Anda di halaman 1dari 34

PRESENTASI KASUS

SEORANG ANAK PEREMPUAN 12 BULAN DENGAN GLOBAL


DELAYED DEVELOPMENT DENGAN STATUS GIZI KURANG

Oleh :

Ardian Pratiaksa G99151064


Derajat Fauzan N. G99151065
Pembimbing :
Dra. Suci Murti Karini, MSi

KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2015

BAB I
STATUS PENDERITA
I IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. R

Usia

: 12 bulan

Tanggal Lahir

: 14 November 2014

Berat Badan

: 6,8 kg

Tinggi Badan

: 73 cm

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Nagasari, Boyolali

Tanggal Pemeriksaan: 18 November 2015


II

ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap orang tua

pasien saat kontrol di Poli Anak RSDM


A Keluhan Utama
Ada perbedaan yang jelas dalam hal gerakan dibandingkan anak
seusianya.
B Riwayat Penyakit Sekarang
Orang tua pasien datang ke poli tumbuh kembang RS. Dr.
Moewardi merupakan saran dari tetangganya untuk memerikasakan
anaknya ke RSDM.
Pasien bisa mengangkat kepala namun agak lemah dan sudah bisa
tengkurap, usia 10 bulan mulai bisa memegang benda-benda kecil seperti
pensil atau bola-bolaan. Usia 11-12 bulan mulai bisa berbicara au-au.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat mondok

: (-)

Riwayat operasi

Riwayat alergi obat / makanan

: disangkal

Riwayat kejang sebelumnya

: (-)

Riwayat perkembangan keterlambatan

: (+), keterlambatan motorik,

(-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat alergi obat / makanan

: disangkal

Riwayat kejang pada keluarga

: disangkal

Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Muntaber

(+)

CMV

Rubella

(-)

Polio

Bronkitis

(-)

Thypus abdominalis (-)

Morbili

(-)

Cacingan

(-)

Pertusis

(-)

Gegar otak

(-)

Difteri

(-)

Fraktur

(-)

Varicella

(-)

Kolera

(-)

Malaria

(-)

TB paru

(-)

(-)
(-)

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien sejak lahir di asuh oleh neneknya karena orang tua pasien

sama-sama bekerja di luar kota, sebagai penjual baju dan penjual makanan.
Pasien tidak pernah di beri ASI oleh ibunya. Nenek pasien sering
memperlakukan pasien dengan cara di bedong ketat sampai dengan umur
6 bulan. Saat ini biaya pengobatan ditanggung sendiri oleh keluarga, kesan
sosial ekonomi kurang.

Riwayat Makan Minum Anak


Setelah lahir, sampai usia 4 bulan si anak diberi susu formula (anjuran

dari bidan) dan tidak pernah diberi ASI karena menurut penjelasan
keluarganya, asinya tidak bisa keluar. Umur 4 bulan sampai sekarang, si
anak

diberi susu formula, bubur Sun, bubur pisang, bubur nasi dan

terkadang sudah diberi nasi.


H

Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal


Ibu pasien hamil pada usia 20 tahun. Selama hamil, ibu pasien

rutin melakukan ANC di bidan desa selama 9 kali setiap sebulan sekali.
Ibu penderita tidak pernah mengeluhkan sakit berat sampai lahir.
I

Riwayat Kelahiran
Orang tua pasien melahirkan dengan normal di bidan desa, pada

usia kehamilan 38 minggu dengan BBL 2900 gram. menangis beberapa


saat, ketuban jernih.
J

Riwayat Pemeriksaan Post Natal


Rutin ke posyandu tiap bulan untuk timbang dan mendapatkan

imunisasi.
K

Riwayat Imunisasi
1

HB0

: 0 bulan

BCG, Polio 1

: 1 bulan

DPT/Hb1, Polio 2

: 2 bulan

DPT/Hb2, Polio 3

: 3 bulan

DPT/Hb3, Polio 4

: 4 bulan

Campak

: 9 bulan

Kesimpulan : pasien mendapatkan imunisasi lengkap sesuai pedoman


Depkes 2013.

I PEMERIKSAAN FISIK
1

Keadaan Umum

: baik

Derajat Kesadaran

: compos mentis

Status gizi

: gizi kesan kurang

Tanda vital
S

: 36,5 oC

: 100 x/menit, ocial, simetris, isi dan tegangan cukup.

RR

: 30 x/menit, tipe abdominal, kedalaman cukup, ocial.

BB

: 6,8 kg

TB

: 73 cm

Kulit : warna kecoklatan, kelembaban baik, turgor baik.

Kepala : bentuk mikrocephal. Lingkar kepala 39 cm

Muka : sembab (-), wajah orang tua (-)

Mata : cowong (-), bulu mata hitam lurus tidak rontok, conjunctiva anemis
(-/-), strabismus (-), xeroftalmia (-), bercak bitots (-), oedem palpebra (-/-)

Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung(-/-), sekret (-/-), darah (-/-),
deformitas(-).

Mulut : sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-),
mukosa basah (+), susunan gigi normal.

Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1 T1, faring hiperemis (-),


pseudomembran (-), post nasal drip (-).

10 Telinga : bentuk aurikula dextra et sinistra normal, kelainan MAE (-),


serumen (-/-), membrana timpani sde, prosesus mastoideus tidak nyeri
tekan, tragus pain (-), sekret (-).
11 Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak membesar.
12 Limfonodi

kelenjar

limfe

auricular,

submandibuler,

servikalis,

suparaklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak membesar.


13 Thorax : bentuk normochest, retraksi (-) interkostal dan sub sternal, iga
gambang (-), gerakan simetris ka = ki
Cor :

Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: Batas jantung kesan tidak melebar

Kiri atas

: SIC II LPSS

Kiri bawah

: SIC IV LMCS

Kanan atas

: SIC II LPSD

Kanan bawah : SIC IV LPSD


Pulmo :

Auskultasi

: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: Sonor / Sonor di semua lapang paru

Batas paru-hepar

: SIC V kanan

Batas paru-lambung : SIC VI kiri


Redup relatif di

: SIC V kanan

Redup absolut

: SIC VI kanan (hepar)

Auskultasi

: SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH


(-/-)

14 Abdomen :

Inspeksi

: dinding dada sejajar dinding perut

Auskultasi

: peristaltik (+) normal

Perkusi

: tympani

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,


lien tidak teraba.

15 Urogenital : dalam batas normal


16 Gluteus : Baggy pants (-)
17 Ekstremitas :
akral dingin -

sianosis -

oedem -

CRT < 2 detik , ADP teraba kuat


18 Kuku : keruh (-), spoon nail (-), konkaf (-)
19 Status Neurologis
N. II

: dalam b

atas normal

N. III, IV, VI

: dalam batas normal

N. V

: sulit dievaluasi

N. VII

: sulit dievaluasi

N. VIII

: dalam batas normal

N. IX, X, XI, XII : dalam batas normal


Refleks Fisiologis : dalam batas normal
Refleks Patologis : (-)
Meningeal Sign

: sulit dievaluasi

II STATUS GIZI
BB/U

: 6,8/9 x 100% = 75 % (-3 SD < Z Score < -2 SD)

TB/U

: 73/75 x 100% = 97,3 % (-2 SD < Z Score < 0 SD)

BB/TB

: 6,8/73 x 100% = 9,31 % (Z Score < -3 SD)

Kesimpulan status gizi : underweight, normoheight, gizi buruk menurut


antropometri WHO.
III DENVER DEVELOPMENTAL SCREEENING TEST
Hasil tes perkembangan Denver yaitu, personal sosial mengalami
keterlambatan setara dengan usia 6 bulan, adaptif-motorik halus mengalami
keterlambatan setara dengan usia 5 bulan. Motorik kasar mengalami
keterlambatan setara dengan usia 4 bulan, dan kemampuan bahasa mengalami
keterlambatan setara dengan anak usia 10 bulan. Ditemukan keterlambatan
dalam aspek personal sosial, adaptif motorik halus, bahasa, dan motorik kasar
(global delay development)

IV RESUME
Pasien datang ke Poli Anak diantar keluarganya dengan keluhan
sudah umur 12 bulan pasien belum bisa beridiri sendiri. Salah satu
keluarganya menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara si pasien dengan
teman sebayanya. Dengan usia nya yang sekarang pasien hanya bisa
mengangkat kepala, walaupun sangat lemah. Dan hanya bisa mengucapkan

kata-kata Au-au saja, pasien belum bisa mengucapkan kata, ma-ma,


atau pa-pa, berat badan pasien 6.8 kg, panjang badan 73 cm dengan
lingkar kepala 39 cm. menurut pengakuan orangtua pasien, sejak lahir
hingga umur sekarang, di asuh oleh neneknya, karena orangtua pasien samasama bekerja, ibu pasien bekerja di Mojokerto sebagai penjual baju dan
bapak pasien bekerja sebagai penjual makanan. Orang tua pasien
berkunjung ke rumah neneknya yang di lamongan untuk menjenguk pasien
sekitar 1 bulan sekali. Sehingga pasien dapat dikategorikan kurang kasih
sayang.
Karena sejak lahir sudah di asuh oleh neneknya, pasien tidak
mendapatkan ASI ekslusif, sehingga hanya minum susu formula saja,
hingga umur 4 bulan, kemudian diberikan makanan pendamping seperti
bubur sun, bubur pisang, ataupun bubur nasi, sesekali diberikan nasi pula.
Sejak lahir sampai sekarang, pasien tidak pernah menderita sakit
berat, pasien hanya pernah menderita sakit panas, pilek, ataupun batuk, dan
biasanya berobat ke puskesmas didekat desa. Pada pemeriksaan fisik tidak
didapatkan kelainan di tubuh pasien, hanya ukuran lingkar kepala tidak
sesuai dengan umur pasien. Orang tua pasien tidak begitu memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan pasien terutama lingkar kepalanya.

VASSESMENT
1

Keterlambatan personal social atau personal social delayed

development setara usia 7 bulan.


Keterlambatan motorik halus setara usia 5 bulan.

Keterlambatan motorik kasar atau motoric delayed development setara

usia 4 bulan.
Keterlambatan perkembangan bahasa atau Speech Delayed

Development setara usia 10 bulan.


Gizi baik.

VI PENATALAKSANAAN
1

Edukasi orangtua pasien tentang penyakitnya

Fisioterapi

Terapi wicara
VII

PLANNING

Konsul bedah saraf

Konsul Rehabilitasi Medik

Konsul Gizi

Kontrol poli tumbuh kembang per 3 bulan

VIII

PROGNOSIS

Ad vitam
Ad sanam

: bonam
: dubia ad malam

Ad fungsionam : dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Global Developmental Delay


2.1 Definisi
Global developmental delay (GDD) atau Keterlambatan Perkembangan
Global (KPG) adalah keterlambatan yang signifikan pada dua atau lebih domain
perkembangan anak, diantaranya: motorik kasar, halus, bahasa, bicara, kognitif,
personal atau sosial aktivitas hidup sehari-hari. Istilah KPG dipakai pada anak
berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan pada anak berumur lebih dari 5 tahun
saat tes IQ sudah dapat dilakukan dengan hasil yang akurat maka istilah yang
dipergunakan adalah retardasi mental.1,2 Anak dengan KPG tidak selalu menderita
retardasi mental sebab berbagai kondisi dapat menyebabkan seorang anak
mengalami KPG seperti penyakit neuromuskular, palsi serebral, deprivasi
psikososial meskipun aspek kognitif berfungsi baik.2,3

2.2 Epidemiologi
Prevalensi KPG sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia, sedangkan di
Amerika Serikat angka kejadian KPG diperkirakan 1%-3% dari anak-anak
berumur<5 tahun.3 Penelitian oleh Suwarba dkk.4 di RS Cipto Mangunkusumo
Jakarta mendapatkan prevalensi KPG adalah 2,3 %. Etiologi KPG sangat
bervariasi, sekitar 80% akibat sindrom genetik atau abnormalitas kromosom,
asfiksia perinatal, disgenesis serebral dan deprivasi psikososial sedangkan 20%
nya belum diketahui. Sekitar 42% dari etiologi keterlambatan perkembangan
global dapat dicegah seperti paparan toksin, deprivasi psikososial dan infeksi intra
uterin, serta asfiksia perinatal.3
Menurut penelitian Deborah M dkk.5 prevalensi KPG di Poliklinik Anak
RSUP Sanglah adalah 1,8% dan sering ditemukan pada anak berumur lebih dari

12 bulan (67%). Rasio laki-laki dan perempuan hampir sama 1:1,12. Keluhan
terbanyak adalah belum bisa berbicara pada 16 (24%), belum bisa berbicara dan
berjalan pada 14 (21%), serta belum bisa berjalan pada 12 (18%) pasien.
Didapatkan 20% BBLR dan BBLSR, ibu berpendidikan menengah ditemukan
pada 68% kasus. Karakteristik klinis didapatkan 30% gizi kurang, 29%
mikrosefali, 20% dicurigai suatu sindrom. Evaluasi perkembangan menunjukkan
40 (60%) terlambat pada seluruh sektor perkembangan. Etiologi ditemukan pada
61% dengan penyebab terbanyak adalah kelainan majemuk, hipotiroid, serebral
disgenesis, palsi serebral.
2.3 Tahap Perkembangan Normal pada Anak
2.3.1 Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak
dengan dewasa. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
yang sesuai dengan usianya.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.6
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian.6
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi secara
simultan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi
kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya
perkembangan sistem neuromuskular, kemampuan bicara, emosi, dan sosialisasi.
Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.
Seiring dengan berjalannya waktu, anak akan terus mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan. Proses tumbuh kembang anak memiliki ciri-ciri

yang satu sama lainnya saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut antara lain
perkembangan menimbulkan perubahan, pertumbuhan dan perkembangan pada
tahap

awal

menentukan

perkembangan

selanjutnya,

pertumbuhan

dan

perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda, perkembangan berkorelasi


dengan pertumbuhan, perkembangan mempunyai pola yang tetap, serta
perkembangan memiliki tahap yang berurutan. 6,7
Selain memiliki ciri-ciri yang khusus, proses tumbuh kembang anak juga
memiliki prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip dapat digunakan
sebagai kaidah atau pegangan dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan
anak. Terdapat dua prinsip proses tumbuh kembang, yaitu perkembangan
merupakan hasil proses kematangan dan belajar, serta pola perkembangan dapat
diramalkan.6,7

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal

yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktorfaktor tersebut antara lain faktor Internal, diantaranya ras/etnik atau bangsa,
keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, dan kelainan kromosom; faktor eksternal,
diantaranya faktor prenatal (gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi,
infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan psikologi ibu), faktor persalinan,
faktor pasca persalinan (gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisis
dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan,
stimulasi, dan obat-obatan).6,8

2.3.3 Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau


Aspek-aspek perkembangan yang dipantau meliputi6:

Motorik kasar, adalah aspek yang berhubungan dnegna kemampuan anak


melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti
duduk, berdiri, dan sebagainya.

Motorik halus, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat
seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

Kemampuan bicara dan bahasa, adalah aspek yang berhubungan dengan


kemampuan

untuk

memberikan

respon

terhadap

suara,

berbicara,

berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya.


4

Sosialisasi dan kemandirian, adalah aspek yang berhubungan dengan


kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya.

2.3.4 Periode Tumbuh Kembang Anak


Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa. Tumbuh kembang
anak terbagi dalam beberapa periode. Periode tumbuh kembang anak adalah
sebagai berikut6,8:
1

Masa prenatal atau masa intra uterin


Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:

Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.

Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Ovum
yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi
diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.

Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir


kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode, yaitu masa fetus dini, sejak umur
kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada

masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia


sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.

Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi.
Terjadi transfer immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta.
Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanoic Acid) dan
Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.

Masa bayi (umur 0 11 bulan)


Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
a

Masa neonatal (umur 0 28 hari)


Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi

Masa post (pasca) neonatal (umur 29 hari 11 bulan)


Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem
saraf.

Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI
eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping
ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh
yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak
terjalin, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat
besar.
3

Masa anak dibawah lima tahun (umur 12 59 bulan)


Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik (motorik kasar dan motorik halus) serta fungsi
ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa
balita. Setelah lahir, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan
serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya. Jumlah dan pengaturan
hubungan-hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi segala

kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga
bersosialisasi.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada
masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak
dideteksi dan ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya
manusia dikemudian hari.
4

Masa anak prasekolah (umur 60 72 bulan)


Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan
dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan
proses berpikir. Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka
lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Pada masa ini juga anak
dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima
rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar
dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah
dengan cara bermain.

2.4 Etiologi
KPG dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai kelainan
neurodevelopmental

(mulai

dari

disabilitas

belajar

hingga

kelainan

neuromuskular. Tabel berikut memberikan pendekatan beberapa etiologi KPG :


Tabel 1. Penyebab KPG menurut Forsyth dan Newton, 2007 (dikutip dari Walters
AV, 2010)8
Kategori

Komentar

Genetik atau Sindromik

Sindrom yang mudah diidentifikasi,

Teridentifikasi dalam 20% dari

misalnya Sindrom Down


Penyebab genetik yang tidak terlalu

mereka yang tanpa tanda-tanda


neurologis, kelainan dismorfik,
atau riwayat keluarga

jelas pada awal masa kanak-kanak,


misalnya Sindrom Fragile X,
Sindrom Velo-cardio-facial (delesi

22q11),Sindrom Angelman,
Sindrom Soto, Sindrom Rett,
fenilketonuria maternal,
mukopolisakaridosis, distrofi
muskularis tipe Duchenne, tuberus
sklerosis, neurofibromatosis tipe 1,
Metabolik
Teridentifikasi dalam 1% dari
mereka yang tanpa tanda-tanda
neurologis, kelainan dismorfik,
atau riwayat keluarga

dan delesi subtelomerik.


Skrining universal secara nasional
neonatus untuk fenilketonuria
(PKU) dan defisiensi acyl-Co A
Dehidrogenase rantai sedang.
Misalnya, kelainan siklus/daur urea

Endokrin

Terdapat skrining universal neonatus

Traumatik

untuk hipotiroidisme kongenital


Cedera otak yang didapat

Penyebab dari lingkungan

Anak-anak memerlukan kebutuhan


dasarnya seperti makanan, pakaian,
kehangatan, cinta, dan stimulasi
untuk dapat berkembang secara
normal
Anak-anak tanpa perhatian, diasuh
dengan kekerasan, penuh
ketakutan, dibawah stimulasi
lingkungan mungkin tidak
menunjukkan perkembangan yang
normal
Ini mungkin merupakan faktor yang
berkontribusi dan ada bersamaan
dengan patologi lain dan
merupakan kondisi yaitu ketika
kebutuhan anak diluar kapasitas

orangtua untuk dapat


Malformasi serebral

menyediakan/memenuhinya
Misalnya, kelainan migrasi neuron

Palsi Serebral dan Kelainan

Kelainan motorik dapat mengganggu

Perkembangan Koordinasi

perkembangan secara umum

(Dispraksia)
Infeksi

Perinatal, misalnya Rubella, CMV,

Toksin

HIV
Meningitis neonatal
Fetus: Alkohol maternal atau obatobatan saat masa kehamilan
Anak: Keracunan timbal

2.5 Deteksi Dini


Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan
pencapaian perkembangan tiap anak berbeda. Kisaran waktu pencapaian tiap
tahap perkembangan umumnya cukup besar, misalnya seorang anak dikatakan
normal jika ia dapat berjalan mulai usia 10 hingga 18 bulan, sehingga seringkali
terjadi perbedaan perkembangan di antara anak yang seusia. Untuk itu, orang tua
perlu mengenal tanda bahaya (red flag) perkembangan anak.9 Untuk mengetahui
apakah seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan umum, perlu data /
laporan atau keluhan orang tua dan pemeriksaan deteksi dini atau skrining
perkembangan pada anak.
Deteksi dini merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
komprehensif

untuk

menemukan

penyimpangan

tumbuh

kembang

dan

mengetahui serta mengenal faktor resiko pada anak usia dini. Melalui deteksi dini
dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya
pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan
indikasi yang jelas pada masa proses tumbuh kembang. Penilaian pertumbuhan

dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan
penilaian perkembangan.6,9
Secara umum, keterlambatan perkembangan umum pada anak dapat dilihat
dari beberapa tanda bahaya (red flags) perkembangan anak sederhana seperti yang
tercantum di bawah 9,10:
Tanda bahaya perkembangan motor kasar
1

Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh
bagian kiri dan

kanan.

Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia
6 bulan

Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot

Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh

Adanya gerakan yang tidak terkontrol


Tanda bahaya gangguan motor halus

Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan

Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun


3

Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih sangat


dominan setelah usia 14 bulan

Perhatian penglihatan yang inkonsisten

Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)


1

Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap


suatu benda pada usia 20 bulan

Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan

Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan

Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)


1

Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,
misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons

Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan


dengan orang lain pada usia 20 bulan

Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan

Tanda bahaya gangguan sosio-emosional


1

6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain

9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah

12 bulan: tidak merespon panggilan namanya

15 bulan: belum ada kata

18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura

24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti

Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi /


interaksi

Tanda bahaya gangguan kognitif


1

2 bulan: kurangnya fixation

4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda

6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara

9 bulan: belum babbling seperti mama, baba

24 bulan: belum ada kata berarti

36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata


Berbagai metode skrining yang lebih mutakhir dan global untuk deteksi dini

gangguan bicara juga dikembangkan dengan menggunakan alat bantu atau


panduan skala khusus, misalnya: menggunakan DDST (Denver Developmental
Screening Test II), Child Development Inventory untuk menilai kemampuan
motorik kasar dan motorik halus, Ages and Stages Questionnaire, Parents
Evaluations of Developmental Status.Serta dapat menggunakan alat-alat skrining
yang lebih Spesifik dan khusus yaitu ELMS (Early Language Milestone Scale)
dan CLAMS (Clinical Linguistic and Milestone Scale) yang dipakai untuk menilai
kemampuan bahasa ekspresif, reseptif, dan visual untuk anak di bawah 3
tahun.10,11

2.6 Gejala Klinis


Mengetahui adanya KPG memerlukan usaha karena memerlukan perhatian
dalam beberapa hal. Padahal beberapa pasien seringkali merasa tidak nyaman bila
di perhatikan. Akhirnya membuat orang tua sekaligus dokter untuk agar lebih jeli
dalam melihat gejala dan hal yang dilakukan oleh pasien tersebut. Skrining
prosedur yang dilakukan dokter, dapat membantu menggali gejala dan akan
berbeda jika skrining dilakukan dalam sekali kunjungan dengan skrining dengan
beberapa kali kunjungan karena data mengenai panjang badan, lingkar kepala,
lingkar lengan atas dan berat badan. Mengacu pada pengertian KPG yang
berpatokan pada kegagalan perkembangan dua atau lebih domain motorik kasar,
motorik halus, bicara, bahasa, kognitif, sosial, personal dan kebiasaan sehari-hari
dimana belum diketahui penyebab dari kegagalan perkembangan ini. Terdapat hal
spesifik yang dapat mengarahkan kepada diagnosa klinik KPG terkait
ketidakmampuan anak dalam perkembangan milestones yang seharusnya,
yaitu10,11:
1

Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan

Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan

Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk

Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan

Anak memiliki masalah komunikasi

Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus

2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
Dokter memulai anamnesis dengan mendengarkan penjelasan orangtua secara
seksama tentang perkembangan anaknya. Orang tua dapat mencatat setiap

keterlambatan perkembangan, perubahan tubuh dan kurang responsifnya anak


tersebut, sehingga perlu perhatian khusus. Tiap orangtua tentunya memiliki daerah
perhatian yang berbeda. Penggalian anamnesis secara sistematis meliputi, resiko
biologi akibat dari gangguan prenatal atau perinatal, perubahan lingkungan akibat
salah asuh, dan akibat dari penyakit primer yang sudah secara jelas terdiagnosis
saat infant.
Tabel 2. Anamnesis Keterlambatan Perkembangan Global menurut First Lewis
dan Judith, 199410

Contoh, dari pandangan biologi, infant dengan berat badan lahir rendah
seringkali beresiko terhadap angka kejadian perdarahan intraventrikel, sepsis atau
meningitis, gangguan metabolik, dan defisit nutrisi yang dapat secara langsung
memengaruhi perkembangan otak. Anak dengan resiko lingkungan termasuk
didalamnya ibu yang masih muda dan tidak berpengalaman serta ibu yang tidak
sehat secara individu atau kekurangan finansial. Anak yang hidup dalam keluarga
bermasalah akibat obat-obatan terlarang, minuman keras dan kekerasan sering

menyebabkan hasil buruk. Anak dengan faktor resiko kondisi medis seperti
myelomeningocele, sensorineural deafness, atau trisomy 21 diketahui memiliki
hubungan dengan keterlambatan perkembangan anak. Perhatian saat ini sering
pula akibat dari infeksi virus HIV. Kurangnya motorik milestones, peubahan
perilaku, atau kognitif buruk serta perubahan fungsi serebelum dalam tahun
pertama sering dihubungkan dengan HIV.10,11
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
Faktor risiko untuk keterlambatan dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik.
Pengukuran lingkar kepala (yang mengindikasikan mikrosefali atau makrosefali)
adalah bagian penting dalam pemeriksaan fisik. Perubahan bentuk tubuh sering
dihubungkan dengan kelainan kromosom, atau faktor penyakit genetik lain sulit
dilihat dalam pemeriksaan yang cepat.10 Sebagai tambahan, pemeriksaan secara
terstruktur dari mata, yaitu fungsi penglihatan dapat dilakukan saat infant, dengan
menggunakan pemeriksaan sederhana seperti meminta mengikuti arah cahaya
lampu. Saat anak sudah memasuki usia pre-school, pemeriksaan yang lebih
mendalam diperlukan seperti visus, selain itu pemeriksaan saat mata istirahat
ditemukan adanya strabismus. Pada pendengaran, dapat pula dilakukan test
dengan menggunakan brain-stem evoked potentials pada infant. Saat umur
memasuki 6 bulan, kemampuan pendengaran dapat dites dengan menggunakan
peralatan audiometri. Pada usia 3-4 tahun, pendengaran dapat diperiksa
menggunakan audiometer portable. Pemeriksaan telinga untuk mencari tanda dari
infeksi otitis media menjadi hal yang penting untuk dilakukan karena bila terjadi
secara kontinyu akan menyebabkan gangguan pendengaran ringan. Pemeriksaan
kulit secara menyeluruh dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit
ektodermal seperti tuberous sklerosis atau neurofibromatosis yang dihubungkan
dengan delay. Pemeriksaan fisik juga harus meliputi pemeriksaan neurologi yang
berhubungan dengan perkembangan seperti adanya primitive reflek, yaitu moro
reflex, hipertonia atau hipotonia, atau adanya gangguan tonus.10,11

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang

Secara umum, pemeriksaan laboratorium untuk anak dengan kemungkinan


gangguan perkembangan tidak dibedakan dengan tes skrining yang dilakukan
pada anak yang sehat. Hal ini penting dan dilakukan dengan periodik. Adapun
beberapa pemeriksaan penunjangnya antara lain11,12:

Skrining metabolik
Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa,
bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolik
rutin untuk bayi baru lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan
sebagai evaluasi inisial pada KPG. Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya
bila didapatkan riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang
mengarah pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anakanak dicurigai memiliki masalah dengan gangguan motorik atau disabilitas
kognitif, pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak
dengan gangguan tonus otot harus diskrining dengan menggunakan kreatinin
phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin penyakit
muscular dystrophy.

Tes sitogenetik
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG meskipun tidak
ditemukan dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan
suatu sindrom yang spesifik. Uji mutasi Fragile X, dilakukan bila adanya
riwayat keluarga dengan KPG. Meskipun skrining untuk Fragile X lebih
sering dilakukan anak laki-laki karena insiden yang lebih tinggi dan severitas
yang lebih buruk, skrining pada wanita juga mungkin saja dilakukan bila
terdapat indikasi yang jelas. Diagnosis Rett syndrome perlu dipertimbangkan
pada wanita dengan retardasi mental sedang hingga berat yang tidak dapat
dijelaskan.

Skrining tiroid

Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital
perlu dilakukan. Namun, skrining tiroid pada anak dengan KPG hanya
dilakukan bila terdapat klinis yang jelas mengarahkan pada disfungsi tiroid.
d

EEG
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan KPG yang memiliki
riwayat epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik (Landau-Kleffner).
Belum terdapat data yang cukup mengenai pemeriksaan ini sehingga belum
dapat digunakan sebagai rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan KPG
tanpa riwayat epilepsi.

Imaging
Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada KPG
(terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila tersedia MRI harus
lebih dipilih dibandingkan CT scan jika sudah ditegakkan diagnosis secara
klinis sebelumnya.

2.8 Diagnosis Banding


Etiologi dan penyebab dari KPG saat ini belum bisa memprediksi secara
spesifik, gangguan mana saja yang akan terlibat dalam penegakan KPG ini,
terdapat beberapa penyakit atau gangguan dengan gambaran serupa GDD, namun
memiliki beberapa perbedaan yaitu retardasi mental, palsi serebral, Attention
deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan Autism Spectrum Disorder (ASD).12

2.8.1 Retardasi Mental


Suatu keadaan yang dimulai saat masa anak-anak yang ditandai dengan
keterbatasan dalam intelegensi dan kemampuan adaptasi. Menurut kriteria DSMIV, retardasi mental adalah fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, terdapat
gangguan fungsi adaptasi, onset sebelum umur 18 tahun. Untuk mengetahui

adanya gangguan fungsi intelegensi, digunakan tes IQ (akurat diatas umur 5


tahun), dengan klasifikasi hasil:
a

Ringan , yaitu IQ 50-70

Sedang, yaitu IQ 40-50

Berat, yaitu IQ 20-40

Sangat berat, yaitu IQ <20

2.8.2 Palsi Serebral atau Cerebral palsy (CP)


Membedakan antara CP dengan KPG, pada CP, ada tiga faktor resiko awal
yaitu bayi lahir prematur (semakin kecil usia, semakin tinggi faktor risiko), bayi
lahir dengan ensefalopati sedang hingga berat (semakin berat keluhan semakin
berat risiko), dan bayi yang lahir dengan faktor risiko paling ringan. Dua faktor
risiko awal tersebut harus ditunjang dengan MRI untuk melihat gambaran otak.
Bila terdapat gangguan bahasa, penglihatan, pendengaran dan epilepsi, dapat
dicurigai hal tersebut adalah suatu gambaran CP. Selain itu, diagnosis palsi
serebral dapat dilakukan berdasarkan kriteria Levine (dikutip dari Soetjiningsih,
19957), yaitu pola gerak dan postur; pola gerak oral; strabismus; tonus otot;
evolusi reaksi postural dan kelainannya yang mudah dikenal; refleks tendon,
primitif dan plantar.
2.8.3 Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD merupakan suatu gangguan yang terjadi sangat awal dari kelahiran
bayi, yang dinamis, serta tergantung dengan perkembangan korteks. Tanda ADHD
yaitu development delay, nilai akademik yang rendah, serta permasalahan sosial.
Penggunaan milestones pada tahun ke-3 mudah mengarahkan diagnosis ADHD.
2.8.4 Autism Spectrum Disorder (ASD)
Tanda awal untuk membedakan antara ASD dengan KPG. Beberapa kata
kunci adalah gangguan bersosial. Pada tahun pertama akan sulit membedakan
antara ASD dengan KPG, yaitu ciri tidak berespon ketika nama dipanggil, afek
kurang, berkurangnya interaksi sosial, dan sulit untuk tersenyum. Pada tahun

kedua dan ketiga, bahasa tubuh yamg tidak lazim dan sangat ekspresif. Perilaku
lain yakni motorik, sensorik dan beberapa domain lain.
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan bagi anak-anak dengan KPG hingga saat ini masih belum
ditemukan. Hal itu disebabkan oleh karakter anak-anak yang unik, dimana anakanak belajar dan berkembang dengan cara mereka sendiri berdasarkan
kemampuan dan kelemahan masing-masing. Sehingga penanganan KPG
dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai penanganan pada faktor-faktor
yang beresiko menyebabkannya. Intervensi yang dilakukan, antara lain6,9,12:
1

Speech and Language Therapy


Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi CP,
autism, kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa dan oral motoric abilities.
Metode yang dilakukan bervariasi tergantung dengan kondisi dari anak
tersebut. Salah satunya, metode menggunakan jari, siulan, sedotan atau barang
yang dapat membantu anak-anak untuk belajar mengendalikan otot pada
mulut, lidah dan tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada anak-anak
dengan gangguan pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat
yang membuat anak-anak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi
tersebut.

Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri
dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka
antara bermain, belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi,
memakai pakaian, makan, dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami
kemunduran pada kemampuan kognitif, terapi ini dapat membantu mereka
meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi permasalahannya.

Physical Therapy

Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus,
keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan
motorik kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti
berguling, merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik
halus yakni menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan
mengambil barang. Dalam terapi, terapis akan memantau perkembangan dari
anak dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan otot dan sendi, dan kemampuan
motorik oralnya. Pada pelaksanaannya, terapi ini dilakukan oleh terapi dan
orang-orang yang berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga terapi ini dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
4

Behavioral Therapies
Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya dan
memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau
buruk seperti melempar barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lainlain. Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang berfokus untuk
mengurangi masalah sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi.
Terapi ini dapat dikombinasikan dengan terapi yang lain dalam pelaksanaanya.
Namun, terapi ini bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu terlihat
pada terapi kognitif yang lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang
mempengaruhi sikap tertentu, sedangkan behavioural therapy dilakukan
dengan mengubah dan mengurangi sikap-sikap yang tidak diinginkan.
Beberapa terapis mengkombinasikan kedua terapi tersebut, yang disebut
cognitive-behavioural therapy.

2.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan KPG, yakni
kemunduran perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika tidak
tertangani dengan baik, dapat mempengaruhi kemampuan yang lain, khususnya

aspek psikologi dari anak itu sendiri. Salah satunya, anak akan mengalami depresi
akibat ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi permasalahannya. Sehingga
anak itu dapat bersikap negatif atau agresif.

2.11 Prognosis
Prognosis KPG pada anak-anak dipengaruhi oleh pemberian terapi dan
penegakkan diagnosis lebih dini (early identification and treatment). Dengan
pemberian terapi yang tepat, sebagian besar anak-anak memberikan respon yang
baik terhadap perkembangannya. Walau beberapa anak tetap menjalani terapi
hingga dewasa. Hal tersebut karena kemampuan anak itu sendiri dalam
menanggapi terapinya. Beberapa anak yang mengalami kondisi yang progresif
(faktor-faktor yang dapat merusak sistem saraf seiring berjalannya waktu), akan
menunjukkan perkembangan yang tidak berubah dari sebelumnya atau mengalami
kemunduran. Sehingga terapi yang dilakukan yakni meningkatkan kemampuan
dari anak tersebut untuk menjalani kesehariannya.6,9
Diagnosis mikrosefali
Untuk mendiagnosis kelainan ukuran kepala, dapat dilakukan dengan gejala
atau manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang seperti radiologis. Sedangkan
untuk mendiagnosis keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat
dilakukan dengan cara mengukur Berat badan , Tinggi badan , dan lingkar kepala
dengan rutin.

Berat badan dipengaruhi oleh:


1. Genetik (keturunan)
2. Asupan nutrisi (makan, minum, camilan)

3. Penyerapan usus dan pengeluaran


4. Aktivitas fisik
5. Metabolisme tubuh, hormone
6. Penyakit kronik (jantung, ISK,TBC)
7. Kadar air dan lemak tubuh,
Sedangkan lingkar kepala diukur karena berhubungan dengan
perkembangan volume otak. Lingkar kepala yang lebih kecil dari normal
(mikrosefali) biasanya menunjukkan retardasi mental. Lingkar kepala yang
lebih besar (makrosefali) sebagian besar (88%) menunjukkan IQ yang
normal, 5%retardasi mental ringan, dan 7% retardasi mental berat
Berikut Patofisiologi dari mikrosefali dan development delay

Morbili
Penyinaran
Sifilis
Genetik

Antenat
al

Toksoplasmo
sis

Etiologi

Didapat

Intranata
l

Kelainan sirkulasi
darah janin

Pascanata
l

Tidak diketahui
penyebabnya

Perdarahan
Anoksia
Ensefalitis
Trauma
kepala
Malnutrisi

Anoksia

Asfiksia

Penyusutan volume
otak

MIKROSEF
ALI

Global Delay
development

Malnutrisi
Perlakuan dibedong
ketat selama 6
bulan

Asfiksia
Neonatorum
Gangguan SSP
Ensefalopat
i

Hipoksia

Iskemik

Perfusi darah

Glukosa

Glukosa

Glikogenolisis

Glukogenolisis

Glikolisis

Glikolisis

Glikolisis
Asam laktat

Asam laktat

ATP

ATP

Fosforilasi Oksidatif

Akumulasi asam dan no reflux


phenomen

Kerusakan Sel otak


Kelainan Neurologis
Nekrosis Kortikal
Nekrosis Multifokal
Nekrosis fokal
Nekrosis ganglia basalis

MIKROSEFALI

Untuk mendiagnosis keterlambatan perkembangan, biasanya dapat


menggunakan DDST , KMS, KPSP.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian syrup
Ferrokid dan syrup Neurotam serta mengkonsultasikan ke bagian rehab
medis, dimana fungsi dari berkonsultasi ke rehab medis adalah untuk dapat

melatih anak yang mengalami keterlambatan tumbuh, kembang dan


fungsional yang seharusnya sesuai dengan usia anak tersebut. Stimulasi
tetap diberikan pada bayi risiko tinggi mungkin baik oleh orangtua maupun
tenaga profesional yang terlatih. Kebutuhan dasar atau stimulasi dasar yang
dibutuhkan: ASUH kebutuhan ASI, nutrisi, imunisasi, sandang-pangan,
kesehatan , hygiene dan sanitasi, ASIH kebutuhan hubungan ibu-anak,
emosi, psikososial dan kasih sayang, ASAH agama, moral-etika,
kreativitas dan keterampilan. Stimulasi yang diberikan tenaga profesional
meliputi fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, terapi bermain, terapi
pijat, terapi suara, latihan persepsi motorik,psikoterapi dan edukasi.
Stimulasi yang diberikan orangtua dan tenaga profesional berupa stimulasi
sensori yang terintegrasi meliputi : penglihatan, pendengaran, proprioseptif
raba dan sentuhan serta keseimbangan (vestibuler)
Prognosis yang mungkin timbul pada anak dengan keterlambatan
tumbuh kembang adalah anak dengan keterlambatan tumbuh kembang akan
berprognosis buruk jika tidak di berikan terapi baik berupa stimulan, latihan
sedini mungkin serta pemberian support dari orangtua, jika dibiarkan maka
tidak menutup kemungkinan anak mengalami gagal tumbuh.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alberto J Espay, MD. Hydrocephalus. Emedicine 2010 : 4 available
at www.emedicine.com di akses pada 26 November 2010

2. Price SA, Wilson LM. Vetrikel dan Cairan Cerebrospinalis, dalam


Patofiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4, Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta, 1994, 915-6
3. Dan Stranding S. Ventricular System and Cerebrospinal Fluid, in Grays
Anatomy The Anatomical Basis of Clinical Practice, thirty nine edition,
Churchill Livingstone, New York : 2005, 287-94
4. Kahle, Leonhardt, Platzer. Sistem Saraf Dan Alat-Alat Sensoris, dalam
Atlas Berwarna & Teks Anatomi Manusia jilid 3, edisi 6,. Hipokrates,
2005, 262-271
5.

R.Sjamsuhidat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC,


Jakarta : 2004, 809-810

6. Peter Paul Rickham. 2003. Obituaries. BMJ 2003: 327: 1408-doi: 10.1136/
bmj.327.7428.1408.
7. Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victors
Principles Of Neurology: Eight Edition. USA.
8. Darsono dan Himpunan dokter spesialis saraf indonesia dengan UGM.
2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: UGM Press.
Rudolph AM, dkk. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Edisi 20. Volume 3.
Jakarta: EGC, 2006. Hal 2053-57
9. Shevell MI. The evaluation of the child with a global developmental delay.
Seminar Pediatric Neurology. 1998;5:2126.
10. Fenichel GM. Psychomotor retardation and regression. Dalam: Clinical
Pediatric Neurology: A signs and symptoms approach. Edisi ke4.Philadelphia: WB Saunders; 2001.h.11747.
11. Shevell M, Ashwal S, Donley D, Flint J, Gingold M, Hirzt D, dkk. Practice
parameter: Evaluation of the quality standards subcommittee of the
American Academy of Neurology and the practice committee of the child
neurology society. Neurology 2003;60:67-80.

12. Suwarba IGN, Widodo DP, Handryastuti RAS. Profil klinis dan etiologi
pasien keterlambatan perkembangan global di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Sari Pediatri 2008;10:255-61.
13. Melati D, Windiani IGAT, Soetjiningsih. Karakteristik

Klinis

Keterlambatan Perkembangan Global Pada Pasien di Poliklinik Anak


RSUP Sanglah Denpasar. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana Bali
14. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen
Kesehatan RI. 2005.
15. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Dalam: RanuhIGN, penyunting.
Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 1995. h. 1-32.
16. Walters AV. Development Delay: Causes and Identification. ACNR 2010;
10(2);32-4.
17. Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Indonesia. [diunduh 19 Desember 2013]. [Available
from]: URL: http //idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatananak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umumpada-anak.html.
18. First LR, Palrey JS. Current Concepts: The Infant or Young Child with
Developmental Delay. The New England Journal of Medicine 1994; 7478483.
19. Srour M, Mazer B, Shevell MI. Analysis of clinical features predicting
etiologic yield in the Assessment of global development delay. Pediatrics
2006;118:139-45.
20. Menkes JH. Textbook of Child Neurology. 4th. ed. Philadelphia: Lea &

Febiger 1990; 306-311.

Anda mungkin juga menyukai