Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN VERTEBRA LUMBALIS

Disusun Oleh:
Nama : Muhamad Alan Nugraha
NPM : 211680

Dosen Pengampuh:
Saptanto Basuki Raharjo, S.Tr

AKADEMI TEKNIK RADIOLOGI DAN RADIOTERAPI


CITRA BANGSA YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
laporan ini bisa selesai pada waktunya serta dapat disusun dengan baik dan rapi.
Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pengampuh Bapak Saptanto Basuki
Raharjo, S.Tr yang telah membimbing dalam proses belajar dengan ilmu yang sangat
luar biasa. Penulis berharap semoga laporan ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa laporan ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya laporan selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 21 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah................................................................................... 6
C. Tujuan..................................................................................................... 6
D. Manfaat................................................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi Vertebra Lumbalis..................................... 8
B. Teknik Radiografi Pemeriksaan Vertebra Lumbalis...................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Paparan Kasus......................................................................................... 19
B. Tata Laksana Pemeriksaan...................................................................... 20
C. Teknik Pemeriksaann.............................................................................. 20
D. Usaha dan Proteksi Radiasi..................................................................... 23
E. Pengelolaan Film.................................................................................... 24
F. Pembahasan............................................................................................ 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesmipulan............................................................................................. 26
B. Saran....................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penemuan sinar-x oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada 8 November
1895 menimbulkan harapan baru di dunia kesehatan. Penemuan ini
merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil
penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh
manusia yang sebelumnya tidak pernah tercapai. Dimana sinar-x digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosa dan juga terapi. Instalasi radiologi
sebagai salah satu instalasi penunjang medik di rumah sakit yang mempunyai
fungsi cukup penting bagi pelayanan kesehatan. Dalam hal ini instalasi
radiologi dituntut untuk mampu menyampaikan radiograf yang berkualitas
dan informatif. Dan pemeriksaan Radiologi merupakan pemeriksaan yang
dapat digunakan untuk melihat kelainan patologis maupun traumatis yang
dapat membantu dokter spesialis radiologi menentukan diagnosa.
Seiring semakin berkembangnya aplikasi pemanfaatan sinar-X dalam
rangka penegakkan diagnosa suatu penyakit, maka teknik pemeriksaan suatu
organ menjadi lebih bervariasi dengan didukung berbagai spesifikasi pesawat
diagnostik yang lebih modern. Dalam hal ini salah satu pemeriksaan yang
memanfaatkan sinar-X adalah pemeriksaan vertebra lumbosakral dengan
kasus spondilosis lumbalis pada pasien dangan keluhan nyeri pada daerah
pinggang.
Pemeriksaan secara radiografi vertebra lumbosakral umumnya
menggunakan proyeksi anterioposterior, oblique anterior/posterior, dan
lateral, dimana masing-masing proyeksi mempunyai kriteria radiograf yang
berbeda dan dapat menampilkan stuktur anatomi fisiologi dan patologi dari
vertebrae lumbosakral pada posisi yang berlainan.

4
Pemeriksaan secara radiografi vertebra lumbosakral dimanfaatkan untuk
mendapatkan stuktur gambaran radiografi lumbosakral yang jelas sehingga
bisa memperlihatkan manifestasi hampir semua penyakit yang timbul pada
vertebra lumbosakral.
Spondilosis merupakan proses degenerasi (penuaan) dimana timbul
osteofit penulangan) di daerah diskus yang selanjutnya akan menimbulkan
rasa nyeri/defisit neurologist. Tanda-tanda spondilosis pada film polos adalah
penyempitan ruang diskus, pembentukan osteofit dan sklerosis yang sering
timbul pada korpus vertebrae yang berdekatan (Amstrong, 1989).
Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang menggunakan prosedur pemeriksaan
vertebra lumbosakral dengan proyeksi anteroposterior dan lateral yang mana
proyeksi tersebut merupakan prosedur tetap yang sering dilakukan. Adapun
proyeksi oblique yang hanya digunakan pada permintaan foto pasien tertentu.
Penggunaan proyeksi anterioposterior dan lateral tanpa menggunakan
proyeksi oblique pada pemeriksaan lumbosakral di RS Dr. Kariadi Semarang
mempunyai keuntungan tertentu yaitu untuk efisiensi film dan waktu karena
diagnosa penyakit pada pasien dengan kasus spondilosis lumbalis sudah bisa
di tegakkan dengan hasil radiografi lumbosakral proyeksi anteroposterior dan
lateral, untuk proyeksi oblique hanya dilakukan atas permintaan dokter
pengirim, selain itu tindakan ini juga ditujukan untuk mengurangi dosis
radiasi bagi pasien.
Pembahasan masalah diatas yang menarik penulis sehingga menyajikan
dan menuangkannya dalam laporan kasus yang berjudul "Pemeriksaan Secara
Radiografi Vertebra Lumbosakral Dengan Kasus Spondilosis Lumbalis Di
Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang"

5
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka penulis dapat menarik
permasalahan yang akan dibahas antara lain :
1. Bagaimanakah prosedur pemeriksaan secara radiografi vertebra
lumbosakral dengan kasus spondilosis lumbalis di RS Dr. Kariadi
Semarang?
2. Apakah pemeriksaan vertebra lumbosakral anteroposterior dan lateral di
RS. Dr. Kariadi Semarang sudah bisa mendiagnosa kelainan
spondilosis?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah :
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan vertebra lumbosakral dengan
kasus spondilosis lumbalis di RS Dr. Kariadi.
2. Untuk membandingkan teknik pemeriksaan vertebra lumbosakral
dengan kasus spondilosis lumbalis di RS Dr. Kariadi Semarang dengan
standart teori.
3. Untuk memenuhi prasyarat dalam rangka menyelesaikan PKL I di RS
Dr. kariadi Semarang yang dimulai pada tanggal 6 November 2006 dan
berakhir pada tanggal 16 Desember 2006.

D. Manfaat penulisan
Manfaat dari penyusunan laporan kasus ini adalah :
1. Menambah pengetahuan tentang teknik pemeriksaan radiografi vertebra
lumbosakral.
2. Dapat mengetahui dan melakukan teknik pemeriksaan radiografi
vertebra lumbosakral.

6
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan kasus ini, guna mempermudah pemahaman maka
sistematika penulisannya terdiri atas :
Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan pustaka, yang berisi landasan teori meliputi anatomi,
fisiologi dan patologi, teknik pemeriksaan vertebra
lumbosakral meliputi persiapan pasien, persiapan alat dan
bahan, proyeksi pemeriksaan meliputi proyeksi
anterioposterior, proyeksi anterior/posterior oblique dan
proyeksi lateral, proteksi radiasi.
Bab III Profil kasus dan pembahasan, berisi paparan kasus yang
membahas identitas pasien, tata laksana pemeriksaan meliputi
persiapan pasien, persiapan alat dan bahan, teknik
pemeriksaan, usaha proteksi radiasi, pengolahan film, dan
pembahasan.
Bab IV Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka
Lampiran

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Vertebra Lumbalis


1. Anatomi Vertebra Lumbalis
Vertebra lumbal atau tulang pinggang merupakan bagian dari kolumna
vertebralis yang terdiri dari lima ruas tulang dengan ukuran ruasnya lebih
besar dibandingkan dengan ruas tulang leher maupun tulang punggung.
Dibagian atas tulang lumbal terdapat tulang punggung, yang pesendiannya
disebut thoraco lumbal joint atau articulatio thoraco lumbalis. Dibagian
bawah tulang lumbal terdapat tulang sacrum dan persendiannya disebut lumbo
sacral joint atau articulatio lumbo sacralis ( Pearce C. Evelyn, 2000:58).
Vertebra lumbal adalah satu dari lima rangkaian kolumna vertebralis yang
terletak di pertengahan tubuh bagian posterior. Pada umumnya vertebra
lumbalis memiliki bentuk melengkung ke arah depan atau disebut juga
lordosis. Dilihat dari pendiriannya vertebra lumbal termasuk kedalam
vertebra sekunder, karena penentuan dari vertebra lumbal tumbuh setelah
lahir, yaitu pada saat seorang anak belajar berjalan pada usia satu sampai satu
setengah tahun Philip, 1995). 1. Anatomi Vertebra Lumbalis Vertebra lumbal
atau tulang pinggang merupakan bagian dari kolumna vertebralis yang terdiri
dari lima ruas tulang dengan ukuran ruasnya lebih besar dibandingkan dengan
ruas tulang leher maupun tulang punggung. Dibagian atas tulang lumbal
terdapat tulang punggung, yang pesendiannya disebut thoraco lumbal joint
atau articulatio thoraco lumbalis. Dibagian bawah tulang lumbal terdapat
tulang sacrum dan persendiannya disebut lumbo sacral joint atau articulatio
lumbo sacralis ( Pearce C. Evelyn, 2000:58). Vertebra lumbal adalah satu dari
lima rangkaian kolumna vertebralis yang terletak di pertengahan tubuh bagian
posterior. Pada umumnya vertebra lumbalis memiliki bentuk melengkung ke
arah depan atau disebut juga lordosis. Dilihat dari pendiriannya vertebra

8
lumbal termasuk kedalam vertebra sekunder, karena penentuan dari vertebra
lumbal tumbuh setelah lahir, yaitu pada saat seorang anak belajar berjalan
pada usia satu sampai satu setengah tahun Philip, 1995). Vertebra lumbalis
terdiri atas lima ruas tulang yang tersusun memanjang ke arah bawah. Ruas-
ruas vertebra lumbalis tersebut lebih besar dari ruas vertebra torakalis dan
dapat dibedakan oleh karena tidak adanya bidang untuk persendian dengan
iga. Diantara rua-ruas vertebra lumbalis tersebut terdapat penengah ruas
tulang yang terdiri atau tersusun dari tulang muda yang tebal dan erat,
berbentuk seperti cincin yang memungkinkan pergerakan antara ruas-ruas
tulang yang letaknya sangat dekat. Bagian atas dari vertebra lumbalis
menggunakan vertebra kerakalis 12 dan pada bagian bawahnya menggunakan
vertebra sakralis. Oleh karena itu tubuh bagian atas tubuh, maka bentuk dari
vertebra lumbalis ini besar-besar dan kuat.

9
Vertebra lumbalis memiliki i-ciri sebagai
a. Korpusnya besar, tebal dan berbentuk oval.
b. Memiliki pedikel yang pendek dan tebal.
c. Untuk Intervertebralisnya kecil dan bentuknya menyerupai segitiga.
d. Processus spinosusnya tebal dan luas serta arahnya agak horizontal,
e. Processus transversusnya panjang dan tipis.
Bagian-bagian dari vertebra lumbal :
a. Korpus
Vertebra lumbal memiliki korpus yang tebal, besar dan berbentuk lonjong
(oval) dengan garis poros yang terletak transversal. Ukurannya lebih
besar dari korpus pada servikal pada bagian anterior sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan bagian posterior. Korpus vertebra lumbalis
memiliki bentuk silinder, sehingga dapat berfungsi sebagai penyangga dan
pelindung dari bagian foramen intervertebralis.
b. Arkus
Arkus terletak pada bagian posterior dan dibentuk oleh dua pedikel dan
dua lamina. Pada bagian ini pedikelnya pendek tetapi lebih tebal dan
laminanya lebih besar yang mengarah ke belakang dan ke tengah. Antara
korpus vertebra dengan arkus vertebra lumbalis berfungsi untuk
menyokong prosessus spinosus yang arahnya ke belakang, prosessus
transversus yang arahnya ke samping dan prosessus artikularis superior
dan inferior.
c. Pedikel
Pedikel memiliki dua buah tulang yang pendek dan kuat. Timbul dari
bagian atas korpus, sehingga cekungan insisura vertebralis inferior yang
terletak pada bagian bawah lebih dalam dari cekungan insisura vertebralis
superior yang terletak di bagian atas dan keduanya akan membentuk
foramen intervertebralis yang merupakan bagian dari tempat sumsum
saraf.

10
d. Lamina Arkus
Vertebra Lamina arkus vertebra merupakan susunan dari dua buah tulang
yang bentuknya berasal dari ujung pedikel.
e. Prosessus Spinosus
Vertebra lumbalis memiliki bentuk prosessus spinosus yang lebar dan
besar, tumpul serta mendatar ke arah belakang dan berbentuk persegi atau
seperti kapak kecil dan lebih kecil pada bagian vertebra lumbalis ke lima.
f. Prosessus Transversus
Prosessus transversus tipis dan mengarah ke belakang dan ke samping.
Prosessus transversus lumbal ketiga adalah yang terpanjang, sedangkan
prosessus transversus vertebra kelima lebih pendek dan lebih tipis dari
ruas yang lainnya. Pada bagian belakang dari batas bawah pada setiap
prosessus transversus dan dekat korpusnya terdapat tonjolan tulang yang
disebut prosessus asesoris.
g. Prosessus Artikularis Prosessus artikularis terletak pada bagian sisi
persambungan antara pedikel dengan lamina. Bagian atas cekung dan
mengarah ke depan dan ke tengah. Fasies artikularis inferior bentuk
cembung dan mengarah ke depan serta ke sisi samping. Ketika vertebra saling
bersambungan, maka fasies artikularis inferior berada di atas fasies artikularis
superior dari bagian bawah vertebra. Prosessus artikularis ini berperan dalam
pembentukan diskus artikularis yang membagi prosessus artikularis menjadi
prosessus artikularis inferior dan superior. Pada bagian dari prosessus artikularis
superior terdapat tonjolan tulang pada permukaan belakang yang disebut
prosessus mammilari.

11
2. Fisiologi Vertebra Lumbalis
Vertebra lumbalis merupakan bagian dari kolumna vertebralis,
sehingga fungsi dari vertebra lumbalis tidak terlepas dari fungsi kolumna
vertebralis secara keseluruhan. Sesuai dengan anatomi vertebra lumbalis yang
memiliki bentuk yang besar dan kuat, maka vertebra lumbalis :
a. Menyangga tubuh bagian atas dengan perantaraan tulang rawan yaitu
diskus intervertebralis yag ditunjangnya dapat memberikan fleksibilitas
yang dapat memugkinkan fungsi ke arah depan (fleksi) dan arah belakang
(ekstensi), miring ke kiri dan ke kanan pada vertebra lumbalis.
b. Diskus intervertebralisnya dapat menyerap setiap goncangan yang terjadi
bila sedang menggerakkan berat badan seperti berlari dan mencari.
c. Melindungi otak dan sumsun tulang belakang dari goncangan.
d. Melindungi tulang belakang dari tekanan-tekanan akibat melesetnya
nukleus pulposus pada diskus intervertebralis.
Namun jika annulus fibrosus mengalami kerusakan, maka nukleus
pulposusnya dapat meleset dan dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf

12
disekitarnya yang menimbulkan rasa sakit dan ada kalanya kehilangan
kekuatan pada daerah distribusi dari saraf yang terkena.

3. Patologi Vertebra Lumbalis


a. Spondilosis
Spondilosis adalah penyakit degeneratif tulang belakang. Bila usia
bertambah, maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang
belakang, yang terdiri dari dehidrasi dan kolaps nucleus pulposus serta
penonjolan kesemua arah dari annulus fibrosa. Annulus mengalami
kalsifikasi dan perubahan hipertropik yang terjadi pada pinggir tulang
korpus vertebra, membentuk osteofit atau spur atau taji. Dengan rongga
intervertebralis, diskus intervertebralis dapat mengalami subluksasi dan
menyempitnya foramen intervertebralis yang dapat juga ditimbulkan oleh
osteofit.
b. Spondilolisthesis
Spondilolisthesis adalah pergeseran ke arah depan dari satu korpus
vertebra terhadap korpus vertebra di bawahnya. Hal ini sering terjadi pada
spondilosis yaitu suatu keadaan dimana bagian posterior unit verebra
menjadi terpisah, menyebabkanhilangnya kontinuitas antara prosessus
artikularis superior dan inferior. Spondilolistesis diduga disebabkan oleh
fraktur arkus neural segera setelah lahir, walaupun jarang simtomatis

13
sampai dewasa, usia rata-rata pasien yang mencari pengobatan adalah 35
tahun. Lokasi yang paling sering terjadi adalah vertebra lumbal terakhir
(L5) yang mengalami subluksasi terhadap sakrum.
c. Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri,
dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.

B. Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan


Persiapan pemeriksaan Vertebra Lumbal
 Persiapan pasien Tidak ada persiapan khusus pada pemeriksaan vertebra
lumbal, hanya melepaskan benda-benda yang dapat mengganggu
gambaran radiograf dan mengganti pakaian khusus yang telah disediakan.
 Alat Persiapan
a. Pesawat sinar-x
b. Kaset ukuran 30 x 35 cm atau 35 x 43 cm.
c. Marker R dan L
d. Procecing Film
e. Meteran
f. Spon/Sandbag
g. Grid
Teknik pemeriksaan Vertebra Lumbal
1. Proyeksi Antero Posterior Lumbal
a. Posisi pasien : Pasien tidur terlentang, lutut fleksi, kepala diletakkan
diatas bantal. >
b. Posisi obyek
1) Atur MSP tegal lurus kaset

14
2) Letakan kedua lengan di atas dada
3) Tidak ada rotasi tarsal / panggul
c. Titik bidik:
1) Setinggi krista iliaka (interspace L4 L5) utk menonton lumbal,
sacrum dan posterior cocygeus S
2) etinggi L3 ( palpasi lower costal margin / 4 cm di atas crista
iliaka) utk menonton lumbal
d. Arah sumbu sinar : tegak lurus kaset
e. FFD : 100 cm.
f. Eksposi : Ekspirasi dan tahan napas
g. Faktor eksposi :
1) kV = 85
2) mAS = 16 –
h. Kriteria foto :
1) Tampak vertebra lumbal
2) Space intervertebra
3) Prosesus spinosus dalam satu garis pada vertebra Prosessus
tranversus kanan dan kiri sama

15
2. Proyeksi Oblik Anterior / Posterior Lumbal
a. Posisi pasien : Pasien tidur semi tengkurap (RPO & LPO) / (RAO &
LAO)
b. Posisi obyek:
1) Rotasikan tubuh 45°dan letakkan tegak lurus pada kaset
2) Knee fleksi untuk kestabilan dan kenyamanan
3) Letakan pengganjal dibawah vert dgn spon yg radiolusent utk
membantu posisi
c. Titik bidik : L3 setinggi kosta bawah (4 cm di atas krista iliaka)
d. Arah sumbu sinar : tegak lurus kaset
e. FFD : 100 cm.
f. Faktor Eksposi
kV = 85
mAS = 16
g. Kriteria foto :
1) Tampak Zygapophyseal joint
2) Tampak gambaran Scotty dog

16
3. Proyeksi Lateral Lumbal
a. Posisi pasien : Pasien lateral recumbent, kepala diatas bantal, lutut
fleksi, di bawah kneebdan ankle diberi pengganjal.
b. Posisi obyek:
1) Atur mid coronal plane tegak lurus kaset
2) Letakan pengganjal yg radiolusent di bawah pinggang agar
vert lumbal sejajar pada meja
3) (palpasi prosesus spinosus)
4) Pelvis dan tarsal true lateral
c. Titik bidik:
1) Setinggi crista iliaka (Lumbal,sacrum dan cocygeus)
2) Setinggi L3 ( lower costal margin / 4 cm di atas crista iliaka)
untuk lumbal
d. Arah sumbu sinar : tegak lurus kaset
e. FFD : 100 cm
f. Faktor eksposi
kV = 90
mAS = 16
g. Eksposi : ekspirasi dan tahan napas

17
h. Kriteria foto :
1) Tampak foramen intervertebralis L1 L4 , corpus vertebra,
space intervertebra, prosesus spinosus dan L5 S1
2) Tidak ada rotasi

18
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Paparan Kasus
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Salatiga
No. RM : RM Irja B 383114
No. Roentgen : 717415
Tanggal Pemeriksaan : 20 November 2006
Pemeriksaan : X-Foto Lumbosakral AP-Lateral
Keterangan Klinik Pasien :
Riwayat Penyakit : Nyeri pinggang dan panggul sebelah kiri
kurang lebih 1 tahun.
Diagnosa : DD/ Spondilosis lumbalis, Osteoarthitis
Pada tanggal 20 November 2006 pasien yang bernama Ny. Setelah
diperiksa dokter dari klinik 157 RS Dr. kariadi Semarang, kemudian
langsung datang ke instalasi radiologi RS Dr. Kariadi semarang untuk
dilakukan pemeriksaan dangan sinar-X. Pendrita dating dengan membawa
surat permintaan dari dokter ruangan yang memeriksa.

19
B. Tata Laksana Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan vertebra lumbosakral dengan kasus spon dilosis
lumbalis di instalasi radiologi RS Dr. Kariadi Semarang adalah sebagai
berikut:
a. Persiapan Pasien
Dengan membebaskan daerah yang di foto dari benda-benda
asing yang mengganggu gambaran radiograf.
b. Persiapan Alat dan Bahan
1) Pesawat sinar-X
2) Pesawat sinar-X yang digunakan pada pemeriksaan vertebra
lumbosakral dengan kasus spondilosis lumbalis di RS Dr. Kariadi
semarang yaitu dengan merek Tropy N 500 Homoloque type LN
088, kapasitas 150 kV, 250 mA, No Seri pesawat 55513.
3) Faktor eksposi yang digunakan pada pemeriksaan vertebra
lumbosakral kali ini adalah 70 kV, 25 mAs untuk proyeksi
pemeriksaan secara anteroposterior dan 70 kV, 32 mAs untuk
proyeksi pemeriksaan secara lateral.
4) Kaset Imaging Plate Untuk CR (Computer radiografi) ukuran 35 x
43 dan grid ukuran 35 x 43.
5) Film X-ray sesuai ukuran.
6) Alat pengolah film.menggunkan CR (Computer Radiografi).

C. Teknik Pemeriksaan
Penderita datang kebagian instalasi radiologi bersama keluarganya
kemudian pasien disuruh masuk untuk dilakukan pemotretan setelah
sebelumnya telah diregistrasi.
Pemeriksaan vertebra lumbosakral dengan kasus spondilosis lumbalis
ini menggunakan dua proyeksi yang umum di gunakan yaitu proyeksi
anteroposterior dan lateral, jadi dilakukan dua kali pemotretan, sebelum

20
melakukan pemeriksaan perlu diberitahukan kepada pasien tentang prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan. Menjaga komunikasi yang baik dengan
pasien sehinnga pengulangan foto dapat dihindari.
Pemeriksaan pertama dengan proyeksi anteroposterior prosedurnya
adalah memposisikan pasien tiduran supine diatas meja pemeriksaan, kedua
kaki lurus, kepala diletakkan diatas bantal. Mengatur posisi MSP tegak lurus
kaset, kedua tangan pasien di letakkan di samping tubuh, meyakinkan tdak
ada rotasi pada pelvis, Krista iliaka di pertengahan kaset. Mengatur eksposi
penyinaran CR tegak lurus kaset, CP pada MSP setinggi Krista iliaka
(interspace L4 – L5), SID 100 cm, eksposi ekspirasi dan tahan napas, kolimasi
batas atas prosessus xypoideus, dan batas bawah sympisis pubis.

Kriteria Gambar Pyoeksi AP


o Tampak vetebra lumbal
o Space intervertebra
o Prosesus spinosus dalam satu garis pada vetebra
o Prosesus tranversus kanan dan kiri berjarak
sama

 Proyeksi Lateral

21
a. Posisi Pasien: Pasien lateral recumbent, kepala diatas bantal, knee
fleksi, dibawah knee dan pengganjal.
b. Posisi Objek :
1) Atur mid coronal plane tegak lurus kaset
2) Letakan pengganjal yg radiolusent di bawah pinggang agar
vert lumbal sejajar pada meja
3) (palpasi prosesus spinosus)
4) Pelvis dan tarsal true lateral
c. CP : Bagian bawah IR ditempatkan minimal 2,5 hingga 5 cm di
bawah crista iliaka
d. CR : Vertiakal tegak lurus bidang kaset
e. FFD : 100 cm
f. Ukuran kaset 30 x 43 cm
g. Factor Eksposi : -
kV : 90 mAs : 16

Kriteria gambar proyeksi lateral


o Tampak fornamen intervertebralis L1-L4, corpus
vertebra, pace intervetebra, prosesus spinosus dan L5-
S1

22
Evaluasi Radiograf :
1) Stuktur tulang baik
2) Tampak corpusvertebra lumbal V bergeser ke posterior terhadap vertebra
lumbal IV
3) Tampak osteofit anterior vertebra thorakalis X-XII, vertebra lumbalis I-II
4) Tak tampak penyempitan diskus dan foramen intervertebralis
5) Prosessus spinosus dan pedikel tampak baik
6) Tak tampak diskontinuitas tulang

Kesan :
1) Spondilosis Thorakalis dan Lumbalis
2) Spondilolisthesis Lumbalis

D. Usaha Proteksi Radiasi


Proteksi radiasi yang diusahakan oleh instalasi radilogi RS Dr. kariadi
Semarang dalam pemeriksaan vertebra lumbosakral dangan kasus spondilosis
lumbalis adalah sebagai berikut :
a. Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi adalah dengan berlindung dibalik
dinding pelindung selama pemotretan berlangsung.
b. Proteksi radiasi untuk pasien adalah dangan menghindari semaksimal
mungkin pengulangan foto dan mengatur luas lapangan penyinaran
secukupnya.
c. Proteksi radiasi untuk manyarakat umum adalah dengan tidak
mengizinkan pihak-pihak yang tidak berkepentingan berada di ruang
pemeriksaan.

23
E. Pengolahan film
Pengolahan film di instalasi radiologi RS Dr. Kariadi Semarang
menggunakan system pengolahan film secara digital yaitu dengan
menggunakan CR (Computer Radiografi). Proses pengolahan ini dimulai
dengan pemasukan data input pasien yang meliputi (nama pasien, umur, jenis
kelamin, tech ID di isi dengan nama radiogafer yang jaga, depertement
poliklinik atau ruangan pengirim, dokter pengirim, kaset ID, proyeksi
pemeriksaan, posisi pasien, posisi kaset), setelah semua data diketik kaset di
submit dan dimasukkan, secara otomatis dan menggunakan kemampuan
digital CR memproses bayangan latent dari imaging plate dengan system
laser. Setelah gambar muncul di monitor komputer selanjutnya di beri marker
dan di atur kontras dan ketajaman gambarnya, setelah semua di atur gambar
lalu di print dengan pengaturan jumlah film dan ukuran film yang sesuai
proyeksi pemeriksaan.

F. Pembahasan
Beberapa hal yang berhubungan dengan pemeriksaan vertebra
lumbosakral dengan kasus spondilosis lumbalis di RS Dr. Kariadi Semarang
adalah :
Pemeriksaan vertebra lumbosakral di RS Dr. Kariadi Semarang pada
umumnya hanya menggunakan dua proyaksi yaitu proyeksi anteroposterior
dan proyeksi lateral, untuk proyeksi oblique jarang dilakukan.
Pertimbangan-pertimbangan yang diperhitungkan kenapa proyeksi
lateral jarang dilakukan antara lain:
1. Pada kasus spondilosis proyeksi lateral adalah proyeksi yang utama
sedangkan anteroposterior hanya untuk proyeksi tambahan.

24
2. Proyeksi pemeriksaan oblique dilakukan untuk kasus HNP (Hernia
Nukleus Pulposus) yang membutuhkan gambaran foramen vertebra.
3. Prosedur pemeriksaan dua proyeksi ini dapat meminimalisasi dosis radiasi
bagi pasien karena pasien tidak perlu foto berulang-ulang.
4. Untuk efisiensi film dan dana yang dikeluarkan oleh pasien.
Pada hasil radiograf proyeksi anteroposteior yang dikemukakan diatas
kontras yang dihasilkan cukup baik, batas kolimasi kurang sentral hal ini
disebabkan kondisi kolimator pesawat tidak normal, dari gambaran radiograf
yang dibuat sudah dapat menampilkan stuktur anatomi dan patologi dari
lumbosakral yang difoto, dan tidak dilakukan pengulangan foto karena dari
gambaran radiograf dengan proyeksi anteroposterior dan lateral ini sudah
dapat di temukan patologi penyakit yang mengenai lumbosakral pasien yaitu
spondilosis dan spondilolisthesis lumbalis. Secara garis besar prosedur
pemeriksaan lumbosacral di Instalasi RS Dr. Kariadi Semarang sudah cukup
sesuai dengan standart teori, akan tetapi masih ada beberapa tindakan yang
berbeda hal ini disesuaikan dengan kondisi pesawat, kondisi pasien dan jenis
permintaan fotonya.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari laporan diatas yang berjudul "Pemeriksaan Secara Radiografi Vertebra
Lumbosakral Dengan Kasus Spondilosis Lumbalis di RS Dr. Kariadi Semarang"
dapat diambil kesimpulan bahwa pemeriksaa vertebra lumbosakral dengan kasus
spondilosis lumbalis ini hanya dilakukan dengan proyeksi anteroposterior dan
lateral tanpa menggunakan proyeksi oblique, karena dari dua proyeksi tersebut
sudah bisa didiagnosa adanya spondilosis pada lumbosacral. Prosedur
pemeriksaan lumbosakral di Instalasi Radiologi RS Dr. Kariadi Semarang sudah
cukup sesuai dengan standart teori.

B. Saran
Pada pemeriksaan vertebra dengan kasus spondilosis lumbalis diutamakan
menggunakan proyeksi lateral dan tambahan proyeksi anteroposterior untuk
proyeksi oblique sebaiknya digunakan untuk pemeriksaan kasus HNP (Hernia
Nukleus Pulposus) dan kasus Spondilolistesis lumbalis.

26
DAFTAR PUSTAKA

Amstrong Peter, Wastie.L, 1989, Pembuatan Gambar Diagnostik (Diagnostik


imaging). Edisi 2, Alih Bahasa Dr. Petrus Andrianto, EGC, Jakarta

Ballinger, W. J Philip, 1995, Meril’s Atlas Of Radiographic Positioning And


Radiologic Prosedure, Volume One, Eighth Edition, Mosby Year Book,
Amerika

Bontrager, Kenneth. L, 2001, Text Book Of Radiographic Positioning And Related


Anatomi, Fifth Edition, The Mosby, St. Louis

27

Anda mungkin juga menyukai