Disusun Oleh:
WILLY WAHYU WIJAYA
NIM 1801128
Ambarawa, 6 Desember
2019
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
iii
6. Teman sejawat Yusuf Wahyu W yang telah menjadi sahabat
seperjuangan selama saya menimba ilmu praktik di Rumah Sakit
Umum Daerah Ambarawa.
Saya menyadari dalam pembuatan laporan kasus ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mohon saran dan masukan dari semua
pihak. Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN i
JUDUL.......................................................................................
HALAMAN ii
PENGESAHAN........................................................................
KATA iii
PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR v
ISI...................................................................................................
BAB I 1
PENDAHULUAN...............................................................................
I.1 Latar 1
Belakang........................................................................................
I.2 Rumusan 1
Masalah...................................................................................
I.3 Tujuan 2
Penulisan.....................................................................................
I.4 Manfaat 2
Penulisan...................................................................................
BAB II DASAR 3
TEORI.................................................................................
II.1 Anatomi Os. 3
Pedis..................................................................................
II.2 Patologi Os. 4
Pedis..................................................................................
II.3 Teknik Pemeriksaan Radiografi Os. 4
Pedis.............................................
II.4 Proteksi 9
Radiasi......................................................................................
BAB III PROFIL KASUS DAN 10
PEMBAHASAN.......................................
III.1 Identitas 10
Pasien.....................................................................................
III.2 Riwayat 10
Pasien......................................................................................
III.3 Prosedur 10
Pemeriksaan...........................................................................
III.4 Hasil 13
Ekspertise.................................................................................... 13
III.5 Pembahasan
v
Kasus……………………………………………………
BAB IV KESIMPULAN DAN 14
SARAN........................................................
IV.1 15
Kesimpulan...........................................................................................
IV.2 15
Saran....................................................................................................
.
DAFTAR 16
PUSTAKA......................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2.1 Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi Os Pedis pada
kasus Frakturdi Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA ?
I.2.2 Mengapa teknikpemeriksaan radiografi Os Pedis pada kasus
Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWApada
proyeksi AP arahsinartidakdisudutkan?
2
BAB II
DASAR TEORI
Keterangan :
1. Phalanges
2. Caput
3. Metatarsals
4. Basis
5. Os cuneiform laterale
6. Os cuneiform
intermedium
7. Os cuneiform mediale
8. Tuberositasossis
metatarsal V
9. Oscuboideum
10. Osnaviculare
11. Corpus cuboideum
12. Caput tali
13. Collumtali
14. Corpus tali
15. Tuber calcanei
3
Os Pedis mempunyai 14 phalanges, 2 pada jari yang besar dan 3
pada jarilainnya. Pada jari yang besarterdiridari distal dan proksimal
phalanges. Sedangkan pada 3 jarilainnyaterdiridariproksimal, middle, dan
distal phalnges.
II.1.2 Metatarsals
Os Pedis mempunyai 5 metatarsals yang terdiridaribody dan 2
articular. Daerah terluas pada bagian proksimal disebut base dan daerah
kecil yang mengelilingi bagian distal disebut head. MetatarsalS digiti I
merupakan yang paling pendek dan tebal. Sedangkan metatarsals digiti II
merupakan yang paling panjang. Pada base dari metatarsals digiti V
terdapat prominent tuberosity yang biasanyaseringterjad fraktur,
II.1.3 Tarsals
Os Pedis bagianproksimalterdiridari 7 tarsals, yaitu calcaneus, talus,
navicular, cuboid, medial cuneiform, intermediate cuneiform, dan lateral
cuneiform.
4
Corpus alienum adalah terdapatnya suatu benda asing didalam tubuh baik
tajam maupun tumpul baik secara sengaja maupun tidak sengaja (Buku
Ajar IlmuKesehatan, 2000)
II.2.4 Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh
pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai
penyangga, maka tulang dibawahnya akan mengalami iritasi, yang
menyebabkan degenerasi sendi (Elizabeth J.Corwin, 2009).
5
a. Mengatur kaki yang akan diperiksa fleksi dan kaki
yang lain ekstensi
b. Mengatur bagian plantar pedis yang diperiksa
menempel pada Image Receptor (IR)
c. Mid Sagital Plane (MSP) pedis berada pada
pertengahan Image Receptor (IR)
d. Memastikan tidak ada rotasi pada kaki dengan
memberi arahan kepada pasien agar dalam
keadaan rileks untuk menghindari pergerakan
3. Central Ray (CR)
a. Sudut CR 10 derajat chepalad
b. CR berada pada pertengahan Image Receptor
(IR)
4. Source Image Distance (SID) : 40 inchi (102 cm)
5. Central Point (CP) : Pada base metatarsal digiti III
6. Faktor Eksposi : 60 kVp dan 2 mAs (non
grid)
7. Kriteria radiograf :
a. Tampak Phalanges digiti I-V, metatarsal,
navicular, cuneiform, dan cuboid
6
b. Tidak ada rotasi dibuktikan dengan jarak yang
hampir sama antara metatarsal II-V
c. Intertarsal joint space antara cuneiforms pertama
dan kedua harus tampak
B. Proyeksi Oblique
1. Posisi Pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan
kedua tangan rileks di samping tubuh.
2. Posisi Objek
a. Mengatur kaki yang akandiperiksafleksi dan kaki
yang lain ekstensi
b. Merotasikan kaki kearah medial, sehingga plantar
pedis membentuksudut 30⁰-40⁰
c. Memastikan tidak ada rotasi pada kaki dengan
memberi arahan kepada pasien agar dalam
keadaan rilek suntuk menghindari pergerakan
3. Central Ray (CR)
a. CR vertical tegak lurus terhadap Image Receptor
(IR)
b. CR berada pada pertengahan Image Receptor
(IR)
4. Source Image Distance (SID) : 40 inchi (102 cm)
5. Central Point (CP) : Pada base metatarsal digiti III
6. Fakto rEksposi : 60 kVp dan 2 mAs (non
grid)
7
Gambar 2.3Hasil radiograf proyeksi Oblique (Ballinger,
2003)
7. Kriteria radiograf :
a. Tampak distal phalanges sampai posterior
calcaneus serta proksimal talus
b. True oblique ditunjukkan dengan metatarsal digiti
III-V tidak superposisi
c. Metatarsal digiti I dan II harus bebas dari
superimposisi, kecuali pada daerah base
d. Tuberositas pada dasar metatarsal digiti V
tervisualisasi
e. Joint space disekitar cuboid dan sinus tarsi
terbuka, ditunjukkan dengan baik saat kaki
diposisikan miring denganbenar.
C. Proyeksi Lateral
a. Posisi Pasien
Pasien lateral recumbent di atas meja pemeriksaan
dengan kaki yang tidak diperiksa ditekuk kebelakang
b. Posisi Objek
a. Memfleksikan pedis sehingga membentuk sudut
90o terhadap os cruris
b. Bagian lateral pedis menenpel pada Image
Receptor (IR)
c. Memastikan tidak ada rotasi pada kaki dengan
memberarahan kepada pasien agar dalam
keadaan rileks untuk menghindari pergerakan
8
c. Central Ray (CR)
a. Vertical tegak lurus terhadap Image Receptor (IR)
b. CR berada pada pertengahan Image Receptor
(IR)
d. Source Image Distance (SID) : 40 inchi (102 cm)
e. Central Point (CP) : Pada base metatarsal digiti III
(medial cuneiform)
f. Faktor Eksposi : 60 kVp dan 2 mAs (non
grid)
2003)
g. Kriteria radiograf :
a. Tampakgambaran lateral pedis serta daerah distal
os tibia dan fibula
b. True lateral ditunjukkan dengan tibiotalar joint
terbuka, distal fibula superimposisi oleh posterior
tibia, dan superimposisi distal metatarsal
9
A. Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas
permintaan dokter
B. Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan
kebutuhan
C. Menggunakan faktor eksposi yang tepat untuk
menghindari pengulangan foto
D. Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan
E. Waktu penyinaran sesingkat mungkin
F. Pasien menggunakan apron
G. Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda
pemeriksaannya
II.4.2 Proteksi bagi petugas
A. Tidak menggunakan berkas sinar–x yang mengarah ke
petugas
B. Berlindung dibalik tabir saat melakukan eksposi
C. Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue
selama bertugas
II.4.3 Proteksi bagi masyarakat umum
A. Pintu pemeriksaan tertutup rapat
B. Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan
umum
C. Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang
pemeriksaan
D. Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya
pemeriksaan, orang tersebut harus menggunakan apron
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
10
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 13 Tahun
Alamat : Banyubiru
No. RM : 181XXX
No. Foto : 191XXXX
Dr. Pengirim : dr. ALEX
Tanggal Pemeriksaan : 26 November 2019
Permintaan Pemeriksaan : Pedis AP/Lateral
Diagnosis : Post Jatuh
III.3 ProsedurPemeriksaan
III.3.1 Persiapan Alat
a. Pesawat Sinar-X siap pakai : HITACHI Rad Next 50
b. Kaset CR ukuran : 24 x 30 cm
c. Computed Radiography : CARESTREAM
d. Printer : CARESTREAM
III.3.2 Persiapan Pasien
Pada dasarnya pemeriksaan Os Pedis tidak ada persiapan khusus,
hanya melepas benda-benda yang dapat menimbulkan artefak seperti
gelang kaki. Selain itu, sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu
prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalahpahaman
dari pasien tersebut.
11
III.2.3 Teknik Pemeriksaan
A. Os Pedis Proyeksi AP
1. Posisi Pasien
Pasien duduk di atas meja pemeriksaan dengan
kedua tangan rileks di samping tubuh.
2. Posisi Objek
a. Mengatur kaki yang akandiperiksafleksi dan kaki
yang lain ekstensi
b. Mengatur bagian plantar pedis yang diperiksa
menempel pada Image Receptor (IR)
c. Mid Sagital Plane (MSP) pedis berada pada
pertengahan Image Receptor (IR)
d. Memastikan tidak ada rotasi pada kaki dengan
mengarahan kepada pasien agar dalam keadaan
rileks untuk menghindari pergerakan
3. CR : Vertikal tegak lurus terhadap Image
Reseptor (IR)
4. CP : Pada base metatarsal digiti III
5. FFD : 100 cm
6. Ukuran kaset : 24 x 30 cm
7. Faktor eksposi : 48KV dan 6 mAs (non grid)
8. Kriteria Radiograf :
a. Tampak Phalanges digiti I-V, metatarsal, navicular,
cuneiform, and cuboid
b. Tidak ada rotasi dibuktikan dengan jarak yang
hampir sama antara metatarsal II-V Intertarsal
joint space antara cuneiforms pertama dan kedua
harus tampak
12
Gambar 3.1 Hasil radiograf proyeksi AP (Tanpa penyudutan)
13
c. Metatarsal digiti I dan II harus bebas dari
superimposisi, kecuali pada daerah base
d. Tuberositas pada dasar metatarsal digiti V
tervisualisasi
e. Joint space disekitar cuboid dan sinus tarsi
terbuka, ditunjukkan dengan baik saat kaki
diposisikan miring dengan benar.
14
Pemeriksaan radiografi Os Pedis pada kasusFraktur di Instalasi
Radiologi RSUD AMBARAWA meliputi persiapan pasien, persiapan alat,
dan teknik pemeriksaan. Untuk persiapan pasien, tidak ada persiapan
khusus. Hanya melepas benda-benda logam di daerah kaki yang dapat
menimbulkan artefak pada radiograf. Kemudian untuk persiapan alat
diantaranya pesawat sinar-X, kaset CR, dan Unit CR. Secara umum untuk
persiapan pasien dan persiapan alat sudah sesuai dengan teori
(Bontrager, 2014).
Selanjutnya untuk teknik pemeriksaan Os Pedis pada kasus
Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA, yaitu menggunakan
proyeksi AP (tanpa penyudutan) dan proyeksi Oblique. Untuk proyeksi AP
sedikit berbeda dengan yang di teori. Menurut teori (Bontrager, 2014),
pada proyeksi AP arah sinar disudutkan 10 derajat cephalad sedangkan
yang dilakukan di lapangan arah sinar tidak disudutkan. Kemudian untuk
proyeksi oblique sudah sesuai dengan teori.
Berikutnya untuk permasalahan yang kedua, yaitu alasan mengapa
teknikpemeriksaan radiografi Os Pedis pada kasus Fraktur di Instalasi
Radiologi RSUD AMBARAWA pada proyeksi AP tidak dilakukan
penyudutan. Penulis telah melakukan wawancara pada beberapa
radiografer dan didapatkan hasil yang penulis simpulkan bahwa dengan
penggunaan proyeksi AP tanpa penyudutan, sudah dapat memberikan
informasi yang cukup untuk menegakkan diagnosa (Post Jatuh). Alasan
lainnya, yaitu untuk efisiensi waktu, dengan arah sinar tidak disudutkan
maka waktu pemeriksaan akan lebih cepat, sehingga untuk pasien dalam
kondisi ke gawat daruratan mendapatkan penanganan yang cepat.
Menurut penulis untuk pemeriksaan Os pedis proyeksi AP sebaiknya arah
sinar disudutkan karena Os tarsalia akan terlihat lebih jelas dan tidak
superposisi, selain itu celah cuneiform juga lebih terbuka. Jadi apabila
terdapat fraktur pada bagian tulang tersebut dapat teridentifikasi.
15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
IV1.1 Teknik pemeriksaan radiografi Os pedis pada kasus Fraktur
di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA menggunakan proyeksi AP
(arah sinar tidak disudutkan) dan proyeksi Oblique
IV.1.2 Alasan mengapa teknik pemeriksaan radiografi Os Pedis
pada kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD AMBARAWA pada
proyeksi AP tidak dilakukan penyudutan, yaitu sudah dapat memberikan
informasi yang cukup untuk menegakkan diagnosa dan waktu
pemeriksaan akan lebih cepat.
IV.2 Saran
Untuk pemeriksaan Os pedis proyeksi AP sebaiknya arah sinar
disudutkan karena Os tarsalia akan terlihat lebih jelas dan tidak
superposisi, selain itu celah cuneiform juga lebih terbuka. Jadi apabila
terdapat fraktur pada bagian tulang tersebut dapat terlihat jelas.
16
DAFTAR PUSTAKA
16