Anda di halaman 1dari 37

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI POST OPERASI

PADA OS GENU DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD JENDRAL


AHMAD YANI METRO

LAPORAN STUDI KASUS PRAKTEK KERJA LAPANGAN III

DI SUSUN OLEH :

NABILA ANATASYA

NIM : 1601013037

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

PATRIOT PROVINSI LAMPUNG


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan 1 Dengan Judul “ Pemeriksaan Radiografi

Post Operasi Pada Os Genu Di Instalasi Radiologi RSUD Jendral Ahmad

Yani Metro “ telah di setujui dan di ketahui pada :

Hari/tanggal : rabu,30 januari 2019

Tempat : Instalasi radiologi RSUD Jendral Ahmad Yani Metro

Menyetujui,Diketahui oleh,

Direktur ATRO PATRIOT BANGSA Ka.Intalasi Radiologi

Leny Anggraeni, A. Md.Rad., S.K.M M.Kholis Akhzan


Nip0220301000107 Nip196507061986031009

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa, yang

telah melimpahkan rahmatnya, sehingga penulis bisa menyelesakan

laporan PKL 1 dengan judul “PEMERIKSAAN RADIOGRAFI POST

OPERASI PADA OS GENU DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD

JENDRAL AHMAD YANI METRO”

Laporan studi kasus ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi

tugas pada matakuliah Praktek KerjaLapanfan III, yang di laksanakan

dari tanggal 1 Januari sampaidengan 31 januari 2019 di Instalasi

Radiologi RSUD JENDRAL AHMAD YANI METRO.

iii
Dalam penyususnan laporan study kasusini, penulis telah banyak

mendapatkan bantuan, pembimbing, dan dukunggan dari beragai pihak.

Dalam kesemptan ini, penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada

1. Bapak Dr. Hi. M. Saleh Mursyid, M.Si,M.M.Kes., Ph.D. selaku

ketua yayasan ATRO Patriot Bangsa Lampung.

2. Ibu Leny Anggraeni, Amd.Rad.,S.K.M.,M.Kes. sebagai

direktur ATRO Patriot Bangsa Lampung.

3. Ibu Novita Wijaya, Amd.Rad sebagai penanggung jawab

praktik kerja lapangan ATRO Patriot Bangsa Lampung.

4. Bapak M.Kholis Akhzan selaku Kepala Inatalasi Radiologi

RSUD Jendral Ahmad Yani Metro

5. Seluruh Radiografer dan staf RSUD RSUD Jendral Ahmad

Yani Metro

Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, penulis mohon

maaf jika ada kata yang kurang berkenan dan penulis mohon kritik dan saran demi

kesempatan study kasus ini

iv
Metro, januari 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... ii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

DAFTAR ISI....................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.4 Tujuan Umum..................................................................................... 2
1.5 Tujuan Khusus.................................................................................... 2
1.6 Manfaat penulian................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... ..3

2.1 Anataomi.............................................................................................. 3
2.2 Patologi.................................................................................................5
2.3 Teknik Radiografi.................................................................................8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................14

3.1 Hasil Penulisan.....................................................................................14


3.2 Pembahasan..........................................................................................20

BAB IV PENUTUP..............................................................................................21

4.1 Kesimpulan....................................................................................... ..21


4.2 Saran.....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......23

LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teknik Radiografi adalahilmu yang mempelajari tata cara

pemotretan dengan menggunakan sinar-X untuk membuat gambaran

diografi yang dapat di gunakan untuk menegakan diagnosa. Teknik

Radiologi pertama kali ditemukan oleh Wilhel Conrad Roentgen pada

tahun 1895.

Pemeriksaan Radiologi saat ini semakin berkembang seiring

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kedokteran.

Pemeriksaan radiologi itu sendiri memiliki peran penting dalam bidang

kedokteran yaitu mendiagnosa suatu penyakit.

Pemeriksaan os genu merupakan salah satu pemeriksaan radiologi

untuk melihat kelainan pada daerah persendian tanpa kontras media.

Terdapat dua proyeksi pemeriksaan pada os genu yaitu AP (Antero-

Posterior) dan Lateral. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui

struktur tulang os genu secara radiologi dengan proyeksi tersebut, beserta

kelainan yang mungkin terjadi pada daerah os genu itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti


tentang “TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OS GENU
PADA POST OPRASI DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD
JENDRAL AHMAD YANI METRO

1
1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

timbul suatu pembahasan masalah yaitu:

“Bagaimanakah penatalaksanaan teknik radiografi pada

pemeriksaan os genu pada post operasi di instalasi radiologi RSUD

Jendral Ahmad Yani Metro”?

1.3 Batasan Masalah

Pada penulisan laporan kasus ini, penulis membatasi masalah

pada penatalaksaan teknik os genu dengan klinis post operasi di instalasi

radiologi RSUD Jendral Ahmad Yani Metro.

1.4 Tujuan Penulisan

Berkaitan dengan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

2
1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

bagaimana teknik pemeriksaan radiografi os genu.

1.4.1 TujuanKhusus

a. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan teknik

radiografi os genu dengan klinis post operasi.

b. Untuk mengetahui bagaimana proteksi radiasi pemeriksaan

radiografi os genu dengan klinis post operasi.

c. Untuk mengetahui pemakaian film yang digunakan

pemeriksaan radiografi os genu dengan klinis post operasi

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Bagi Penulis

Diharapkan laporan studi kasus ini dapat menambah pengetahuan

penulis, baik dari teknik maupun penatalaksaan dari pemeriksaan

os genu.

3
1.5.2 Bagi Akademik

Dapat di jadikan sebagai acuan literature atau bacaan oleh

mahasiswa Patriot Bangsa Lampung.

1.5.3 Bagi Rumah Sakit

Sebagai pertimbangan untuk melakukan teknik pemeriksaan os

genu.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Sendi lutut terdiri dari hubungan antara :

1. os femur dan os tibia (tibio femorale joint),


2. os femur danos patella (patello femorale joint) dan
3. os tibia danos fibula (tibia fibulare proximalis joint).
Sendi lutut (knee joint) merupakan sendi yang paling unik
dibandingkan sendi-sendi yang lain dalam tubuh manusia, karena
tulang-tulang yang membentuk sendi ini masing-masing tidak ada
kesesuaian bentuk seperti pada persendian yang lain. Sebagai
kompensasi ketidaksesuaian bentuk persendian ini terdapat
meniscus, kapsul sendi, bursa dan diskus yang memungkinkan
gerakan sendi ini menjadi luas, sendi ini juga diperkuat oleh otot-otot
besar dan berbagai ligamentum sehingga sendi menjadi kuat dan
stabil (Tajuid, 2000).
Otot disekitar lutut mempunyai fungsi sebagai stabilitas aktif
sekaligus sebagai penggerak dalam aktifitas sendi lutut, otot tersebut
antara lain: m.quadriceps femoris (vastus medialis, vastus
intermedius, vastus lateralis, rectus femoris). Keempat otot tersebut
bergabung sebagai grup ekstensor sedangkan grup fleksor terdiri
dari: m.gracilis, m.sartorius dan m.semi tendinosus. Untuk gerak
rotasi pada sendi lutut dipelihara oleh otot-otot grup fleksor baik
grup medial/ endorotasi (m.semi tendinosus, semi membranosus,
sartorius, gracilis, popliteus) dan grup lateral eksorotasi (m.biceps
femoris, m.tensor fascialata) (Pudjianto,2002). Untuk memperkuat
stabilitas pergerakan yang terjadi pada sendi lutut maka di dalam

5
sendi lutut terdapat beberapa ligamen, yaitu ligamen cruciatum
anterior dan posterior yang berfungsi untuk menahan hiperekstensi
dan menahan bergesernya tibia ke depan (eksorotasi). Ligamen
cruciatum posterior berfungsi untuk menahan bergesernya tibia ke
arah belakang. Pada gerakan endorotasi kedua ligamen cruciatum
menyatu, yang mengakibatkan kedua permukaan sendi tertekan,
sehingga saling mendekat dan kemampuan bergerak antara tibia dan
femur berkurang. Pada gerakan eksorotasi, kedua ligamen cruciatum
saling sejajar, sehingga pada posisi ini sendi kurang stabil. Di
sebelah medial dan lateral sendi lutut terdapat ligamen collateral
medial dan lateral. Ligamen collateral medial menahan gerakan
valgus serta eksorotasi, sedangkan ligamen collateral lateral hanya
menahan gerakan ke arah varus. Kedua ligamen ini menahan
bergesernya tibia ke depan dari posisi fleksi lutut 900 (De Wolf,
1974).
Sedangkan dalam hubungan yang simetris antara condylus
femoris dan condylus tibia dilapisi oleh meniscus dengan struktur
fibrocartilago yang melekat pada kapsul sendi. Meniscus medialis
berbentuk seperti cincin terbuka “C” dan meniscus lateralis
berbentuk cincin “O”. Meniscus ini akan membantu mengurangi
tekanan femur atas tibia dengan cara menyebarkan tekanan pada
cartilago articularis dan menurunkan distribusi tekanan antara kedua
condylus, mengurangi friksi selama gerakan berlangsung, membantu
kapsul sendi dan ligamentum dalam mencegah hiperekstensi lutut
dan mencegah capsul sendi terdorong melipat masuk ke dalam sendi
(Tajuid, 2000).
Sendi lutut juga memiliki capsul sendi artikularis yang melekat pada
cartilago artikularis, di dalam sendi, synovial membran melewati
bagian anterior dari perlekatan ligamen cruciatum sehingga ligamen
cruciatum dikatakan intraartikuler tetapi extracapsuler (Tajuid,
2000).

6
Gambar 2.1.1 genu (BukuSaku Osteoarthritis Lutut
dr. AchmadZaki, M.Epid, Sp.OT. Celtics Press, Bandung Cet I, 2013)

Aksis gerakan fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi yaitu
melewati condylus femoris. Sedangkan gerakan rotasi aksisnya longitudinal pada
daerah condylus medialis. Lingkup gerak sendi ekstensi 500 - 1000 hiperekstensi.
Gerakan ekstensi dibatasi oleh ketegangan kapsul dan ketegangan ligamen dan
twisting ligamen. Sedangkan untuk gerakan fleksi lingkup gerak sendi berkisar
1400-1500. Gerakan fleksi dibatasi kontaknya otot-otot jaringan lunak tumit dan

Bagianposteriorpaha.
Menurut Fick, rotasi lutut maksimal yaitu sebesar 500 terjadi pada saat lutut
fleksi 900. Gerakan rotasi juga sangat penting dalam gerakan fleksi dan ekstensi
lutut. Pada saat gerakan ekstensi mendekati akhir gerak (150 – 200) terjadi rotasi
eksternal tibia terhadap femur, demikian sebaliknya sewaktu gerakan awal fleksi
(150 – 200) akan terjadi rotasi internal tibia terhadap femur. Penggerak gerakan
lutut ke arah dalam adalah m.popliteus, m.gracilis dan dibantu oleh hamstring
bagian dalam. Sedangkan penggerak rotasi ke arah luar adalah m.biceps femoris
dan m.tensor fascialata (Kapandji, 1987).

7
2.2 Patologi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas

jaringan tulang dan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur genu merupakan suatu istilah

untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian

proksimal (kondilus), diafisis atau persendian pergelangan kaki. Pada

umumnya fraktur di sebabkan oleh trauma atau aktifitas fisik dima na terdapat

tekanan berlebihan, pada tulang.

Berikut ini ada beberapa macam penyebab terjadinya fraktur,yaitu:

a). Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang, hal tersebut

akan menyebabkan fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya

bersifat comminuted dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

8
b). Trauma tak langsung

Apabila trauma di hantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,

trauma tersebut disebut trauma tidak langsung, misalnya jatuh dengan tangan

ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini jaringan

lunak tetaputuh.

c). Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menempa tulang

lebih besar dari pada daya tahan tulang.

d). Keadaan kelaianan patologi adalah trauma yang terjadi seperti kondisi

defisiensi vitamin D, Osteoporosis.

e). Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.

f). Usia penderita.

g). Kelenturan tulang dan jenis tulang.

Ada 2 faktor yang mempengaruhi fraktur :

a). Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang,

arah dan kekuatan trauma.

b). Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengabsorsi energi trauma, kelenturan,

kekuatan dan densitas tulang.

2. Klasifikasi Fraktur

Berdasarkan parahnya integritas kulit, lokasi, bentuk, pada handan status

kelurusan.

1. Fraktur tertutup, adalah fraktur yang fragme tulangnya tidak

menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh

lingkungan.

9
2 . Fraktur terbuka, adalah fraktur yang mempunyai hubungan

dengan dunia luar melalui luka pada kuli dan jaringan lunak,

dapat berbentuk from within (dari dalam).

3. Fraktur komplit, adalah fraktur yang luas dan melintang.

Biasanya dengan perpindahan posisi tulang.

4. Fraktur tak komplit, adalah hanya sebagian dari tulang yang

retak.

b). Berdasarkan Tipe Fraktur

1. Greenstick, fraktur yang tidak sempurna dan biasanya sering terjadi

pada anak-anak.

2. Transversal, fraktur luas yang melintang dari tulang.

3. Oblik, fraktur yang memiliki arah miring.

4. Spiral, fraktur luas yang mengelilingi tulang.

5. Comuminuted, fraktur ini terjadi mencakup beberapa fragmen.

6.Depresi, fraktur ini terjadi pada tulang pipih, khususnya tulang

tengkorak dimana kekerasan langsung mendorong bagian tulang masuk

kedalam.

7.Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada

tulang belakang).

8.Patologik, terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh

kedalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh. Tulang yang

rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau

bahkan tanpa cedera sama sekali.

10
9. Avulsi, disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik

bagian tulang tempat tendon tersebut melekat. Paling sering terjadi pada

bahu dan lutut, tetapi bisa juga terjadi pada tungkai dan tumit.

2.3 Teknik Pemeriksaan Radiografi

2.2.1 Proyeksi AP bilateral

1. Persiapan Pasien dan Persiapan Alat

Untuk kasus pemeriksaan dengan indikasi Arthristik pada knee(lutut);

Leach, Gregg dan Siber merekomendasikan pemeriksaan radiology

dengan Proyeksi AP Weight-Bearing Bilateral.Dengan proyeksi ini

akan tampak celah sempit pada persedian lutut.

11
Gambar 2.2.1.1 Proyeksi AP Bilateral

2. Posisi Pasien

Arahkan pasien untuk Standing-upright /berdiri tegak, dengan kaset

verticaldi belakang knee (lutut)

Posisi pasien :

A. Atur pasien objek (knee) berada ditengah kaset atau

IR (image reseptor), dengan posisi kedua kneetrue AP

12
Tempatkan jari kaki (tocs) lurus menghadap ke depan,

B. dengan jarak cukup antara kedua kaki agar keseimbangan terjaga

C. Minta pasien untuk berdiri tegak dengan lutut (knee) full ekstensi

dan bobot tubuh seimbang diantara kedua kaki

D. Pertengahan kaset terletak ½ inch (1,3) di bawah apex patella

E. Bila perlu proteksi pasien dengan sheild gonads

F. CR (central ray) : horizontal dengan tegak lurus pertengahan kaset

(IR)

G. CP (central point): ½ inch / 1.3 cm dibawah apex patella (The

apiccs of the patellac)

Kriteria Gambar :

a. Knee kiri dan kanan tampak truc AP tanpa rotasi

b. Celah antara sendi lutut terlihat di tengah-tengah area penyinaran

c. Tampak permukaan persendiaan kneebaik kanan maupun kiri

d. Ukuran kaset memaai/cukup untuk menunjukkan sumbu tegak

(longitudinal) dari pada badan atau batang os Femur dan os Tibia.

2.2.2 Proyeksi AP

13
Gambar 2.2.2.1 Proyeksi AP

a. Posisi Pasien : pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan kepala

diganjal dengan bantal dan tangan berada di samping tubuh.

b. Posisi Objek : Lutut yang diperiksa diletakkan di atas kaset, tepat

ditengah-tengah kaset dan marker ditempelkan di ujung kaset.

c. CP : Tegak lurus vertikal

d. CR : 2cm di bawah Oss Patella {Pada celah sendi antara Femur dan Tibia)

e. Kaset : 18x24cm

f. FFD : 90-100 cm

g. Luas lapangan kolimasi : Batas ata 1/3 Distal Femur dan batas bawah 1/3

Proksimalis Cruris

14
Gambar 2.2.2.2 Hasil Gambaran Roentgen Ap (www.proyeksiapgenu.com)

15
2.2.3 Proyeksi Lateral

a. Posisi Pasien : Pasien tidur diatas meja pemeriksaan dalam posisi supine.

Kepala miring ke kanan dan ke kiri diganjal dengan bantal dan kedua

tangan berimpit di depan dada.

b. Posisi Objek : Lutut yang diperiksa diletakkan diatas kaset dalam posisi

mediolateral. Lutut yang lain disilangkan ke depan atau ke belakang lutut

yang akan diperiksa.

c. CP = Pada articular Genu.

d. CR = Tegak lurua Vertikal.

e. Kaset = 18x24cm

f. FFD = 90-100cm

g. Luas lapangan kolimasi batas atas 1/3 distal femur dan 1/3 Proksimal

Cruris

16
Gambar 2.2.3.2 Hasil Gambaran Lateral X-Ray

(www.lateralgenu.com)

17
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Nurbaiti


Umur : 69 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan.
Alamat : Metro
Tgl pemeriksaan : 11/01/2019
Indikasi : Post Operasi

3.2 Alat dan Bahan

A. Pesawat Rontgen

18
Gambar 3.1.2.1 Pesawat Roentgen

19
B. Menggunakan Kaset dan film ukuran 35x 35 cm

20
A. Marker R/L diedit dari CR

B. Processing film CR

21
3.3 Persiapan Pemeriksaan

Sebelum melaksanakan pemeriksaan dalam penggambilan radiografi untuk

pemeriksaan foto GENU, petugas hendaknya mempersiapkan pasien, bahan dan

alat terlebih dahulu, dengan tujuan memberi keamanan, kenyamanan kepada

pasien dan keselamatan kerja pada petugas radiologi.

3.4 Proscdur Menghidupkan Alat

1. Hidupkan Kontrol panel terlebih dahulu dengan menekan tombol on

pada, meja kontrol.

2. Panaskan pesawat rontgen terlebih dahulu

3. Menentukan Kv dan mAs yang akan digunakan

4. Arahkan tabung terhadap garis tengah meja Pemeriksaan

5. Siapkan kaset 35 x 35 cm

6. Atur posisi pasien

7. Atur jarak penyinaran dan luas lapangan penyinaran

8. Tekan tombol eksposi

9. Ambil kaset yang tadi dipasang umtuk kemudian film di cuci di

procesing CR

3.5 Teknik Pemeriksaan

A. Proyeksi AP

22
1. Posisi Pasien : Tidur dimeja pemeriksaan dengan.

2. Posisi Obyek : Atur lutut dipertengahan kaset sejajar dengan tabung,

kaki yang akan di periksa diluruskan dan yang tidak diperiksa di

fleksikan

3. Sinar CR : Tegak lurus kaset

CP : di pertengahan lutut
FFD : 90 cm
4. Eksposi : KV:48 mAs: 4,5

Gambar 3.1.5.1 Pemosisian pasien AP


B. Proyeksi Lateral

1. Posisi Pasien : Pasien duduk dimeja pemeriksaan

2. Posisi Obyek : Lutut agak ditekuk dan di miringkan 90 derajat bagian

lateral knee menempel kaset dengan kaki yang tidak diperiksa ditekuk

agar pasien lebih nyaman

3. CR : Tegak lurus kaset.

CP : dipertengahan knee /genu

FFD : 90 cm

23
Eksposi : Kv : 48 mAs : 4,5

Gambar 3.1.5.2 Genu AP dan Lateral

3.6 Bacaan Dokter

Setelah mengetahui hasil rontgen maka penulis melakukan

konsultasi kepad dokter radiologi RSUD.JENDRAL AHMAD YANI

METRO yang dibacakan oleh dr. E.S Ireschka Pattiwael,Sp,Rad,M.Sc

Poto Genu Dextra,AP dan Lateral views, kondisicukup pada pasien

dengan klinis pos operasi. Hasil :

1. Tampak trabekulasi tulag baik.

24
2. Tampak terpasang total knee prothese dextra, alignment cukup.

3. Tak tampak lesi litik maupun sklerotik

4. Tampak ujung distal drain pada proyeksi craniolateral dari os patella

dextra.

Kesan :

1. Terpasang Total knee prothes destra, aligmen cukup.

2. Ujung distal drain pada proyeksi craniolateral dari os patella dextra

Gambar 3.1.5.3 Bacaan

3.6.1 CR (COMPUTER RADIOGRAPHY)


25
CR adalah proses merubah system analog pada konvensional

menjadi digital radiograpi data analog dikonvensi data digital pada saat

tahap pembanggitan energi yang tertangkap didalam imeging plate dengan

menggunakan laser selanjutnya data digital berupa sinyal-sinyal ditangkap

oleh PMT kemudian cahaya tersebut digandakkan dan diperkuat

intensitasnya setelah itu diubah menjadi sinyal elektrik yang akan

dikonversikan kedalam data ADC.

Pada penggunaan radiografi konvensional digunakan penggabung

antara fil radiografi dan screen, akan tetapi pada komputer radiografi

menggunakan imaging plate. Walaupun imaging plat secara fisik terliht

sama dengan screen konvensional tetapi memiliki fungsi yang sangat jauh

berbeda.

3.7 Pembahasan

Hasil expertise dokterp pada pemeriksaan Tn.H umur 23 tahun dengan

no RM 00.52.05.95 ini menunjukkan terdapat fraktur inkomplit 1/3

proksimal oss tibia kiri. Tanpa anatomi oss genu pada posisi AP dan

LATERAL hasil gambaran radiograf. Dalam tehnik pemeriksaan ini

sudah dapat membantu dokter dala menegakkan diagnosa.

1. Teknik pemeriksaan genu kasus fraktur os tibia di RSUD dr.H


Abdul Moeloek

26
Pada pemeriksaan genu dengan kasus os tibia di instalasi Radiologi
RSUD dr.H Abdul Moeloek dengan menggunakan proyeksi AP dan
lateral. Pemeriksaan tersebut sudah bisa menggakkan diagnosa, selain
itu dapat memberikan pelayanan yang nyaman pada pasien
dikarenakan pasien supine karena untuk mengutamakan kenyamanan
pasien. Pada pemeriksaan genu dengan kasus fraktur os tibia diinstalasi
Radiologi RSUD dr.H Abdul Moeloek mengguakan kaset CR
berukuran 35x35

2. Proteksi Radiasi Pemeriksaan Genu dengan Kasus Fraktur Os


Tibia di RSUD dr.H Abdul Moeloek

Upaya prokteksi radiasi yang dilakukan di aianstalasi Radiologi


RSUD dr.H Abdul Moeloek adalah salah satu yang menggunkan
Apronjika itu memunggkinkan. Kemudian menggunakan luas kolimasi
disesuaikan dengan objek yang akan difoto. Selain itu pada saat
memposisikan pasien kepala dirotasikan kearah yang berlawanan
dengan daerah yang akan dipemeriksa. Adapun upaya proteksi yang
dilakukan untuk melindungi petugas radiasi adalah mengarahkan
tabung sinar x membelakangi control table agar radiasi primer tidak
mengenai petugas.

3. Pemakaian film yang digunakan pada pemeriksaan genu


dengan kasus fraktur os tibia

Film yang digunakan menampilkan gambaran pemeriksaan genu


dengan kasus fraktur os tibia di instalasi Radiologi SSUD Abdul
Moeloek menggunakan film berukuran 35x35dikarekan pasien kurang
koopratif dan mengusahan agar tidak terjadi gambaran yang terpotong

27
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pada pemeriksaan genu dengan kasus fraktur os tibia sinistra


diinstalasi radologi RSUD dr.H Abdul Moeloek menggunakan
proyeksi AP dan Lateral.

2. Pada Pemeriksaan genu dengan kasus fraktur Os tibia sinistra di


Instalasi Radiologi RSUD dr.H Abdul Moeloek menggunakan peralan
yang lengkap sesuai prosedur dan menggunakan pesawat Rontgen
yang Canggih.

3. Pada pemeriksaan genu dengan kasus fraktur os tibia di instalasi


radiologin RSUD dr.H Abdul Moeloek Osteoarthristis Articulatio
Genu Sinistra dan Fraktur Communitif Tibia Sinistra Dalam Fixaasi
Internaa

28
DAFTAR PUSTAKA
www.kabarmedisdunia.id.co

Buku Saku Osteoarthristik Lutut dr. Ahmad Zaki, M.Epid, Sp.OT. Celtics Press,
Bandung Cet. I, 2013
Pudjianto,2oo2 patofisiologi hal 43
www.gudangmedis.com
www.proyeksiapgenu.com

29
30
31

Anda mungkin juga menyukai