Anda di halaman 1dari 44

Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Tutorial Klinik

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

Gizi Buruk Tipe Marasmus Pada AnakCerebral Palsy

Disusun oleh:
Zuniva Andan P.B
Salwah Nur

Pembimbing:
dr. Diane M. Supit, Sp. A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
DESEMBER 2016

Tutorial Klinik

Gizi Buruk Tipe Marasmus Pada Anak Cerebral Palsy

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian stase Anak


Zuniva Andan P.B
Salwah Nur

Menyetujui,

dr. Diane M. Supit, Sp. A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
DESEMBER 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan yang berjudul Gizi Buruk Tipe Marasmus Pada Anak Cerebral
Palsy.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan tutorial ini tidak lepas
dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Diane M. Supit, Sp. A., sebagai dosen pembimbing klinik selama stase
anak.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda angkatan 2015 yang telah bersedia memberikan
saran dan mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, Tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis
membuka diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki laporan ini.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Januari 2016

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

Kasus gizi buruk menjadi masalah dibeberapa negara.Tercatat satu dari


tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari
Departemen Kesehatan menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap
tahunnya karena masalah kekurangan gizi dan buruknya kualitas makanan,
didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih dalam kandungan. Hal ini dapat
berakibat kerusakan yang tidak dapat di perbaiki pada saat anak beranjak dewasa.
Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba tiba, tetapi diawali dengan
kenaikan berat badan balita yang tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari
waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Dalam
periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2 kali beresiko mengalami
gizi buruk 12,6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus. Bila
frekuensi berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar.
Di negara berkembang kesakitan dan kematian pada anak balita banyak
dipengaruhi oleh status gizi. Dengan demikian status gizi balita perlu
dipertahankan dalam status gizi baik, dengan cara memberikan makanan bergizi
seimbang yang sangat penting untuk proses pertumbuhan. Menurut data tahun
2006 di Indonesia, jumlah balita yang mengalami gizi buruk mencapai 4,8 juta
anak. Pada tahun 2007 ada penurunan, yaitu jumlah balita yang mengalami gizi
buruk mencapai 4,1 juta anak. Dan pada tahun 2008 juga mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya, yaitu jumlah balita yang mengalami gizi buruk mencapai
4 juta anak (Depkes RI, 2008).
Berbagai hal dapat menyebabkan gangguan status gizi pada anak, salah
satunya adalah gangguan perkembangan.Dari penelitian didapatkan 80% anak
dengan gangguan perkembangan memiliki masalah kesulitan makan. Akibat
kesulitan makan ini, akan mempengaruhi perkembangan bayi dan juga status
gizinya. Gangguan perkembangan yang paling sering dijumpai adalah cerebral
palsy (Chator, 2009).

Di Indonesia, angka kejadian palsi serebralis belum dapat dikaji secara


pasti. Namun dilaporkan beberapa Instansi Kesehatan di Indonesia sudah bisa
mendata diantaranya adalah YPAC cabang Surakarta. Jumlah anak dengan kondisi
palsi serebralis pada tahun 2001 berjumlah 313 anak, tahun 2002 berjumlah 242
anak, tahun 2003 berjumlah 265 anak, tahun 2004 berjumlah 239 anak, tahun
2005 berjumlah 118 anak, tahun 2006 berjumlah 112 anak, dan tahun 2007
berjumlah 198 anak (YPAC Surakarta, 2006). Sedangkan di YPAC cabang
Semarang, jumlah anak dengan kondisi palsi serebralis pada bulan Juni tahun
2006 berjumlah 232 anak (YPAC Semarang, 2006).Dan pada tahun 2003
didapatkan 20% dari anak-anak dengan Palsi serebralis menderita gizi buruk
(Brown, 2011).
Pada anak-anak dengan palsi serebralis, terjadi gangguan motorik,
diantaranya terjadi kekakuan otot yang secara permanen akan menjadi kontraktur,
terjadi gerakan abnormal, gangguan koordinasi otot bicara (disartria), gangguan
keseimbangan dan persepsi dalam. Gangguan motorik tersebut mengakibatkan
gangguan pemberian makanan, gangguan mengunyah, tidak dapat menelan,
refleks menjadi hiperaktif, dan ketidakmampuan untuk mengontrol saat
makan.Gangguan ini memiliki efek yang signifikan terhadap pertumbuhan,
perkembangan dan status gizi.Faktor- faktor ini lah yang menyebabkan anak-anak
penderita palsi serebralis mengalami kekurangan gizi bahkan menderita gizi
buruk. Gizi yang buruk, pada akhirnya membuat anak rentan terhadap infeksi, dan
menyebabkan gagal tumbuh (Darto, 2006)

BAB 2
RESUME KASUS

Pasien masuk RS pada tanggal 6 Januari 2016 dari Poli Anak RSUD A.W.
Sjahranie Samarinda. Anak dirawat di ruang melati pada tanggal yang sama.

Identitas pasien
-

Nama

: An. AR

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 7 bulan

Alamat

: Jl. Padat Karya Rt. 20

Anak ke

MRS

:1
: 6 Januari 2016

Identitas Orang Tua


-

Nama Ayah

: Tn. AF

Umur

: 25 tahun

Alamat

: Jl. Padat Karya Rt. 20

Pekerjaan

: Swasta

Ayah perkawinan ke

:1

Nama Ibu

: Ny. SN

Umur

: 21 tahun

Alamat

: Jl. Padat Karya Rt. 20

Pekerjaan

: IRT

Ibu perkawinan ke

:1

Keluhan Utama :
Berat badan tidak naik

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan berat badan tidak naik sejak umur sekitar
sebulan. Pasien juga mengalami spastik sejak dari lahir. Perkembangan terganggu
sejak pasien berumur satu bulan. Ibu pasien mengatakan pasien belum dapat
mengangkat kepala.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien sejak lahir sudah di diagnosis menderita cerebral palsy dan
menggunakan gips pada kedua kaki sejak umur sebulan. Pasien juga pernah
dirawat di Rumah sakit SMC dengan keluhan biru pada seluruh badan dan
dimasukkan ke inkubator. Pada usia sebulan pasien menderita infeksi paru-paru
dan dirawat di RS SMC selama 9 hari dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang memiliki gejala/riwayat penyakit serupa, baik
keluarga dari ayah ataupun ibu pasien.
Riwaya Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak :
Berat badan lahir

: 2300 gram

Panjang badan lahir

: 47 cm

Berat badan sekarang

: 2900 gram

Panjang badan sekarang

: 50 cm

Gigi keluar

: belum ada

Tersenyum

: belum bisa

Miring

: belum bisa

Tengkurap

: belum bisa

Duduk

: belum bisa

Merangkak

: belum bisa

Berdiri

: belum bisa

Berjalan

: belum bisa

Berbicara 2 suku kata

: belum bisa

Makan dan minum anak


ASI

: ASI sampai usia 1 bulan

Susu sapi

: 2 bulan sampai sekarang

Bubur susu

: belum bisa

Tim saring

: belum bisa

Buah

: belum bisa

Lauk dan makan padat

: belum bias

Pemeliharaan Prenatal
Periksa di

: Puskesmas (oleh bidan)

Penyakit Kehamilan

:-

Obat-obatan yang sering diminum

: Vitamin, Tablet Fe, kalsium

Riwayat Kelahiran :
Lahir di

: Praktek bidan

Persalinan ditolong oleh

: Bidan

Berapa bulan dalam kandungan

: 9 bulan

Jenis partus

: Spontan

Pemeliharaan postnatal :
Periksa di

: Rumah sakit

Keadaan anak

: Sakit

Keluarga berencana

: Ya

Jenis kontrasepsi

: KB suntik 3 bulan

IMUNISASI
Imunisasi

Usia saat imunisasi


Booster II

Hepatitis B
8

PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: E4V5M6

Tanda Vital

Frekuensi nadi

Frekuensi napas

Temperatur

: 126 x/menit, isi cukup, regular, kuat angkat


: 40x/ menit
: 36,5o C per axila

Status Gizi
Berat badan

: 2,5 kg

Panjang Badan

: 50 cm

Status Gizi

: BB/U

: <10 th

TB/U

:< 10 th;p

BB/TB

: < 10 th (Gizi Buruk)

Status generalisata
10

Kepala
Bentuk

: Normal

Rambut

: Tipis, tidak mudah dicabut

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks


Cahaya (+/+), PupilIsokor (3mm/3mm), mata cowong(-/-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-/-), secret (-)

Telinga

: Bentuk normal, secret (-)

Mulut

:Lidah kotor (-),faring Hiperemis(-), mukosa bibir basah,


pembesaran tonsil (-/-), gusi berdarah (-)

Leher
Pembesaran Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks
Inspeksi

: Bentuk dan gerak dinding dada simetris dextra = sinistra,


retraksi (-), Ictus cordis tampak

Palpasi

: Fremitus raba dekstra = sinistra, Ictus cordisteraba ICS V


MCLS

Perkusi

: Sonor di semua lapangan paru

Auskultasi

: vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), S1S2 tunggal reguler,


murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: distended (-) scar (-) massa (-)

Palpasi

:Soefl (+), nyeri tekan (-), hepatomegali (-) splenomegali


(-), turgor kulit kembali agak lambat

Perkusi

: Timpani

11

Auskultasi

: Bising usus (+) normal, metalic sound (-)

Ekstremitas

: Akral hangat (+), oedem (-), capillary refill test < 2 detik,
sianosis (-), pembesaran KGB aksiler (-/-), pembesaran
KGB inguinal (-/-).

Diagnosis Kerja sementara :


Gizi Buruk tipe marasmus + Cerebral Palsy
Pemeriksaan Penunjang:
Hasil Pemeriksaan Darah lengkap Tanggal 06 Januari 2016
Hasil Lab

Value

Nilai Normal

Leukosit
Eritrosit

12.900
3.930.000

4.000 10.000
3.500.000

5.500.000
Trombosit
486.000
150.000 450.000
Hemoglobin
10,9
11-16
Hematokrit
31,5
37 54
MCV
80,1
80 100
MCH
27,7
27 34
Pemeriksaan Darah lengkap Tanggal 11 Januari 2016

Hasil Lab

Value

Nilai Normal

Leukosit
Trombosit
Hemoglobin
Hematokrit

3.600
248.000
8,6
25

4.000 10.000
150.000 450.000
11-16
37 54

Hasil

Hasil

Pemeriksaan Kimia Darah dan Elektrolit Tanggal 06 Januari 2016

12

i
k

a
l

Hasil Pemeriksaan Elektrolit Tanggal 11 Januari 2016

i
k

a
l
13

Hasil Pemeriksaan Serologi Tanggal 08 Januari 2016

i
k

a
l

Follow Up
Tanggal
11-012016
Melati

Subjektif & Objektif


S: batuk (+), demam (+) ,
muntah (+), , rewel (+)
O: T:37,4, Nadi 100x kuat

Assesment & Planning


A:Gizi Buruk + Cerebral palsy + BP
P:

Inf. Infus Kaen 4A

Injeksi ampicilin 3 x 150 mg/iv

angkat, RR 50x, Ane (-),


14

ikt (-), sia (-)


Rh (+), Wh (-), retraksi

Injeksi gentamisin 1 x 10 mg/iv


Ambroxol 1,5 + CTM 0,25 +

salbutamol 0,15 (pulv) 3 x 1


Domperidon syr 3 x cth
Paracetamol drop 0,3 cc/ 4 jam
RDA sesuai dengan usia tinggi

suprasternal (+) S1S2


tunggal regular, gallop
(-), murmur (-)
Distended (-), BU (+) N,
hepatomegali

(-)

splenomegali (-),
akral hangat, edema (-)
S: batuk (+), demam (+),
12-012016
Melati

muntah (+), spastik (+),


rewel (+), tidak bisa
tidur (+)
O: T:37,6, Nadi 90x kuat
angkat, RR 40x, Ane (-),
ikt (-), sia (-)
Rh (+), Wh (-), retraksi

A:Gizi Buruk + Cerebral palsy + BP


P:

Inf. Infus Kaen 4A

Injeksi ampicilin 3 x 150 mg/iv


Injeksi gentamisin 1 x 10 mg/iv
Ambroxol 1,5 + CTM 0,25 +
salbutamol 0,15 (pulv) 3 x 1
Domperidon syr 3 x cth
Paracetamol drop 0,3 cc/ 4 jam
RDA sesuai dengan usia tinggi

suprasternal (+) S1S2


tunggal regular, gallop
(-),

murmur

(-)

Distended (-), BU (+) N,


hepatomegali

(-)

splenomegali (-), akral


hangat, edema palpebra
(+)

Penatalaksanaan :
-

Inf. Infus Kaen 4A

Injeksi ampicilin 3 x 150 mg/iv


Injeksi gentamisin 1 x 10 mg/iv
Ambroxol 1,5 + CTM 0,25 + salbutamol 0,15 (pulv) 3 x 1
Domperidon syr 3 x cth
Paracetamol drop 0,3 cc/ 4 jam
RDA sesuai dengan usia tinggi
Perhitungan berdasarkan RDA
Energi: 108/kgbb/ hari = 108 x 2,5 = 270 kkal/ hari
Protein: 12 g/ kgbb/ hari = 2 x 2,5 = 5 g/ hari
Cairan: 140 160 cc/ kgbb/ hari = 140-160 x 2,5 = 350- 400 cc/ hari
15

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
GIZI BURUK
Definisi
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi (zat gizi),
atau nutrisinya di bawah standar rata-rata.Zat gizi yang dimaksud bisa berupa
protein, karbohidrat dan kalori. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian yakni
gizi buruk karena kekurangan protein (kwashiorkor), karena

kekurangan

karbohidrat atau kalori (marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini
biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh
membusungnya perut.
Klasifikasi Gizi Buruk
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-

16

kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis
dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.
Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.Gejala
yang timbul di antaranya muka seperti orang tua (berkerut), tidak terlihat lemak
dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan
kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati,
iga gambang dan perut cekung, serta otot paha mengendor (baggy pant). Anak
tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan karena masih
merasa lapar.
Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi tetapi kekurangan protein, walaupun
di bagian tubuh lainnya terutama pantat terlihat adanya atrofi. Tampak sangat
kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
a)Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b)Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada
penyakit
kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c)Wajah membulat dan sembab
d)Pandangan mata anak sayu
e)Pembesaran hati. Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f)Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas
Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus.Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein
dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal.Pada penderita demikian di
samping menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda

17

kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan kelainan


biokimiawi terlihat pula.

MARASMUS
1. Definisi
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk atau kekurangan kalori
protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis yang sering
ditemui pada balita3.
2. Etiologi
Marasmus disebabkan oleh karena asupan makanan yang kurang terutama
pemasukan kalori, atau protein atau keduanya yang tidak mencukupi akibat
kekurangan dalam susunan makanan, dan kebiasaan makan makanan yang tidak
tepat 3.
Marasmus dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi sering dijumpai pada
bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau
sering diserang diare. Marasmus dapat terjadi akibat berbagai penyakit seperti
infeksi,

kelainan

bawaan

saluran

pencernaan

(misalnya

penyakit

Hirschprung,deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus,


hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas), kelainan jantung bawaan,
prematuritas, malabsorpsi, gangguan metabolik (misalnya renal asidosis,
idiopathic hypercalcemia, galactosemia, intoleransi laktosa), penyakit ginjal
menahun dan gangguan saraf pusat.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marasmus :

Faktor diet.
Menurut konsep klasik, diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya
seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus.

Peranan faktor sosial.


Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turuntemurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP.

18

Peranan kepadatan penduduk.


Mc Laren (1982) memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam jumlah
yang banyak akibat suatu daerah terlalu padat penduduknya dengan higiene
yang buruk.

Faktor infeksi.
Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi.Infeksi berat dapat
memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan dan meningginya
kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh.Infeksi yang berat dan lama
menyebabkan

marasmus,terutama

infeksi

enteral

misalnya

infantil

gastroenteritis,bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.

Faktorkemiskinan.
Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan membeli bahan makanan
ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal
dapat mempercepat timbulnya KEP.

3. Patofisiologi
Pada keadaan marasmus terjadi pertumbuhan yang kurang atau terhenti
disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada mulanya
kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup
jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keadaan normal dapat dipenuhi
dari makanan yang diberikan.Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada intake yang
kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein sebagai
sumber energi. Karbohidrat(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagaibahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpankarbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapatterjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam
amino yangsegera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi
energi tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya
seperti berbagai asam amino. Karena itu pada marasmus kadang-kadang masih
ditemukan kadar asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk
albumin.

19

4. Gejala Klinis
Pertumbuhan berkurang atau terhenti. Pada mulanya, ada kegagalan

menaikkan berat badan sampai berakibat kurus.


Mula-mula bayi mungkin cengeng dan rewel, walaupun
telah mendapat minum atau disusui, sering bangun pada
waktu malam, kemudian menjadi lesu, dan nafsu makan

hilang.
Keadaanyang terlihat mencolok adalah hilangnya lemak
subkutan,terutama pada wajah, akibatnya ialah wajah si
anak lonjong,berkeriput dan tampak lebih tua (old man

face).
Vena superficialis tampak lebih jelas, ubun-ubun besar
cekung, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol, mata tampak besar dan

dalam.
Otot-ototlemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutanmaka
anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang, dan kulit kehilangan

turgornya sehingga menjadi kerut dan longgar atau keriput.


Tulangrusuk tampak lebih jelas.
Dinding abdomen dapat kembung/membuncit, cekung atau datar, dengan

gambaran usus yang jelas.


Diare atau konstipasi.
Kadang-kadang tampak rambut yang kering, tipis, dan mudah rontok.
Baggy pant

5. Diagnosis
Diagnosis

ditegakkan

berdasarkan

gejala

klinis

serta

pengukuran

antropometri. Anak didiagnosis marasmus apabila 3

BB/TB < -3 SD atau <70% dari median


Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak
tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan
lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat dan paha; tulang
iga terlihat jelas, tanpa adanya edema.

Penilaian awal anak gizi buruk

20

Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis
terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan
Anamnesis awal (untuk kedaruratan):

Kejadian mata cekung yang baru saja muncul


Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan

diare (encer/darah/lendir)
Kapan terakhir berkemih
Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami
dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera.

Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana


selanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan ditangani):

Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit


Riwayat pemberian ASI
Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
Hilangnya nafsu makan
Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
Batuk kronik
Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
Berat badan lahir
Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain
Riwayat imunisasi
Apakah ditimbang setiap bulan
Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak)
Diketahui atau tersangka infeksi HIV

Pemeriksaan fisik

Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.

Tentukan status gizi dengan menggunakan BB/TB-PB


Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati

menentukan status dehidrasi pada gizi buruk).


Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi

lemah dan cepat), kesadaran menurun.


Demam (suhu aksilar 37.5 C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5 C).
Frekuensi dan tipe pernapasan: pneumonia atau gagal jantung
21

Sangat pucat
Pembesaran hati dan ikterus
Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda asites, atau
adanya suara seperti pukulan pada permukaan air (abdominal splash)

6. Pencegahan
Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahunmerupakan sumber energi

yang paling baik untuk bayi.


Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yangbergizi mulai umur 6

bulan keatas.
Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkankebersihan lingkungan dan

kebersihan perorangan.
Pemberian imunisasi.
Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegahkehamilan terlalu

kerap.
Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makananyang adekuat

merupakan usaha pencegahan jangka panjang.


Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita didaerah yang
endemis kurang gizi, dengan cara penimbanganberat badan tiap bulan.

7. Penatalaksanaan
Penanganan umum meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 3 fase yaitu: fase
stabilisasi fase transisi, dan fase rehabilitasi 2

Hipoglikemia

22

Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3
mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau
larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit. Pemberian
makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.
Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah,
maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera
ditangani sesuai panduan.
Tatalaksana

Segera

beri

F-75

pertama

atau

modifikasinya

bila

penyediaannya

memungkinkan.
Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan
glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara

oral atau melalui NGT.


Lanjutkan pemberian F-75 setiap 23 jam, siang dan malam selama minimal

dua hari.
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-

75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena
(bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml

dengan NGT.
Beri antibiotik.

Pemantauan
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30
menit.

Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian

larutan glukosa atau gula 10%.


Jika suhu rektal < 35.5 C atau bila kesadaran memburuk, mungkin
hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar guladarah
dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).

Pencegahan

23

Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu,
lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang
malam.

Hipotermia (suhu aksilar < 35,50 C)


Tatalaksana

Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut
hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau
lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau perut ibunya
(dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila menggunakan lampu listrik,
letakkan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak.
Beri antibiotik sesuai pedoman.

Pemantauan

Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5 C

atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5 C
Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada

malam hari
Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia

Pencegahan

Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas angin

dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut


Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap

kering
Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi,

atau selama pemeriksaan medis)


Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat, terutama di

malam hari
Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin,

sepanjang hari, siang dan malam.


Jangan menghangati anak dengan air panas dalam botol

24

Dehidrasi
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang
berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk.Hal ini
disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak
dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja.Anak gizi buruk
dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas, anggap dehidrasi ringan.Tanda
klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan
dehidrasi adalah :

Ada riwayat diare sebelumnya


Anak sangat kehausan
Mata cekung
Nadi lemah
Tangan dan kaki teraba dingin
Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tatalaksana

Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat

dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding
jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
- beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
- setelah 2 jam, berikan ReSoMal 510 ml/kgBB/jam berselang-seling
dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja

yang keluar dan apakah anak muntah.


Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia< 1 th: 50-100 ml
setiap buang air besar, usia 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar.

*ReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per liter.
Pemantauan
Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah
jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya.

25

Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa
mengakibatkan gagal jantung dan kematian.
Periksalah:
frekuensi napas
frekuensi nadi
frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada
diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel berkurang
serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi
buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh
telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan
frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan
lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.
Pencegahan

Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan pada
anak dengan gizi baik, kecualipenggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti

larutan oralit standar.


Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI
Pemberian F-75 sesegera mungkin
Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair.

Gangguan Keseimbangan Elektrolit


Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang
mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya.
Tatalaksana

26

Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium, yang


sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan kedalam

F-75, F-100 atau ReSoMal


Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi

Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali
tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi.Oleh karena
itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka
datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik.Hipoglikemia dan
hipotermia merupakan tanda infeksi berat.
Tatalaksana
Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:

Antibiotik spektrum luas


Vaksin campak jika anak berumur 6 bulan dan belum pernah
mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi
vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.

Pilihan antibiotik spektrum luas

Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per

oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari.


Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau
tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri:
- Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan
dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari)
ATAU,jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50
mg/kgBB setiap6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari,
-

DITAMBAH:
Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke2 sampai ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisin

27

Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25
mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari.

UMUR

KOTRIMOKSASOL

AMOKSISILIN

ATAU

(Trimetoprim + Sulfametoksazol)

Beri 3 kali

BERAT BADAN

Beri 2 kali sehari selama 5 hari

sehari untuk
5 hari
Sirup

Tablet dewasa

Tablet Anak

Sirup/5ml

80 mg trimeto

20 mg trimeto

40 mg trimeto

prim + 400 mg

prim + 100 mg prim + 200 mg

125 mg

sulfametok

sulfametok

sulfametok

per 5 ml

sazol

sazol

sazol

(4 - < 6 kg)
4 sampai 12 bulan

2,5 ml

2,5 ml

(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5 thn

5 ml

5 ml

(10 - < 19 Kg)

7,5 ml

10 ml

2 sampai 4 bulan

Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan


obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari.
Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis,
malaria, disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai.
Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasit
malaria.Walaupun tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat
anti tuberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga
menderitatuberkulosis.
Pengobatan terhadap parasit cacing
Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100 mg/kgBB)
selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol
setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya infestasi cacing.
Pemantauan

28

Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan pengobatan


sampai seluruhnya 10 hari penuh.Jika nafsu makan belum membaik, lakukan
penilaian ulang menyeluruh pada anak.
Defisiensi zat gizi mikro
Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral.Meskipun
sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu
sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat
badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi
dapat memperparah infeksi.

Tatalaksana
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:

Multivitamin
Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)
Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1

Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan
terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.
UMUR
DAN
BERAT BADAN
6 sampai 12 bulan

TABLET BESI/FOLAT

SIRUP BESI

Sulfas ferosus 200 mg + 0,25

Sulfas ferosus 150 ml

mg Asam Folat
Berikan 3 kali sehari
tablet

Berikan 3 kali sehari


2,5 ml (1/2 sendok teh)

(7 - < 10 Kg)

29

12 bulan sampai 5 tahun

tablet

5 ml (1 sendok teh)

Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan


dosis tunggal sebagai berikut :

UMUR ATAU BERAT BADAN

PIRANTEL PAMOAT (125mg/tablet)


(DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg)

tablet

9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg)

tablet

1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg)

1 tablet

3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg)

1 tablet

Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis

Umur

Kapsul Vitamin A

Kapsul Vitamin A

200.000 IU

100.000 IU

6 bln sampai 12 bln

1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn

1 kapsul

Pemberian Makanan Awal


Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati sebab
keadaan fisiologis anak masih rapuh.
Tatalaksana
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:
Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun
rendah laktosa
Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
Energi: 100 kkal/kgBB/hari
Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)
Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75
yang ditentukan harus dipenuhi.

30

Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidak
terlalu lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian).
Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapai kebutuhan
minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT.Janganmelebihi 100
kkal/kgBB/hari pada fase awal ini.
Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka anak
perlu mendapat ekstra air/cairan.
Pemantauan
Pantau dan catat setiap hari:
Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan
Muntah
Frekuensi defekasi dan konsistensi feses
Berat badan
Tumbuh Kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
Kembalinya nafsu makan
Edema minimal atau hilang.
Tatalaksana

Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula tumbuh-

kejar (F-100) (fase transisi):


Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama

2 hari berturutan.
Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian
sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini
terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari.

31

Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang


dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F100.

Setelah transisi bertahap, beri anak:

pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai

kemampuan anak).
energi: 150-220 kkal/kgBB/hari.
protein: 4-6 g/kgBB/hari.

Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan
anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung
cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji
(ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500
kkal/sachet 92 g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.

Pemantauan
Hindari terjadinya gagal jantung.Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat dan
napas cepat).Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan naik
5x/menit dan nadi naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali
pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda
bahaya (cari penyebabnya).
Lakukan segera:
kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari selama 24 jam
32

kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:


-

115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya


130 ml/kgBB/hari selama 48 jam berikutnya
selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml sebagaimana

dijelaskan sebelumnya.
atasi penyebab.

Penilaian kemajuan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi
dan mendapat F-100:

Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan.
Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/kgBB/hari;
Jika kenaikan berat badan:
- kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap.
- sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan terpenuhi, atau
-

mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi.


baik (> 10 g/kgBB/hari).

Stimulasi Sensorik Dan Dukungan Emosional


Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku, karenanya berikan :
-

Kasih sayang

Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/hari

Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

8. Prognosis
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yangtinggi, kematian
sering disebabkan oleh karena infeksi; seringtidak dapat dibedakan antara
kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri.

33

Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulaidilaksanakan.Dalam


beberapa hal walaupun kelihatannyapengobatan adekuat, bila penyakitnya
progesif kematian tidakdapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang
irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition.

CEREBRAL PALSY
DEFINISI
Cerebral palsy adalah terminology yang digunakan untuk mendeskripsikan
kelompok penyakit kronik yang mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan
manifestasi klinis yang tampak pada beberapa tahun pertama kehidupan dan
secara umum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya.
Mengakibatkan kelainan fungsi yang menyeluruh, tapi selalu disertai problem
motorik. Usia terdiagnosa biasanya >1 tahun sehingga anak gagal mencapai
perkembangan yang semestinya.

MANIFESTASI KLINIS
CP dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis neurologis.
Spastik diplegia, merupakan salah satu bentuk penyakit yang dikenal selanjutnya
sebagai CP. Hingga saat ini, CP diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan
yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori, yaitu :
1. CP Spastik
Merupakan bentukan CP terbanyak (70-80%), otot mengalami
kekakuan dan secara permanan akan menjadi kontraktur. Jika kedua
tungkai mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua
tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis ini
membentuk karakteristik berupa ritme berjalan yang dikenal dengan
galt gunting (scissors galt).
Anak dengan spastik hemiplegia dapat disertai tremor hemiparesis,
dimana seseorang tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai
34

pada satu sisi tubuh. Jika tremor memberat akan terjadi gangguan
gerakan berat.
CP Spastik dibagi berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena, yaitu :
a. Monoplegi
Bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan
b. Diplegia
Keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat dari
pada kedua lengan
c. Triplegia
Bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah mengenai
kedua lengan dan 1 kaki
d. Quadriplegia
Keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang sama
e. Hemiplegia
Mengenai salah satu sisi tubuh dan lengan terkena lebih berat
2. CP Atetoid/diskinetik
Bentuk CP ini mempunyai karakterisktik gerakan menulis yang
tidak terkontrol dan perlahan.Gerakan abnormal ini mengenai tangan,
kaki, lengan, atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka
dan

lidah,

menyebabkan

anak-anak

menyeringan

dan

selalu

mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama periode


peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. Penderita juga
mengalami masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria).CP
atetoid terjadi pada 10-20% penderita CP.
3. CP Ataksid

35

Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam.


Penderita yang terkena sering menunjukan koordinasi yang buruk;
berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar,
meletakkan kedua kaki dengan posisi saling berjauhan; kesulitan dalam
melakukan gerakan cepat dan tepat, misalnya menulis mengancingkan
baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan
volunter misalnya buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada
bagian tubuh yang baru digunakan dan tampak memburuk sama
dengan saat penderita akan menuju objek yang dikehendaki. Bentuk
ataksid ini mengenai 5-10% penderita CP.
4. CP Campuran
Sering ditemukan dapa seseorang penderita mempunyai lebih dari
satu bentuk CP yang dijabarkan diatas. Bentuk campuran yang sering
dijumpai adalah spastik dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga
mungkin dijumpai (Soedarmo, 1999; Irga, 2010).
CP juga dapat diklasifikasikan berdasarkan estimasi derajat beratnya
penyakit dan kemampuan penderita untuk melakukan aktivitas normal.
DIAGNOSIS CEREBRAL PALSY
a. Gejala awal
Tanda awal CP biasanya tampak pada usia<3tahun, dan orang tua
sering mencurigai ketiak kemampuan perkambangan motorik tidak
normal. Bayi dengan CP sering mengalami kelambatan perkembangan,
misalnya tengkurap, duduk, merangkak, tersenyum atau berjalan.
Sebagian mengalami abnormalitas tonus otot, penurunan tonus
otot/hipotonia;

bayi

tampak

lemah

dan

lemas,

kadang

floppy.Peningkatan tonus otot/hipertonia, bayi tampak kaku.Pada


sebagian kasus, bayi pada periode awal tampak hipotonia dan
selanjutnya berkembang menjadi hipertonia setelah 2-3 bulan

36

pertama.Anak-anak CP mungkin menunjukkan postur abnormal pada


satu sisi tubuh (Arvin, 2000).
b. Pemeriksaan Fisik
Dalam menegaskan diagnosis CP perlu melakukan pemeriksaan
motorik bayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari riwayat
kehamilan, persalinan dan kesehatan bayi.Perlu juga dilakukan
pemeriksaan refleks dan mengukur perkembangan lingkar kepala anak.
Refleks adalah gerakakn dimana tubuh secara otomatisasi bereaksi
sebagai respon terhadap stimulus spesifik. Sebagai contoh, jika bayi
baru lahir menekuk kepalanya maka kaki akan bergerak ke atas kepala,
dan bayi secara otomatis akan membentangkan lengannya, yang dikenal
dengan refleks moro, yang tampak seperti gerakan akan memeluk.
Secara normal, refleks tersebut akan bertahan lebih lama. Hal tersebut
merupakan salah satu dari beberapa refleks yang harus diperiksa.
Perlu juga memeriksa penggunaan tangan, kecenderungan untuk
menggunakan tangan kanan atau kiri. Jika dokter memegang objek
didepan dan pada sisi dari bayi, bayi akan mengambil benda tersebut
dengan tangan yang cenderung dipakai, walaupun objek didekatkan
pada tangan yang sebelahnya. Sampai usia 12 bulan, bayi masih belum
menunjukan kecenderungan menggunakan tangan yang dipilih. Tetapi
bayi dengan spastik hemiplegia, akan menunjukkan perkembangan
pemilihan tangan lebih dini, sejak tangan pada sisi yang tidak terkena
menjadi lebih kuat dan banyak digunakan.
Langkah selanjutnya dalam diagnosis CP adalah menyingkirkan
penyakit lain yang menyebabkan masalah pergerakan. Yang terpenting,
harus

ditentukan

bahwa

kondisi

anak

tidak

bertambah

memburuk.Walaupun gejala dapat berubah bersama waktu, CP sesuai


dengan definisinya tidak dapat menjadi progresif. Jika anak secara
progresif kehilangan kemampuan motorik, ada kemungkinanterdapat
masalah yang berasal dari penyakit lain, misalnya penyakit genetik,

37

penyakit muskuler, kelainan metabolik, tumor SSP. Penelitian


metabolik dan genetik tidak rutin dilakukan dalam evaluasi anak
dengan CP. Riwayat medis anak, pemeriksaan diagnostik khusus, dan,
pada sebagian kasus, pengulangan pemeriksaan akan sangat berguna
untuk konfirmasi diagnostik dimana penyakit lain dapat disingkirkan
(Arvin, 2000).
c. Pemeriksaan Neuroradiologik
Pemeriksaan khusus neuroradiologik untuk mencari kemungkinan
penyebab CP perlu dikerjakan, salah satu pemeriksaan adalah CT scan
kepala, yang merupakan pemeriksaan imaging untuk mengetahui
struktur jaringan otak. CT scan dapat menjabarkan area otak yang
kurang berkembang, kista abnormal, atau kelainan lainnya. Dengan
informasi dari CT scan, dokter dapat menentukan prognosis penderita
CP.
MRI

kepala,

merupakan

tehnik

imaging

yang

canggih,

menghasilkan gambar yang lebih baik dalam hal struktur atau area
abnormal dengan lokasi dekat tulang dibanding dengan CT scan kepala.
Dikatakan bahwa neuroimaging direkomendasikan dalam eveluasi
anak CP jika etiologi tidak dapat ditemukan.
Pemeriksaan ketiga yang dapat mengambarkan masalah dalam
jaringan otak adalah USG kepala.USG dapat digunakan pada bayi
sebelum tulang kepala mengeras dan UUB tertutup.Walaupun hasilnya
kurang akurat dibandingkan CT dan MRI, tehnik tersebut dapat
mendeteksi kista dan struktur otak, lebih murah dan tidak
membutuhkan periode lama pemeriksaannya (Hassan, 1985).

MASALAH UTAMA PADA PASIEN CEREBRAL PALSY


Masalah utama yang dijumpai dan dihadapi pada anak yang menderita Palsi serebralis
antara lain: (Irga, 2010)

38

1. Kelemahan dalam mengendalikan otot tenggorokan, mulut, dan lidah akan


menyebabkan anak tampak selalu berliur. Air liur dapat menyebabkan iritasi berat
kulit dan menyebabkan seseorang sulit diterima dalam kehidupan sosial dan pada
akhirnya akan menyebabkan anak terisolir dalam kehidupan kelompoknya.
Walaupun sejumlah terapi untuk mengatasi drooling telah dicoba selama
bertahun-tahun, dikatakan tidak ada satupun yang berhasil.Obat-obatan
kholinergik dapat menurunkan aliran saliva tetapi dapat menimbulkan efek
samping yang bermakna, misalnya mulut kering dan digesti buruk. Pembedahan
walaupun kadang-kadang efektif, akan membawa komplikasi, termasuk
memburuknya masalah menelan. Beberapa penderita berhasil dengan teknik
biofeedback yang dapat memberitahu penderita saat drooling atau mengalami
kesulitan untuk mengendalikan otot yang akan membuat mulut tertutup. Terapi
tersebut tampaknya akan berhasil jika penderita mempunyai usia 2-3 tahun,
dimana dapat dimotivasi untuk mengendalikan drooling, dan dapat mengerti
bahwa drooling akan menyebabkan seseorang secara sosial sulit diterima.
2. Kesulitan makan dan menelan, yang dipicu oleh masalah motorik pada mulut,
dapat menyebabkan gangguan nutrisi yang berat. Nutrisi yang buruk, pada
akhirnya dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi dan menyebabkan
gagal tumbuh.Untuk membuat menelan lebih mudah, disarankan untuk membuat
makanan semisolid, misalnya sayur dan buah yang dihancurkan. Poosisi ideal,
misalnya duduk saat makan atau minum dan menegakkan leher akan menurunkan
resiko tersedak. Pada kasus gangguan menelan berat dan malnutrisi, klinisi dapat
merekomendasikan penggunaan selang makanan, atau gastrotomy.
3. Inkontinensia urin adalah komplikasi yang sering terjadi. Inkontinensia urin ini
disebabkan karena penderita CP kesulitan mengedalikan otot yang selalu menjaga
supaya kandung kemih selalu tertutup.Inkontinensia urin dapat berupa enuresis,
dimana seseorang tidak dapat mengendalikan urinasi selama aktivitas fisik (stress
inkonentia), atau merembesnya urine dari kandung kemih.

39

BAB 4
ANALISA KASUS
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang
dilakukan pada An. AR usia 7 bulan yang datang bersama orang tuanya ke POLI
ANAK RSUD AWS Samarinda pada 06 Januari 2016 dengan keluhan utama berat
badan tidak naik. Diagnosis masuk pasien ini adalah Cerebral palsy + Gizi
buruk.Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan hasil dari anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
TEORI

KASUS
ANAMNESIS

Masukan makanan yang kurang, seperti

Pasien

mengalami

gangguan

jenis makanan dan jumlah makanan

dengan

penerimaan

makanan

yang dimakan.

akibat

Biasanya berhubungan dengan adanya


gangguan
pencernaan

penerimaan

makanan,

makanan,

ataupun

penyerapan makanan seperti anoreksia,


muntah atau diare yang lama.
Ada tidaknya penyakit penyerta yang

spastik

yang

dialami

sehingga asupan makan pasien

berkurang
Pasien memiki penyakit penyerta

yakni cerebral palsy


Pasien ada keluhan mengalami
infeksi paru-paru sebelumnya

mungkin diderita sebelumnya.


PEMERIKSAAN FISIK
pertumbuhan
berkurang
atau Status gizi buruk

Perkembangan pasien terganggu

terhenti
Hilangnya lemak subkutan
mula-mula bayi cengeng dan rewel Oldman face
Tangan dan kaki terlihat seperti kulit
lesu dan nafsu makan hilang
hilangnya lemak subkutan terutama dengan tulang, terdapat baggy pant
Otot lemah dan atrofi

wajah old man face


Vena superficial tampak jelas, tulang
Vena superficialis tampak lebih jelas,
pipi dan dagu menonjol
ubun-ubun besar cekung, tulang pipi
dan dagu kelihatan menonjol, mata

tampak besar dan dalam.


Otot-ototlemah dan atropi, bersamaan

Turgor kulit hilang, kulit menjadi


keriput
Tulang rusuk tampak jelas terlihat
Dinding abdomen membuncit
Konstipasi
T:37.4, Nadi 100x kuat angkat, RR

40

dengan

hilangnya

lemak

subkutanmaka anggota gerak terlihat


seperti kulit dengan tulang, dan kulit
kehilangan

turgornya

sehingga

menjadi kerut dan longgar atau

keriput.
Tulangrusuk tampak lebih jelas.
Dinding
abdomen
dapat

50x, Ane (-), ikt (-), sia (-)


Rh (-), Wh (-), S1S2 tunggal regular,
gallop (-), murmur (-)
BU (+) N, NT(-) hepatomegali (-)
splenomegali (-),
akral hangat, edema (-)

kembung/membuncit, cekung atau


datar, dengan gambaran usus yang

jelas.
Diare atau konstipasi.
Kadang-kadang tampak rambut yang

kering, tipis, dan mudah rontok.


Baggy pant
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lab lain dapat dilakukan
-

untuk mengetahui adanya penyakit

Darah lengkap
Pemeriksaan Serologi

lain yang dapat memperburuk kondisi


-

pasien :
Darah lengkap
pemeriksaan radiologi untuk
mengetahui apakah ada pneumonia

atau TB
pemeriksaan tinja untuk mengetahui

apakah ada infeksi cacing serta


pemeriksaan darah yang diperlukan
untuk diagnosa penyakit penyerta
DIAGNOSIS

Diagnosa dibuat berdasarkan anamnesa,

Status gizi : BB/TB < 10 th

pemeriksaan fisik, dan penunjang.


Diagnosis marasmus :

Pasien tampak lemah, kurus,

tidak ada edema

BB/TB < -3 SD atau <70% dari


median

tanda klinis berupa anak tampak

41

sangat kurus (visible severe wasting)


dan tidak mempunyai jaringan lemak
bawah kulit terutama pada kedua
bahu, lengan, pantat dan paha; tulang
iga terlihat jelas, tanpa adanya
edema.
PENATALAKSANAAN
10 tatalaksana gizi buruk

Inf. Infus Kaen 4A

Injeksi ampicilin 3 x 150

mg/iv
Injeksi gentamisin 1 x 10

mg/iv
Ambroxol 1,5 + CTM 0,25 +

salbutamol 0,15 (pulv) 3 x 1


Domperidon syr 3 x cth
Paracetamol drop 0,3 cc/ 4

jam
RDA sesuai dengan usia
tinggi

Perhitungan berdasarkan RDA


Energi: 108 x 2,5 = 270 kkal/ hari
Protein: 2 x 2,5 = 5 g/ hari
Cairan: 140-160 x 2,5 = 350- 400 cc/
hari

42

DAFTAR PUSTAKA

1. IDAI 2011. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik jilid I. Jakarta
2. Nelson, behrman, & kliegman. 2000. Nelson teks book of pediatric. vol. 1. Ed
15. alih bahasa A Samik Wahab. Jakarta. EGC.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I.
FKUI. Jakarta.; 360-66.
4. WHO. 2009. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta.
Depkes RI.
5. IDAI.(2013). Pneumonia.Buku Ajar Respirologi Anak Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: IDAI.
6.
7.

IDAI.(2009). Pedoman Pelayanan Medis Edisi II. Ikatan Dokter Anak


Indonesia. Jakarta: IDAI.
Bennete
M.J.

(2013).

Pediatric

Pneumonia.

http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview
8. Arvin, Behrman Kliegman. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Volume 3.
Jakarta: EGC. 2000 : 2085-2086
9. Soedarmo, Sumarno dkk. Buku Ajar Neurologi Anak. Edisi 1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI. 1999 : 116
10. Hassan, Rusepno dkk. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2 . Jakarta: Penerbit FKUI.
1985: 884-888
11. Koman LA,Mooney III JF, Smith BP, et al. Management of spasticity in
cerebral palsy with botolinum-A toxin: report of preliminary, randomized,
double-blind trial. J Pediatr Orthop 1994;14:299
12. Irga. Cerebral palsy.www.aan.com/professionals/practice/index.cfm. Accessed
17 November 2010.
13. Septian,

Bahri.

Cerebral

Palsy.http://www.scribd.com/doc/26304944/CP.

Accessed 15 November 2010


14. Browne, Marian. Children with Cerebral Palsy [internet]. c2003 [cited 2011
November 15]. Available from http://www.caringforcerebralpalsy.com/index.html
15. Chatoor I. Diagnosis and treatment of feeding disorder, in infant, toddlers, and
young children. Washington DC : Zero To Three; 2009.
16. Pengurus YPAC Surakarta. YPAC Surakarta [internet]. c2006 [cited 2011 Nop
5]. Available from ypacnas.or.id/ypac-daerah/ypac-surakarta-solo

43

17. Pengurus YPAC Semarang. YPAC Semarang [internet]. c2006 [cited 2011
Nop 5]. Available from ypacnas.or.id/ypac-semarang
18. Darto Suharto. Cerebral Palsy diagnosis dan tata laksana [intrenet]. c2006

[cited

2011

Nop

15].

Available

from

www.pediatrik.com/pkb/061022021726-bvxh131.pdf

44

Anda mungkin juga menyukai