Journal Reading
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Evaluasi Radiografi dari Skoliosis: Tinjauan Ulang
Disusun oleh :
Yuji Aditya
1510029009
Dosen Pembimbing:
dr. Freddy Yoedyanto, Sp. Rad
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah kelompok penulis dapat menyelesaikan Journal Reading mengenai
Soliter Fibrous Tumor Pleura ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini
merupakan hasil dari belajar mandiri selama berada di stase farmakologi di
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
Dalam pembuatan laporan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Dr.Emil Bachtiar Moerad, Sp.P selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Sukartini, Sp.A selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Pendidikan
Dokter Umum.
3. dr. Freddy Yoedyanto, Sp. Rad selaku dosen pembimbing di stase Radiologi.
4. Orang tua serta teman-teman yang telah mendukung dan membantu
terselesaikannya laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun kepada penulis. Sebagai penutup penulis berharap semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
Tujuan................................................................................................................................1
Hasil..................................................................................................................................1
Teknik ...............................................................................................................................2
Anatomi Lengkungan........................................................................................................2
Mengukur Lengkungan.....................................................................................................2
Keseimbangan sagital dan Koronal...................................................................................5
Lengkungan Struktural versus nonstruktural....................................................................9
Idiopatik Skoliosis pada Dewasa Muda...........................................................................11
Klasifikasi Skoliosis........................................................................................................13
Kapan
MRI
dipakai..........................................................................................................14
Skoliosis Degeneratif.......................................................................................................20
Neurofibromatosis...........................................................................................................20
Neuromuskular Skoliosis.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22
Appendix I.......................................................................................................................27
Tujuan
Tidak lepas dari majunya teknik radiologi selama beberapa dekade ini, radiologi
tidak terlepas sebagai alat diagnosis dan evaluasi dari skoliosis. Pengetahuan dari faktor
teknis, kesalahan pengukuran, dan teknik pengukuran itu penting dalam perbandingan
radiograf dan mempengaruhi dalam keputusan bedah. Artikel ini terfokus pada idiopatik
skoliosis di dewasa muda sebagai dasar untuk mengerti konsep dasar pada evaluasi
radiografi skoliosis.
Hasil
Konsep tampilan sagital dan keseimbangan koronal sangat penting dalam evaluasi
deformitas spinal. Tampilan lateral mampu memmbuat perbedaan antara lengkungan
struktural dan nonstruktural dan mempengaruhi pilihan level yang akan dimasukkan
dalam operasi gabungan. Lengkungan struktural juga diidentifikasi dari munculnya
tanda rotasi yang ditampilkan secara klinis sebagai benjolan rusuk.
Skoliosis didefinisikan sebagai lengkungan lateral spinal di sisi koronal. Penyebab
umum termasuk skoliosis idiopatik yang lebih sering muncul pada pasien muda dan
skoliosis degeneratif yang terlihat pada pasien tua. Penyebab lain termasuk
neuromuskular, kongenital, perkembangan abnormal. Skoliosis bisa terjadi sebagai
kelainan sekunder setelah adanya tumor, infeksi, dan trauma. Meskipun banyaknya
kemajuan dalam foto cross-sectional dalam beberapa dekade ini, radiograf digunakan
sebagai alat utama diagnosis dan evaluasi dari skoliosis. Keuntungan utama radiografi
adalah kemampuan untuk menampilkan gambar tulang belakang dari pasien yang
berdiri selagi memberikan klinisi apresiasi atas tampilan asli 3D dari deformitas
skoliotik. Kurvatura, ketidak seimbangan trunkal dan listhesis seringkali lebih
ditonjolkan dalam tampilan pasien ketika berdiri daripada ketika berbaring pada pasien
yang sama. Foto dalam posis berdirimenyediakan pengukuran radiogfari yang tepat dan
penting dalam mengikuti besarnya deformitas spinal seiring waktu dan pada akhirnya
dalam pengambilan keputusan operasi. Analisis radiografi dari kurvatura bisa diambil
dari tampilan lateral dan flexi-ekstensi. Radiografi juga memiliki keuntungan: sedikit
dosis radiasi, sedikit biaya dan tersedai cukup banyak.
Artikel berikut akan menampilkan pengukuran apa yang didapatkan dalam
evaluasi radiologi dan bagaimana hasil tersebut mempengaruhi pengaturan. Mengerti
dalam konsep ini dan pengeruh mereka dalam pengambilan keputusan operasi dengan
asistensi ahli radiologi dalam interpretasi foto pre dan post operasi cross-seksional.
Fokus utama pada skoliosis idiopatik pada dewasa muda sebagai dasar untuk mengerti
konsep dasar evaluasi radiologi pada spinal skoliosis. sedikit gambar penyebab umum
lainnya dari skoliosis akan disertakan.
Teknik
Perhatian mendetail dalam teknik penting dalam radiografi skoliosis; perbedaan
sedikit dalam rotasi dan alterasi lainnya pada posisi pasien dapat mengubah pengukuran
kurvatur spinal. Teliti dalam teknik yang terstandar akan mengurangi kesalahan
tersebut. Pada foto skoliosis dimasukkan gambar cervikal superior dan pelvis inferior.
Penilaian keseimbangan sagital penting untuk memasukkan cranium dan dua kepala dari
femoral dalam foto yang sama. Penetapan C2 dan C7 plumb line dan parameter pelvis
terkadang diukur preoperatif untuk perencanaan operasi koreksi.
Lapangan pandang yang diinginkan terlalu besar untuk satu foto, terutama ketika
deformitasnya terlihat jelas. Dua foto digabungkan agar menghasilkan foto skoliograf.
Pasien diposisiskan 183 cm dari sumber radiasi dengan kedua kaki dijauhkan sejajar
bahu pasien dan kaki direntangkan. dari gambar lateral pasien melihat kedepan dan siku
ditekuk dan tangan diletakkan diatas klavikula. Posisi ini membuat ekstremitas atas
tidak menimpa spine dari gambar lateral. Dada dan pelvis dapat digunakan untuk
mengurangi dosis radiasi. Sebuah filter mengkompensasi densitas melewati tulang agar
terjaga melewati spine.
(gambar 1). Lengkungan terminal yang biasanya paling miring dan dipilih untuk
membuat sudut Cobb terbesar.
Mengukur lengkungan
Ukuran yang sering dipakai dan paling akurat dalam mengkur lengkungan spinal
adalah sudut Cobb. Itu didapatkan dari mengukur sudut maksimal dari ujung superior
dari bagian superior vertebra ke bagian terujung dari inferior vertebra. Jika bagian
ujung sulit dibayangkan, batas dari penghubung bisa dipergunakan. Pengukuran
menggunakan metode ini bisa tepat dan konsisten karena besarnya lengkungan faktor
terbesar dalam proses pengambilan keputusan klinis. Total kesalahan dalam pengukuran
bisa mencapai 2-7o. Kesalahan ini bervariasi, bisa karena kesalahan foto dan kesalahan
penghitungan.
Gambar 1.wanita umur 20 tahun dengan idiopatik skoliosis pada orang dewasa muda. A
dan B, anteroposterior (A) dan lateral (B) dari foto berdiri `menunjukkan
tipikal
dekstroskoliosis torakal dan levoskoliosis torakolumbar. Lengkungan torakolumbar terlihat
besar dan menunjukkan rotasi dan diangggap sebagai lengkungan mayor. Vertebra apikal pada
lengkungan ini adalah L1
Perubahan dalam hasil foto, termasuk dalam pergantian posisi dan postur tubuh,
menyebabkan kesalahan 2o dari standar error dalam suatu penelitian. Secara
keseluruhan, variabilitas luar lebuh banyak daripada variabilitas dalam, dan ahli
radiologi harus mengukur sudut Cobb dari berbagai hasil untuk menghindari kesalahan.
Mengukur sudut menggunakan PACS telah terbukti sama dengan mengukur manual
pada foto biasa.
Ketika membandingkan 2 foto, kedua sudut Cobb menghasilkan pengukuran yang
salah. Sebuah perbedaan 5o diantara dua foto menunjukkan kesempatan 95% bahwa ada
perbedaan yang mencolok. Dalam skoliosis idiopatik di dewasa muda, penambahan 5 o
bisa mengindikasikan progres terjadi dalan interval 12 bulan. Sudut cobb juga bisa
dipakai untuk membedakan kifotik dan lordotik dari foto lateral. Pengukuran ini bisa
diandalkan dan akurat. Pengecualian seperti pengukuran kifosis di torakal spinalis atas
dan mengukur sudut cobb di lengkungan besar yang tidak bisa ditentukan batas
ujungnya.
Ada beberapa kesalahan yang muncul ketika membandingkan foto untuk
mengukur. Terkadang seorang pasien tidak menunjukkan perubahan ketika
dibandingkan antara foto lama dengan foto baru. Walau begitu, progres signifikan bisa
dideteksi ketika dibandingkan dengan teknik foto terbaru, yang bisa merubah terapi
(Gambar 2). Jebakan lainnya adalah perbedaan lengkungan bisa terjadi dalam sebuah
teknik. Apakah pasien memakai korset dalam satu foto dan tidak dalam foto lainnya?
Terkadang lengkungan semakin besar ketika korset dilepas ( gambar 3). Apakah pasien
bersender pada sesuatu atau duduk? Penting dalam menyebutkan teknik yang dipakaii
karena bisa menunjukaan perbedaan dari teknik lainnya. Dalam lengkungan yang besar,
hanya mengukur sudut saja tidak menujukkan progres. Meskipun begitu,
memperhatikan besar dari rotasi apical vertebra,keseluruhan keseimbangan vertebra
menggunakan garis vertikal C7 dalam hubungan ke pelvis, atau pengukuran secara tidak
langsung seperti jarak dari ujung iliaka ke ujung rusuk pada lengkungan degeneratif
signifikan secara klinis mensugesti bahwa ada deformitas yang progresif.akhirnya,
penting dalam mengenali bahwa foto supine dan foto cross-sectional tidak dibandingkan
dengan foto toraks. Pengukuran pada cross-sectional ketika vertebra tidak tertumpu
berat bisa menurunkan derajat deformitas.
Pada skoliosis idiopatik di dewasa muda, fungsi klinik utama dari sudut cobb
adalah untuk mengetahui resiko dari progresivitas. sudut Cobb juga punya keterbatasan
dalam prognostik yaitu tidak berhubungan dalam derajat morbiditas atau kesakitan.
Kurangnya besar dari sudut juga tidak ada hubungannya dengan tingkat kepuasan
pasien setelah operasi menurut sebuah survei. Faktanya, koreksi sempurna,
dekompensasi, atau ketidakseimbangan dalam pesien dengan skoliosis neuromuskular
yang dimana dilaporkan dalam kelebihan koreksi, menghasilkan bertambahnya resiko
pada kegagalan instrumental.
Keseimbangan sagital dan koronal
Konsep dari keseimbangan trunkal itu oenting dalam evaluasi kerusakan
deformitas. Dalam pengaturan skoliosis idiopatik di orang dewasa muda, tujuan utama
operasi adalah untuk menstabilkan tulang belakang dan mencegah perjalanan dari
deformitas. Tujuan ini diperoleh dari operasi gabungan sepanjang kerusakan spinal.
Tujuan sampingan termasuk mengurangi keluhan pasien dan mengurangu kerusakan
secara kosmetik. Tujuan ini tercapai dengan baik dengan koreksi keseimbangan sagital
dan koronal.
Gambar 2. perempuan 13 tahun dengan idiopatik skoliosis pada dewasa muda. A-C, penilaian
dari progresi lengkungan harus memasukkan gambar sekarang (A), dan dibandingkan dengan
gambar dahulu. Dengan follow up selama 6 bulan (B), tidak terlihat perubahan signifikan, tapi
bila dibandingkan dengan foto 2 tahun sebelumnya (C), perubahan pada deformitas terlihat.
Biasanya ini berlintasan dengan badan sakrum (Gambar 5). Positif dan negatif
keseimbangan koronal diukur bila berbeda 2 cm ke kiri atau kanan.
Gambar 3. Pasien wanita usia 14 tahun dengan skoliosis idiopatik pada dewasa muda. A
dan B, ketika membandingkan kedua foto, perlu dicatat bahwa pasien memakai korset di satu
foto, yang mempengaruhi besar lengkungan.
sadar akan menekuk pinggul san lutut untuk mempertahankan posisi tegak dan iti mesti
diperhitungkan ketika foto posisi lateral. Pemulihan keseimbangan sagital akan
menambah tingkat kesuksesan operasi skoliosis. Schwab et al. Membandingkan
parameter foto preoperatif dan hasil postoperatif. Mereka menemukan bahwa pasien
dengan tanpa normal lodosis lumbar dan keseimbangan sagital positif menunjukkan
keuntungan dari operasi. Glassman et al. Menunjukkan hasil dari penelitian dari 298
pasien dewasa sebelum operasi skoliosis. Kasil klinis idak berhubungan dengan besar
lengkungan, rotasi apikal, atau jumlah lengkungan mayor. Kunci hasil kelainan
radiologi yang berasal dari penambahan signifikan dari nyeri, fungsi dan gambar
langsung ditemukan dari keseimbangan sagital. Penulis menyimpulkan bahwa restorasi
dari keseimbangan sagital seharusnya menjadi tujuan utama sati operasi deformitas
spinal. Dalam penelitian yang berhubungan, besar dari ketidak seimbangan sagital
berhubungan besardengan derajat kerusakan fungsional sebelum operasi.
Gambar 4.gambar dari keseimbangan sagital. Diukur dari jarak diantara garis C7 dan
postero superior aspek dari S1. Positif atau negatif keseimbangan sagital didapatkan bila garis
terletak pada anterior atau posterior sakral. Gambar 5. Gambar menunjukkan keseimbangan
koronal, diukur jarak dari garis C7 menurun dan central sacrall vertical line (CSVL). Positif
atau negatif keseimbangan koronal didapatkan ketika garis berada di kanan atau kiri dari tanda
sakral. Gambar 6. Gambar dari Risser grading. Kematangan skeletal ditentukan dari dari foto
skoliosis dari pemeriksaan derajat osifikasi dari puncak hipofisis tulang iliaka.
bedah akan memasukkan penggabungan anterior di pasien ini untuk mencegah muncul
kembali.
Tujuan operasi termasuk pengembalian keseimbangan hubungan; penyatuan
spinal yang stabil dan bebas nyeri; dan perubahan kosmetik termasuk tonjolan rusuk,
bahu dan kesimetrisan pinggul. Ketika melakukan itu, dokter bedah mencoba untuk
meninggalkan bagian yang bergerak sebanyak mungkin. Tujuannya tidak perlu untuk
meluruskan spine. Faktanya derajat kerusakan tidak berhubungan dangan hasil operasi.
Kelebihan koreksi akan berakibat ketidak seimbangan hubungan atau ketidak simetrisan
bahu. Operasi punya 5% komplikasi besar termasuk komplikasi neurologis sekitar
0.2%.
Klasifikasi skoliosis
Klasifikasi Lenke untuk skoliosis idiopatik dewasa muda berdasarkan dari
radiografi anteroposterior atas, lateral, dan sideward-bending. Itu dirancang untuk
membantu ahli bedah menetukan vertebra mana yang harus dimasukkan dalam operasi
gabungan. Dari foto depan, 3 pengukuran didapatkan: torakal proximal (apex diantara
T1 dan T3) torakal utama (apex diantara T3 dan T12) dan lengkungan torakolumbal
(apex diantara T12 dn L4). Lengkunyan mayor adalah bagian dengan sudut cobb
terbesar. Lengkungan lainnya dianggap sebagai lengkungan minor. Dari lateral, kfosis
torakal dan lordosis lumbar bisa diukur.
Lengkungan mayor selalu dimasukkan dalam operasi. Tujuan dari side-bending
view adalah untuk menentukan apakah lengkungan minor dimasukkan ke dalam
operasi atau tidak. Dari posisi side bending, bila lengkungan berkurang dar 25 o makaitu
adalah nonstruktural dan bila lebih maka itu adalah struktural. Berdasarkan dari
struktural dan nonstruktural, 6 jenis lengkungan telah dibuat (Tabel 1).
2 modifikasi telah dimasukkan dalam sistem klasifikasi ini. Modifikasi lumbar
ditetapkan dengan memperkrakan hubungan dari central sacral vertebral line (CSVL) ke
apical vertebra dari lumbal(Gambar 7). CSVL ini berada diantara di pedikulus lumbar
A, melewati pedikulus di lumbar B, dan di medial pekulus C. Modifikasi kedua
berdasarkan dari derajat kifosis torakal. Sebuah - diberikan ke kasus kifosis dengan
sudut kurang dari 10o. N mengindikasi 10-40o kifosis diantara T5 dan T12. +
mengindikasi kifosis torakal atau lebih dari 40o. Modifikasi lumbar penting dalam
mengarahkan ahli bedah kapan operasi dilaksanakan. Modifikasi torakal akan
mengidentifikasi pasien yang cenderung memiliki hipokifosis torakal dan mendapatkan
keuntungan dari perbaikan kifosis torakal untuk meningkatkan dimensi anteroposterior
torakal dan kapasitas dada.
Klasifikasi ini bisa digambarkan dalam dua contoh. Dextroskoliosis torakal
adalah lengkungan terbesar dan oleh itu merupakan lengkungan mayor (gambar 8).
Proksimal torakal levo skoliosis dan lumbar levoskoliosis ada, lengkungan minor ini
menjadi kurang dari 10o dan pada membungkuk ke samping kiri. Mereka memenuhi
kriteria nonstruktural dan tidak perlu diikutkan dalam operasi. Ini diklasifikasikan
sebagai lengkungan Lenke tipe I. Foto post operasi menunjukkan reduksi spontan dari
lengkungan minor setelah operasi penyambungan untuk torakal dextroskoliosis. Di
contoh kedua terdapat torakal dxtroskoliosis sebagai lengkungan mayor (gambar 9).
Meskipun begitu, proximal torakal levoskoliosis dan lumbar levoskoliosis tidak
berkurang dalam posisi membungkuk ke kiri. Seluruh lengkungan harus dioperasi dan
ini termasuk ketegori Lenke tipe 4.
Gambar 7. Klasifikasi Lenke pada skoliosis idiopatik pada dewasa muda: modifikasi Lumbar.
Lumbar A-C, penanda A, B dan C diberikan ketika SCVL berada diantara pedikel (A), berada di
pedikel (B), dan diluar pedikel (C).
Tipe
lengkungan
1
2
3
Torakal
proksimal
Nonstruktural
Struktural
Nonstrktural
Torakal
utama
Struktural
Struktural
Struktural
Torakolumbar
/lumbar
Nonstruktural
Nonstruktural
Struktural
Penjelasan
Torakal utama
Duble torakal
Double mayor
4
5
Sruktural
Nonstruktural
nonstruktural
Struktural
Nonstruktur
al
struktural
Struktural
Struktural
struktural
Triple mayor
Toracolumbar/lumba
r
Torakolumbar/lumba
r;torakal utama
Gambar 8. Paien perempuan 15 tahun dengan idiopatik skoliosis pada dewasa muda. A-C,
posis membungkuk ke samping menunjukkan lengkungan torakal sebagai lengkungan terbesar
dan lengkungan struktural. Pada posisi membugnkuk ke samping kiri torakal proksimal dan
lengkungan lumbar berkurang dibawah 25 odan disebut sebagai nonstruktural. Hanya
lengkungan struktural yang dimasukkan ke operasi.
Klasifikasi ini merupakan salah satu faktor dalam mengetahui mana yang akan
dioperasi. Kematangan skeletal, keseimbangan koronal sagital, keseimbangan bahu, dan
pasien juga berpengaruh dalam pangambilan keputusan. Di penjelasan asli klasifikasi
ini persamaan intra dan interobserver sangat bagus. Lengkungan pada penelitian ini
dievaluasi dengan sudut cobb. Ketika sudut cobb diukur setelah klasifikasi, persamaan
inter dan intraobserver sama dengan angka kappa 0.5-0.6.
Kapan MRI dipakai?
Skoliosis idiopatik dewasa muda diaplikasikan setelah penyebab lain dari
skoliosis secara klinis dan radiologi disingkirkan. Skoliosis idiopatik dewasa muda
sejauh ini merupakan penyebab lengkungan spinal pada pasien remaja. Ada berbagai
diferensial diagnosa untuk deformitas spinal (Appendix 1). Beberapa sebab dari
skoliosis bisa dengan mudah dibedakan dari skoliosis idiopatik pada dewasa muda.
Meskipun begitu, beberapa bisa menyerupai skoliosis idiopatik pada dewasa muda.
Prevalensi dari kelainan CNS pada pasien yang diasumsikan memiliki skoliosis
idiopatik pada dewasa muda diantara 2-4% pada sebagian kasus.
Bentuk pola lengkungan pada skoliosis idiopatik pada dewasa muda biasanya
lengkungan konveks kanan torakal dengan atau tanpa lengkungan lumbar kekiri.pola
lengkungan atipikal, seperti levoskoliosis torakal bisa muncul pada skoliosis idiopatik
pada dewasa muda tapi menambah kemungkinan kelainan yang tidak terlihat, terutama
bila pada pasien pria. Pola atipikal lengkungan memerlukan investigasi menyeluruh
termasuk lengkungan pendek (kurang dari 6 segmen), berkurangnya rotasi vertebral,
progres cepat, dan kifosis sekitar apex lengkungan (gambar 11). Disamping pola
lengkungan, penemuan dalam foto skoliosis memerlukan pemeriksaan lainnya. Infeksi
atau tumor tersembunyi bisa muncul dengan kehancuran tulang atau sklerosis.
Melebarnya foramen intervertebral atau penebalan dari garis paraspinal menandakan
petunjuk massa atau lesi. Meskipun begitu, terkadang patologi seperti tersambungnya
saraf atau syrinx bisa meniru tipikal dokstroskoliosis torakal dari skoliosis idiopatik
pada dewasa muda. Pada kasus seperti ini, kapan MRI akan digunakan menjadi
kontroversial. Kemungkinan berhasil pada semua pasien yang diperiksa cukup rendah.
Meskipun begitu resiko yang berhubungan dengan hilangnya salah satu diagnosis
neurologis dandan dilanjutkan dengan operasi itu cukup ekstrim.
Gambar 10. Anak laki-laki usia 10 tahun dengan skoliosis karena malformasi Chiari 1 dan
syrinx. A-C, awal foto frontal (A) menunjukkan lengkungan torakolumbar kiri sebagai
lengkungan utama. Usia ketika foto diambil, jenis kelamin, lengkungan ke kiri, dan kurangnya
rotasi apikal adalah atipikal untuk skoliosis idiopatik pada dewasa muda. MRI (B) menunjukkan
peglike cerebelar tonsil dan syrinx besar. Perubahan signifikan dari deformitas spinal terjadi
setelah operasi dekompresi saraf (C).
Beberapa menulis berpendapat bahwa MRI rutin tidak diperlukan dalam mencari
kelainan neurologis ketika ada radiologi konvensional. Nyeri merupakan gejala dari
skoliosis idiopatik pada dewasa muda, muncul sebanyak 32% pasien dalam satu
penelitian, meskipun jarang membuat pasien tidak mampu bergerak. Penelitian imaging
terkadang positif ketika nyeri merupakan satu-satunya keluhan dengan pemeriksaan
neurologis normal adan lengkungan atipikal. Dalam penelitian dengan 1280 pasien
skoliosis idiopatik pada dewasa muda, pasien dengan nyeri positif tidak ditemukan
kelainan dengan MRI.kelainan MRI signifikan jarang ditemukan dengan pasien dengan
pemeriksaan neurologi normal. Pada penelitian prospektif, 327 pasien dengan skoliosis
idiopatik pada dewasa muda dan pemeriksaan neurologi normal menjalani MRI sebelum
operasi pada spine. Tujuh pasien (2%) ditemukan meiliki kelainan pada umumnya
malformasi Arnold- Chiari. Tidak ada pasien yang memerluka intervensi neurologi
sebelum operasi koreksi. Perlu dicatat bahwa terkadang tindakan pada malformasi
Chiari I bisa berujung pada berkurangnya skoliosis tanpa perlu operasi koreksi
deformitas. Penelitian kedua menemukan bahwa 44 (18%) dari 250 pasien diduga
memiliki skoliosis idiopatik pada dewasa muda memiliki kelainan pada MRI, tapi hanya
12 (5%) yang memerlukan operasi sebelum koreksi deformitas. Kebanyakan pasien
dengan penemuan di MRI seperti syrinx kesil atau formasi kecil Chiari , tidak ditangani
dengan hilangnya gejala neurologis.
Lengkungan atipikal pada foto bisa memprediksi kelainan pada MRI. Pada saru
penelitian dari 30 pasien dengan kemungkinan skoliosis idiopatik pada dewasa muda
dan MRI preoperatif, enam dari tujuh pasien dengan syrinx tersembunyi muncul
denngan lengkungan thorakolumbar atau koncek kiri. Schwen et al. Memperhatikan 95
pasien dengan kemungkinan skoliosis idiopatik pada dewasa muda yang dirujuk untuk
MRI. 14 dari kasus tersebut ditemukan ada kelainan intraspinal, termasuk 12 kasus
syrinx( kebanyakan kedua adalam kelainan Arnold-Chiari dan satu pasien dengan
astrositoma. Empat pasien memerlukan intervensi operasi besah syaraf. Lengkungan
torakal kiri, munculnya kelainan neurologis dan kemungkinan pasien menderita
sebelum usia 11 tahun memungkinkan pasien untuk menjalani MRI. Pada penelitian
dari David et al. 274 dari 1280 pasien yang menjalani MRI. 58 pasien dengan kelanina
radiologi tanpa keluhan neurologis 6 mempunyai kelainan pada hasil MRI. Kehilangan
segmen apikal lordosis ditemukan menjadi prediktor kelainan intraspinal. Hasil
tertinggi adalah pasien dengan kelainan neurologis dan pola lengkungan atipikal. 13
dari 53 kasus memiliki kelainan radiologi dan dan positif pemeriksaan neurologi
memiliki haril positif dari MRI.
Spondilosis pada L5 umum pada pasien skoliosis idiopatik pada dewasa muda
karena bertambahnya kekuatan biomekanikal pada tahap ini. Identifikasi pada
penemuan radiologi bisa merubah penanganan karena ahli bedah bisa memilih
memperpanjang penggabungan posterior ke pelvis termasuk area spondilosis. Jika ada
pemikiran mengenai spondilolisis pada lumbar spine, CT-scan bagian kecil bisa lebih
akurat untuk mengkonfirmasi tes.
Gambar 11. Pria berusia 40 tahun dengan skoliosis sekunder karena infeksi.
A. Foto frontal menunjukkan dekstroskoliosis torakal. T9 dan T10 vertebra pada apex
kurva menunjukkan sklerosis prominen dan iregularitas endplate.
B. Sagittal fat saturated T2-weighted image memastikan kehadiran osteomielitis, discitis
pada level ini.
Degeneratif skoliosis
Degeneratif limbar skoliosis adalah penyebab umum dari sakit punggung pada
pasien tua. Lebih dari 50% pasien perempuan tua menunjukkan lengkngan lebih dari
10% dareah tengah. Awal kejadian penyakit ini ada pada degeneratif asimetris dari
diskus atau permukaan sendi. Perubahan ini menghasilkan kekuatan biomekanik
asimetris yang menghasilkan tambahan hancurnya spasi diskus asimetris dan listhesis
lateral dan listhesis rotator segmental diantara lumbal. Perjalanan degeneratif ini
menghasilkan kehancuran di sisi koronal, sagital dan transversal.
Degeneratif skoliosis cenderung terjadi pada lumbar dan sering dihubungkan
dengan lumbar hypolordosis, lumbar flat back, dan dekompensasi koronal, meskipun
apapun polanya bisa terjadi. Rotasi listhesis sering terjadi, terutama di pandangan
koronal. Pasien dangan penyakit ini sering datang dengan nyeri dan kelumpuhan. Yang
sering dihubungkan dengan nyeri radikular karena foraminal atau kompresi akar lateral
atau stenosis subartikular spinal. Degeneratif skoliosis mewakili campuran grup
kelainan. Pilihan operasi ada banyak dan jauh dari tujuan artikel ini. Tujuan utama dari
opersi adalah untuk dekompresi saraf utama dan kroksi keseimbangan hubungan antar
vertebra.
Neurofibromatosis
Neurofibromatosis merupakan kelainan genetik yang melibatkan neuroectodermal
dan elemen mesenkim. Deformitas spinal merupakan kelainan deformitas tulang paling
umum dan terjadi pada satu dari empat pasien. Berbagai jenis lengkungan bisa terjadi.
Biasa diklasifikasikan sebagai nondistrofik dan distrofik. Lengkungan nondistrofik
muncul sama seperti skoliosis idiopatik pada dewasa muda tapi muncul lebih awal dan
terjadi lebih cepat. Mereka ditangani lebih agresif karena bisa menjadi kaku dan punya
kemungkinan jadi pseudoartritis.
Lengkungan distropik cenderung berupa segmen pendek, punya sudut besar pada
rotasi apikal, dan sering dihubungkan dengan kifosis. Fenotip untuk neuro fibromatosis
bervariasi, dan pasien bisa muncul dengan diagnosis pertama bukan neurofibromatosis.
Radiologis bisa menjadi yang pertama dalam memberikan saran disagnosis dalam tipe
lengkungan klasik ini: kifiskoliosis segmen pendek pada bagian torakal atas (gambar
12). Perbedaan utama dalam diagnosis ini adalah kegagalan segmentasi. Munculnya
pelebaran foramen syaraf, penipisan pedikulus, scalloping pada posterior tulang
belakang mendukung diagnosis ini. Lengkungan ini memiliki perjalanan cepat, dan
banyak penulis menyarankan operasi secepatnya. Kifosis servikal parah merupakan
kelainan umum lainnya dan sering didiagnosis dengan ini. Sering divisualisasikan
dalam foto tapi ditutupi oleh kelainan deformitas tulang belakang lainnya. Perubahan
operasi sering terjadi sebagai fenomena postoperasi.
Gambar 12. Wanita 23 tahun dengan neurofibromatosis. A dan B, frontal (A) dan lateral
(B) radiograf menunjukkan karakteristik kifoskoliosis segmen pendek, ditemukan pada pasien
dengan neurofibromatosis.
Neuromuscular skoliosis
Deformitas spinal bisa terjadi karena banyaknya kelaina melibatkan CNS, sistem
saraf perifer, kelainan otot primer, atau kombinasi semuanya. Poa kelainan deformitas,
sejarah penyakit dan penanganan penyakit ini sangat serupa. Deformitas spinal terjadi
pada kebanyakan kasus kelainan saraf atau manifestasi otot pada pertumbuhan pasien.
Meskipun penyebab skoliosis pada pasien tersebut masih kurang dimengerti,
kebanyakan penulis menganggap tonus otot asimetris, termasuk spasme dan paralisis
sebagai faktor penting.
Tujuan penanganan sangat berbeda pada populasi pasien ini dibanding skoliosis
idipatik pada pasien dewasa muda. Menahan progres dari lengkungan penting dalam
populasi ini dan besar dari skoliosis akan bertambah ketika dewasa. Bahaya respirasi
Daftar Pustaka
1. Deacon P, Flood BM, Dickson RA.
Idiopathic scoliosis in three dimensions:
a radiographic
1990; 72:328333
10. Kuklo TR, Potter BK, OBrien MF,
Schroeder TM, Lenke LG, Polly DW Jr;
Spinal Deformity Study Group.
Reliability
analysis
for
digital
adolescent idiopathic
scoliosis measurements. J Spinal
Disord Tech 2005; 18:152159
11. Kuklo TR, Potter BK, Polly DW Jr,
OBrien MF, Schroeder TM, Lenke LG.
Reliability
analysis
for
manual
adolescent
idiopathic
scoliosis
measurements.
Spine 2005; 30:444454
12. DAndrea LP, Betz RR, Lenke LG,
et al. Do radiographic parameters
correlate
with clinical outcomes in adolescent
idiopathic scoliosis? Spine 2000;
25:1795
1802
13. Wilson PL, Newton PO, Wenger
DR, et al. A multicenter study analyzing
the
relationship
of
a
standardized
radiographic
scoring
system
of
adolescent idiopathic
scoliosis and the Scoliosis Research
Society outcomes instrument. Spine
2002; 27:20362040
14. White SF, Asher MA, Lai SM,
Burton DC. Patients perceptions of
overall
function, pain, and appearance after
primary posterior instrumentation and
fusion
for idiopathic scoliosis. Spine 1999;
24:16931699
15. Jackson RP, McManus AC.
Radiographic analysis of sagittal plane
alignment and
balance in standing volunteers and
patients with low back pain matched for
age, sex
and size: a prospective controlled
clinical study. Spine 1994; 19:1611
1618