyusunan usulan anggaran
program DBD dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan
penelitian tentang DBD.



Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut disertai
dengan manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan syok dan dapat
menyebabkan kematian, umumnya menyerang pada anak < 15 tahun, namun tidak
tertutup kemungkinan menyerang orang dewasa. Tanda-tanda penyakit ini adalah
demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu,
gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit (petechiae), lebam
(echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, kesadaran
menurun atau renjatan (shock) (Depkes RI, 2003).
Menurut WHO dikenal penyakit Demam Dengue (DD), yaitu penyakit akut
yang disebabkan oleh virus dengan gejala-gejala seperti sakit kepala, sakit pada sendi,
tulang dan otot. Sedangkan DBD ditunjukkan oleh 4 (empat) manifestasi klinis yang
utama, demam tinggi, fenomena perdarahan, sering dengan hepatomegali, dan tanda-
tanda kegagalan sirkulasi darah (WHO, 1997).

2.1.1 Epidemiologi Penyakit DBD
1. Distribusi Penyakit DBD Menurut Orang
DBD dapat menyerang semua umur, walaupun sampai saat ini DBD
lebih banyak menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terkahir ini DBD
terlihat kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada
9

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan
perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk
tertularnya virus dengue lebih besar (WHO, 1998).
Jenis kelamin pernah ditemukan perbedaan nyata di antara anak laki-
laki dan wanita. Beberapa negara melaporkan banyak kelompok wanita
dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) menunjukkan angka kematian yang
tinggi daripada laki-laki. Singapura dan Malaysia pernah mencatat adanya
perbedaan angka kejadian infeksi di antara kelompok etnik. Kelompok
penduduk Cina banyak terserang DBD dari pada yang lain. Penemuan ini
dijumpai pada awal epidemi (Soegijanto, 2003)
2. Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat
Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-
tempat dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat
yang tinggi dengan suhu yang rendah siklus perkembangan Ae.aegyptitidak
sempurna (Depkes RI, 2007).
Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di
Surabaya dan Jakarta, baik dalam jumlah penderita maupun daerah
penyebaran penyakit meningkat pesat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan
di seluruh propinsi di Indonesia dan 200 kota telah melaporkan adanya
kejadian luar biasa dengan insiden rate meningkat dari 0,005 per 100.000

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6 - 27 per 100.000
penduduk pada tahun 2004 (Depkes RI, 2005).
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang
terjangkit disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk,
adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh
pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang bersirkulasi sepanjang
tahun (Depkes RI, 2003).
3. Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu
Menurut Depkes RI (2003), pola berjangkitnya infeksi virus dengue
dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28
32
0
C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegyptie akan tetap
bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan
kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak
berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue
terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat
pada sekitar bulan April Mei setiap tahun.
4. Pola Epidemiologi Penyakit DBD
a. Infeksi virus pejamu
Untuk memahami berbagai situasi yang muncul, penting untuk
mengenali beberapa aspek interaksi virus pejamu. Aspek-aspek
tersebut meliputi :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

i. Infeksi dengue jarang menimbulkan kasus ringan pada anak
ii. Infeksi dengue pada orang dewasa sering menimbulkan gejala,
akan tetapi beberapa starain virus mengakibatkan kasus yang
sangat ringan baik pada anak maupun orang dewasa yang sering
tidak dikenali sebagai kasus dengue dan menyebar tanpa terlihat di
dalam masyarakat.
iii. Infeksi primer maupun sekunder dengue pada orang dewasa
mungkin menimbulkan perdarahan gastrointestinal dan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

2.1.2 Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue pada seseorang disebabkan oleh virus
dengue termasuk famili Flaviviridae dan harus dibedakan dengan demam yang
disebabkan virus Japanese Encephalitis dan Yellow Fever (demam kuning)
(Soegijanto, 2003).
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang temasuk
kelompok B Arthropoda Borne Virus (Arboviroses). Dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN-
2, DEN- 3 dan DEN 4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan anti bodi
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang
dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinis yang berat.
Serotipe DEN-3 berasal dari Asia, ditemukan pada populasi dengan tingkat imun
rendah dengan tingkat penyebaran yang tinggi, meski sudah diketahui sejak 300
tahun yang lalu penanggulangannya belum juga tuntas (Depkes RI, 2004).

2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk
Ae.aegyptiatau Aedes albopictus. Virus merupakan mikroorganisme yang hanya dapat
hidup di dalam sel hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing
dengan sel manusia sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan
akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan penjamu, bila
daya tahan baik maka akan terjadi perlawanan dan timbul antibodi, namun bila daya
tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat
menimbulkan kematian (Depkes RI, 2001). Organ sasaran dari virus adalah organ
hepar, nodus limfaticus, sumsum tulang, serta paru-paru. Data dari berbagai
penelitian menunjukan bahwa sel-sel monosit dan makrofag mempunyai peranan
besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus tesebut akan difagosit oleh sel
monosit perifer (Soegijanto, 2003).
Virus DEN mampu bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel
tersebut. Infeksi virus Dengue dimulai dengan menempelnya virus genomnya masuk
ke dalam sel dengan bantuan organel-organel sel, genom virus membentuk

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

komponen-komponennya, baik komponen antara maupun komponen struktural virus.
Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses
perkembangan virus DEN terjadi di sitoplasma sel. Infeksi oleh satu serotipe virus
DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut, tetapi tidak
ada cross protective terhadap serotipe virus yang lain (Soegijanto, 2003).
Patogenesis DBD terdapat dua perubahan patofisiologi yang menyolok yaitu :
meningkatnya permeabelitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma ke dalam
rongga pleura dan rongga peritoneal yang terjadi singkat (24 48 jam), hipovolemia
dan terjadi syok. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati,
trombositopenia dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan
(Depkes RI, 2003).

2.1.4 Tanda dan Gejala Klinik
Menurut Soegijanto (2003) gejala klinik utama pada DBD adalah demam dan
manifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.
Gejala klinik :
1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan
a. Uji torniquet positif
b. Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena.


Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

3. Hepatomegali
4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau
nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah.
Menurut Depkes RI (2003), secara klinis ditemukan demam, suhu tubuh pada
umumnya antara 39C 40C menetap antara 5 7 hari, pada fase awal demam
terdapat ruam yang tampak di muka leher dan dada. Selanjutnya pada fase
penyembuhan suhu turun dan timbul petekia yang menyeluruh pada tangan dan kaki.
Perdarahan pada kulit pada DBD terbanyak dilakukan uji tourniquet positif.
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO tahun 1997
terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan
untuk mengurangi diagnosis yang tidak berhubungan dengan penyakit DBD (over
diagnosis).
1) Kriteria klinis tersebut seperti demam tinggi tanpa sebab yang jelas yang
berlangsung 2 7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai
dengan uji tourniquet positif, petechiae, echymosis, pupura, perdarahan
mukosa, epitaksis, pendarahan gusi, hematemesis dan melena, pembesaran
hati. Adanya syok yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab
dan penderita tampak gelisah.
2) Kriteria laboratorium seperti trombositopenia 100.000 sel/ml atau kurang
dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan hemotokrit 20%

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

atau lebih. Dua kriteria klinis ditambah peningkatan hematokrit cukup
untuk menegakkan diagnosa klinis DBD.
WHO (1997) membagi derajat DBD dalam 4 (empat) tingkat, yaitu
sebagai berikut:
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
pendarahan lain.
Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dam
lembut, tekanan nadi menurun ( 20 mm Hg) atau
hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita
menjadi gelisah.
Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan
tekanan darah yang tidak dapat diukur.

2.1.5 Mekanisme penularan
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam penularan infeksi virus dengue
yaitu manusia, vektor perantara dan lingkungan. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Nyamuk Aedes tersebut mengandung
virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.
Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 10
hari (Extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

pada gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada
telurnya (transavaria transmition) namun peranannya tidak penting (Suroso, 2000).
Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk maka
nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infiktif). Dalam
tubuh manusia virus memerlukan waktu tunas 4- 6 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menimbulkan penyakit.
Seseorang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber
penularan penyakit DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4 7 hari setelah
1 sampai 2 hari baru mulai demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular,
maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk.
Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh
nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya.
Penularan ini dapat terjadi setiap nyamuk menusuk (menggigit), sebelum
menghisap darah, nyamuk akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya
(proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus
dengue dipindahkan kepada orang lain (Depkes RI, 2004c).

2.1.6 Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD
Penularan nyamuk DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk
penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :
Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe
virus dengue cukup besar yaitu :
1. Sekolah
Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang
penyakit DBD.
2. Puskesmas/Rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya
Orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah
penderita DBD, demam dengue (DD) atau carrier virus dengue.
3. Tempat-tempat umum lainnya :
a. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop dan tempat-
tempat ibadah.
b. Wilayah rawan DBD (endemis)
c. Pemukiman baru di pinggir kota
Pada daerah ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah yang
kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa
tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing daerah asal. (Depkes
RI, 2005).

2.2 Nyamuk Penular DBD
Di Indonesia nyamuk penular (Vektor) penyakit DBD yang penting adalah
Aedes aegypti, Aedes albopictus dan Aedes scutelluris, tetapi sampai saat ini yang
menjadi vektor utama penyakit DBD adalah Ae.aegypti(Soegijanto, 2003). Nyamuk

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Ae.aegyptibetina suka bertelur di permukaan air pada dinding vertikel bagian dalam
tempat-tempat yang berisi sedikit air, harus jernih dan terlindung dari cahaya
matahari langsung. Tempat air yang dipilih adalah tempat air di dalam rumah dan
dekat rumah. Larva Ae.aegyptiumumnya ditemukan di drum, tempayan, tong atau bak
mandi di rumah keluarga yang kurang diperhatikan kebersihannya. Besarnya
kontainer dan lamanya air disimpan didalamnya mengakibatkan banyak nyamuk yang
dapat berasal dari drum itu (Soeroso, 2000).
Tempat air yang tertutup lebih disukai oleh nyamuk betina sebagai tempat
bertelur dibandingkan tempat air yang terbuka. Karena tutupnya jarang dipasang
secara baik dan jarang dibuka, ruang didalamnya relatif lebih gelap dibandingkan
tempat air yang terbuka. Telur Ae.aegyptiberwarna hitam seperti sarang tawon,
diletakkan satu demi satu di permukaan atau sedikit di bawah permukaan air dalam
jarak lebih kurang 2,5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur dapat bertahan
sampai berbulan-bulan pada suhu 2
0
C sampai 42
0
C. Namun, bila kelembaban
terlampau rendah, maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari. Dalam keadaan
optimal, perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung selama
sekurang-kurangnya 9-10 hari. Telur yang dihasilkan kurang lebih 10-100 butir setiap
kali bertelur dan biasanya pada interval 4-5 hari. Walaupun nyamuk betina berumur
kira-kira 9-10 hari, waktu itu cukup bagi nyamuk untuk makan, bagi virus cukup
untuk berkembang biak dan selanjutnya menyebarkan virus ke manusia lain. Nyamuk
betina dapat terbang sejauh 2 km, tetapi kemampuan normalnya adalah kira-kira 40
meter. Larva dan nyamuk dewasa banyak ditemukan sepanjang tahun di semua kota

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

di Indonesia. Dari penyelidikan intensif selama 2 (dua) musim dalam setahun yang
dilakukan di Jakarta, ternyata tidak terdapat pengaruh musim terhadap kepadatan
nyamuk (Soedarmo, 1998).
2.2.1 Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara vektor
dengan lingkungannya. Eksistensi nyamuk Ae.aegyptidipengaruhi oleh lingkungan
fisik maupun lingkungan biologik. Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor
penular penyakit DBD dengan manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyakit DBD. Lingkungan fisik mempengaruhi eksistensi nyamuk antara lain
ketinggian tempat, curah hujan, temperatur dan kecepatan angin. Ketinggian 1000
meter di atas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk Ae.aegyptikarena pada
ketinggian tersebut suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan
nyamuk (Depkes RI, 1998).
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik ada bermacam-macam misalnya tata rumah, macam kontainer,
ketinggian tempat dan iklim (Depkes RI, 1998).
1. Jarak antara rumah
Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah
lain, semakin dekat jarak antara rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke
rumah sebelah. Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warna
dinding dan pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan rumah

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

tersebut disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian
penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak-
desakan dan kumuh mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit.
2. Macam kontainer
Termasuk macam kontainer disini adalah jenis/bahan kontainer, letak
kontainer, bentuk, warna, kedalaman air, tutup dan asal air mempengaruhi
nyamuk dalam pemilihan tempat bertelur.
3. Ketinggian tempat
Pengaruh variasi ketinggian berpengaruh terhadap syarat-syarat ekologis yang
diperlukan oleh vektor penyakit di Indonesia nyamuk Ae.aegyptidan Aedes
albopictus dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1000 meter di atas
permukaan laut.
d. Iklim
Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari :
suhu, udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin.
1. Suhu udara
Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya
menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun sampai di bawah suhu
kritis. Pada suhu yang lebih tinggi dari 35
0
C juga mengalami perubahan
dalam arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis, rata-rata suhu
optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25
0
C 27
0
C. Pertumbuhan

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu kurang 10
0
C atau lebih dari
40
0
C.
2. Kelembaban nisbi
Menurut Gobler dalam Depkes RI, (1998) umur nyamuk dipengaruhi oleh
kelembaban udara. Pada suhu 20
0
C kelembaban nisbi 27% umur nyamuk
betina 101 hari dan umur nyamuk jantan 35 hari, kelembaban nisbi 55%
umur nyamuk betina 88 hari dan nyamuk jantan 50 hari. Pada kelembaban
kurang dari 60% umur nyamuk akan menjadi pendek, tidak bisa menjadi
vektor, karena tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung
ke kelenjar ludah.
3. Kecepatan angin
Kecepatan angin secara tidak langsung berpengaruh pada kelembaban dan
suhu udara, disamping itu angin berpengaruh terhadap arah penerbangan
nyamuk. Bila kecepatan angin 11-10 meter atau 25-31 mil/jam akan
menghambat penerbangan nyamuk.
4. Curah hujan
Hujan berpengaruh terhadap kelembaban nisbi. Kelembaban udara naik
maka tempat perindukan nyamuk juga bertambah banyak. Dari hasil
pengamatan penderita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesia
bahwa musim penularan DBD pada umumnya terjadi pada musim
penghujan (Soeroso, 2000).


Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

b. Lingkungan Biologik
Lingkungan biologik yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah
banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban,
pencahayaan di dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk
hinggap dan beristirahat (Soegijanto, 2003).

2.2.2 Bionomik Vektor
Bionomik vektor adalah tempat perindukan (breeding place), kebiasaan
menggigit (feeding habit), kebiasaan istirahat (resting habit) dan jarak terbang (flight
range) (Soedarmo, 1998).
Menurut Soegijanto (2003), tempat perindukan utama adalah tempat-tempat
penampungan air di dalam dan di sekitar rumah. Biasanya tidak melebihi jarak 500
(lima ratus) meter dari rumah. Nyamuk Ae.aegyptitidak berkembang biak pada
genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat
perkembangbiakan nyamuk Ae.aegyptidapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Tempat Penampungan Air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti drum,
tangki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain-lain.
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat
minum burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban,
kaleng, botol, plastik dan lain-lain).
c. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, pelepah daun,
tempurung kelapa, dan lain-lain.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Nyamuk Ae. aegypti disebut black-white mosquito karena tubuhnya ditandai dengan
pita atau garis-garis putih keperakan diatas dasar hitam, yamuk ini sering disebut
nyamuk rumah. Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Ae. aegypti
mengalami metamorfosa sempurna melalui 4 tahap yaitu telur, larva, pupa dan
dewasa.
Nyamuk Dewasa
1 - 2 hari
Pupa
(Kepompong) Telur


1 2 hari
6 7 hari Jentik

Gambar 2. 1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Setiap bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir.
Telur berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5 0,8 mm,
permukaan poligonal, tidak memiliki alat pelampung, diletakkan satu per satu pada
benda benda yang terapung pada dinding bagian dalam tempat penampungan air
yang berbatasan langsung dengan permukaan air.
Jentik kecil berwarna transparan dengan corong pernafasan berwarna hitam
(siphon) yang menetas dari telur dan akan tumbuh menjadi besar yang panjangnya 0,5
1 cm. Jentik akan selalu bergerak aktif dalam air dengan gerakan berulang-ulang
dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara), kemudian turun

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat posisi hampir tegak lurus
dengan permukaan air. Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air.
Setelah 6-8 hari jentik akan berubah menjadi kepompong. Kepompong berbentuk
koma, geraknya lamban dan sering berada di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan
menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk betina Ae. aegypti lebih menyukai darah manusia dari pada binatang
(antropophilik). Darahnya diperlukan untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh
sperma nyamuk jantan sehingga dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur
dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut satu siklus
gonotropik. Nyamuk betina biasanya mencari mangsa pada siang hari dengan 2 (dua)
puncak aktivitas yaitu pukul 09.00 10.00 dan pukul 16.00-17.00. Nyamuk
Ae.aegyptimempunyai kebiasaan menghisap berulang kali dalam satu siklus
gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk
ini sangat efektif sebagai penular penyakit. Tempat yang disenangi nyamuk untuk
beristirahat selama menunggu waktu bertelur adalah tempat yang gelap, lembab, dan
sedikit angin. Nyamuk biasanya hinggap di dalam rumah pada benda-benda yang
bergantungan seperti pakaian, kelambu dan handuk. Pergerakan nyamuk dari tempat
perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke tempat istirahat ditentukan oleh
kemampuan terbang nyamuk betina, yaitu rata-rata 40-100 meter. Namun secara pasif
misalnya karena angin atau terbawa kenderaan, nyamuk ini dapat berpindah lebih
jauh. Untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuh nyamuk dari penguapan oleh

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

karena aktivitasnya, maka jarak terbang nyamuk terbatas, sehingga penyebarannya
tidak jauh dari tempat perindukan, tempat mencari mangsa dan tempat istirahat,
terutama di daerah yang padat penduduknya (Soeroso, 2000).
Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Ae.
aegypti juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh
inang, temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida (CO
2
) dan warna. Untuk jarak
yang lebih jauh faktor bau memegang peranan penting bila dibandingkan dengan
faktor lainnya. Kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda
yang tergantung, berwarna gelap dan tempat-tempat lain yang terlindung (Soegijanto,
2003).
2.2.3 Pengamatan Kepadatan Vektor
Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa
survei yang dipilih secara acak yang meliputi survei nyamuk, survei jentik, dan survei
perangkap telur. Survei jentik dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap semua
tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100 (seratus) rumah yang diperiksa di
suatu daerah dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Dalam
pelaksanaan survei ada 2 (dua) metode yang meliputi : (Depkes RI, 1998)
1) Metode Single Survei
Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan
air yang ditemukan ada jentiknya untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut
jenis jentiknya.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

2) Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat
genangan air tanpa melakukan pengambilan jentik. Dalam program
pemberantasan penyakit DBD, survei jentik yang biasa digunakan adalah cara
visual dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik yaitu :
a. Angka Bebas Jentik (ABJ)
Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan di
semua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh petugas puskesmas pada rumah
rumah penduduk yang diperiksa secara acak.
Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik
x 100%
Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

b. House Indeks (HI)
House Indeks (HI) adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik
yang dilakukan di semua desa/kelurahan oleh petugas puskesmas setiap 3 (tiga) bulan
pada rumah-rumah yang diperiksa secara acak.
Jumlah rumah yang ditemukan jentik
x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa









Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

c. Container Indeks (CI)
Container Indeks (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah container yang
diperiksa ditemukan jentik pada container di rumah penduduk yang dipilih secara
acak.
Jumlah Container ditemukan jentik
x 100%
Jumlah container yang diperiksa

d. Breteau Indeks (BI)
Jumlah container yang terdapat jentik dalam 100 rumah.
Angka Bebas Jentik dan House Index lebih menggambarkan luasnya
penyebaran nyamuk di suatu daerah. Tidak ada teori yang pasti Angka Bebas Jentik
dan House Index yang dipakai sebagai standard, hanya berdasarkan kesepakatan,
disepakati House Index minimal 1% yang berarti persentase rumah yang diperiksa
jentiknya positif tidak boleh melebihi 1% atau 99% rumah yang diperiksa jentiknya
harus negatif. Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator keberhasilan
pengendalian nyamuk penularan DBD (Depkes RI, 1998).

2.3 Landasan Teori
Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit
disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan
lingkungan (environment) yang digambarkan sebagai segitiga. Perubahan dari sektor
lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit secara individu

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian juga
dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan lingkungan.
Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk Ae.aegyptinamun dapat juga ditularkan oleh nyamuk Ae.
albopictus tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit ini sangat kecil sekali,
karena nyamuk ini biasanya hidup di kebun-kebun (Depkes RI, 2004c). Pada
prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemiologi
menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu, agen
dan lingkunan seperti gambar 2.2 berikut :
AGENT


VEKTOR


HOST ENVIRONMENT

Gambar 2.2. Model klasik kausasi segitiga epidemiologi

Sumber : CDC, 2002 Gordis, 2000; Gerstman, 1998 ; Mausner dan Kramer,1985
dalam Murti (2003)
Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis
dan pemahaman masing-masing komponen. Perubahan pada satu komponen akan
mengubah ketiga komponen lainnya, dengan akibat menaikan atau menurunkan
kejadian penyakit. Komponen untuk terjadinya penyakit DBD yaitu :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

(1). Agent
Agent penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue
yang termasuk kelompok B arthropoda Borne Virus (arboviroses). Anggota dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti dan
juga nyamuk Ae.albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD.
(2). Host (Penjamu)
Pejamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent
Dalam penelitian ini yang diteliti dari faktor penjamu adalah faktor
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, mobilisasi).
(3). Environment (Lingkungan)
Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari
agent maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent penjamu. Dalam
penelitian ini yang berperan sebagai faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik
(jarak rumah, tata rumah, kelembaban rumah, TPA, iklim), lingkungan biologi
(tanaman hias/tumbuhan), indeks jentik (house index, container indeks, breateu
indeks).
Berdasarkan konsep penyebab penyakit, bahwa penyakit disebabkan oleh
agent, penjamu (host) dan lingkungan (environment), maka pendekatan yang cocok
untuk mengetahui penyebab penyakit adalah model segitiga Epidemiologi yang
dimodifikasi sedemikian rupa dalam bentuk kerangka teori seperti pada gambar 2.3
berikut ini :



Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


Sosiodemografi
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Mobilitas
FAKTOR
VEKTOR

Lingkungan
- Bionomik Agent
- Kelembaban
- Musim
- Curah hujan
- Temperatur

Gambar 2.3. Modifikasi hubungan sosiodemografi dan lingkungan dengan kejadian
DBD


2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori maka peneliti merumuskan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :






KEJADIAN
PENYAKIT DBD

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008







Sosiodemografi
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Mobilisasi

























Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan : diteliti
dianalisis secara deskriptif




Ligkungan Fisik dan Biologi

Lingkungan Fisik
- Jarak antar rumah
- Tata Rumah (pengaturan barang dalam rumah)
- Kelembaban rumah
- Tempat Penampungan Air (TPA)
- Tempat penampungan air untuk keperluan
sehari-hari.
- Tempat penampungan air tidak untuk
keperluan sehari-hari.
- Tempat penampungan air alami
- Keberadaan jentik
- Tempat penampungan air untuk keperluan
sehari-hari.
- Tempat penampungan air tidak untuk
keperluan sehari-hari.
- Tempat penampungan air alami
- Iklim
- Suhu
- Kelembaban
- Curah Hujan
- Kecepatan angin
Lingkungan Biologi
- Tanaman hias dan tanaman pekarangan
Kejadian Penyakit DBD

- House Index
- Container Index
- Bruteau Index

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan
disain studi Matched Case Control untuk ukuran risiko (mOR) dengan memilih
kasus yang menderita DBD dan kontrol yang tidak menderita DBD. Penelitian dilihat
paparan yang dialami subjek pada waktu lalu (retrospektif) melalui wawancara
menggunakan kuesioner dan melakukan observasi pada lingkungan rumah responden.
Alasan penggunaan disain ini karena studi kasus kontrol merupakan studi
observasional yang menilai hubungan paparan penyakit dengan membandingkan
kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status pajanannya (Murti, 2003).
Skema penelitian sebagai berikut :



Sosiodemografi
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Mobilisasi








Kasus
Ligkungan

Lingkungan Fisik
- Jarak antar rumah
- Tata Rumah (pengaturan barang dalam rumah)
- Kelembaban rumah
- Tempat Penampungan Air (TPA)
- Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari.
- Tempat penampungan air tidak untuk keperluan
sehari-hari.
- Tempat penampungan air alami
- Keberadaan jentik
- Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari.
- Tempat penampungan air tidak untuk keperluan
sehari-hari.
- Tempat penampungan air alami
- Iklim
- Suhu
- Kelembaban
- Curah Hujan
- Kecepatan angin
Lingkungan Biologi
- Tanaman hias dan tanaman pekarangan


Gambar 3.1 Skema Penelitian
Kasus

Kontrol

- House Index
- Container Index
- Bruteau Index
33
Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru Provinsi Riau dengan mengambil
lokasi di Kecamatan Bukit Raya. Dipilihnya Kecamatan Bukit Raya sebagai lokasi
penelitian karena kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang paling tinggi kasus
DBD dibandingkan dengan Kecamatan lain.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelusuran kepustakaan,
penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan analisis data serta penyusunan
laporan akhir yang membutuhkan waktu lebih kurang 6 (enam) bulan dari bulan
Januari s/d Juni 2008.

3.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah penderita DBD dan bukan DBD di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru pada tahun 2007 sampai dengan April 2008 sampel
penelitian terdiri dari :
a. Sampel kasus adalah penderita DBD di Kecamatan Bukit Raya yang
dinyatakan dengan surat keterangan oleh tenaga medis dan didukung oleh
hasil pemeriksaan laboratorium dan tercatat di Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru pada tahun 2007 sampai dengan April 2008.
b. Sampel kontrol adalah bukan penderita DBD yang merupakan tetangga
terdekat dalam satu lingkungan dengan pencocokan (matching) sama dengan
kasus dalam hal umur, jenis kelamin dan kondisi tempat tinggal pada tahun
2007 sampai dengan April 2008.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria eklusi yaitu apabila
responden yang terpilih pindah/mandah keluar kota atau meninggal dunia maka
responden tersebut digantikan dengan responden terpilih yang lain, bila responden
terpilih tidak berada di tempat atau tidak mau diwawancarai sampai kunjungan ketiga
maka responden tersebut digantikan dengan responden terpilih lainnya.
Untuk menghitung besar sampel digunakan rumus sebagai berikut
(Schlesselman, 1982) :
) (
0 1 1
q p q p
m
n
o
+
=
2
2
) 2 / 1 (
) 1 (
2

+
=
P
P P z
Za
m


q
1
= 1 P
1

q
0
= 1 P
0

OR
OR
P
+
=
1

Keterangan :
= tingkat kemaknaan 5% maka Z =1,96
Z

= Nilai devisi normal pada 5% = 1, 96


Z

= Nilai devisi normal pada 10% = 1, 28


OR = Odd rasio
P
0
= proporsi kontrol yang mempunyai faktor positif/terpajan
P
1
= proposi kasus yang mempunyai faktor positif/terpajan

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Besar sampel berdasarkan beberapa variabel dari penelitian terdahulu sesuai tabel
berikut :
Tabel 3.1. Besar sampel berdasarkan beberapa variabel dari penelitian terdahulu.
Variabel Po P1 OR n Referensi
Keberadaan jentik
TPA
Kontainer
0,25
0,29
0,50
0,66
0,66
0,27
5,8
4,6
2,79
29
37
83
Sitorus (2005)
Sitorus (2005)
Hasan (2007)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas didapat besar sampel minimum 83.
Namun karena jumlah kasus DBD di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 s/d April
2008 adalah 85 orang, maka semua kasus dapat dijadikan sampel dengan kontrol 85
orang, perbandingan kasus dan kontrol 1 : 1.

3.4. Metode Pengumpulan Data
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang
terdiri dari penderita DBD sebagai kasus dan bukan penderita DBD sebagai kontrol
apabila penderita (kasus) atau kontrol berumur < 15 tahun maka digantikan oleh
ibunya sebagai responden. Data sekunder diperoleh dari Laporan dan Profil
Puskesmas Harapan Raya yang merupakan Puskesmas di Wilayah Kecamatan Bukit
Raya, Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, data dari tiap Kelurahan di Kecamatan

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Bukit Raya serta data tentang Kecamatan itu sendiri mengenai situasi kependudukan
dan data lainnya yang relevan dengan tujuan dan permasalahan penelitian.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel terikat (dependent variable) adalah kejadian DBD sedangkan
variabel bebas (independent variable) adalah sosiodemografi (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, mobilisasi) dan lingkungan (jarak antar rumah, tata rumah
(pengaturan barang dalam rumah), kelembaban rumah, TPA, iklim, tanaman
hias/tumbuhan. Indeks jentik (house indeks, container indeks, breateu indeks).
1. Kasus DBD adalah penderita demam berdarah yang dinyatakan dengan surat
keterangan yang dikeluarkan oleh dokter bahwa penderita tersebut telah
didiagnosa dan didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium pada tahun
2007 sampai dengan April 2008.
2. Kontrol adalah bukan penderita DBD dengan pencocokan (maching) dalam hal
jenis kelamin, umur dan lingkungan sama dengan kasus.
3. Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden dengan kategori perempuan dan
laki-laki.
4. Pendidikan adalah pendidikan fomal tertinggi yang pernah dijalani oleh
responden dengan mendapat ijazah.
5. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan rutin yang dilakukan oleh responden guna
menghasilkan pendapatan setiap bulan minimal 6 bulan.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

6. Mobilisasi adalah gerak berpindah seseorang dari satu tempat ke tempat lain yang
dilakukan setiap hari
7. Jarak rumah adalah adanya halaman pembatas antara satu rumah dan rumah
lainnya dengan kategori tidak baik 5 m, baik > 5 m baik.
8. Tata rumah adalah tidak adanya barang berserakan dan kain bergantungan dengan
penilaian 1. ada, 2. tidak ada
9. Kelembaban nisbi udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara
yang biasanya dinyatakan dalam persen, diukur dengan alat hygrometer
10. Tempat penampungan air (TPA) adalah tempat-tempat untuk menampung air
guna keperluan sehari-hari seperti : tempayan, bak mandi, bak WC, drum, bak
penampungan air, ember, dan lain-lain.
11. Bukan tempat penampungan air (Non TPA) adalah tempat-tempat yang bisa
menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari seperti : tempat minum
hewan piaraan, barang-barang bekas, vas bunga, talang air, meteran air.
12. Tempat penampungan air alami adalah tempat tertampungnya air yang dengan
sendirinya secara alami misal : lobang dipohon, lobang batu, pelepah daun,
tempurung kelapa, kulit kerang, potongan bambu.
13. Keberadaan jentik adalah terdapatnya jentik pada tempat penampungan air baik
tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, bukan untuk keperluan
sehari-hari atau tempat penampungan air alami.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

14. Iklim adalah keadaan suhu udara, kelembaban nisbi udara, curah hujan dan angin
dinilai dengan adanya turun hujan dalam 1 minggu.
15. Tanaman hias/tumbuhan adalah adanya tanaman hias/tumbuh-tumbuhan yang ada
di sekitar rumah.
3.6 Metode Pengukuran
Definisi operasional variabel, cara ukur, skala ukur dan hasil ukur sebagai
berikut :















Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Tabel 3.2. Definisi operasional variabel,cara ukur, alat ukur, skala ukur, dan
hasil ukur
Variabel Definisi
operasional
Cara ukur Alat ukur Skala
ukur
Kategori

VARIABEL DEPENDEN
Kasus
Demam
Berdarah
Dengue
Orang yang
mempunyai gejala
klinis DBD dan
berdsarkan test
laboratorium yang
telah didiagnosa
positif DBD oleh
rumah sakit dan
dicatat pada status
kartu berobat tahun
2007 sampai
dengan April 2008
Studi
dokumentasi
data sekunder
pada Dinas
Kesehatan
Kota
Pekanbaru
dan
wawancara
Kuesioner Ordinal 1. Penderita
DBD
(kasus)
2. Tidak
penderita
DBD
(kontrol)
VARIABEL INDEPENDEN
Sosiodemografi
Pendidikan
Pendidikan fomal
tertinggi yang
pernah dijalani oleh
responden dengan
mendapat ijazah



Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Tidak
sekolah
(rendah),
SD
2. SLTP-
SLTA
Akademi
PT (tinggi)
Pekerjaan Jenis pekerjaan
rutin yang
dilakukan oleh
responden guna
menghasilkan
pendapatan setiap
bulan min 6 bulan
Wawancara Kuesioner Nominal 1. Bekerja
(PNS,TNI,A
BRI,Wiraswa
sta, Pegawai
swasta,
petani
2. Tidak
bekerja (IRT,
belum
sekolah,
pelajar,
mahasiswa)
Mobilisasi Gerak berpindah
seseorang dari satu
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Ada
2. Tidak ada

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Tabel. 3.2. Lanjutan
Variabel Definisi
operasional
Cara ukur Alat ukur Skala
ukur
Kategori

tempat ke tempat
lain yang dilakukan
setiap hari
Lingkungan
Lingkungan Fisik
Rumah
Jarak
rumah
Adanya halaman
pembatas antara
satu rumah dengan
rumah lainnya.
Observasi Ceklist Ordinal 1. Tidak baik
(< 5 m)
2. Baik
(> 5m)
Tata
rumah
Tidak adanya
barang berserakan
dan kain
bergantungan.
Observasi Ceklist Ordinal 1. Tidak baik
(bila ada)
2. Baik
(bila tidak
ada)
Kelembaban
dalam
rumah

Kelembaban nisbi
udara adalah
banyaknya uap air
yang terkandung
dalam udara yang
biasanya
dinyatakan dalam
persen.
Observasi Higrometer Ordinal 1. baik
(> 60%)
2. Tidak baik
(< 60%)




TPA
Tempat
Penampu
ngan air
(TPA)
Tempat-tempat
untuk menampung
air guna keperluan
sehari-hari seperti :
tempayan bak
mandi, bak WC,
drum, bak
penampungan air,
ember dan lain-
lain.

Observasi Ceklist Ordinal 1. Ada
2. Tidak

Bukan
tempat
penampu
ngan air
Tempat-tempat
yang bisa
menampung air
tetapi bukan untuk
Observasi Ceklist Nominal 1. Ada
2. Tidak


Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Tabel 3.2. Lanjutan
Variabel Definisi
operasional
Cara ukur Alat ukur Skala
ukur
Kategori

(Non
TPA)
keperluan sehari-
hari seperti : tempat
minum hewan
piaraan, barang-
barang bekas, vas
bunga, talang air,
meteran air dan
lain-lain.
Tempat
penampu
ngan air
buatan
alami
(natural/
alamiah)
Tempat
tertampungnya air
yang dengan
sendirinya secara
alami misal :
lobang dipohon,
lobang batu,
pelepah daun,
tempurung kelapa,
kulit kerang,
potongan bambu
Observasi Ceklist Nominal 1. Ada
2. Tidak

Keberadaan
Jentik
Adalah terdapatnya
jentik pada tempat
penampungan air
baik tempat
penampungan air
untuk keperluan
sehari-hari, bukan
untuk keperluan
sehari-hari atau
tempat
penampungan air
alami
Observasi Ceklist Nominal 1. Ada
2. Tidak

Lingkungan Biologi
Tanaman
hias /
tumbuhan
Adanya tanaman
hias/tumbuh-
tumbuhan yang ada
di sekitar rumah
yang dapat
dijadikan tempat
beristrahat nyamuk.

Observasi Checklist Nominal 1. Ada
2. Tidak



Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

3.7 Metode Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi
frekuensi masing-masing variabel independen yang meliputi sosiodemografi dan
lingkungan serta variabel dependen yaitu kejadian penyakit DBD.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauhmana hubungan variabel
independen sosiodemografi (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi)
terhadap variabel dependen (kejadian penyakit DBD) dengan menggunakan Mc
Nemar untuk menentukan ukuran risiko menggunakan Mached Odds Ratio (mOR)
3. Analisis Multivariat
Analisi multivariat adalah untuk melihat hubungan antara variabel kejadian
DBD dengan seluruh variabel yang diteliti sehingga diketahui variabel bebas yang
paling dominan hubungannya dengan kejadian demam berdarah dengan
menggunakan regresi logistik ganda kondisional (conditional multiple logistic
regression).

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Bukit Raya

a. Keadaan Geografis
Kecamatan Bukit Raya adalah satu dari 12 (dua belas) Kecamatan yang ada di
Kota Pekanbaru dengan luas 23,10 Km
2
dan batas - batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sail
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tenayan Raya
Sebelah Barat berbatan dengan Kecamatan Marpoyan Damai
Kecamatan Bukit Raya terdiri dari 4 Kelurahan, 56 RukunWaga (RW) dan
228 Rukun Tetangga yaitu :
Kelurahan Tangkerang Utara dengan 17 RW, 79 RT
Kelurahan Tangkerang Selatan dengan 15 RW, 57 RT
Kelurahan Simpang Tiga dengan 12 RW, 45 RT
Kelurahan Tangkerang Labuai dengan 12 RW, 47 RT

b. Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Bukit Raya Tahun 2006 adalah 80.401 jiwa
yang terdiri dari 40.705 jiwa laki-laki dan 39.696 jiwa perempuan dengan tingkat
kepadatan penduduk 3.646 jiwa per kilometer persegi. Distribusi jumlah penduduk
menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut.
44

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Tabel 4.1. Distribusi jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Bukit
Raya tahun 2007

Kelurahan
0-5 thn
6-12
thn
13-18
thn
19-24 thn >24 thn Jumlah
2.488 3.892 2.328 2.913 8.594 20.215
2.464 3.784 2.281 2.881 8.403 19.813
3.179 5.060 2.886 3.763 9.324 24.212
Tangkerang Utara
Tangkerang Selatan
Simpang Tiga
Tangkeran Labuai 2.054 2.888 1.898 2.538 6.783 16.161
Jumlah 10.185 15.624 9.393 12.095 33.104 80.401
Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007

c. Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk > 5 tahun di Kecamatan Bukit Raya sebagian
besar mereka adalah berhasil tamat SLTA yaitu 26.096 orang sebagaimana diuraikan
pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Penduduk > 5 tahun menurut jenis pendidikan yang dijalani dan
ditamatkan pada tiap kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007


Kelurahan Jenis Pendidikan yang dijalan/ditamatkan

Tdk
tamat
SD
SD SLTP SLTA
Akademi/
PT
Jumlah
Tangkerang Utara 2.632 3.043 3.624 6.459 2.378 18.136
Tangkerang Selatan 2.314 3.277 3.382 6.795 1.96 9 17.737
Simpang Tiga 3.286 4.004 4.295 7.826 2.132 21.543
Tangkerang Labuai 2.085 2.994 2.724 5.016 1.619 14.438
Jumlah 10.317 13.318 14.025 26.096 8.098 71.854
Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007




Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

d. Migrasi Penduduk
Pertumbuhan penduduk akibat arus migrasi ke kota Pekan Baru relatif cukup
tinggi, Kecamatan Bukit raya merupakan salah satu kecamatan sasaran. Tingginya
tingkat kedatangan penduduk ke Kecamatan Bukit Raya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.3 Jumlah penduduk yang datang dan pindah menurut kelurahan di
Kecamatan Bukit Raya tahun 2007

Penduduk yang datang

Penduduk yang pindah Kelurahan
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Tangkerang Utara 350 343 26 27
Tangkerang Selatan 374 365 34 30
Simpang Tiga 620 609 43 46
Tangkerang Labuai 412 408 18 21
Jumlah 17.61 17.75 121 124
Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007


e. Kondisi tempat tinggal penduduk

Data tentang keadaan/kondisi bangunan tempat tinggal penduduk menurut
tipe dinding di Kecamatan Bukit Raya secara umum dapat dilihat pada tabel yaitu
tabel 4.4 sementara data tentang keadaan bangunan tempat tinggal menurut tupe atap
di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 4.5





Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Tabel 4.4 Kondisi bangunan tempat tinggal menurut tipe dinding berdasarkan
kelurahan di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007

Tipe dinding
Kelurahan
Tembok
Setengah
tembok
Lainnya
Tangkeran Utara 3724 811 288
Tangkeran Selatan 3197 625 205
Simpang Tiga 2635 409 176
Tangkeran Labuai 3163 56 216
Jumlah 12.719 2413 885
Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007



Tabel 4.5 Jumlah bangunan tempat tinggal menurut tipe atap berdasarkan kelurahan
di Kecamatan Bukit Raya tahun 2007

Tipe Atap Kelurahan
Genteng Seng Lainnya
Tangkerang Utara 1.926 2.033 68
Tangkerang Selatan 1.726 2.177 45
Simpang Tiga 2.383 2.323 116
Tangkerang Labuai 1.499 1.677 45
Jumlah 7535 8.210 274
Sumber : Kecamatan Bukit Raya Dalam Angka, 2007














Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

4.2. Gambaran Karakteristik Responden
a. Distribusi kasus dan kontrol menurut sosiodemografi
Variabel sosiodemografi kasus dan kontrol yang meliputi pendidikan, pekerjaan
dan mobilisasi di uraikan pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Distribusi kasus dan kontrol menurut sosio demografi (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi

Variabel Kasus (n = 85) Kontrol (n = 85)
Pendidikan tinggi 61 (71,76%) 58 (62,23%)
Tidak bekerja 54 (63,53%) 53 (62,35%)
Melakukan Mobilisasi 58 (68,24%) 35 (41,18%)

Dari tabel 4.6 diketahui pada kelompok kasus responden berpendidikan tinggi
61 orang (71,76%), berpendidikan rendah 24 orang (28,24%), Pada kelompok kontrol
berpendidikan tinggi 58 orang (62,33%), berpendidikan rendah 27 orang (31,36%).
Sebagian besar responden tidak bekerja dengan rincian responden kasus tidak
bekerja 54 orang (63,53%), bekerja 31 orang (36,47%). Responden kontrol yang tidak
bekerja 53 orang (62,35%), bekerja 32 orang (37,65%).
Sebagian besar responden kasus melakukan mobilisasi dengan rincian
responden kasus yang melakukan mobilisasi 58 orang (68,24%) dan yang tidak
melakukan mobilisasi 27 orang (31,76%). Responden kontrol yang melakukan
mobilisasi 35 (41,18%), responden kontrol yang tidak melakukan mobilisasi 50
(58,82%).


Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

b. Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi
Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi diuraikan pada
tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Distribusi kasus dan kontrol menurut lingkungan fisik dan biologi
Variabel Kasus (n = 85) Kontrol (n = 85)
Jarak rumah 5 33 (38,82%) 29 (34,12%)
Tata rumah tidak baik 38 (44,71%) 32 (37,65%)
Kelembaban (<60%) 0 (0,00%) 0 (0,00%)
Ada tempat penampungan Air (TPA) 85 (0,00%) 85 (0,00%)
Ada TPA bukan untuk keperluan
sehari-hari
67 (78,82%) 54 (63,53%)
Ada TPA alami 23 (27,06%) 12 (14,12%)
Ada Jentik 51 (60,00%) 43 (50,59%)
Ada tanaman hias/pekarangan 68 (80,00%) 61 (71,76%)

Sebagian besar jarak rumah responden dengan rumah lainnya > 5 m dengan
rincian pada kelompok kasus 33 rumah (38,82%) 5 m , 52 rumah kasus (61,18%)
> 5 meter,. Pada kelompok kontrol 29 rumah (34,12%) 5 meter, 56 rumah kontrol
(65,88%), > 5, .
Sebagian besar tata rumah responden baik dengan rincian 38 (44,71%) tata
rumah responden tidak baik, 47 tata rumah responden kasus baik (55,29%), 32

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

(37,65%) tata rumah kontrol tidak baik, dan 53 tata rumah responden kontrol baik
(62,35%),
Dari semua responden baik kasus maupun kontrol setelah dilakukan
pengukuran kelembaban terhadap ruangan ternyata semua rumah responden
kelembabanya > 60%
Dari survei yang dilakukan terhadap rumah responden diketahui bahwa setiap
rumah responden terdapat Tempat Penampungan Air (TPA), uraian lebih rinci
terlampir pada tabel 4a.
Sebagian besar rumah responden terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari-
hari dengan rincian 67 rumah responden kasus terdapat TPA bukan untuk keperluan
sehari-hari (78,82%), 18 rumah kasus tidak terdapat TPA bukan untuk keperluan
sehari-hari (21,18%). 54 rumah responden kontrol terdapat TPA bukan untuk
keperluan sehari-hari (63,53%), 31 rumah kasus kontrol tidak terdapat TPA bukan
untuk keperluan sehari-hari (36,47%), uraian lebih rinci terlampir pada tabel 4b.
Sebagian besar responden tidak memiliki TPA alami disekitar rumahnya
dengan rincian, pada kelompok kasus 23 (27,06%) memiliki TPA alami, 62 rumah
(72,94%) tidak memiliki TPA alami. Pada kelompok kontrol 12 rumah (14,12%)
tidak memiliki TPA alami, 73 rumah (85,88%) tidak memiliki TPA alami, uraian
lebih rinci terlampir pada tabel 4c.
Sebagian besar rumah responden terdapat jentik dengan rincian 51 responden
kasus terdapat jentik (60,00%). 34 rumah kasus (40,00%) tidak terdapat jentik. Pada

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

responden kontrol terdapat 43 rumah (50,59%) ada jentik, 42 rumah (49,41%) tidak
ada jentik , uraian lebih rinci terlampir pada tabel 4d, 4e dan 4f.
Khusus untuk data keadaan cuaca yang meliputi suhu, kelembaban, curah
hujan dan kecepatan angin datanya diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG) Kota Pekanbaru yang berlaku umum untuk seluruh Kota Pekanbaru
(terlampir).
Sebagian besar responden memiliki tanaman hias/pekarangan dihalaman
rumahnya dengan rincian responden kasus 68 rumah (80,00%) memiliki tanaman
hias, 17 rumah (20,00%) tidak memiliki tanaman hias. Pada responden kontrol
61rumah (71,76%) memiliki tanaman hias 24 rumah (28,24%) tidak memiliki
tanaman hias.

c. Deskripsi House Index (HI), Container Index (CI), Bruteau Index (BI)
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui House Index (HI), Container
Index (CI) dan Breteau Index (BI)
House Index (HI) adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik pada
rumah yang diperiksa.

Pada kelompok kasus :
HI = % 100 x
diperiksa yang kasus rumah Jumlah
jentik ditemukan yang kasus rumah Jumlah


Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

= % 100
85
51
x
kasus rumah

= 60%
Pada kelompok kontrol :
HI = % 100 x
diperiksa yang kontrol rumah Jumlah
jentik ditemukan yang kontrol rumah Jumlah

= % 100
85
43
x
kontrol rumah

= 51%
Container Index (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah kontainer yang
diperiksa ditemukan jentik pada container dirumah penduduk yang dipilih secara
acak.
Dari hasil penelitian diperoleh jumlah kontainer baik dari kasus maupun
kontrol sebanyak 698 kontainer, yang terdiri dari : TPA 483 kontainer, TPA bukan
untuk kebutuhan sehari-hari = 174 kontainer, dan TPA alami = 41 kontainer yang
diuraikan pada tabel berikut :







Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Tabel 4.8. Jenis dan jumlah kontainer yang terdapat pada rumah responden
Kasus Kontrol Kontainer
n % n % Jumlah
TPA
Tempayan
Bak mandi
Bak WC
Drum
Bak penampungan air
Ember
Dan lain-lain

4
75
59
11
29
56
2

4,7
88,2
69,4
12,9
34,1
65,9
2,4

2
79
65
16
21
62
2

2,4
92,9
76,5
18,8
24,7
72,9
2,4
6
154
124
27
50
118
4

Total 236 247 483
TPA bukan untuk keperluan sehari-
hari
Tempat minum hewan
Barang bekas
Vas bunga
Talang air
Meteran air
Dan lain-lain



10
52
29
2
1
0


11,8
61,2
34,1
2,4
1,2
0,0


5
47
19
2
1
0



5,9
55,3
22,4
2,1
1,2
0,0


15
99
48
4
8
0
94 74 174
TPA Alami
Luban pohon
Lobang batu
Pelapah daun
Tempurung kelapa
Kulit kerang
Potongn bambu
Dan lain-lain

1
2
8
11
1
3
3

1,2
2,4
9,4
12,9
1,2
3,5
3,5

1
0
4
6
0
1
0

1,2
0,0
4,7
7,1
0,0
1,2
0,0

2
2
12
17
1
4
3
Total kontainer 29 12 41

Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah kontainer yang ditemukan jentik
pada rumah responden sebanyak 162 kontainer yang terdiri dari pada TPA = 80
kontainer, pada TPA bukan untuk keperluan sehari-hari 64 kontainer dan TPA alami
18 kontainer sesuai tabel berikut :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Tabel 4. 9. Jumlah dan Jenis kontainer yang ditemukan jentik
Kasus Kontrol Kontainer
n % n % Jumlah
TPA
Tempayan (Aedes agepyti)
Bak mandi
Bak WC
Drum
Bak penampungan air
Ember
Dan lain-lain
0
22
11
3
4
3
0
0,0
55,9
12,9
3,5
4,7
4,7
0,0
0
22
9
2
3
1
0
0,0
25,9
10,6
2,4
3,5
3,5
0,0
0
44
20
5
7
4
0
Total 43 37 80
TPA bukan untuk keperluan sehari-
hari
Tempat minum hewan
Barang-barang bekas
Vas bunga
Talang air
Meteran air
Dan lain-lain


1
24
10
0
0
0


1,2
28,2
11,8
0,0
0,0
0,0


2
21
6
0
0
0


2,4
24,7
7,1
0,0
0,0
0,0


3
45
16
0
0
0
Total 35 29 64
TPA Alami
Luban pohon
Lobang batu
Pelapah daun
Tempurung kelapa
Kulit kerang
Potongn bambu
Dan lain-lain

1
0
5
5
0
0
0

1,2
0,0
5,9
5,91
0,0
0,0
0,0

0
0
1
6
0
0
0

0,0
0,0
1,2
7,1
0,0
0,0
0,0

1
0
6
11
0
0
0
Total kontainer 11 7 18

Berdasarkan tabel diatas diketahui jumah kontainer yang ditemukan jentik
pada kelompok kasus yaitu 43 + 35 + 11 = 89 dan pada kelompok kontrol 37 + 29 + 7
= 73, maka kontainer indeks dapat dihitung sebagai berikut :
CI = % 100 x
diperiksa yang kontainer Jumlah
jentik ditemukan kontainer Jumlah


Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Pada kelompok kasus
CI = % 100
359
89
x
= 24,8%
Pada kelompok kontrol
CI = % 100
359
73
x
= 20,3%
Bruteau Index (BI) adalah jumlah kontainer yang terdapat jentik dalam 100
rumah:
Pada penelitian ini jumlah rumah yang diteliti (kasus dan kontrol) 170 rumah.
Maka Bruteau Index (BI) adalah
Pada kelompok kontrol
BI = 89
85
100
x
= 104,7
= 95 kontainer
BI pada kelompok kasus
BI = 73
85
100
x
= 85,9
Angka Bebas Jentik (ABJ) dari penelitian ini sebagai berikut :

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

ABJ = % 100
/
/
x
diperiksa yang bangunan rumah jumlah
jentik ditemukan tidak yang bangunan rumah Jumlah

Pada kelompok kasus
ABJ = % 100
85
34
x
= 40%
Pada kelompok kontrol
ABJ = % 100
85
42
x
= 49%
4.3. Analisa Bivariat
a. Tabulasi Silang Sosiodemografi
Sosiodemografi responden pada penelitian ini merupakan variabel bebas yang
terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi, tabulasi silang sosiodemografi
dengan kejadian DBD dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10. Tabulasi silang sosiodemografi dengan kejadian DBD di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru

Variabel Kasus = 85
n (%)
Kontrol = 85
n (%)
mOR (95% CI) p
Pendidikan tinggi 61 (71,76%) 58 (62,23%) 0,41 (0,25-0,68) 0,000
Tidak bekerja 54 (63,55%) 53 (62,33%) 0,00 (0,00-0,04) 0,000
Melakukan mobilisasi 58 (68,24%) 35 (41,18%) 0,77 (0,45-1,31) 0,374



Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Berdasarkan analisis hubungan pendidikan responden dengan kejadian DBD
diperoleh nilai p = 0,000 p < 0,05 , artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko
terkena DBD pada masyarakat yang berpendidikan rendah dengan yang
berpendidikan tinggi di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds
Ratio (mOR) sebesar 0,41 artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD
pendidikannya lebih rendah 0,41 kali dibandingkan dengan orang yang tidak
penderita DBD. Oleh karena nilai p pada uji statistik < 0,05, maka variabel ini
diikusertakan dalam multivariat.
Hasil analisis hubungan pekerjaan responden dengan kejadian DBD diperoleh
nilai p = 0,000 dan p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko
terkena DBD pada masyarakat yang tidak bekerja dengan yang bekerja di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) = 0,00 artinya bahwa
kemungkinan orang yang tidak bekerja, berisiko kena DBD dibandingkan yang
bekerja. Oleh kaerna nilai uji statistik < 0,05 maka variabel pekerjaan diikutsertakan
adalah multivariat.
Berdasarkan analisis hubungan mobilisasi responden dengan kejadian DBD
diperoleh nilai p = 0,374, p > 0,05 artinya tidak ada perbedaan kemungkinan risiko
terkena DBD pada masyarakat yang melakukan mobilisasi dengan yang tidak
melakukan mobilisasi di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.




Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

b. Tabulasi Silang Lingkungan Fisik dan Biologi
Lingkungan fisik dan biologi responden pada penelitian ini juga merupakan
variabel bebas yang terdiri dari jarak rumah, tata rumah, TPA bukan untuk keperluan
sehari-hari, TPA alami, keberadaan jentik dan ada tidaknya tanaman hias/pekarangan
yang diuraikan pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Tabulasi silang Lingkungan Fisik dan Biologi responden dengan
kejadian DBD

Variabel Kasus = 85
n (%)
Kontrol = 85
n (%)
mOR (95% CI) p
Jarak rumah 5 33 (38,82%) 29 (34,12%) 1,79(1,12-2,93) 0,014
Tata rumah, tidak baik 38 (44,71%) 32 (37,65%) 1,47 (0,92-2,38) 0,114
Ada TPA bukan untuk
keperluan sehari-hari
67 (78,82%) 54(63,53%) 0,34 (0,18-0,58) 0,000
Ada TPA alami 23 (27,00%) 12 (14,12%) 0,312 (0,19-0,51) 0,000
Ada jentik 51(60,00%) 43(50,59%) 0,79 (0,49-1,27) 0,362
Ada tanaman
hias/pekarangan
68(80,00%) 61(71,76%) 0,28 (0,15-0,48) 0,000

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.11 untuk melihat hubungan
variabel jarak rumah dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,014, p < 0,05 artinya
bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang jarak
rumahnya 5m dengan tetangga sebelah menyebelah dengan rumah yang berjarak >
5m dengan tetangga sebelah menyebelah di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 1,79. artinya bahwa kemungkinan orang
menderita DBD. Jarak rumahnya 5m dengan tetangga sebelah menyebelah 1,79
kali dibanding dengan yang tidak menderita DBD. Oleh karena nilai p pada uji
statistik < 0,05 maka variabel jarak rumah diikutsertakan dalam multivariat.
Berdasarkan analisis hubungan antara tata rumah dengan kejadian DBD
diperoleh nilai p = 0,114 ; p > 0,05 artinya bahwa tidak ada perbedaan risiko tekena
DBD pada masyarakat yang tata rumahnya baik dengan yang tata rumahnya tidak
baik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
Berdasarkan analisis hubungan antara variabel TPA bukan untuk keperluan
sehari dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 p < 0,05 artinya bahwa ada
perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang di lingkungan
rumahnya terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari-hari dengan yang tidak
terdapat TPA bukan untuk keperluan sehari di lingkungan rumahnya di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru, Nilai Matched Odds Ratio (mOR) = 0,33. Artinya
bahwa kemungkinan orang menderita DBD, di lingkungan rumahnya ditemukan TPA
bukan untuk keperluan sehari-hari 0,333 kali dibanding yang tidak menderita DBD.
Oleh karena nilai p < 0,05 maka variabel ini akan diikutsertakan dalam analisa
multivariat.
Berdasarkan analisis hubungan antara TPA alami dengan kejadian DBD
diperoleh nilai p = 0,000 ; p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko
terkena DBD pada masyarakat yang dilingkungan rumahnya ditemukan TPA alami

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

dengan yang tidak ditemukan TPA alami di lingkungan rumahnya di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) = 0,32. artinya bahwa
kemungkinan orang yang menderita DBD, dilingkungan rumahnya tidak ditemukan
TPA alami 0,32 kali dibanding yang tidak DBD, karena nilai p < 0,05 maka variabel
TPA alami diikutertakan dalam analisis multivariat.
Berdasarkan analisis hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian
DBD diperoleh nilai p = 0,362 p > 0,05 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan
risiko terkena DBD pada masyarakat lingkungan rumahnya ada jentik dengan
lingkungan rumahnya tidak ada jentik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
Berdasarkan analisis hubungan antara tanaman hias/pekarangan dengan
kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,000 p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan
kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang dihalaman rumahnya ada
tanaman hias/pekarangan dengan yang tidak ada tanaman hias/pekarangan di
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) 0,28
artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD, dilingkungan rumahnya terdapat
tanaman hias/pekarangan 0,28 kali dibanding yang tidak menderita DBD. Oleh
karena nilai p < 0,05, maka variabel tanaman hias/pekarangan diikutsertakan dalam
analisis multivariat.

4.4. Analisis Multivariat
Untuk mengetahui hubungan semua variabel secara bersama-sama dengan
kejadian DBD, maka dilakukan analisis multivariat yaitu dengan menggunakan uji

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

regresi logistik ganda kondisional. Variabel-variabel dari hasil analisa bivariat yang
memiliki nilai p < 0,25 dapat dipertimbangkan untuk masuk kedalam model
multivariat. Berdasarkan hasil analisis bivariat pada penelitian ini ternyata variabel
yang mempunyai nilai p < 0,25 adalah variabel pendidikan, pekerjaan, tata rumah,
TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, TPA alami, keberadaan jentik dan tanaman
hias. Walaupun variabel mobilisasi dan keberadaan jentik pada analisis bivariat
memiliki nilai p > 0,25 namun karena secara subtansi kedua variabel tersebut
dianggap penting maka dimasukan kedalam analisis multivariat.
Analisis regresi logistik ganda kondisinal dilakukan dengan metode Stepwise
backward selection dapat dilihat pada tabel 4.12. berikut
Tabel 4.12. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Kondisional dengan Metode
Stepwise backward selection

Variabel Independen B P mOR 95% CI
Mobilisasi 3,040 0,000 20,898 4,02 108,70
TPA bukan untuk keperluan sehari-hari 1,547 0,003 4,697 1,670 13,00
TPA Alami -1,304 0,037 0,2713 0,08 0,922

Ternyata hasil akhir analisis regresi logistik ganda kondisional dengan Metode
Stepwise backward selection dari tiga variabel yaitu mobilisasi, TPA bukan untuk
keperluan sehari-hari dan TPA Alami yang paling dominan berhubungan dengan
kejadian DBD adalah variabel mobilisasi dengan nilai p = 0,00 dan mOR = 20,90.



Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

BAB 5
PEMBAHASAN


5.1. Sosiodemografi
Faktor sosiodemografi pada penelitian ini merupakan variabel bebas
mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mobilisasi, untuk variabel
umur dan jenis kelamin dilakukan matching.
1. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian DBD
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada responden kelompok kasus
berpendidikan tinggi 61 orang (71,78%), berpendidikan rendah 24 orang (28,24%).
Hasil analisis hubungan pendidikan dengan kejadian DBD diperoleh p < 0,05, artinya
bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang
berpendidikan rendah dan yang berpendidikan tinggi di Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 0,41, artinya bahwa
kemungkinan orang mederita DBD pendidikannya lebih rendah 0,41 kali
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD. Pada penelitian ini yang
masuk kategori pendidikan tinggi adalah mereka yang berijazah SLTP, SLTA dan
Akademi/Perguruan Tinggi.
Menurut hasil penelitian Nawar di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten
Deli Serdang tahun 2005 menyatakan bahwa pada daerah endemis responden
terbanyak berpendidikan rendah yaitu 68 orang (56,2%). Pada penelitian Nawar
kategori pendidikan tinggi yaitu dari SLTA ke atas. Penelitian Sitorus (2005)
62

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada
tingkat pendidikan rendah dan tinggi yang kategori pendidikan tinggi dimulai dari
SLTA ke atas. Masyarakat yang berpendidikan tinggi diharapkan lebih banyak tahu
informasi tentang cara dan upaya mencegah terjadinya DBD terhadap dirinya dan
keluarga dari berbagai sumber dan media.
2. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian DBD
Dilihat dari variabel pekerjaan, pada kelompok kasus persentase terbanyak
adalah pada kelompok tidak bekerja yaitu 54 orang (63,55%) dan yang bekerja 31
orang (36,47%).
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan
risiko antara masyarakat yang tidak bekerja dengan yang bekerja di Kecamatan Bukit
Raya Kota Pekan Baru, Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 0,0000 artinya
bahwa kemungkinan orang yang tidak bekerja berisiko menderita DBD dibandingkan
yang bekerja.
Pada penelitian ini yang masuk kategori yang tidak bekerja adalah ibu rumah
tangga (IRT), anak belum sekolah, pelajar dan mahasiswa. Dimana kita lihat dari
hasil survei yang dilakukan sebagian besar anak sekolah, pelajar dan mahasiswa
tersebut lokasi sekolah atau perguruan tinggi mereka berada diluar Kecamatan Bukit
Raya Kota Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat pada variabel mobilisasi bahwa yang
melakukan mobilisasi adalah masyarakat yang melakukan gerakan berpindah dari
satu tempat ke tempat lain yang dilakukan setiap hari sebagaimana tercantum pada
defenisi operasional.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Widyana (1998) dalam Nawar (2005)
yang menemukan bahwa sebagian besar penderita DBD berstatus tidak bekerja.
3. Hubungan Mobilisasi dengan Kejadian DBD
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada kelompok kasus persentase
responden yang melakukan mobilitas lebih besar yaitu 58 orang (68,24%) dan
responden yang tidak melakukan mobilitas 27 orang (31,76%). Hasil analisis
hubungan mobilitas responden dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,37, p >
0,05 artinya tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD yang melakukan
mobilisasi dengan yang tidak melakukan mobilisasi di Kecamatan Bukit Raya Kota
Pekanbaru.
Oleh karena variabel mobilisasi berkaitan dengan variabel pendidikan dan
variabel pekerjaan maka variabel mobilisasi secara substansi dianggap penting dalam
penelitian ini. Walaupun nilai p variabel mobilisasi > 0,05, variabel mobilisasi tetap
dimasukkan dalam analisis multivariat ternyata dari hasil analisis multivariat
diperoleh nilai p variabel mobilisasi yaitu 0,00 (p < 0,05) artinya ada perbedaan risiko
antara masyarakat yang melakukan mobilisasi dengan yang tidak melakukan
mobilisasi.
Nilai Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 20,90 artinya bahwa kemungkinan
orang yang menderita DBD melakukan mobilisasi 20,90 kali dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita DBD.
Secara epidemiologi penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular
yang penularannya relatif tinggi karena kepadatan penduduk, mobilisasi yang tinggi

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

serta dipengaruhi ada tidaknya tempat perindukan nyamuk penular DBD. Menurut
Wahidin (2003) dalam Nawar (2008) mobilitas yang tinggi antara lain disebabkan
oleh perpindahan atau perjalanan masyarakat keluar daerahnya, antara lain adalah
karena alasan lokasi pendidikan atau lokasi pekerjaan
Menurut Sugijanto (2003) mengatakan bahwa salah satu penyebab DBD
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah kemajuan
teknologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk yang cepat
memudahkan penyebaran sumber penular dari satu kota ke kota lain.
Demikian juga hasil penelitian Adisasmito, dkk (2007) mengatakan bahwa
faktor lingkungan berperan besar dalam penyebaran DBD, dimana penyebaran habitat
nyamuk disebabkan meningkatnya mobilisasi penduduk dan transportasi dari suatu
daerah.
Hasil penelitian tersebut diatas sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa
penyebab munculnya KLB/wabah DBD antara lain disebabkan karena adanya
pertumbuhan penduduk yang tidak melalui pola tertentu, urbanisasi yang tidak
terkontrol, mobilitas penduduk yang tinggi (Depkes RI, 2003).

5.2. Lingkungan Fisik dan Biologi
1. Hubungan Jarak Rumah dengan Kejadian DBD
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 85 kasus DBD ada 33
rumah, (38,82%) yang jarak rumah tersebut dengan rumah tetangga < 5 m, sebanyak,
52 rumah (61,18%) lainnya berjarak > 5 m. Dari 85 kelompok kontrol, sebanyak 29

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

rumah (34,12%) berjarak < 5 dan 56 rumah (65,88%) berjarak > 5 m. Berdasarkan
hasil uji statistik pada tabel 4.11 untuk melihat hubungan variabel jarak rumah
dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,01, p < 0,05 artinya bahwa ada perbedaan
kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang jarak rumahnya 5m
dengan tetangga sebelah menyebelah dengan rumah yang berjarak > 5m dengan
tetangga sebelah menyebelah di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Nilai
Matched Odds Ratio (mOR) sebesar 1,79. artinya bahwa kemungkinan orang
menderita DBD. Jarak rumahnya 5m dengan tetangga sebelah menyebelah 1,79 kali
dibanding dengan tidak DBD.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jarak antara rumah
mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumah lain, semakin dekat
jarak rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah sebelah menyebelah
(Haryanto, dkk, 1989).
2. Hubungan Tata Rumah dengan Kejadian DBD
Penelitian terhadap variabel tata rumah dilihat dari kebiasaan menggantung
pakaian dan pengaturan barang-barang yang ada di rumah, berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan diketahui bahwa dari 85 orang menderita DBD terdapat 38
orang (44,71%) yang tidak menata rumah dengan baik dan 47 orang (55,29%) yang
menata rumah dengan baik, sedangkan pada kelompok yang tidak menderita DBD
berjumlah 32 orang (37,65%) yang tidak menata rumah dengan baik dan 53 orang
(62,35%) yang menata rumah dengan baik. Berdasarkan analisis hubungan antara tata

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

rumah dengan kejadian DBD diperoleh nilai p = 0,11 ; p > 0,05 artinya bahwa tidak
ada perbedaan risiko tekena DBD pada masyarakat yang tata rumahnya baik dengan
yang tata rumahnya tidak baik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena persentasi baik kasus dan kontrol yang menata
rumah dengan baik lebih besar persentase dibandingkan dengan yang menata rumah
dengan tidak baik.
Menurut Haryanto dkk (1989) mengatakan bahwa kebiasaan menggantung
pakaian adalah tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap istirahat selama
menunggu waktu bertelur dan tempat tersebut gelap, lembab dan sedikit angin.
Nyamuk Ae.aegyptibiasa hinggap di baju-baju yang bergantungan dan benda-benda
lain di dalam rumah
3. Hubungan Kelembaban dengan Kejadian DBD
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kelembaban dilokasi penelitian
untuk semua responden, baik kasus maupun kontrol > 60 % (homogen). Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori Harianto, dkk (1989) mengatakan bahwa nyamuk
Ae.aegypti pada kelembaban < 60% umurnya akan menjadi pendek, tidak bisa
menjadi vektor, tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar
ludah. Sehingga secara umum kelembaban rumah responden mendukung untuk
kehidupan nyamuk Aedes aegypti.
4. Hubungan Tempat Penampungan Air (TPA) dengan Kejadian DBD
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa semua responden
memiliki TPA (data homogen). Karena sistem penyediaan air di masyarakat

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

bermacam-macam baik melalui perpipaan maupun sumber lain seperti sumur gali dan
lain-lain. Masih memerlukan tempat penampungan air baik bak besar maupun kecil,
ember dan lain-lain.
Tempat penampungan air merupakan media untuk berkembang biak nyamuk Aedes
aegypti. Untuk menghindari agar nyamuk tidak meletakkan telur-telurnya pada
tempat penampungan air agar melakukan pengurasan tempat penampungan air
maksimal 1 kali seminggu sehingga telur nyamuk tidak dapat berkembang menjadi
nyamuk dewasa yang siap menularkan DBD.
5. Hubungan Tempat Penampungan Air Bukan Untuk Keperluan Sehari-hari dengan
Kejadian DBD
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada
kelompok kasus lebih banyak ditemui jentik pada TPA bukan untuk keperluan
sehari-hari pada lingkungan rumahnya yaitu 67 rumah (78,82%), yang tidak ditemui
TPA untuk keperluan sehari-hari dilingkungan rumahnya sebanyak 18 rumah
(21,18%) sedangkan pada kelompok kontrol 54 rumah (63,53%) ditemui TPA bukan
untuk keperluan sehari-hari, 31 rumah (36,47%) tidak ditemui TPA untuk kebutuhan
sehari-hari. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara TPA bukan untuk keperluan sehari-hari dengan kejadian DBD, nilai p = 0,00
dan nilai mOR (0,33) artinya kemungkinan orang yang menderita DBD di lingkungan
rumahnya terdapat tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari.
Kemungkinan itu 0,33 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Hal ini sejalan dengan penelitian Sitorus di Kota Medan tahun 2005 yang
mengatakan bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkenan DBD pada
lingkungan yang tidak bersih dengan lingkungan bersih dari sampah berserakan yang
dapat menampung air seperti kaleng bekas, ban bekas, plastik bekas, Nilai Matched
Odds Ratio (OR) sebesar 2,7 artinya bahwa kemungkinan orang menderita DBD
lingkungannya tidak bersih 2,7 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
DBD.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa kaleng bekas,
ban bekas, plastik dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
bertambahnya jentik Ae.aegyptiyang otomatis membuka peluang terhadap kejadian
DBD. Ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama Ae.aegyptidi
daerah perkotaan (Suroso, 2000).
6. Hubungan Tempat Penampungan Air Alami dengan Kejadian DBD
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada
kelompok kasus yang memiliki TPA alami 23 rumah (27,06%), tidak memiliki TPA
alami 62 (72,94%). Pada kelompok kontrol yang memiliki TPA alami 12 rumah
(14,12%) dan yang tidak memiliki 73 rumah (85,88%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa nilai p = 0,00, p < 0,05 artinya bahwa ada hubungan yang
signifikan antara TPA Alami dengan Kejadian DBD. Nilai Matched Odds Ratio
(mOR) = 0,32. artinya bahwa kemungkinan orang yang menderita DBD walaupun di
lingkungan rumah tidak terdapat TPA Alami 0,32 kali disbanding yang tidak
menderita DBD. Hal tersebut di atas didukung dengan teori yang mengatakan bahwa

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

jangkauan terbang (flight range) rata-rata nyamuk Ae.aegyptiadalah sekitar 100 m
tetapi pada keadaan tertentu nyamuk ini dapat terbang sampai beberapa kilometer dan
waktu mencari makan, nyamuk Aedes agypti selain terdorong rasa lapar juga
dipengaruhi oleh faktor bau yang dipancarkan oleh inang, temperatur, kelembaban,
kadar dioksida (CO
2
) dan warna. Untuk jarak lebih jauh faktor bau memegang
peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya (Soegijanto, 2003).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Irfan dalam Duma, dkk (2007) yang
mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara menjaga kebersihan
lingkungan dengan baik dengan kejadian DBD. Lingkungan yang masih terdapat
benda-benda yang dapat menjadi tempat bersarang nyamuk seperti adanya lubang
pohon bambu, bekas penampungan tempurung kelapa yang berserakan
mengakibatkan bertambahnya tempat perindukan nyamuk dan jumlah nyamuk akan
bertambah meningkat.
7. Hubungan Keberadaan Jentik dengan Kejadian DBD
Setelah dilakukan penelitian maka diketahui bahwa pada kelompok kasus,
dijumpai 51 rumah (60,00%) ada jentik di TPA dan sebanyak 34 rumah (40,00%)
tidak ada jentik, sedangkan pada kelompok kontrol dijumpai 43 rumah (50,59%) ada
jentik, 42 rumah (49,41%) tidak ada jentik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD nilai p = 0,362
yaitu p > 0,05 artinya bahwa tidak ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD
pada masyarakat lingkungan rumahnya ada jentik dengan lingkungan rumahnya tidak
ada jentik di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru, tidak bermaknanya variabel

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

keberadaan jentik ini karena responden menyadari bahaya penyakit DBD dan sudah
mulai melakukan kegiatan 3M yaitu (Menguras, Menutup dan Menimbun) TPA yang
ada sehingga pada saat survei berlangsung keberadaan jentik pada TPA mulai
berkurang tetapi tidak maksimal.
Namun secara persentase pada kelompok kasus DBD, jumlah rumah yang ditemui
ada jentik lebih besar persentasenya yaitu 60% dibanding rumah yang tidak ditemui
jentik yaitu 40%. Hal ini menyatakan bahwa keberadaan jentik pada rumah responden
belum bisa ditiadakan sama sekali sehingga kemungkinan penularan DBD masih
tetap berlangsung. Sejalan dengan penelitian Sitorus tahun 2005 yang mengatakan
bahwa ada kemungkinan risiko terkena DBD pada lingkungan rumah yang ada
jentiknya dengan lingkungan rumah yang tidak ada jentiknya Nilai Matched Odds
Ratio (mOR) sebesar 5,8 artinya bahwa kemungkinan orang yang menderita DBD
ditemukan adanya jentik dirumahnya 5,8 kali dibanding dengan orang tidak
menderita DBD.
Kenyataan tersebut diatas didukung dengan hasil survei yang menunjukkan bahwa
Angka Bebas Jentik (ABJ) kelompok kasus adalah 40% dan Angka Bebas Jentik
(ABJ) kelompok kontrol 49%. Hal ini tidak memenuhi Angka Bebas Jentik Indiktor
Nasional yaitu 95%.
8. Hubungan Tanaman Hias/Pekarangan dengan Kejadian DBD
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa penderita DBD lebih banyak
memiliki tanaman di halaman rumahnya, yaitu 68 rumah (80,00%) dan tidak
memiliki tanaman hias 17 rumah (20,00%). Demikian juga pada kelompok kontrol

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

memiliki tanaman hias/pekarangan lebih banyak yaitu 61 rumah (71,75%) daripada
yang tidak memiliki tanaman yaitu 24 rumah (28,24%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa nilai p = 0,00 artinya bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko
terkena DBD pada masyarakat yang dihalaman rumahnya ada tanaman
hias/pekarangan dengan yang tidak ada tanaman hias/pekarangan di Kecamatan Bukit
Raya Kota Pekanbaru. Nilai Matched Odds Ratio (mOR) 0,28 artinya bahwa
kemungkinan orng menderita DBD dilingkungan rumahnya terdapat tanaman
hias/pekarangan 0,28 kali dibanding yang tidak menderita DBD.
Hal ini sejalan dengan penelitian Chahaya (2003) dalam Duma (2007) yang
menyatakan lingkungan biologik yang mempengaruhi penularan penyakit DBD
adalah banyaknya tanaman pekarangan yang mempengaruhi kelembaban dan
pencahayaan di dalam rumah dan halamannya. Banyaknya tanaman hias dan
pekarangan berarti akan menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap,
istrahat dan juga menambah umur nyamuk.
Secara teoritis banyaknya tumbuhan di sekitar rumah mempengaruhi
kelembaban dan pencahayaan dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi
nyamuk untuk hinggap dan beristirahat (Soegijanto, 2003).

5.3. Faktor Paling Dominan
Setelah dilakukan uji regresi logistik ganda kondisional, diketahui bahwa
hubungan variabel dengan kejadian DBD yang paling dominan adalah variabel
mobilisasi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa penyebab munculnya

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

KLB/wabah DBD antara lain disebabkan karena adanya pertumbuhan penduduk yang
tidak melalui pola tertentu, urbanisasi yang tidak terkontrol, mobilitas penduduk
yang tinggi (Depkes RI, 2003).
Secara epidemiologi penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular
yang penularannya relatif tinggi karena kepadatan penduduk, mobilisasi yang tinggi
serta dipengaruhi ada tidaknya tempat perindukan nyamuk penular DBD. Menurut
Wahidin (2003) dalam Nawar (2008) mobilitas yang tinggi antara lain disebabkan
oleh perpindahan atau perjalanan masyarakat keluar daerahnya, antara lain adalah
karena alasan lokasi pendidikan atau lokasi pekerjaan
Menurut Sugijanto (2003) mengatakan bahwa salah satu penyebab DBD
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah kemajuan
teknologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk yang cepat
memudahkan penyebaran sumber penular dari satu kota ke kota lain.
Demikian juga hasil penelitian Adisasmito, dkk (2007) mengatakan bahwa
faktor lingkungan berperan besar dalam penyebaran DBD, dimana penyebaran habitat
nyamuk disebabkan meningkatnya mobilisasi penduduk dan transportasi dari suatu
daerah.

5.4. Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan
yang tidak dapat dihindari. Adapun keterbatasan tersebut :


Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

a. Keterbatasan desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol berpadanan yang meneliti suatu
penyakit setelah terjadinya sakit, selanjutnya menyelidiki apa penyebabnya atau
risikonya, tidak diketahui mana yang lebih dulu terjadi antara paparan dan akibat,
tetapi hubungan yang ada hanya menunjukan besar pengaruh (kemaknaan) faktor
pemapar dalam hubungan dengan kejadian DBD bukan merupakan hubungan
sebab akibat.
b. Data kondisi variabel sosiodemografi dan lingkungan fisik/biologi yang diambil
pada saat sekarang sementara data kasus diambil dari data sekunder yang tercatat
di Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai dengan April 2008,
kemungkinan kondisi faktor sosiodemografi dan faktor lingkungan fisik/biologi
sudah berbeda dengan saat terjadi kasus DBD.
c. Dalam pelaksanaan penelitian sulit mendapatkan kasus dan kontrol pada populasi
penelitian yang benar-benar setara dalam berbagai karakteristik karena dipilih dari
2 populasi yang terpisah.
d. Penelitian ini tidak melihat variabel-variabel luar yang pengaruhnya mengganggu
paparan faktor penelitian terhadap penyakit dan tidak melihat interaksinya.
e. Adanya kemungkinan bias seleksi yang dapat mempengaruhi tingkat keakuratan
dan kualitas data yang terjadi akibat pemilihan subjek menurut status penyakit
otomatis peneliti dipengaruhi oleh status paparan dan bias informasi yang
diperoleh melalui pengamatan, pengukuran, pencatatan dan menginterprestasi
kemungkinan kurang tepat.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hubungan sosiodemografi penderita dengan kejadian DBD adalah sebagai
berikut:
a. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian DBD
(p = 0,000 dan mOR = 0,4)
b. Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian DBD
(p = 0,000 dan mOR = 0,00)
c. Terdapat hubungan yang bermakna antara mobilisasi dengan kejadian DBD
(p = 0,000 dan mOR = 20,90)
2. Hubungan lingkungan penderita dengan kejadian DBD adalah sebagai berikut :
a. Terdapat hubungan yang bermakna antara jarak rumah dengan kejadian DBD
(p = 0,014 dan mOR = 1,79).
b. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tata rumah dengan kejadian
DBD (p = 0,114 dan mOR = 1,47)
c. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban rumah dengan
kejadian DBD karena dari hasil pengukuran kelembaban pada saat penelitian
diperoleh angka > 60% untuk setiap rumah responden, data yang diperoleh
homogen sehingga nilai p tidak ada.
75

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

d. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tempat penampungan air
(TPA) dengan kejadian DBD karena pada setiap rumah responden ditemui ada
TPA sehingga data homogen dan tidak diperoleh nilai p.
e. Terdapat hubungan yang bermakna antara TPA bukan untuk kebutuhan
sehari-hari dengan kejadian DBD (p =0,000 dan mOR = 0,33).
f. Terdapat hubungan yang bermakna antara TPA alami dengan kejadian DBD
(p = 0,000 dan mOR = 0,32), keadaan terbalik
g. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan jentik dengan
kejadian DBD (p = 0,362 dan mOR = 0,79).
h. Terdapat hubungan yang bermakna antara tanaman hias/pekarangan dengan
kejadian DBD (p = 0,000 dan mOR = 0,28 )
3. Faktor yang paling dominan dengan kejadian DBD adalah mobilisasi (p = 0,000
dan mOR = 20,90)

6.2. Saran
a. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat Kecamatan Bukit Raya agar
mengupayakan diri terhindar dari gigitan nyamuk dengan menggunakan
reppelent terutama bila bepergian keluar Kecamatan Bukit Raya untuk
bekerja, sekolah dan keperluan lain.
b. Peningkatan program promosi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
DBD kepada masyarakat secara intensif.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

c. Meningkatkan gerakan masyarakat untuk melakukan kegiatan kerja bakti
seminggu sekali untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan dari
sampah/wadah yang menjadi tempat bersarang nyamuk yang dikoordinasikan
dengan aparat setempat.
d. Meningkatkan kegiatan survei jentik dan memberikan bubuk abate kepada
masyarakat sebagai upaya kewaspadaan dini terhadap terjadinya DBD.
e. Melakukan survei keberadaan jentuk secara intensif pada saat terjadinya kasus
DBD pada Rumah Penderita dan disekitar rumah penderita.



























Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah H, 2007. Pidato Walikota Pekanbaru pada hari jadi ke-223,
http://www.pekanbaru.go.id/seputarkota/berita.php>id:216, diakses pada
tanggal 20 Februari 2008.
Duma, S, Darmansyah, Arsunan, 2007, Analisis yang berhubungan dengan Kejadian
DBD di Kecamatan Baruga Kota Kendari, 2007, Jurnal Analisis, 2007, 2 : 91
100.
Depkes RI., 1992. Nyamuk Penular DBD, Ditjen PPM dan PLP. Jakarta
__________, 1998. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular DBD. Jakarta
__________, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
Jakarta
__________, 2001. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2003. Jakarta.
__________ ., 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan
Demam Berdarah Dengue Jakarta.
__________ ., 2004a. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta
__________ .,2004b. Kajian Masalah Kesehatan Demam Berdarah Dengue, Badan
Penelitian Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Jakarta
__________ .,2004c. Kebijakan Program P-2 DBD dan Situasi Terkini DBD di
Indonesia. Dirjen PPM & PL Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
__________ .,2005. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia,
Jakarta.
__________ ., 2007. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN
DBD) Oleh Juru Pemantauan Jentik, Jakarta.
__________ .,2007. Warta DBD, Media Komunikasi Pokjanal dan Pokja DBD,
Jakarta, 9 : 6 10.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru 2007. Profil Kesehatan Kota Pekanbaru.
Dinas Kesehatan Propinsi Riau 2007. Profil Kesehatan Provinsi Riau.
78

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
79
Madiyono., dkk. 1995. Studui Kasus Kontrol dalam Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis, Editor Sastroasmoro S, dan Ismael S., Binarupa Aksara.
Jakarta.
Harianto, B, dkk, 1989. Berbagai Aspek Demam Berdarah Dengue dan
Penanggulangannya, Pusat Penelitian Lembaga Penelitian UI, Jakarta.
Hasan A dan Ayubi, 2007. Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk dan
Kejadian DBD di Bandar Lampung, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
(2).2 : 86 90.
Lemeshow., S, Hosmer Ir. David., dan Klar, Jenalle. 1997. Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan, Terjemahan Pratomo, D. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Mansjoer., A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi -3 jilid 2. Media Aesculapius.
Jakarta.
Murti., B., 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Edisi Kedua, Gajah Mada
University Press Yogyakarta.
_______., 2005. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Edisi Pertama, Gadjah
Mada University Pres. Yogyakarta.
Notoatmodjo., S. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Nawar, 2005, Kajian Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Daerah
Endemis dan Nonendemis di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2005, Tesis Program Pascasarjana USU, Medan.
Nazir., M., 2002. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Praktiknya. A.W. 2003. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, PT Grafindo Persada, Jakarta.
Puskesmas Harapan Raya, 2007, Profil Puskesmas Harapan Raya, Pekanbaru.
Satari, H.I, 2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah dan di Rumah Sakit,Puspa
Swarna, Jakarta.
Schlesselman JJ., 1982, Case Control Studies Design, Conduct, Analysis, Oxford
University Press, New York.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
80

Soedarmo, S., 1998. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak, Penerbit UI Press.
Jakarta.
Soegijanto. S., 2003. Demam Berdarah Dengue : Tinjauan dan Temuan Baru di Era.
2003. Airlangga University Press, Surabaya.
Soeroso, T., 2000. Perkembngan DBD, Epidemiologi dan Pemberantasannya di
Indonesia. Jakarta.
Sitorus, 2005. Starategi Pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah
Dengue (DBD) Melalui Pendekatan Faktor Risiko di Kota Medan. Tesis,
Program Pascasarjana USU, Medan.
World Health Organization, 1997, Dengue H.F. Diagnosis Treatment and Control,
2n

Edition, Geneva.
______________________., 1998., Demam Berdarah Dengue, Diagnosis,
Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian, Edition, Asih Yasmin, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.














Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN DENGAN
KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI
KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU
TAHUN 2008


Nama Responden : Kasus Kontrol


Jika kasus tanggal berapa menderita DBD?
Alamat Responden :

Kelurahan :
RW :
RT : ..


SOSIO DEMOGRAFI

Umur : . Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki perempuan
Pendidikan :
1. Tidak Tamat SD
2. Tamat SD
3. Tamat SLTP
4. Tamat SLTA
5. Tamat D3/S1
Pekerjaan :
1. Petani
2. PNS/TNI/ABRI
3. Wiraswasta
4. Pegawai Swasta
5. Ibu Rumah Tangga
6. lain-lain
Tempat Kerja/Alamat Sekolah : 1. Wilayah Kec. Bukit Raya
2. Diluar wilayah Kec. Bukit Raya
Pendapatan Keluarga : Rp. ..
Jumlah Anggota Keluarga : Orang

LINGKUNGAN
83

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


RUMAH
1. Jarak rumah satu dengan rumah yang lain
< 5 meter > 5 meter

2. Apakah barang-barang di dalam rumah tertata baik ?
Ya Tidak

3. Apakah ada baju, handuk, kelambu yang bergantungan ?
Ada Tidak ada

4. Berapa kelembaban udara dalam ruangan.................

5. Apakah luas ventilasi dan jendela 15% dari luas lantai ?
< 15% > 15 %

KONTAINER
6. Tempat Penampunangan Air Yang Dimiliki Kondisi
1. Tempayan Ada Tidak
2. Bak Mandi Ada Tidak
3. Bak WC Ada Tidak
4. Drum Ada Tidak
5. Bak Penampungan air Ada Tidak
6. Ember Ada Tidak
7. Dan lain-lain Ada Tidak

7. Bukan Tempat Penampunangan Air Kondisi
1. Tempat Minum hewan Ada Tidak
2. Barang-barang bekas Ada Tidak
3. Vas Bunga Ada Tidak
4. Talang Air Ada Tidak
5. Meteran Air Ada Tidak
6. Dan lain-lain Ada Tidak



8. Tempat Penampungan Air Alami Kondisi

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

1. Lobang di Pohon Ada Tidak
2. Lobang batu Ada Tidak
3. Pelepah daun Ada Tidak
4. Tempurung kelapa Ada Tidak
5. Kulit kerang Ada Tidak
6. Potongan Bambu Ada Tidak
7. Dan lain-lain Ada Tidak


9. Apakah terdapat jentik Ae.aegyptipada tempat penampungan Kondisi
Air yang dimiliki ?
1. Tempayan Ada Tidak
2. Bak Mandi Ada Tidak
3. Bak WC Ada Tidak
4. Drum Ada Tidak
5. Bak Penampungan air Ada Tidak
6. Ember Ada Tidak
7. Dan lain-lain Ada Tidak
Kondisi :

10. Apakah terdapat jentik Ae.aegyptipada bukan tempat Kondisi
penampungan air ?
1. Tempat Minum hewan Ada Tidak
2. Barang-barang bekas Ada Tidak
3. Vas Bunga Ada Tidak
4. Talang Air Ada Tidak
5. Meteran Air Ada Tidak
6. Dan lain-lain Ada Tidak







11. Apakah terdapat jentik Ae.aegyptipada tempat Kondisi

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

\penampungan air alami ?
1. Lobang di Pohon Ada Tidak
2. Lobang batu Ada Tidak
3. Pelepah daun Ada Tidak
4. Tempurung kelapa Ada Tidak
5. Kulit kerang Ada Tidak
6. Potongan Bambu Ada Tidak
7. Dan lain-lain Ada Tidak



12. Bagaimana keadaan cuaca :
a. Suhu :
b. Kelembaban :
c. Curah hujan :
d. Kecepatan Angin :

13. Apakah ada tanaman hias di halaman rumah ?
Ada Tidak
Kondisi :
Jenis tanaman :












117




Lampiran

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan TPA, TPA bukan untuk keperluan sehari-
hari, TPA Alami, pada tabel 4.a, tabel 4.b, tabel 4.c, tabel 4d, tabel.4e, dan tabel 4f.
Tabel 4.a. Distribusi Kasus Kontrol Berdasarkan TPA yang dimiliki

Kasus Kontrol TPA
n % n % Jumlah
Tempayan
Ada
Tidak
total

4
81
85

4,7
95,3
100,0

2
83
85

2,4
97,6
100,0

6
164
170
Bak mandi
Ada
Tidak ada
Total

75
10
85

88,2
11,8
100,0

79
6
85

92,9
7, 1
100,0

154
16
170
Bak WC
Ada
Tidak ada
Total

59
26
85

69,4
30,6
100,0

65
20
85

76,5
23,5
100

124
46
170
Drum
Ada
Tidak ada
Total

11
74
85

12,9
87,1
100,0

16
69
85

18,8
81,2
100,0

27
143
170
Bak Penampungan Air
Ada
Tidak ada
Total

29
56
85

34,1
65
100,0

21
64
85

24,7
75,3
100,0

50
120
170
Ember
Ada
Tidak ada
Total

56
29
85

65,9
34,1
100,0

62
23
85

72,9
27,1
100,0

118
52
170
Dan lain-lain
Ada
Tidak ada
Total

2
83
85

2,4
97,6
100,0

2
83
85

2,4
97,6
100,0

4
166
170
118

Tabel 4.b. Distribusi Kasus dan Kontrol Berdasarkan TPA bukan untuk
keperluan sehari-hari

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


Kasus Kontrol TPA bukan untuk kebutuhan
sehari
n % n % Jumlah
Tempat minum hewan
Ada
Tidak ada
total

10
75
85

11,8
88,2
100,0

5
80
85

5,9
94,1
100,0

15
155
170
Barang bekas
Ada
Tidak ada
total

52
33
85

61,2
38,8
100,0

47
38
85

55,3
44,7
100,0

99
71
170
Vas bunga
Ada
Tidak ada
total


29
56
85

34,1
65,9
100,0

19
66
85

22,4
77,6
100,0

48
122
170
Talang air
Ada
Tidak ada
Total

2
83
85

2,4
97,6
100,0

2
83
85

2,1
9,76
100,0

4
166
170
Meteran air
Ada
Tidak ada
Total

1
84
85

1,2
97,6
100,0

1
84
85

1,2
97,6
100,0

8
168
170
Dan lain-lain
Ada
Tidak ada
Total

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
170
170






119





Tabel 4.c. Distribusi Kasus dan Kontrol Berdasarkan TPA alami


Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Kasus Kontrol TPA bukan untuk kebutuhan
sehari
n % n % Jumlah
Lubang pohon
Ada
Tidak ada
total

1
84
85

1,2
98,2
100,0

1
84
85

1,2
98,2
100,0

2
168
170
Lobang batu
Ada
Tidak ada
total

2
83
85

2,4
97,6
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

2
168
170
Pelepah Daun
Ada
Tidak ada
total

8
77
85

9,4
90,6
100,0

4
81
85

4,7
95,3
100,0

12
158
170
Tempurung Kelapa
Ada
Tidak ada
total

11
84
85

12,9
87,1
100,0

6
79
85

7,1
92,9
100,0

17
153
170
Kulit kerang
Ada
Tidak ada
Total

1
84
85

1,2
98,2
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

1
169
170
Potongan bambu
Ada
Tidak ada
Total

3
82
85

3,5
96,5
100,0

1
84
85

1,2
98,8
100,0

4
169
170
Dan lain-lain
Ada
Tidak ada
Total

3
82
85

3,5
96,5
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

3
167
170


120


Tabel 4.d. Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan keberadaan jentik pada TPA.

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008


Kasus Kontrol TPA Alami
n % n % Jumlah
Tempayan (jentik Aedes aegypti)
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada jentik Aedes aegypti
Total


0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
170
170
Bah Mandi
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada jentik Aedes aegypti
Total

22
63
85

25,9
74,1
100,0

22
63
85

25,9
74,1
100,0

44
126
170
Bak WC
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada jentik Aedes aegypti
Total

11
74
85

12,9
87,1
100,0

9
76
85

10,6
89,4
100,0

20
150
170
Drum
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada jentik Aedes aegypti
Total

3
82
85

3,5
96,5
100,0

2
83
85

2,4
97,6
100,0

5
150
170
Bak penampungan air
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada jentik Aedes aegypti
Total

4
81
85

4,7
95,3
100,0

3
82
85

3,5
96,5
85

7
163
170
Ember
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada jentik Aedes aegypti
Total

3
82
85

4,7
95,3
100,0

1
4
85

3,5
96,5
85

4
166
170
Dan lain-lain
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada jentik Aedes aegypti
Total

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
170
170




Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
121

Tabel 4.e. Distribusi kasus dan kontrol berdasarkan Keberadaan Jentik pada TPA
Bukan untuk keperluan sehari-hari

Kasus Kontrol TPA Alami
n % n % Jumlah
Tempat minum hewan
Ada Aedes aegypti
Tidak Aedes aegypti
Total

1
84
85

1,2
98,8
100,0

2
83
85

2,4
97,6
100,0

3
167
170
Barang-barang bekas
Ada Aedes aegypti
Tidak Aedes aegypti
Total

24
61
85

28,2
71,8
100,0

21
64
85

24,7
75,3
100,0

45
125
170
Vas bunga
Ada Aedes aegypti
Tidak Aedes aegypti
Total

10
75
85

11,8
88,2
100,0

6
79
85

7,1
92,9
100,0

16
144
170
Talangan air
Ada Aedes aegypti
Tidak Aedes aegypti
Total

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
170
170
Meteran air
Ada Aedes aegypti
Tidak Aedes aegypti
Total

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
170
170
Dan lain-lain
Ada Aedes aegypti
Tidak Aedes aegypti
Total

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
170
170






Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
122
Tabel 4.f. Distribusi Kasus dan Kontrol berdasarkan keberadaan jentik pada
TPA Alami

Kasus Kontrol TPA Alami
n % n % Jumlah
Lubang pohon
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada Aedes aegypti
total

1
84
85

1,2
98,2
100,0

0
85
100,0

0,0
100,0
100,0

1
169
170
Lobang batu
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada Aedes aegypti
total

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
170
170
Pelepah Daun
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada Aedes aegypti
total

5
80
85

5,9
94,1
100,0

1
84
85

1,2
98,8
100,0

6
164
170
Tempurung Kelapa
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada Aedes aegypti
total

5
80
85

5,91
94,1
100,0

6
79
85

7,1
92,9
100,0

11
159
170
Kulit kerang
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada Aedes aegypti
total

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
170
170
Potongan bambu
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada Aedes aegypti
total

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
170
170
Dan lain-lain
Ada jentik Aedes aegypti
Tidak ada Aedes aegypti
total

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
85
85

0,0
100,0
100,0

0
170
170





Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

KETERANGAN SINGKATAN VARIABEL


No Singkatan Artinya
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Status
Tgl
Keluraha
Rw
Rt
Umur
Sex
Didik
Kerja
Teker
Hasil
Hasil 2
Jumkel
Jarak
Tarum
Bargan
Lembab
Suhu
Luven
Tpa
Nontpa
Tpaa
Kebjen
Suhucu
Kelemcu
Curhu
Kecang
Tahias
Dikbar
Kebar
Almatker
Jarbar
Gan
Tat
Tatbar
Bartat
Tatrum
Bab
Status responden
Tgl menderita skit
Kelurahan
RW
RT
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Tempat kerja
Pendapatan
Pendapatan
Jumlah anggota keluarga
Jarak rumah
Tata barang baik
Barang bergantungan
Kelembaban
Suhu
Luas ventilasi
Tempat penampungan air
Bukan tempat penampungan air
Tempat penampungan air alami
Keberadaan jentik
Suhu cuaca
Kelembaban
Curah hujan
Kecepatan angin
Tanaman hias
Pendidikan
Pekerjaan
Mobilisasi
Jarak rumah
Barang bergantungan
Tata barang
Tata rumah 1
Tata rumah 2
Tata rumah
Kelembaban rumah

Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008




Awida Roose: Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai