Anda di halaman 1dari 27

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS

DENGAN KASUS OSTEOARTHRITIS PADA HIP JOINT

KARYA TULIS ILMIAH DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT


UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN DIPLOMA III RADIOLOGI

DIAJUKAN OLEH :

Pitri Anila Sari


NIM : 19002039

PROGRAM STUDI DIPLOMA III-TEKNIK RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang dilimpahkan-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “Teknik Radiografi Pelvis
dengan Kasus Osteoarthritis pada Hip Joint ” ini.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia, Prodi D-III Teknik Radiologi Stikes Awal Bros Pekanbaru.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua penulis
2. Ibu Diah Ratna Wahyuningsih. selaku dosen pengampu mata kulia bahasa
indonesia Prodi D-III Teknik Radiologi Stikes Awal Bros Pekanbaru
3. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis juga berharap laporan
kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Pekanbaru,24 Desember 2019

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................ii

KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................2

1.5. Manfaat Penulisan.........................................................................2

1.6. Sistematika Penulisan...................................................................3

BAB II DASAR TEORI........................................................................................4

2.1. Anatomi..........................................................................................4

2.2. Patologi Osteoarthritis...................................................................9

2.3. Teknik Radiografi Pelvis...............................................................11

2.4. Proteksi Radiasi.............................................................................15

iii
iv

BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN...............................................17

3.1. Identitas Pasien..............................................................................17

3.2. Riwayat Pasien...............................................................................17

3.3. Prosedur Pemeriksaan....................................................................18

3.4. Hasil Pembacaan Radiograf...........................................................20

3.5. Pembahasan Kasus.........................................................................20

BAB IV PENUTUP...............................................................................................22

4.1. Kesimpulan....................................................................................22

4.2. Saran..............................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

iv
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Pelvis....................................................................................4

Gambar 2. Pelvis kanan.........................................................................................5

Gambar 3. Aspek lateral pelvis kanan...................................................................5

Gambar 4. Aspek lateral hip kanan.......................................................................7

Gambar 5. Aspek posterior hip kanan...................................................................8

Gambar 6. Osteoarthritis pada sendi panggul (hip joint)......................................10

Gambar 7. Skema perbandingan sendi panggul....................................................11

Gambar 8. Posisi pasien Pelvis AP........................................................................11

Gambar 9. Radiograf Pelvis AP wanita.................................................................12

Gambar 10. Radiograf Pelvis AP pria...................................................................13

Gambar 11. Posisi pasien Pelvis Lateral...............................................................14

Gambar 12. Radiograf Pelvis Lateral....................................................................15

Gambar 13. Foto hasil pemeriksaan radiograf Tn.Z..............................................20

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sendi adalah pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka.
Sendi panggul atau hip merupakan sendi yang menghubugkan pelvis dengan
tulang paha (femur). Sendi panggul memiliki 2 bagian yaitu caput femuris dan
acetabulum.
Berbagai jenis penyakit dapat menyerang persendian tubuh manusia dan
salah satunya adalah osteoarthritis. Osteoarthritis adalah penyakit akibat
degeneratif tulang rawan sendi dengan disertai terbentuknya bibir di pinggiran
tulangnya, sehingga terjadi penyempitan ruang sendi dan mengakibatkan
timbulnya rasa sakit. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera di masa lampau
maupun abnormalitas bawaan pada susunan tulang.
Berdasarkan sumber data yang penulis peroleh dibeberapa referensi
bahwa sendi panggul mempunyai teknik radiografi sendiri dan berbagai macam
proyeksi pemotretan maka untuk mendapatkan radiograf yang lebih informatif
dilakukan dengan berbagai proyeksi seperti AP unilateral dan AP perbandingan.
Berbeda dengan permintaan dokter di RSUD Muntilan yang
menggunakan teknik radiografi pelvis AP yang sama dengan teknik radiografi
hip proyeksi AP perbandingan dengan arah sinar vertikal tegak lurus untuk
memeriksa sendi panggul kanan dan kiri sesuai dengan klinis pasien dan
diagnosa dokter. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengangkat kasus
pemeriksaan radiografi pelvis dengan proyeksi anterior posterior menjadi laporan
kasus dengan judul “Teknik Radiografi Pelvis dengan Kasus Osteoarthritis pada
Hip Joint”

1
2

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka dapat
dirumuskan data sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan pelvis dengan kasus osteoarthritis pada
hip joint di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan?
2. Apakah radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi
yang diharapkan?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi pelvis pada kasus
osteoarthritis hip joint atau sendi panggul.
2. Untuk mengetahui informasi anatomi dan patologi osteoarthritis pada
sendi panggul.

1.4. Manfaat Penulisan


Manfaat dari pembuatan laporan kasus ini yakni diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya mengenai patologi osteoarthritis yang
menyerang sendi dalam hal ini sendi panggul serta tata laksana pemeriksaan
radiografi pelvis.

1.5. Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah pembaca untuk memahami isi laporan kasus ini.
Penulis menyajikan sistematika penulisan dengan rincian sebagai berikut :
3

BAB I, Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode pengumpulan data, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II, Dasar Teori
Bab ini menjelaskan tentang anatomi, patologi dan teknik
pemeriksaan radiologi serta proteksi radiasi yang dijadikan
sebagai dasar teori dalam penulisan laporan kasus ini.
BAB III, Profil Kasus dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang profil kasus pasien yang mengalami
osteoarthritis, prosedur pemeriksaan, hasil pembacaan radiograf
serta pembahasannya.
BAB IV, Penutup
Pada bab ini, dikemukakan kesimpulan dari bab-bab
sebelumnya serta saran dari penulis.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Anatomi
2.1.1. Pelvis

Gambar 1. Anatomi Pelvis


Pelvis merupakan cincin yang terdiri dari tulang inominata dan
sacrum yang dihubungkan oleh ligamen. Tulang inominata terdiri dari os
ilium, ischium,dan pubis. Masing-masing berperan dalam menjaga
stabilitas 3 dimensi pelvis. Ketiga bagian tersebut bergabung dan
membentuk suatu ruang berbentuk mangkok yang disebut acetabulum yang
pada permukaan lateral akan mengelilingi caput femoris.
Pelvis membantu dalam menyokong tubuh, melindungi vesica
urinaria, bagian bawah intestinum crassum dan organ reproduksi internal.

4
5

Ilium adalah bagian terbesar dan teratas dari tulang pelvis, melebar
keluar, membentuk tonjolan dari pelvis. Garis tepi dari tonjolan tersebut
dinamakan crista iliaca. Secara posterior, ilium bersendi dengan sacrum
(sacro-iliac joint).

Gambar 2. Pelvis kanan. (a) permukaan medial. (b) permukaan lateral

Ischium terbentuk dari bagian terbawah pelvis. Terdiri dari korpus


yang ikut membentuk acetabulum, ramus superior dan ramus inferior .
Corpus osis ilium melanjutkan diri sebagai corpus ossis ischii yang
disebelah kaudal melekuk dan mempunyai bulatan yang kasar disebut
tuber iscciadicum (tulang duduk). Ke ventral melanjutkan diri sebagai
ramus inferior ossis ischii.

5
Gambar 3. Aspek lateral pelvis kanan
6

Pubis merupakan bagian anterior dari pelvis. Terdiri dari corpus,


ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior dan inferior bertemu di
sebelah ventral sebagai simfisis pubis. Pada pangkal ramus superior di
sebelah atas foramen obturatorium terdapat sulcus obturatorius. Pada tepi
atas ramus superior di sebelah atas foramen obturatorium terdapat sulkus
obduratorius. Pada tepi atas ramus superior lateral dari simfisis pubis
terdapat tonjolan disebut tuberculum publicum. Foramen obturatorium
dibatasi oleh ramus superior dan inferior ossis ischii,ramus superior dan
inferior ossis pubis. Tepi bawah ramus inferior ossis pubis kanan dan kiri
membentuk sudut arcus pubis.

2.1.2. Hip Joint


Hip joint merupakan triaxial joint, karena me-miliki 3 bidang gerak.
Hip joint juga merupakan hubungan proksimal dari extremitas inferior.
Dibandingkan dengan shoulder joint yang konstruksinya untuk mobilitas,
hip joint sangat stabil yang konstruksinya untuk menumpuh berat badan.
Selama berjalan, gaya dari extremitas inferior ditransmisikan keatas
melalui hip ke pelvis dan trunk serta aktivitas extremitas inferior lainnya.
Dalam suatu gerak fungsional, terjadi hubungan antara pelvic girdle
dan hip joint. Pelvis girdle akan mengalami tilting dan rotasi selama
gerakan femur. Hubungan tersebut hampir sama dengan hubungan scapula
dengan shoulder joint, perbedaannya adalah scapula kiri & kanan dapat
bergerak bebas sedangkan pelvis hanya dapat bergerak sebagai satu unit. 
Hip joint dibentuk oleh caput femur yang kon-veks bersendi dengan
acetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket (spheroidal)
triaxial joint. Acetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan
pubis. Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline, & pusat
acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh
membran synovial.
7

Jaringan fibrokartilago yang melingkar datar di acetabulum disebut


dengan labrum acetabular, yang melekat disekeliling margo acetabulum.
Labrum acetabular menutup cartilago hyaline & sangat tebal pada
sekeliling acetabulum dari-pada pusatnya à hal ini menambah kedalaman
acetabulum. Acetabulum terletak di bagian lateral pelvis, menghadap ke
lateral, anterior & inferior.

Gambar 4. Aspek lateral hip kanan

Caput femur secara sempurna ditutup oleh cartilago hyaline. Pada


pusat caput femur terdapat lubang kecil yang dinamakan dengan fovea
capitis tidak ditutup oleh cartilago hyaline. Caput femur membentuk sekitar
2/3 dari suatu bola. Caput femur berbentuk spherical dan menghadap
kearah anterior, medial dan superior. Hip joint diperkuat oleh kapsul sendi
yang kuat, ligamen iliofemoral, pubofemoral, dan ischiofemoral. Hip joint
juga diperkuat oleh ligamen transverse acetabular yang kuat dan
bersambung dengan labrum acetabular. Ligamen teres femoris merupakan
8

ligamen triangular yang kecil, melekat pada apex fovea capitis dekat pusat
caput femur ke tepi ligamen acetabular.
Ligamen teres femoris berfungsi sebagai pe-ngikat caput femur ke
bagian bawah acetabu-lum dan memberikan stabilisator yang kuat didalam
sendi (intraartikular). Stabilisator bagian luar dihasilkan oleh 3 liga-men
yang melekat pada collum/neck femur yaitu : ligamen iliofemoral,
pubofemoral & ischiofemoral. Ligamen iliofemoral disebut juga ligamen
“Y”, karena arah serabut mirip huruf Y terbalik. Ligamen iliofemoral
memperkuat kapsul sendi bagian anterior. Ligamen pubofemoral terdiri
dari ikatan serabut yang kecil pada kapsul sendi bagian medial anterior dan
bawah. Ligamen ischiofemoral merupakan ligamen triangular yang kuat
pada bagian belakang kapsul. 

Gambar 5. Aspek posterior hip kanan

2.1.3. Proximal Femur


Femur proksimal terdiri dari empat bagian penting; kaput, kollum,
trokanter mayor dan minor. Kaput femur berbentuk bulat dan halus untuk
membentuk persendian dengan tulang kokse di asetabulum. Kollum femur
menghubungkan kaput dengan korpus. Trokanter mayor merupakan
9

tonjolan tulang yang bulat dan terletak superior dan lateral dari korpus
femur. Sedangkan trokanter minor tonjolannya lebih kecil dan terletak
medial dan superior dari pertemuan kollum dan korpus femur (Bontrager,
2001).
2.2. Patologi Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit akibat degeneratif tulang rawan sendi
dengan disertai terbentuknya bibir dipinggiran tulangnya, sehingga terjadi
penyempitan ruang sendi, dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Sering terjadi
pada sendi coxae dan sendi lutut karena sendi-sendi tersebut sendi yang bertugas
menopang badan. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera masa lalu dan
abnormalitas bawaan pada susunan tulang, juga dapat dikarenakan kegemukan
atau obesitas.
Penyakit ini bukan merupakan suatu gejala gangguan peradangan, namun
seringkali perubahan-perubahan didalamnya disertai sinovitis yang menyebabkan
nyeri dan rasa tidak nyaman. Osteoarthritis dibagi dalam dua kategori yaitu
primer, yang dihasilkan dengan umur, dan sekunder, terjadi pada orang muda
dimana diawali dengan kerusakan tulang rawan sendi akibat trauma, infeksi, atau
kelainan congenital.
Tedapat dua perubahan anatomis pada osteoarthritis yaitu kerusakan fokal
tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi
tulang rawan sendi dan tipe sendi ( osteofit ). Pada osteoarthritis perubahan
anatomis yang paling utama adalah terbentuknya tilang rawan baru karena proses
degeneratif, sedangkan artritis ditandai peradangang pada membran sinovial.
Proses degeneratif tampak pada terbentuknya fisura-fisura dengan
permukaan tulang rawan yang tidak rata, diikuti kemudian dengan pembentukan
celah dengan arah vertikaldi dalam tulang rawan, dimana akan mencapai daerah
subkondral (cartilage fibrillation). Terdapat penurunan metakromasi pada
pewarnaan tulang rawan diakibatkan dari berkurangnya proteoglikan.
10

Membran sinovia menunjukkan sedikit tanda-tanda radang pada saat


penyakit itu secara klinis ada. Dengan rusaknya tulang rawan, maka akan tampak
jaringan tulang yang mendasarinya. Daerah tulang itu akan menjadi tebal karena
kompresi atau karena proses pembentukan tulang baru yang reaktif. Yang khas
pada osteoarthritis adalah terbentuknya ”Taji” tulang ( bony spur ) yang
menonjol dari tulang yang reaktif pada tepi ruang sendi.

Gambar 6. Osteoarthritis pada sendi panggul (hip joint)


Walaupun sudah jelas bahwa degenerasi matriks tulang rawan merupakan
patogenesis utama dari osteoarthritis, akan tetapi penyebab dari proses ini masih
tetap belum jelas. Selain perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses
menua, kerusakan jaringan karena proses imunologis dan penyakit yang
berkaitan dengan faktor genetik juga berperan dalam degradasi tulang rawan.
Kekakuan sub kondral bersamaan dengan perubahan pada tulang rawan
menyebabkan berkurangnya kapasitas meredam goncangan ( Shock absorbsing
capacity ) dan mempengaruhi terjadinya stess yang berlebihan pada lapisan
tulang rawan. Perubahan sklerotik didaerah sub kondral dianggap sebagai akibat
dari mikrofaktur, yang disebabkan oleh trauma berulang pada tulang penyangga
tubuh selama bertahun-tahun.
11

Klinis dari osteoarthritis adalah berupa nyeri sendi, terutama apabila sendi
bergerak atau menanggung beban. Nyeri akan berkurang jika sendi beristirahat.
Dapat juga terjadi kekakuan sendi apabila sendi tidak bergerak pada waktu yang
lama atau biasanya terjadi pada pagi hari dan terjadi hanya beberapa menit.
Keterbatasan sendi dalam bergerak terutama tidak dapat berekstensi penuh. nyeri
tekan loncat, pembesaran tulang di sekitar sendi, sedikit efusi sendi dan krepitasi.

Gambar 7. Skema perbandingan sendi panggul normal dengan sendi yang mengalami
osteoarthritis

2.3. Teknik Radiografi Pelvis


2.3.1. Proyeksi AP
 Posisi pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, kedua tangan
diletakkan di depan dada agar tidak menutupi gambaran yang
diinginkan.
12

Gambar 8. Posisi pasien Pelvis AP dengan rotasi internal pada kaki


 Posisi objek
1) Mengatur MSP (mid-sagital plane) tubuh pada pertengahan meja
pemeriksaan dan pasien dalam posisi true supine.
2) Rotasi internal pada kaki 15o-20o dan mengatur collum femoris
paralel dengan IR atau kaset. Namun, rotasi internal ini akan
menjadi kontra indikasi untuk kasus trauma atau faktor patologis.
3) Menempatkan alat bantu fiksasi berupa sandbag pada ankle joint
agar posisi tidak berubah.
4) Memeriksa jarak dari kedua SIAS ke meja pemeriksaan sama
jauhnya untuk memastikan pelvis tidak rotasi.
 Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR) : Vertikal tegak lurus
pertengahan IR
2) Titik bidik/central pint (CP) : Pertengahan antara SIAS dan
symphysis pubis (2 inchi atau 5 cm inferior SIAS dan 2 inchi
superior symphysis pubis).
3) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
4) Ukuran film dan kaset : 35 x 43 cm
5) Eksposi : Tahan napas
13

Gambar 9. Radiograf Pelvis AP wanita

Gambar 10. Radiograf Pelvis AP pria

 Kriteria radiograf
1) Kolimasi yang tepat
2) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat
3) Lesser trochanter berada pada medial border femur
4) Collum femoris terlihat penuh tanpa superimposisi
5) Greater trochanter terlihat
14

6) Kedua tulang iliaca berjarak sama ke tepi radiograf


7) Kedua greater trochanter berjarak sama ke tepi radiograf
8) Columna verebrae paling rendah berada tepat di pertengahan
radiograf
9) Kedua ala iliaca simetris
10) Sacrum dan coccygeus segaris dengan symphysis pubis

2.3.2. Proyeksi Lateral


 Posisi pasien
Pasien diposisikan recumbent lateral.

Gambar 11. Posisi pasien Pelvis Lateral


 Posisi objek
1) Pasien tidur miring di salah satu sisi yang akan di foto,
menempatkan MCP (mid-coronal plane) tubuh pasien di
pertengahan meja pemeriksaan.
2) Di bawah columna vertebralis diberi pengganjal sehingga
vertebrae paralel dengan permukaan meja pemeriksaan.
3) Mengatur pelvis true lateral dengan SIAS pada garis vertikal yang
sama.
15

4) Menempatkan knee yang satu denga knee yang lain. Alat fiksasi
berupa bantal atau bahan penyangga knee untuk stabilitas dan
kenyamanan pasien.
 Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR) : Vertikal tegak lurus
pertengahan IR
2) Titik bidik/central pint (CP) : 2 inchi (5 cm) di atas trochanter
mayor
3) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
4) Ukuran film dan kaset : 35 x 43 cm

Gambar 12. Radiograf Pelvis Lateral

 Kriteria radiograf
1) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat
2) Sacrum dan coccygeus
3) Margin posterior dari tulang ischium dan ilium superimposisi
4) Femur superimposisi
5) Bayangan acetabulum superimposisi
16

2.4. Proteksi Radiasi


2.4.1. Proteksi bagi pasien
 Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan dokter
 Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
 Menggunakan faktor eksposi yang tepat untuk menghindari
pengulangan foto
 Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan
 Waktu penyinaran sesingkat mungkin
 Pasien menggunakan apron
 Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya
2.4.2. Proteksi bagi petugas
 Tidak menggunakan berkas sinar–x yang mengarah ke petugas
 Berlindung dibalik tabir / tirai saat melakukan eksposi
 Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama
bertugas
2.4.3. Proteksi bagi masyarakat umum
 Pintu pemeriksaan tertutup rapat
 Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum
 Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang
pemeriksaan
 Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya
pemeriksaan, orang tersebut harus menggunakan apron
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. Z
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 75 Tahun
Alamat : Muntilan
No. RM : 012646
No. Foto : 8558
Dr. Pengirim : dr. Adelina P, SpKFR
Tanggal Pemeriksaan : 09 Desember 2015
Permintaan Pemeriksaan : Pelvis AP
Diagnosa : Osteoarthritis hip dextra et sinistra

3.2. Riwayat Pasien


Pada tanggal 9 Desember 2015, pasien mendatangi RSUD Muntilan
untuk memeriksakan kelainan yang dirasakan pada daerah pangkal pahanya.
Pasien datang memeriksakan ke dokter dengan keluhan sakit tersebut,
kemudian dokter mendiagnosa telah terjadi kekakuan pada daerah hip dan
menyarankan untuk melakukan foto rontgen pelvis di Instalasi Radiologi
RSUD Muntilan. Pasien datang ke instalasi radiologi dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter. Selanjutnya pasien melakukan
foto rontgen Pelvis proyeksi AP.

17
18

3.3. Prosedur Pemeriksaan


3.3.1. Persiapan Alat
1. Pesawat Sinar-X siap pakai
Merk : SIEMENS MOBILETT XP Eco
Tipe : 01158815
No. Seri : 468327
kV max : 133 kV
mA max : 450 mA
Manufactured : July 2012
2. Film dan kaset radiografi ukuran 30 x 40 cm
3. Timbal
4. Marker R
5. Plester
6. Gunting

3.3.2. Persiapan Pasien


Pada dasarnya pemeriksaan pelvis ini tidak membutuhkan
persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan memakai baju pasien
sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan juga pasien
melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar daerah panggul
agar tidak menimbulkan bayangan radiopaq pada radiograf. Dalam hal ini
diantaranya yakni ikat pinggang, resleting, kancing celana dan uang
logam pada saku maupun benda – benda logam lainnya.
Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu
prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalahpahamaan
dari pasien tersebut.
19

3.3.3. Teknik Pemeriksaan


Pelvis Proyeksi AP
 Posisi pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, kedua tangan
diletakkan di depan dada.
 Posisi objek
1) Mengatur MSP (mid-sagital plane) tubuh pasien pada
pertengahan meja pemeriksaan dan pasien dalam posisi true
supine.
2) Kedua kaki dirotasikan internal
3) Megatur kedua SIAS agar simetris dan berjarak sama ke meja
pemeriksaan sama jauhnya untuk memastikan pelvis tidak rotasi.
 Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR) : Vertikal tegak lurus
pertengahan objek dan IR
2) Titik bidik/central pint (CP) : Pertengahan antara SIAS dan
symphysis pubis
3) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
4) Ukuran kaset dan film : 30 x 40 cm
5) Eksposi : saat pasien tidak bergerak
6) kV : 73
7) mAs :8
 Kriteria radiograf
- Tampak tulang pelvis beserta kedua hip
- Pelvis tidak mengalami rotasi
- Kedua tulang iliaca berjarak sama ke tepi radiograf
- Proximal femur, greater trochanter tampak dalam radiograf
20

3.4. Hasil Pembacaan Radiograf


Art coxae dextra et sinistra :
 Joint space bagian menyempit dan sclerotik
 Facies articularis acetabulum irreguler
 Caput femoris dextra et sinistra mengecil dan scklerotik
KESAN : OSTEOARTHRITIS COXAE DEXTRA ET SINISTRA
SUSP TANDA AWAL PERTHES’ DISEASE

Gambar 13. Foto Hasil Pemeriksaan Radiografi Tn. Z

3.5. Pembahasan Kasus


Osteoarthritis merupakan salah satu jenis arthritis yang paling umum
terjadi. Osteoarthritis adalah penyakit akibat degeneratif tulang rawan sendi
dengan disertai terbentuknya bibir di pinggiran tulangnya, sehingga terjadi
penyempitan ruang sendi dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Osteoarthritis
dapat menyerang semua tulang rawan di sekujur tubuh, termasuk tulang
belakang, tetapi terutama menyerang tungkai dari panggul, lutut hingga
pergelangan kaki. Untuk melihat ada atau tidaknya osteoarthritis diperlukan
pemeriksaan penunjang yakni pemeriksaan secara radiografi.
21

Pada pemeriksaan radiografi dengan diagnosa osteoarthritis pada


persendian, berbagai referensi menganjurkan untuk dibuat proyeksi
perbandingan. Maksud dari dibuatnya proyeksi perbandingan adalah untuk
membandingkan antara sendi yang sakit dengan sendi yang normal. Selain itu
juga untuk melihat apakah sendi yang satunya juga terserang osteoarthritis,
karena apabila salah satu sendi sudah terkena osteoarthritis maka kemungkinan
sendi yang satunya untuk terkena osteoarthritis besar.
Dalam berbagai referensi, untuk patologi pada sendi panggul (hip joint)
terdapat proyeksi tersendiri yakni AP unilateral dan AP perbandingan. Dalam hal
ini, osteoarthritis menggunakan AP perbandingan untuk melihat kedua belah
sendi.
Di instalasi radiologi RSUD Muntilan, pemeriksaan sendi panggul
dengan kasus Osteoarthritis dibuat dengan proyeksi antero-posterior (AP) pelvis
sesuai permintaan dan diagnosa dari dokter pengirim. Proyeksi pelvis AP dengan
kaki dirotasikan internal ini sama halnya dengan proyeksi AP perbandingan pada
hip joint. Proyeksi ini dianggap sudah dapat menegakkan diagnosa pada kasus
osteoarthritis.
Dengan proyeksi ini akan terlihat celah sendi panggul tampak antero-
posterior (AP) yang membuka, tampak juga tulang-tulang pembentuk hip joint.
Pada kasus osteoarthritis akan tampak penyempitan celah sendi dikarenakan
terbentuknya bony spur atau taji tulang yakni tulang tambahan yang berkembang.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Pemeriksaan radiografi pada sendi panggul dengan kasus osteoarthritis di
RSUD Muntilan menggunakan proyeksi pelvis AP sehingga kedua sendi
panggul dapat dilihat dan dibandingkan.
2. Proyeksi AP pelvis dengan kasus osteoarthritis adalah proyeksi yang mampu
menampakan celah sendi dan tulang penyusun sendi panggul. Proyeksi AP
pelvis informatif untuk menegakkan diagnosa pada kasus osteoarthritis.

4.2. Saran
Pemeriksaan sendi panggul pada kasus osteoarthritis sebaiknya
menggunakan proyeksi AP pelvis dengan kaki dirotasikan internal. Namun, jika
kaki pasien tidak mampu dirotasikan, hal tersebut tidak perlu dilakukan untuk
kenyamanan pasien.

22

Anda mungkin juga menyukai