Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

“PERBEDAAN GAMBARAN ABDOMEN PADA TEKNIK CT


SCAN METODE SPIRAL DAN HELICAL”

ISHAQ NURKHOLIS FIRDAUS


NIM. 161141014

STIKes WIDYA CIPTA HUSADA MALANG


PROGRAM STUDI D-III RADIODIAGNOSTIK
DAN RADIOTERAPI
OKTOBER 2018
PROPOSAL

“PERBEDAAN GAMBARAN ABDOMEN PADA TEKNIK CT


SCAN METODE SPIRAL DAN HELICAL”

ISHAQ NURKHOLIS FIRDAUS


NIM. 161141014

STIKes WIDYA CIPTA HUSADA MALANG


PROGRAM STUDI D-III RADIODIAGNOSTIK
DAN RADIOTERAPI
OKTOBER 2018

i
PRASYARAT GELAR JENJANG DIPLOMA

PERBEDAAN GAMBARAN ABDOMEN PADA TEKNIK CT


SCAN METODE SPIRAL DAN HELICAL

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya DIII Radiodiagnostik dan Radioterapi

Disusun Oleh :

ISHAQ NURKHOLIS FIRDAUS


NIM. 161141014

STIKes WIDYA CIPTA HUSADA MALANG


PROGRAM STUDI DIII RADIODIAGNOSTIK DAN
RADIOTERAPI
OKTOBER 2018

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ishaq Nurkholis Firdaus

Nomor Induk Mahasiswa : 161141014

Sekolah Tinggi : STIKes Widya Cipta Husada Malang

Program Studi : DIII Radiodiagnostik Dan Radioterapi

Judul : Perbedaan Gambaran Abdomen Pada Teknik CT Scan

Metode Spiral dan Helical.

Malang, 7 Oktober 2018

DISETUJUI DAN DITERIMA

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

…………………….. ………………………..

MENGETAHUI

Ketua Ketua program studi


STIKes Widya Cipta Husada D3 Radiodiagnostik dan Radioterapi

Dr. H. Tayubi Hariyanto, SE, MM Farida Wahyuni, S.Si, M.Si

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rakhmat dan

hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilimiah ini yang berjudul

“Perbedaan Gambaran Abdomen Pada Teknik CT Scan Metode Spiral dan Helical”.

Sholawat serta salam telah tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW, sehingga peneliti mendapat kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti menyadari bahwa

banyak pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. H. Tayubi Hariyanto, SE, MM selaku Ketua STIKes Widya Cipta

Husada Malang.

2. Farida Wahyuni S.Si, M.Si selaku Ketua Program Studi DIII

Radiodiagnostik dan Radioterapi STIKes Widya Cipta Husada Malang.

3. Seluruh dosen pengajar Program Studi DIII Radiodiagnostik dan

Radioterapi, yang telah membimbing dan memberikan pengarahan selama

di bangku kuliah.

4. Untuk kedua orangtua, kedua kakak saya dan keluarga besar saya yang telah

memberikan dukungan, semangat, serta doanya dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

5. Para sahabat yang saya cintai dan teman-teman angkatan VII yang telah

memberikan bantuan dan saran demi kelancaran penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

iv
6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung terhadap kelancaran

Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna, untuk itu peneliti tidak menutup diri untuk menerima

masukan dari semua pihak baik kritik maupun informasi baru yang berguna

untuk penyusunan penelitian selanjutnya.

Malang, 7 Oktober 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
HALAMAN PRASYARAT GELAR ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Teori .................................................................................... 4
2.2 Kerangka Konsep ............................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 17
3.2 Kerangka Penelitian ........................................................................... 18
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 18
3.4 Populasi dan Sampel .......................................................................... 19
3.5 Variabel Penelitian ............................................................................. 19
3.6 Definisi Operasional .......................................................................... 20
3.7 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 20
3.8 Analisis Data ...................................................................................... 20
3.9 Etika Penelitian .................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Anatomi Abdomen ............................................................... 7

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

CT Scan (Computed Tomography Scanning) telah berkembang

menjadi sebuah metode pencitraan medis yang sangat diperlukan dalam

pemeriksaan radiodiagnostik sehari-hari. Perkembangan CT Scan dimulai

pada awal tahun 1970-an dimana pada 1972, Sir Godfrey Newbold

Hounsfield dan Ambrose di London Inggris, berhasil menghasilkan sebuah

gambaran klinis pertama CT Scan Kepala. Sejak itulah peralatan CT

(Computed Tomography) yang merupakan perpaduan peralatan pencitraan

sinar x dengan komputer pengolah data sehingga dapat menampilkan

potongan melintang (tranversal/axial) bagian tubuh manusia dan

berkembang dengan sangat cepat dan menjadi teknologi imaging yang

sangat mengagumkan. Inovasi dalam perkembangan teknologi CT Scan

berkembang bersamaan dengan perkembangan teknologi komputer.

Teknik pemeriksaan CT Scan menjadi sebuah pemeriksaan

radiodiagnostik yang mampu menampilkan gambar bagian dalam tubuh

manusia yang tidak terpengaruh oleh super posisi dari struktur anatomi

yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena pada teknik pencitraan ini,

didapat dari seluruh informasi objek yang diproyeksikan pada bidang dua

dimensi dengan menggunakan teknik rekontruksi algoritma gambar dan

diolah dengan bantuan komputer, sehingga dapat diperoleh sebuah

gambaran dua dimensi tanpa kehilangan informasi tiga dimensinya.

1
2

Pada CT Scan pengolahan gambar yang dihasilkan dilakukan oleh

sistem komputer. Data yang diterima oleh komputer pada awalnya adalah

data analog yang kemudian akan diubah kedalam gambar digital dalam

serangkaian angka yang diatur dalam baris dan kolom, yang disebut dengan

matrix (Ballinger, 1999).

Pada saat ini peran CT Scan mulai mengambil alih pemeriksaan

konvensional yang lain seperti untuk pemeriksaan pasien, seperti contoh

adalah teknik pemeriksaan pada Abdomen. Ada banyak indikasi

pelaksanaan pemeriksaan pada skull, sebagai contoh kasus pada suatu hari

terdapat pasien korban kecelakaan lalu lintas dan dibutuhkan pemeriksaan

dengan segera. Radiografer dapat melaksanakan pemeriksaan dengan

metode spiral ataupun helical. Penulis ingin meneliti perbedaan kecepatan

dan kualitas hasil pemeriksaan menggunakan metode spiral atau helical.

Atas dasar inilah penulis mengangkat judul karya tulis ilmiah

“Perbedaan Gambaran Abdomen pada Teknik CT Scan Metode Spiral dan

Helical”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalahnya adalah bagaimana perbedaan pemeriksaan

Abdomen menggunakan CT Scan dengan metode spiral dan helical?


3

1.3 Tujuan Penetilian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membedakan pemeriksaan

Abdomen menggunakan CT Scan dengan metode spiral dan helical.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini bagi penulis

adalah di antaranya sebagai berikut.

1. Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan serta wawasan

tentang perbedaan pemeriksaan Abdomen menggunakan CT Scan

dengan metode spiral dan helical.

2. Dapat memahami perbedaan pemeriksaan Abdomen

menggunakan CT Scan dengan metode spiral dan helical.

1.4.2 Bagi Institusi

Manfaat-manfaat yang didapat dari penulisan Karya Tulis

Ilmiah (KTI) ini di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang perbedaan

pemeriksaan Abdomen menggunakan CT Scan dengan metode

spiral dan helical.

1.4.3 Bagi pembaca

Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai refrensi yang

dapat menambah wawasan dalam ilmu kesehatan khususnya di

bidang radiologi terutama perbedaan pemeriksaan skull

menggunakan CT Scan dengan metode spiral dan helical.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 CT Scan

Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu sistem

pemroses citra, sistem komputer dan sistem kontrol. Sistem

pemroses citra merupakan bagian yang secara langsung berhadapan

dengan obyek yang diamati (pasien). Bagian ini terdiri atas sumber

sinar-x, sistem kontrol, detektor dan akusisi data. Sinar-x merupakan

radiasi yang merambat lurus, tidak dipengaruhi oleh medan listrik

dan medan magnet dan dapat mengakibatkan zat fosforesensi dapat

berpendar. Sinar-x dapat menembus zat padat dengan daya tembus

yang tinggi. Untuk mengetahui seberapa banyak sinar-x dipancarkan

ke tubuh pasien, maka dalam peralatan ini juga dilengkapi sistem

kontrol yang mendapat input dari komputer (Hasan, 1998).

Bagian keluaran dari sistem pemroses citra, adalah

sekumpulan detektor yang dilengkapi sistem akusisi data. Detektor

adalah alat untuk mengubah besaran fisik-dalam hal ini radiasi-

menjadi besaran listrik. Detektor radiasi yang sering digunakan

adalah detektor ionisasi gas. Jika tabung pada detektor ini ditembus

oleh radiasi maka akan terjadi ionisasi. Hal ini akan menimbulkan

arus listrik. Semakin besar interaksi radiasi, maka arus listrik yang

timbul juga semakn besar. Detektor lain yang sering digunakan

4
5

adalah detektor kristal zat padat. Susunan detektor yang dipasang

tergantung pada tipe generasi CT Scanner. Tetapi dalam hal fungsi

semua detektor adalah sama yaitu mengindentifikasi intensitas sina-

x setelah melewati obyek. Dengan membandingkan intensitas pada

sumbernya, maka atenuasi yang diakibatkan oleh propagasi pada

obyek dapat ditentukan. Dengan menggunakan sistem akusisi data

maka data-data dari detektor dapat dimasukkan dalam komputer.

Sistem akusisi data terdiri atas sistem pengkondisi sinyal dan

interfacae (antarmuka) analog ke komputer (Hasan, 1998).

Gambar pada CT Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas sinar

X yang mengalami perlemahan setelah menembus obyek, ditangkap

sector dan dilakukan pengolahan dalam komputer. Penampilan

gambar yang baik tergantung kualitas gambar yang dihasilkan

sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan

untuk menegakkan diagnosis. Dalam CT Scan dikenal beberapa

parameter untuk pengontrolan eksposian output gambar yang

optimal (Bontrager, 2014). Adapun parameter tersebut adalah :

a. Slice Thickness

Slice Thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari

obyek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm – 10

mm sesuai dengan keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan

menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya

dengan ukuran yang tipis akan menghasilkan detail-detail

yang tinggi. Bila ketebalan meninggi akan timbul gambaran-


6

gambaran yang mengganggu seperti garis dan bila terlalu tipis

gambaran akan terlihat tidak halus. (Bontrager, 2014).

Menurut Seeram (2001) dan Bushberg (2003) proses

pembentukan gambar CT scan melalui beberapa tahap yaitu

akuisisi data (data acquisition), rekonstruksi gambar (image

reconstruction) dan image display. Akuisisi data adalah proses

pengambilan data dari pasien dan ditangkap oleh detektor

untuk mendapatkan intensity profil dan kemudian diubah

menjadi data digital berupa profil atenuasi atau raw data.

Untuk menjadi sebuah gambar, dari raw data kemudian

direkonstruksi dengan filter kernel dan back projection ke

dalam matriks gambar.

Matriks gambar terdiri dari picture element atau pixel.

Sebuah pixel merupakan elemen dasar dari gambar digital dua

dimensi. Setiap pixel pada gamabr CT scan berhubungan

dengan voxel (volume element) pasien. Voxel memiliki

dimensi bidang yang sama dengan pixel tetapi termasuk juga

slice thickness. Setiap pixel pada gambar CT scan

menampilkan rata-rata atenuasi sinar – X dari jaringan dalam

suatu voxel (Bushberg, 2003).


7

Keterangan :
1. Voxel
2. Pixel

Gambar 2.1 Gambar pixel dan voxel pada gambar CT scan

(Bushberg, 2001).

Ukuran voxel tidak hanya dipengaruhi oleh slice thickness

saja tetapi dipengaruhi juga oleh ukuran matriks dan FOV.

Hubungan antara ukuran pixel dengan slice thickness, matriks

dan FOV dapat dilihat pada persamaan berikut (Bushong,

2001):

FOV
Ukuran voxel =  Slice Thickness ............(1)
Ukuran Matriks

Sebagai contoh pemilihan slice thickness 2 mm, dengan

matriks 320 x 320 dan FOV 200 mm menghasilkan voxel

dengan ukuran 1,25 mm3. sedangkan dengan slice thickness 5

mm akan menghasilkan voxel dengan ukuran 3,125 mm3.

Dengan slice thickness yang meningkat maka kontras

resolusi akan meningkat sedangkan spatial resolusi akan

menurun dan noise akan berkurang. Sebaliknya slice thickness

semakin tipis maka ukuran voxel akan tereduksi sehingga


8

spatial resolusi dan noise akan meningkat sedangkan kontras

resolusi menurun.

b. Table increment

a) Table increment atau pergerakan meja selama eksposi juga

mempengaruhi slice thickness yang digunakan. Pada single–

slice CT scanners, pergerakan meja terjadi antar eksposi,

misalnya slice thickness yang digunakan adalah 10 mm

dengan table increment 10 mm, maka akan menghasilkan

pemeriksaan 10 x 10 mm, dimana organ akan

ditampilkan dalam slice thickness 10 mm dan diambil setiap

10 mm (Bontrager, 2014).

b) Inter slice distance/ Faktor Pitch digambarkan sebagai

pergerakan meja dikurangi jumlah ketebalan irisan. Sedang

faktor pitch dalam CT Helical merupakan nilai ukuran dalam

persamaan kecepatan meja pemeriksaan perotasi gantry.

Inter slice distance secara umum berada dalam cakupan 0-10

mm dan faktor pitch antara 1-2 (Jaengsri, 2004).

c. Volume Investigasi (Bushong, 2001)

Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari

obyek yang akan diperiksa. Lapangan obyek ini diukur dari

batas awal obyek hingga batas akhir obyek yang akan diiris.
9

d. Range

Range adalah perpaduan/ kombinasi dari beberapa slice

thickness. Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan

ketebalan irisan yang berbeda pada satu lapangan

pemeriksaan.

e. Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor–faktor yang berpengaruh

terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung

(mA) dan waktu (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih

secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan (Jaengsri, 2004).

f. Field Of View (FOV)

FOV adalah diameter maksimal dari gambar yang akan

direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada

rentang 12-50 cm. FOV kecil akan meningkatkan detail

gambar (resolusi) karena FOV yang kecil mampu mereduksi

ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya

lebih teliti. Namun bila ukuran FOV lebih kecil maka area

yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis menjadi sulit

untuk diseleksi (Bushberg, 2001).

g. Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang

vertikal dengan gantry (tabung sinar-X dengan sektor).

Rentang penyudutan antara -300 sampai +300. penyudutan


10

gantri bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing

kasus yang dihadapi (Ballinger, 1999).

h. Rekontruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari

picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian

gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu

struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk

merekonstruksi gambar. Pada umumnya matriks yang

digunakan berukuran 512 X 512 yaitu 512 baris dan 512

kolom. Rekontruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi

gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin

tinggi detail gambar yang dihasilkan (Bushberg, 2001).

i. Rekonstruksi Algorithma

Rekonstruksi Algorithma adalah prosedur matematis yang

digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan

karakteristik dari gambar CT-Scan tergantung dari kuatnya

algorithma yang dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi

algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar

yang dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran

seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat

dibedakan dengan jelas pada layar monitor (Seeram, 2001).

j. Window Width
11

Window Width adalah nilai computed tomography yang

dikonversi menjadi gray scale untuk ditampilkan ke TV

monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar

melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya

akan dikonversi menjadi skala numeric yang dikenal dengan

nama nilai computed tomography. Nilai ini mempunyai satuan

HU (Hounsfield Unit).

Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU.

Untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai

+3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki

-1000 HU. Jaringan atau substansi lain dengan nilai yang

berbeda tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi

penampakan tulang pada monitor menjadi putih dan udara

menjadi hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi

menjadi warna abu-abu bertingkat yang disebut gray scale.

Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya

berwarna abu-abu dapat menjadi putih jika diberi media

kontras (Rasad, 1992).

k. Window Level

Window Level adalah nilai tengah dari window yang

digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih

dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur

obyek yang diperiksa. Window Level menentukan densitas

(derajat kehitaman) gambar yang dihasilkan (Jaengsri, 2004).


12

Tabel 1

Nilai CT pada jaringan yang berbeda dan penampakannya

dalam layar monitor (Bontrager, 2014).

Tipe jaringan Nilai CT ( HU Penampakan

Tulang +1000 putih

Otot +50 abu–abu

Materi putih +45 abu–abu menyala

Materi abu – abu +40 abu–abu

Darah +20 abu–abu

Csf +15 abu–abu

Air 0

Lemak -100 abu–abu gelap ke hitam

Paru - 200 abu–abu gelap ke hitam

Udara -1000 hitam


13

2.1.2 Anatomi

Kata anatomi berasal dari bahasa yunani (Greek) yang secara

literatur diartikan sebagai “membuka suatu potongan”.Antomi

adalah suatu ilmu yang mempelajari bagian dalam (internal) dan

luar (external) dari struktur tubuh manusia dan hubungan fisiknya

dengan bagian tubuh yang lainnya. Contoh: mempelajari organ

jantung dan posisinya dalam tubuh (Martini, 2001).

Gambar 2.2 Anatomi Abdomen


(Pearce, 2006)

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya

lonjong dan meluas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Isi dari

rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan,

yaitu lambung, usus halus dan usus besar (Pearce, 2006).

1. Lambung

Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian

terlindung di belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang

rawannya. Orifisium cardia terletak di belakang tulang rawan


14

iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai ketinggian ruang

interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak

di tengah. Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus

dengan duodenum. Bagian corpus dekat dengan pylorus disebut

anthrum pyloricum (Pearce, 2006).

2. Usus Halus

Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah

meter panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang

dari lambung sampai katup ibo kolika tempat bersambung

dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah umbilicus dan

dikelilingi usus besar (Pearce, 2006).

Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :

a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang

panjangnya 25 cm.

b. Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari

usus halus.

c. Ileum adalah menempati tiga pertama akhir (Pearce, 2006).

3. Usus Besar

Usus halus adalah sambungan dari usus halus dan dimulai

dari katup ileokdik yaitu tempat sisa makanan.Panjang usus

besar kira-kira satu setengah meter (Pearce, 2006).


15

4. Hati

Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di

bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di

bawah diafragma. Hati Secara luar dilindungioleh iga-iga

(Pearce, 2006).

5. Kandung Empedu

Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong

dan merupakan membran berotot. Letaknya di dalam sebuah

lekukan di sebelah permukaan bawah hati, sampai di pinggiran

depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter.

Kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher

(Pearce, 2006).

6. Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya

sangat mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima

belas centimeter, mulai dari duodenum sampai limpa. Pankreas

dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas yang terletak

di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan

abdomen, badan pankreas yang terletak di belakang lambung

dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas bagian

yang runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa (Pearce,

2006).
16

2.2 Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang akan diambil melibatkan sebuah alat yang dinamakan CT

Scan, maka dari itu penelitian ini membutuhkan rumah sakit yang sudah

melayani pemeriksaan radiologi dengan metode alat CT Scan. Penelitian ini

melibatkan sebuah teknik pemeriksaan Abdomen menggunakan CT scan tanpa

menggunakan media kontras.

Desain penelitian yang digunakan adalah menggunakan desain analisa

deskriptif komperatif yang bertujuan untuk menganalisa perbandingan hasil

radiograf teknik pemeriksaan CT scan dengan metode scanning secara helical

dan spiral. Deskriptif komperatif bertujuan melakukan perbandingan kondisi

antara dua perlakuan apakah terdapat perbedaan atau tidak, jika terdapat

perebedaan kondisi manakah yang lebih baik (Sugiono, 2005).

Dari hasil radiograf CT scan yang dihasilkan maka akan dibandingkan dan

dianalisa, sehingga dapat diketahui teknik manakah yang menghasilkan

gambaran radiograf secara efektif.

17
18

3.2 Kerangka Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat

Tempat pengambilan data penelitian ini di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit x.

3.3.2 Waktu
19

Waktu melakukan penelitian dimulai pada bulan November 2018.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2011). Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien yang

akan melakukan pemeriksaan CT scan Abdomen di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit x.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2011). Sampel pada penelitian ini menggunakan

teknik pemeriksaan CT scan Abdomen adalah teknik pemeriksaan untuk

evaluasi atau penegak diagnose dokter mengenai anatomi abdomen yang

dapat digunakan sebagai sampel. Sampel pada peneliti ini yaitu pasien

yang melakukan pemeriksaan CT scan Abdomen di Instalasi Radiologi

Rumah Sakit x.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi

perhatian suatu titik perhatian suatu penelitian. Bertolak dari pendapat para

ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu

atribut dan sifat atau nilai orang, faktor, perlakuan terhadap obyek atau
20

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

3.6 Definisi Operasional

Definisi soperasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati dalam melakukan

pengamatan secara cermat terhadap subjek atau fenomena dengan

menggunakan parameter yang jelas.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan objektifitas dan kevaliditasan data dari penelitian

ini, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data. Metode yang

digunakan adalah observasi dimana peneliti terlibat langsung melakukan

pengamatan dari awal sampai akhir pemeriksaan .

3.8 Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi tanda atau kode dan mengkategorikan data

sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan data

yang diperoleh (Sugiyono, 2011). Analisis dimulai dengan melakukan

pengolahan data yang diperoleh melalui observasi secara langsung terhadap

jalannya pemeriksaan CT scan abdomen di instalasi radiologi rumah sakit.

Di samping data yang diperoleh melalui observasi, peneliti juga melakukan


21

pengolahan data yang diperoleh melalui wawancara yang mendalam dengan

radiografer dan dokter spesialis radiologi sesuai dengan judul pemeriksaan

yang peneliti ambil. Selanjutnya peneliti mengkaji dari data-data yang

dikumpulkan dengan literatur untuk membahas permasalahan yang ada

sehingga dapat ditarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan.

3.9 Etika Penelitian

Dalam penelitian penulis berusaha untuk memperhatikan etika yang

harus dipatuhi dalam pelaksanaannya, mengingat bahwa penelitian

kesehatan berhubungan secara langsung dengan manusia. Penulis

menjelaskan dan mendeskripsikan tahapan yang dilakukan dalam menjamin

hak responden. Di bidang kesehatan etika penelitian meliputi:

a. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disclosure)

Peneliti akan memberikan penjelasan secara rinci tentang penelitian

yang akan dilakukan serta akan bertanggung jawab kepada subyek

penelitian jika ada sesuatu yang terjadi akibat penelitian yang dilakukan.

b. Lembar persetujuan (inform concent)

Merupakan lembar persetujuan yang memuat penjelasan-penjelasan

tentang maksud dan tujuan penelitian, dampak yang mungkin terjadi

selama penelitian. Apabila responden telah mengerti dan bersedia maka

responden diminta menandatangani surat persetujuan menjadi

responden, namun jika menolak maka peneliti tidak akan memaksa.

c. Tanpa nama (anonymity)


22

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama subyek penelitian, hanya untuk lebih

memudahkan dalam mengenali identitas, peneliti memakai simbol

berupa sebutan responden 1, 2, 3 dan seterusnya.

d. Kerahasiaan (confidentiality)

Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang

terkumpul akan disimpan, dijamin kerahasiaannya dan hanya menjadi

koleksi peneliti. Informasi yang diberikan oleh responden tidak akan

disebarkan atau diberikan kepada orang lain tanpa seizing responden.


DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, W. P. 1999. Merill’sAtlas of Radiographic Position and Radiologic


Procedures. London: CV. Mosby.

Bontrager, K. L. 2014. Textbook of Radiographic Positioning and Related


Anatomy.

Bushberg, J. 2001. The Essential Physics of Medical Imaging. New York:


Lippingcotti William.

Bushong, S. C. 2001. Bushong, S.C.Radiologic Science for Technologists. Toronto:


Mosby Company.

Hasan. 1998. CT Scanner. [Online]. Available at: https://www.elektroindonesia


.com/elektro/no3d.html.

Jaengsri, N. 2004. CT Protocol. Bangkok: Radiology Departement Of


TakshinHospital.

Martini, F. 2001. Fundamental of Anatomy and Physiologi. New Jerseyy: Prentic-


Hall Inc.

Pearce, E. 2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Rasad, S. 1992. Radiologi Diagnostik. Jakarta: FKUI.

Seeram, E. 2001. Computed Tomography Physical Principles, Clinical


Applications, and Quality Control. USA: Saunders Company.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung:
CV Alfabeta.

23

Anda mungkin juga menyukai