Anda di halaman 1dari 24

CASE BASED DISCUSSION

DEMAM DENGUE DAN FARINGITIS DENGAN STATUS GIZI BAIK


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Pembimbing:
Dr. dr. Hj. Sri Priyantini, Sp. A

Oleh :
Ayu Sufiana Mardliyya
30101607622

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Nama : Ayu Sufiana Mardliyya


Judul : Demam Dengue dan Faringitis dengan Status Gizi Baik
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas : Kedokteran UNISSULA
Pembimbing : Dr. dr. Hj. Sri Priyantini, Sp. A

Semarang, April 2021


Pembimbing,

(Dr. dr. Hj. Sri Priyantini, Sp. A)


BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. A
Umur : 11 tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sriwulan RT 5 / 1 Sayung, Demak
 
Nama Ayah : Tn. A
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Supir
Alamat : Sriwulan RT 5 / 1, Sayung, Demak
 
Nama Ibu : Ny. V
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sriwulan RT 5 / 1, Sayung, Demak

II. DATA DASAR


I. Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan nenek penderita pada tanggal 21 April 2021 pukul 09.00 WIB
di ruang Nisa 1 dan didukung dengan catatan medis.
Keluhan Utama : Demam tinggi mendadak
Riwayat Penyakit Sekarang :
- 4 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi. Ibu pasien mengatakan demam tinggi
secara tiba-tiba dan dirasakan terus-menerus. Pasien sudah diberikan paracetamol oleh
bidan sejak hari Minggu, namun masih tetap demam.
- Hari ini pasien dibawa ke IGD RSI Sultan Agung Semarang karena demam tidak
mengalami perbaikan.
- Pasien mengeluhkan sakit kepala, batuk berdahak berwarna putih, mimisan, nyeri
otot, nyeri pada perut, muntah 2x berisi cairan, dan badan lemah.
- Riwayat BAB 1x 1 hari SMRS dengan konsistensi lembek, tidak berwarna hitam,
tidak berlendir, dan tidak nyemprot.
- Riwayat BAK jumlah cukup, berwarna kuning, tidak berdarah, dan tidak nyeri saat
kencing.
- Muntah berdarah, BAB berdarah, ruam kulit, perdarahan gusi, kejang, menggigil,
pilek, nyeri area mata, riwayat bepergian ke daerah endemis malaria disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti ini sebelumnya. 
Penyakit anak yang pernah diderita:

 Faringitis : disangkal  Enteritis : disangkal


 Bronkitis : disangkal  Disentri basilar : disangkal
 Pneumonia : disangkal  Disentri amoeba : disangkal
 Morbili : disangkal  Thip. Abdominalis : disangkal
 Pertusis : disangkal  Cacingan : disangkal
 Varicella : disangkal  Operasi : disangkal
 Difteri : disangkal  Trauma : disangkal
 Malaria : disangkal  Reaksi obat/alergi : disangkal
 Polio : disangkal  Telinga : disangkal
 Batuk pilek : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


 Keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini
 Teman bermain tidak ada yang sakit seperti ini
 Tetangga tidak ada yang menderita seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien bekerja sebagai supir dan Ibu pasien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga.
Biaya pengobatan menggunakan BPJS-PBI. Rumah pasien dekat dengan sungai kecil.
Kesan sosial ekonomi : cukup

Riwayat Persalinan dan Kehamilan :


Anak perempuan lahir dari ibu P3A0, hamil 38 minggu, lahir secara sectio caesarae di
RS Panti Wilasa dengan indikasi sungsang, berat badan lahir 2.900 gram, panjang badan
lahir 47 cm, anak lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : Cukup bulan dan BBL normal
Riwayat Pemeliharaan Prenatal :
Ibu biasa memeriksakan kandungan ke bidan secara rutin selama kehamilan, tidak
ada pesan khusus. Ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan.
Riwayat perdarahan dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum minum jamu dan
minum obat selain resep dokter saat hamil disangkal.
Kesan : Riwayat pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Makan-Minum
Anak diberikan ASI eksklusif sampai usia 2 tahun. Makanan pendamping ASI mulai
diberikan saat anak berusia 6 bulan berupa bubur tim, makanan bayi, dan pisang. Umur 1
tahun hingga sekarang mulai mendapat makanan orang dewasa (nasi, lauk, sayur dan
buah). Anak makan 3 kali sehari.
Kesan : Asi eksklusif dan MPASI sesuai umur
Riwayat Imunisasi Dasar
No Jenis Imunisasi Jumlah Dasar
1. BCG 1x 1 bulan
2. Polio 4x 1, 2, 3,4 bulan
3. Hepatitis B 4x 0,2,3,4 bulan
4. DPT 3x 2, 3, 4 bulan
5. MR 1x 9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
- Tersenyum : 2 bulan
- Miring dan tengkurap : 3 bulan
- Duduk tanpa berpegangan : 7 bulan
- Berdiri berpegangan : 9 bulan
- Berjalan : 12 bulan
Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan sesuai dengan usia

Pemeriksaan Status Gizi :


Anak perempuan, umur 11 tahun 5 bulan (137 bulan)
BB = 36 kg
TB = 136 cm
WAZ = BB – Median = 36 – 35,8 = 0,02 SD (Normal)
SD 10,30
HAZ = TB – Median = 136 – 147,6 = - 1,68 SD (Normal)
SD 6,90
WHZ = BB – Median = 36 – 30,8 = 0,91 SD (Normal)
SD 5,7
Kesan : Gizi Baik
Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu tidak menggunakan KB setelah melahirkan pasien.

III. Pemeriksaan Fisik


Tanggal 21 April 2021 pukul 09.45 WIB
Anak perempuan usia 11 tahun 5 bulan berat badan 36 kg, tinggi badan 136 cm.
Kesadaan Umum : compos mentis
Tanda-tanda Vital :
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 100 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup
- Laju nafas : 24 x/ menit
- Suhu : 38 ° C
- SpO2 : 100%
Status Internus
A. Kepala : Mesosefal
B. Kulit : Sianosis (-), turgor <2 detik, ikterus (-), petechie (-)
C. Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 2mm/ 2mm, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
D. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-), mimisan (-)
E. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
F. Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-), lidah kotor (-)
G. Tenggorok : tonsil T1-T1, arcus faring simetris, uvula di tengah, hiperemis (-)
H. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
A. Thorax
Paru
- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis dan
dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan epigastrical (-).
- Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar : vesikuler
suara tambahan : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
B. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat
- Perkusi : Batas atas di ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan di ICS IV linea parasternal kanan
Batas kiri di ICS IV linea mid clavicula sinistra
- Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
C. Abdomen
- Inspeksi : datar, hiperemis (-), jejas (-)
- Auskultasi : BU (+)
- Perkusi : dominan timpani (+)
- Palpasi : defense muscular (-), nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan
lien dalam batas normal
D. Ekstremitas
  Superior Inferior
Akral Dingin -/-   -/-
Akral Sianosis  -/-  -/-
Capillary Refill Time <2” <2”
Petekie -/- -/-
Kesan : Nyeri tekan epigastrium
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan 20/4/20 20/4/2021 22/4/2021 23/4/2021


V. ASSESMENT 21 (23:41)
(20:05)
Hemoglobin (g/dL) 12,8 13 12,3 12,4
Hematokrit (%) 36,8 (L) 37,6 35,5 36,8
Leukosit (ribu/L) 1,400 (L) 2,040 (L) 5,43 5,66
Trombosit (ribu/L) 97,000 125 (L) 125 (L) 166
(L)
Eritrosit (ribu/L) 4,66 5,0
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil (%) 0,0 (L)
Basofil (%) 0,0
Neutrofil (%) 38,7 (L)
Limfosit (%) 48,5
Monosit (%) 12,3 (H)
IG 0,5
Indeks Eritrosit
MCV (fL) 79,1 (L) 74,8 (L)
MCH (Pg) 27,4 25,8 (L)
MCHC (g/dL) 34,7 34,6
(Diagnosis Kerja) :
- Demam dengue
- Faringitis
- Gizi baik

VI. INITIAL PLAN


1. Assesment: Demam Dengue
DD :
- Demam berdarah dengue
- Demam chikungunya
Ip. Dx : S : -
O : Darah rutin (Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Trombosit), X foto thorax
(AP-RLD), dan serologi IgM & IgG
Ip.Tx :
BB = 36 kg
Pemberian cairan rumatan
 10 Kg pertama : 10 x 100 = 1000 mL
 10 Kg kedua : 10 x 50 = 500 mL
 16 Kg sisa : 16 x 20 = 320 mL
 Demam : 1820 x 12,5 % = 227,5 mL
( 2047,5 ) x 15
 Hitung infus :
24 x 60
= 21,33 → 21 tpm

Paracetamol : 10 mg/kgBB/x
BB : 36 kg  dosis : 10 x 36 = 360mg/x, 3x1
Ip. Mx :
 TTV (HR, RR, Suhu, Tekanan darah) dan Diuresis tiap jam
 PF Lab (Hematokrit, Trombosit, Leukosit, Hb) tiap 6 jam
 Diuresis (0,5 cc/kgBB/jam)

Ip. Ex :
 Bila anak mengalami punurunan kesadaran segera lapor perawat
 Usahakan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma
 Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan ibuprofen karena dapat
merangsang pendarahan
 Bila ada tanda perdarahan pada anak seperti mimisan dan berak hitam segera
lapor perawat

2. Assesment : Faringitis
DD :
- Tonsilitis
- Tonsilofaringitis
IP Dx: S:
O: -
IP Tx : Paracetamol 10 mg/kg/BB/kali diberikan setiap 6 jam

IP Mx :
 Keadaan umum pasien
 Evaluasi TTV (HR, RR, Suhu)

IP Ex :
 Istirahat yang cukup
 Mengurangi konsumsi air es atau air dingin
 Sering berkumur dengan air hangat
 Makan teratur dengan gizi seimbang
3. Assesment : gizi baik
DD :
- Gizi Kurang
- Gizi Lebih
IP Dx: S: Kualitas dan kuantitas makanan
O: -
IP Tx :
Kebutuhan kalori BB : 36 kg; Usia : 11 tahun 5 bulan, perempuan
(12,2 x 36) + 746 = 1.185,2 kkal
1.309 kkal terdiri dari :
 Karbohidrat : 60% x 1.185,2 = 711,3 kkal
 Lemak : 35% x 1.185,2 = 414,82 kkal
 Protein : 5% x 1.185,2 = 59,26 kkal

IP Mx :
 Keadaan umum pasien
 Data antropometri (berat badan, tinggi badan)

IP Ex :
 Makan teratur dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan gizi
PERJALANAN PERAWATAN

Waktu Hari ke-1 perawatan Hari ke-2 perawatan Hari ke-3 perawatan
Tanggal 21 April 2021 22 April 2021 23 April 2021
Keluhan Demam, sakit kepala, Badan lemas dan nyeri Badan lemas
batuk berdahak perut
berwarna putih, nyeri
otot, nyeri pada perut,
mual, dan badan
lemas
Keadaan Kesadaran Kesadaran komposmentis Kesadaran komposmentis
komposmentis
Umum
TTV :
TD 110/70 mmHg 110/64 mmHg 100/70 mmHg
Nadi 100 x/mnt isi cukup 96x/mnt isi cukup 100x/mnt isi cukup
RR 24 x/mnt 20x/mnt 20x/mnt
Suhu
38C 36,2C 36,4C
SpO2 100% SpO2 99% SpO2 100%
Assesment Demam Dengue, Demam Dengue, Demam Dengue,
faringitis, dan status faringitis, dan status gizi faringitis, dan status gizi
gizi baik baik baik
Terapi Infus Futrolit 15 tpm Infus Futrolit 15 tpm Infus Futrolit 15tpm
Ondansetron 3 x 4 mg Ondansetron 1 A Paracetamol 3 x 500 mg
k/p
Ranitidine 3 x 1/2 A Ranitidine 1/2 A
Erdostein 3 x 1 tab Erdostein 3 x 1 tab
Fartison 2 x 1/2 vial Rencana BLPL tanggal
23 April 2021
Sanmol 400 mg k/p
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)


adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,
dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai
tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue.(Candra,
2010)
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok
dan kematian. (Candra, 2010)

II. ETIOLOGI
Penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamik Aedes Aegypti yang
banyak ditemukan dan hampir selalu menggigit di dalam rumah pada waktu siang
hari. Virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk
Aedes aegypti, nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe lain. (Hapsari dkk, 2010)
III. PATOFISIOLOGI
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau batuk, bintik-bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadinya hipotensi, homokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih dari 20%) menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada penderita DBD
sangat dianjurkan untuk memantau hetokrit darah berkala untuk mengetahui berapa
persen hemokonsentrasi terjadi. (Pudjiadi dkk, 2010)
                                                      

IV. TANDA DAN GEJALA


Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO terdiri
dari kriteria klinis dan laboratoris. (WHO 2008)
a) Kriteria klinis:
1) Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas berlangsung terus-menerus 2-7 hari
2) Terdapat manifestasi perdarahan termasuk uji torniquet postif, petekia,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena
3) Pembesaran hati
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai
ikterus.
4) Terdapat tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,
penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan
pasien tampak gelisah

b) Kriteria laboratoris
1) Trombositopenia (≤ 100.000/mm3)
2) Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari kenaikan hematokrit 20% atau lebih
menurut standar umur dan jenis kelamin, atau terdapat bukti kebocoran plasma
lainnya (hipoalbuminemia, efusi pleura, asites)
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD.
Efusi pleura dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama
pada pasien anemia dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan
hematokrit dan adanya trombositopenia mendukung diagnosis DBD. (WHO 2008)

V. DERAJAT PENYAKIT DBD


DBD diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi :
Derajat DBD berdasarkan Klasifikasi WHO 2008
DD/DBD Derajat Tanda dan Gejala Laboratorium
DD Demam disertai minimal  Laukopenia (jumlah
dengan 2 gejala: leukosit < 4000
 Nyeri kepala sel/mm3)
 Nyeri retro-orbita  Trombositopenia
 Nyeri otot (jumlah trombosit
 Nyeri sendi/tulang <100.000 sel/mm3)
 Ruam kulit  Peningkatan
makulopapular hematokrit (5%-
 Manifestasi perdarahan 10%)
 Tidak ada tanda  Tidak ada bukti
perembesan plasma perembesan plasma
DBD I Demam dan manifestasi Trombositopenia <100. 000
perdarahan (uji bendung sel/mm3; peningkatan
positif) dan tanda perembesan hematokrit >20%
plasma
DBD II Seperti derajat I ditambah Trombositopenia <100.000
perdarahan spontan sel/mm3; peningkatan
hematokrit >20%
DBD III Seperti derajat I atau II Trombositopenia <100.000
ditambah kegagalan sirkulasi sel/mm3; peningkatan
(nadi lemah, tekanan nadi <20 hematokrit >20%
mmHg, hipotensi, gelisah,
diuresis menurun
DBD IV Syok hebat dengan tekanan Trombositopenia <100.000
darah dan nadi yang tidak sel/mm3; peningkatan
terdeteksi hematokrit >20%
Diagnosis infeksi dengue: Gejala klinis + trombositopenia + hemokonsentrasi,
dikonfirmasi dengan deteksi antigen virus dengue (NS-1) atau dan uji serologi
anti dengue positif (IgM anti dengue atau IgM/IgG anti dengue positif)

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan Laboratorium

  Darah :

-          LPB positif.

-          Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia)

-         Hematokrit meningkat lebih dari 20%, merupakan indikator akan timbulnya


rejatan.

-          Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.

-          Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.

-          Masa perdarahan memanjang.

-          Protein rendah (hipoproteinemia)

-          Natrium rendah (hiponatremia)

-          SGOT/SGPT bisa meningkat

-          Astrup : Asidosis metabolic

  Urine :

Kadar albumin urine positif (albuminuria)

b) Pemeriksaan Imaging
 Foto thoraks
 USG

VII. DIAGNOSIS BANDING


Pada saat fase demam sebagai diagnosis banding adalah berbagai macam
infeksi virus, parasit, dan bakteri misalnya demam tifoid, penyakit demam oleh karena
virus dengan manifestasi perdarahan, leptospirosis, malaria, sedangkan
tonsilpharyngitis sering sebagai diagnosis pada saat infeksi dengue di awal demam.
Pada manifestasi demam dengan perdarahan seperti idiopatic Trombositopeni Purpura
(ITP) atau awal suatu Leukimia kadang perlu diperhitungkan sebagai diagnosis
banding dari DBD derajat II. (Hadinegoro dkk, 2014)

VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita dengan DBD adalah sebagai berikut (Sri dkk, 2004) :
1) Tirah baring atau istirahat baring.
2) Diet makan lunak.
3) Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup
dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang
paling penting bagi penderita DBD.
4) Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan
cairan yang paling sering digunakan.
5)  Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
6) Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7) Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
8) Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
9) Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
10) Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
11) Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
12) Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera
dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak
perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak
20 – 30 ml/kg BB.
13) Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12
– 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah
teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,
kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
14) Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DBD yaitu jika ada
perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang
dengan penurunan Hb yang mencolok.
Manajemen DBD Derajat I dan II (Kasus Non-syok)
Cairan diberikan sejumlah kebutuhan rumatan (untuk 1 hari) + defisit 5% (oral
maupun intravena) selama 48 jam. Sebagai contoh, anak dengan berat badan 20 Kg
maka defisit 5% = 50 ml/KgBB x 20 Kg = 1000 mL. Kebutuhan rumatan ialah 1500
mL untuk 1 hari. Dengan demikian, total pemberian cairan ialah M + 5% = 2500 mL
yang diberikan selama 48 jam. Jumlah cairan tersebut disesuaikan dengan kondisi
klinis, tanda vital, keluaran urin, dan kadar hematokrit.

Laju pemberian infus pada anak (WHO, 2011)


Laju pada anak Laju pada dewasa
(mL/KgBB/jam) (mL/jam)
Setengah rumatan 1,5 40-50
Rumatan 3 80-100
Rumatan + defisit 5% 5 100-120
Rumatan + defisit 7% 7 120-150
Rumatan + defisit 10% 10 300-500
Manajemen DBD Derajat III (Kasus Syok)

Manajemen DBD Derajat IV (Kasus Syok)


1. Pemberian cairan dilakukan lebih agresif: 10 ml/kgbb bolus selama 10-15 menit.
Evaluasi tekanan darah; bila perbaikan, lanjutkan terapi seperti manajemen kasus
grade III.
2. Bila syok belum teratasi, ulangi pemberian cairan bolus 10 ml/kgbb, serta evaluasi
dan atasi abnormalitas hasil laboratorium (asidosis, gangguan keseimbangan
elektrolit, hipoglikemia).
3. Transfusi segera (mempertimbangkan kadar hematokrit sebelum resusitasi) dapat
diberikan.
4. Bila syok belum teratasi, pertimbangkan pemberian inotropik dan rawat intensif
bila jumlah cairan diberikan sudah adekuat.

IX. KOMPLIKASI
1) Ensepafalopati dengue : edeme otak dan alkalosis. Dapat terjadi bak pada syok
maupun tanpa syok.
2) Kelainan ginjal : akibat syok berkepanjangan
3) Edema paru : akibat pemberian cairan berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Candra, A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor


Risiko Penularan. Aspirator – Journal of Vector-borne Disease Studies. 2 (2).
2. Hapsari, MD. Kusumawati, NRD. Sareharto, TO. 2010. Update Demam Berdarah
Dengue pada Anak. UNDIP: Semarang.
3. Pudjiadi, A, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Cetakan I.
4. Hadinegoro, SR. Moedjito, I. Chairulfatah, A. 2014. Pedoman diagnosis dan tatalaksana
infeksi virus dengue pada anak. IDAI
5. Sri rezeki, H Hadinegoro, 2004. Tatalaksana demam berdarah dengue, Jakarta : Depkes
6. WHO, 2008. Pedoman pelayanan Kesehatan anak di rumah sakit rujukan tingkat
pertama di kabupaten/ kota. WHO; alihbahasa, tim adaptasi Indonesia. – Jakarta: WHO
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai