Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OSSA PEDIS PADA KASUS

POST JATUH DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD AMBARAWA

Disusun Guna Memenuhi Laporan Kasus Praktik Kerja Lapangan I

Disusun Oleh :
WILLY WAHYU WIJAYA
1801128

PROGRAM STUDI D-III


TEKNIK RONTGEN
STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diterima, diperiksa, dan disetujui untuk memenuhi tugas
mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) I atas mahasiswa Jurusan Teknik
Rontgen Stikes Widya Husada Semarang yang bernama :
Nama : WILLY WAHYU WIJAYA
NIM : 1801128
Kelas : Bontrager
Dengan judul laporan “Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa Pedis pada
Kasus post jatuh di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA”.

Ambarawa , November 2019

Mengetahui

Pembimbing Artikel Ilmiah Clinical Instructur


RSUD Ambarawa

ANIS PURBANINGSIH,Amd.Rad MUSTAKIM, S.ST


NIP : - NIP : 196907091990111001

Dosen Pembimbing

NANIK SURANINGSIH, S.ST, M.Kes


NIP : -

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa Pedis pada Kasus Post Jatuh di Instalasi
Radiologi RSUD AMBARAWA”.
Laporan ini dibuat untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa
Pedis pada Kasus Post Jatuh juga untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Kerja
Lapangan (PKL) I.
Saya menyadari dalam pembuatan laporan kasus ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu saya mohon saran dan masukan dari semua pihak. Saya
berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat.

Ambarawa, November 2019

Penulis

DAFTAR ISI

iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

BAB II DASAR TEORI...........................................................................................................2

2.1 Anatomi Ossa Pedis (Ballinger, 2003).................................................................3

2.2 Patologi Ossa Pedis.............................................................................................4

2.3 Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa Pedis (Bontrager, 2014)............................5

2.4 Proteksi Radiasi (Ballinger, 2003).......................................................................9

BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN.......................................................................11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................1

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Ossa pedis merupakan salah satu bagian dari tulang penyusun
tubuh manusia. Ossa pedis terbagi menjadi 3 bagian, yaitu forefoot,
midfoot, dan hindfoot. Forefoot meliputi metatarsal dan phalang
(proximal, distal, dan medial), midfoot meliputi cuneiform, cuboideus, dan
navicular, sedangkan hindfoot meliputi talus dan calcaneus. Tulang-tulang
tersebut bersatu membentuk rangkaian menjadi bentuk kaki. Kaki
berfungsi untuk menopang tubuh serta digunakan untuk beraktifitas dan
seringkali kurang berhati-hati sehingga bisa menimbulkan fraktur
(Ballinger, 2003).
Salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa
kelainan post jatuh pada Ossa pedis yaitu dengan pemeriksaan radiografi
Ossa pedis. Teknik pemeriksaan radiografi Ossa pedis mempunyai
beberapa macam proyeksi, yaitu dengan proyeksi AP axial, proyeksi
Lateral, dan proyeksi Oblique. Pada proyeksi AP axial, arah sinar
menyudut 10 chepalad. (Bontrager, 2014).
Teknik pemeriksaan radiografi Ossa pedis pada kasus post jatuh di
RSUD AMBARAWA, proyeksi yang digunakan, yaitu proyeksi AP dan
proyeksi oblique. Pada proyeksi AP arah sinar tidak disudutkan. Hal ini
sedikit berbeda dengan panduan yang ada di teori.

Berdasarkan alasan diatas, maka penulis tertarik untuk


mengangkatnya dalam bentuk laporan kasus dengan judul “Teknik
Pemeriksaan Radiografi Ossa Pedis pada Kasus post jatuh di Instalasi
Radiologi RSUD AMBARAWA”.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi Ossa Pedis pada kasus
post jatuh di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA ?
1.2.2 Mengapa teknik pemeriksaan radiografi Ossa Pedis pada kasus
post jatuh di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA pada
proyeksi AP arah sinar tidak disudutkan ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Ossa Pedis pada
kasus post jatuh di Instalasi RSUD AMBARAWA.
1.3.2 Untuk mengetahui alasan arah sinar tidak disudutkan pada teknik
pemeriksaan radiografi Ossa Pedis pada kasus post jatuh proyeksi
AP di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penulisan laporan kasus
ini adalah untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya mengenai
teknik pemeriksaan radiografi Ossa Pedis pada kasus post jatuh di
Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA.
1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diambil dari penulisan laporan kasus ini

adalah untuk memberi saran dan kritik yang membangun bagi

radiographer dan mahasiswa agar bisa diterapkan sehingga dapat

meningkatkan mutu dan kualitas radiograf secara optimal.

2
BAB II DASAR TEORI

2.1 Anatomi Ossa Pedis (Ballinger, 2003)

Keterangan :
1. Phalanges
2. Caput
3. Metatarsals
4. Basis
5. Os cuneiform laterale
6. Os cuneiform
intermedium
7. Os cuneiform mediale
8. Tuberositas ossis
metatarsal V
9. Os cuboideum
10. Os naviculare
11. Corpus cuboideum
12. Caput tali
13. Collum tali
14. Corpus tali
15. Tuber calcanei

Gambar 2.1 Anatomi ossa pedis (Ballinger, 2003)

Ossa pedis merupakan salah satu bagian dari tulang penyusun


tubuh manusia. Ossa pedis terdiri dari 26 tulang, yaitu 14 phalanges, 5
metatarsals, dan 7 tarsals.
2.1.1 Phalanges
Ossa Pedis mempunyai 14 phalanges, 2 pada jari yang besar dan 3
pada jari lainnya. Pada jari yang besar terdiri dari distal dan
proksimal phalanges. Sedangkan pada 3 jari lainnya terdiri dari
proksimal, middle, dan distal phalnges.
2.1.2 Metatarsals
Ossa Pedis mempunyai 5 metatarsals yang terdiri dari body dan 2
articular. Daerah terluas pada bagian proksimal disebut base dan
daerah kecil yang mengelilingi bagian distal disebut head.

3
Metatarsals digiti I merupakan yang paling pendek dan tebal.
Sedangkan metatarsals digiti II merupakan yang paling panjang.
Pada base dari metatarsals digiti V terdapat prominent tuberosity
yang biasanya sering terjad fraktur,
2.1.3 Tarsals
Ossa Pedis bagian proksimal terdiri dari 7 tarsals, yaitu calcaneus,
talus, navicular, cuboid, medial cuneiform, intermediate cuneiform,
dan lateral cuneiform.

2.2 Patologi Ossa Pedis


2.2.1 Fraktur
Fraktur adalah kerusakan atau patah tulang yang disebabkan oleh
adanya trauma ataupun tenaga fisik. Pada kondisi normal, tulang
mampu menahan tekanan namun jika terjadi penekanan ataupun
benturan yang lebih besar dan melebihi kemampuan tulang untuk
bertahan, maka akan terjadi fraktur (Garner, 2008; Price & Wilson,
2006).
2.2.2 Dislokasi sendi
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi
tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan yang
anatomis (Brunner & Suddart, 2002)
2.2.3 Corpus Alienum
Corpus alienum adalah terdapatnya suatu benda asing didalam
tubuh baik tajam maupun tumpul baik secara sengaja maupun tidak
sengaja (Buku Ajar Ilmu Kesehatan, 2000)
2.2.4 Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh
pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago
sebagai penyangga, maka tulang dibawahnya akan mengalami
iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi (Elizabeth J.Corwin,
2009).

4
2.3 Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa Pedis (Bontrager, 2014)
2.3.1 Pengertian
Pemeriksaan radiografi Ossa Pedis merupakan suatu teknik
pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan sinar-x pada
Ossa Pedis untuk melihat anatomi maupun kelainan-kelainan pada
Ossa Pedis.
2.3.2 Persiapan Pemeriksaan
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus, hanya melepas benda-benda yang
dapat menimbulkan artefak seperti gelang kaki.
b. Persiapan Alat dan Bahan
1) Pesawat sinar-x
2) Marker
3) Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
4) Gonald shield
5) Apron
2.3.3 Proyeksi pemeriksaan Ossa Pedis
A. Proyeksi Antero Posterior (AP) Axial
1) Posisi Pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua
tangan rileks di samping tubuh.
2) Posisi Objek
a) Mengatur kaki yang akan diperiksa fleksi dan kaki yang
lain ekstensi
b) Mengatur bagian plantar pedis yang diperiksa
menempel pada Image Receptor (IR)
c) Mid Sagital Plane (MSP) pedis berada pada
pertengahan Image Receptor (IR)

5
d) Memastikan tidak ada rotasi pada kaki dengan memberi
arahan kepada pasien agar dalam keadaan rileks untuk
menghindari pergerakan
3) Central Ray (CR)
a) Sudut CR 10 derajat chepalad
b) CR berada pada pertengahan Image Receptor (IR)
4) Source Image Distance (SID) : 40 inchi (102 cm)
5) Central Point (CP) : Pada base metatarsal digiti III
6) Faktor Eksposi : 60 kVp dan 2 mAs (non grid)

Gambar 2.2 Proyeksi AP Axial (Bontrager, 2014)

7) Kriteria radiograf :
a) Tampak Phalanges digiti I-V, metatarsal, navicular,
cuneiform, dan cuboid
b) Tidak ada rotasi dibuktikan dengan jarak yang hampir
sama antara metatarsal II-V
c) Intertarsal joint space antara cuneiforms pertama dan
kedua harus tampak

6
B. Proyeksi Oblique
1) Posisi Pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua
tangan rileks di samping tubuh.
2) Posisi Objek
a) Mengatur kaki yang akan diperiksa fleksi dan kaki yang
lain ekstensi
b) Merotasikan kaki ke arah medial, sehingga plantar
pedis membentuk sudut 30o-40o
c) Memastikan tidak ada rotasi pada kaki dengan memberi
arahan kepada pasien agar dalam keadaan rileks untuk
menghindari pergerakan
3) Central Ray (CR)
a) CR vertical tegak lurus terhadap Image Receptor (IR)
b) CR berada pada pertengahan Image Receptor (IR)
4) Source Image Distance (SID) : 40 inchi (102 cm)
5) Central Point (CP) : Pada base metatarsal digiti III
6) Faktor Eksposi : 60 kVp dan 2 mAs (non grid)

Gambar 2.3 Hasil radiograf proyeksi Oblique (Ballinger, 2003)

7) Kriteria radiograf :
a) Tampak distal phalanges sampai posterior calcaneus
serta proksimal talus

7
b) True oblique ditunjukkan dengan metatarsal digiti III-V
tidak superposisi
c) Metatarsal digiti I dan II harus bebas dari
superimposisi, kecuali pada daerah base
d) Tuberositas pada dasar metatarsal digiti V tervisualisasi
e) Joint space disekitar cuboid dan sinus tarsi terbuka,
ditunjukkan dengan baik saat kaki diposisikan miring
dengan benar

C. Proyeksi Lateral
1) Posisi Pasien
Pasien lateral recumbent di atas meja pemeriksaan dengan
kaki yang tidak diperiksa ditekuk kebelakang
2) Posisi Objek
a) Memfleksikan pedis sehingga membentuk sudut 90o
terhadap ossa cruris
b) Bagian lateral pedis menenpel pada Image Receptor
(IR)
c) Memastikan tidak ada rotasi pada kaki dengan memberi
arahan kepada pasien agar dalam keadaan rileks untuk
menghindari pergerakan
3) Central Ray (CR)
a) Vertical tegak lurus terhadap Image Receptor (IR)
b) CR berada pada pertengahan Image Receptor (IR)
4) Source Image Distance (SID) : 40 inchi (102 cm)
5) Central Point (CP) : Pada base metatarsal digiti III
(medial cuneiform)
6) Faktor Eksposi : 60 kVp dan 2 mAs (non grid)

8
Gambar 2.7 Hasil radiograf proyeksi Lateral
(Ballinger, 2003)

7) Kriteria radiograf :
a) Tampak gambaran lateral pedis serta daerah distal os
tibia dan fibula
b) True lateral ditunjukka dengan tibiotalar joint terbuka,
distal fibula superimposisi oleh posterior tibia, dan
superimposisi distal metatarsal

2.4 Proteksi Radiasi (Ballinger, 2003)


2.4.1 Proteksi bagi pasien
a. Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan
dokter
b. Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
c. Menggunakan faktor eksposi yang tepat untuk menghindari
pengulangan foto
d. Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan
e. Waktu penyinaran sesingkat mungkin
f. Pasien menggunakan apron
g. Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya

9
2.4.2 Proteksi bagi petugas
a. Tidak menggunakan berkas sinar–x yang mengarah ke petugas
b. Berlindung dibalik tabir saat melakukan eksposi
c. Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama
bertugas
2.4.3 Proteksi bagi masyarakat umum
a. Pintu pemeriksaan tertutup rapat
b. Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum
c. Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang
pemeriksaan
d. Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya
pemeriksaan, orang tersebut harus menggunakan apron

10
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Identitas Pasien


Nama : TYB, SDR
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 13 Tahun
Alamat : Banyubiru
No. RM : 181XXX
No. Foto : 191XXXX
Dr. Pengirim : dr. Sutarti
Tanggal Pemeriksaan : 26 November 2019
Permintaan Pemeriksaan : Pedis AP/Lateral
Diagnosa : Post Jatuh

3.2 Riwayat Pasien


Pada tanggal 26 November 2019, pasien mendatangi IGD RSUD
AMBARAWA. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kaki bagian
kanan setelah mengalami musibah terjatuh di suatu tempat. Kemudian
dokter mengirim surat permintaan foto rontgen untuk mendiagnosa bagian
Ossa Pedis dengan klinis Post Jatuh di Instalasi Radiologi RSUD
AMBARAWA.

3.3 Prosedur Pemeriksaan


3.3.1 Persiapan Alat
a. Pesawat Sinar-X siap pakai : HITACHI Rad Next 50
b. Kaset CR ukuran : 24 x 30 cm
c. Computed Radiography : CARESTREAM
d. Printer : CARESTREAM

3.3.2 Persiapan Pasien

11
Pada dasarnya pemeriksaan Ossa Pedis tidak ada persiapan
khusus, hanya melepas benda-benda yang dapat menimbulkan
artefak seperti gelang kaki. Selain itu, sebelum pemeriksaan
petugas harus memberitahu prosedur pemeriksaan kepada pasien
agar tidak terjadi kesalahpahaman dari pasien tersebut.
3.3.3 Teknik Pemeriksaan
a. Ossa Pedis Proyeksi AP
1) Posisi Pasien
Pasien duduk di atas meja pemeriksaan dengan kedua
tangan rileks di samping tubuh.
2) Posisi Objek
a) Mengatur kaki yang akan diperiksa fleksi dan kaki yang
lain ekstensi
b) Mengatur bagian plantar pedis yang diperiksa
menempel pada Image Receptor (IR)
c) Mid Sagital Plane (MSP) pedis berada pada
pertengahan Image Receptor (IR)
d) Memastikan tidak ada rotasi pada kaki dengan memberi
arahan kepada pasien agar dalam keadaan rileks untuk
menghindari pergerakan
3) Arah datang sinar (CR) : Vertikal tegak lurus
terhadap Image Reseptor
(IR)
4) Titik bidik (CP) : Pada base metatarsal digiti
III
5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
6) Ukuran kaset : 24 x 30 cm
7) Eksposi : Saat pasien tidak bergerak
8) Faktor eksposi : 48KV dan 6 mAs (non grid)

12
Gambar 3.1 Hasil radiograf proyeksi AP (Tanpa
penyudutan)

9) Kriteria Radiograf :
a) Tampak Phalanges digiti I-V, metatarsal, navicular,
cuneiform, and cuboid
b) Tidak ada rotasi dibuktikan dengan jarak yang hamper
sama antara metatarsal II-V
c) Intertarsal joint space antara cuneiforms pertama dan
kedua harus tampak

b. Ossa Pedis Proyeksi Oblique


1) Posisi Pasien
Pasien duduk di atas meja pemeriksaan dengan kedua
tangan rileks di samping tubuh.
2) Posisi Objek
a) Mengatur kaki yang akan diperiksa fleksi dan kaki yang
lain ekstensi
b) Merotasikan kaki ke arah medial, sehingga plantar
pedis membentuk sudut 30o-40o

13
c) Memastikan tidak ada rotasi pada kaki dengan memberi
arahan kepada pasien agar dalam keadaan rileks untuk
menghindari pergerakan
3) Central Ray (CR)
a) CR vertical tegak lurus terhadap Image Receptor (IR)
b) CR berada pada pertengahan Image Receptor (IR)
4) Source Image Distance (SID) : 40 inchi (102 cm)
5) Central Point (CP) : Pada base metatarsal digiti III
6) Faktor Eksposi : 60 kVp dan 1,6 mAs (non grid)

Gambar 3.2 Hasil radiograf proyeksi oblique

7) Kriteria radiograf :
a) Tampak distal phalanges sampai posterior calcaneus
serta proksimal talus
b) True oblique ditunjukkan dengan metatarsal digiti III-V
tidak superposisi
c) Metatarsal digiti I dan II harus bebas dari
superimposisi, kecuali pada daerah base
d) Tuberositas pada dasar metatarsal digiti V tervisualisasi

14
e) Joint space disekitar cuboid dan sinus tarsi terbuka,
ditunjukkan dengan baik saat kaki diposisikan miring
dengan benar.

3.3.4 Hasil ekspertise dokter spesialis radiologi


TS YTH PEMERIKSAAN X FOTO PEDIS DX AP/LAT
KESAN :
-Tampak lusensi linier tipis pada falang proksimal digiti 3 pedis dx,
pada lateral tampak sklerotik susp fraktur dengan remodelling.

3.4 Pembahasan Kasus


Pemeriksaan radiografi Ossa Pedis pada kasus post jatuh di post
jatuh di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA meliputi persiapan
pasien, persiapan alat, dan teknik pemeriksaan. Untuk persiapan pasien,
tidak ada persiapan khusus. Hanya melepas benda-benda logam di daerah
kaki yang dapat menimbulkan artefak pada radiograf. Kemudian untuk
persiapan alat diantaranya pesawat sinar-X, kaset CR, dan Unit CR. Secara
umum untuk persiapan pasien dan persiapan alat sudah sesuai dengan teori
(Bontrager, 2014).
Selanjutnya untuk teknik pemeriksaan Ossa Pedis pada kasus post
jatuh di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA, yaitu menggunakan
proyeksi AP (tanpa penyudutan) dan proyeksi Oblique. Untuk proyeksi AP
sedikit berbeda dengan yang di teori. Menurut teori (Bontrager, 2014),
pada proyeksi AP arah sinar disudutkan 10 derajat cephalad sedangkan
yang dilakukan di lapangan arah sinar tidak disudutkan. Kemudian untuk
proyeksi oblique sudah sesuai dengan teori.
Berikutnya untuk permasalahan yang kedua, yaitu alasan mengapa
teknik pemeriksaan radiografi Ossa Pedis pada kasus post jatuh di
Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA pada proyeksi AP tidak
dilakukan penyudutan. Penulis telah melakukan wawancara pada beberapa
radiografer dan didapatkan hasil yang penulis simpulkan, yaitu bahwa

15
dengan penggunaan proyeksi AP tanpa penyudutan, sudah dapat
memberikan informasi yang cukup untuk menegakkan diagnosa (Post
Jatuh). Alasan lainnya, yaitu untuk efisiensi waktu, dengan arah sinar
tidak disudutkan maka waktu pemeriksaan akan lebih cepat, sehingga
untuk pasien dalam kondisi kegawatdaruratan mendapatkan penanganan
yang cepat. Menurut penulis untuk pemeriksaan Ossa pedis proyeksi AP
sebaiknya arah sinar disudutkan karena Os tarsalia akan terlihat lebih jelas
dan tidak superposisi, selain itu celah cuneiform juga lebih terbuka. Jadi
apaila terdapat fraktur pada bagian tulang tersebut dapat teridentifikasi.

16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Teknik pemeriksaan radiografi Ossa pedis pada kasus post jatuh di
Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA menggunakan proyeksi AP
(arah sinar tidak disudutkan) dan proyeksi Oblique
2. Alasan mengapa teknik pemeriksaan radiografi Ossa Pedis pada kasus
post jatuh di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA pada proyeksi
AP tidak dilakukan penyudutan, yaitu sudah dapat memberikan
informasi yang cukup untuk menegakkan diagnosa dan waktu
pemeriksaan akan lebih cepat
4.2 Saran
Untuk pemeriksaan Ossa pedis proyeksi AP sebaiknya arah sinar
disudutkan karena Os tarsalia akan terlihat lebih jelas dan tidak
superposisi, selain itu celah cuneiform juga lebih terbuka. Jadi apabila
terdapat fraktur pada bagian tulang tersebut dapat terlihat jelas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager Kenneth L dan John P Lampignano. 2014. Textbook of Radiographic


Positioning and Related Anatomy. Eighth Edition. St. Louise : Mosby.

Ballinger Philip W dan Eugene D Frank. 2003. Merril of Atlas Radiographic


Positioning and Radiologic Procedures. Tenth Edition Vol. I. Mosby
Elsevier.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses


Penyakit (6 ed.). (B. U. Pendit, Penerj.) Jakarta : EGC

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC

Poorwo, Sumarmo S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Corwin, Elizabeth J. 2009, Buku Saku Patofisiologi edisi.3. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai