1
CASE BASED DISCUSSION
DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG DENGAN
STATUS GIZI BAIK
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam
menempuh program Pendidikan Profesi Dokter bagian Il mu Kesehatan Anak
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Disusun Oleh :
Dita Oktaviani A
30101607638
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak
Judul : Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang dengan Status Gizi Baik
Pembimbing,
i
BAB I
CATATAN MEDIK
I. DENTITAS PASIEN
Nama pasien : An. A.
Umur : 9 Bulan 14 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Wedung, Demak
Anamnesis
1
2
3 hari SMRS pasien mengalami demam (+), dan muntah (+), Muntah
sebanyak 5x sehari, muntah seperti yang dimakan. Keluhan kejang (-),
batuk(-), dan pilek (-).
2 hari SMRS pasien mengalami diare (+). Ibu pasien mengatakan diare
terjadi secara tiba-tiba, diare 8x sehari ,konsistensi cair berwarna kuning,
lendir (+), bau amis (-), ampas (-), darah (-), seperti cucian beras (-), dan
daerah disekitar anus tidak merah. Apabila ditakar dengan gelas belimbing
ibu pasien mengatakan kurang lebih ¼ gelas belimbing. BAK berwarna
kuning, dan tidak berdarah. Pasien telah dibawa ke klinik dokter dan telah
diberi obat namun keadaan tidak membaik.
1 hari SMRS, keluhan tidak membaik, pasien mengalami muntah 4x dan
BAB cair 8x disertai rewel, anak tampak kehausan, lemas dan demam.
Atas kondisi tersebut ibu pasien membawa pasien ke IGD.
Riwayat Perinatal
Anak Laki-laki lahir dari ibu P1A0 hamil 39 minggu, lahir normal, BBL
3100 gram, Panjang badan lahir 50 cm bayi langsung menangis.
Kesan : Bayi aterm
Riwayat makan-minum
Anak diberikan ASI sejak lahir sampai usia 1 bulan dan dilanjutkan
dengan susu formula, mendapat makanan pendamping berupa bubur susu usia
6 bulan, umur 9 bulan hingga sekarang mendapat makanan pendamping berupa
nasi tim dan sayur. Anak makan biasanya 2-3 kali sehari dengan porsi yang
cukup.
Kesan : kualitas-kuantitas diit kurang
1. BCG 1x 1 bulan
3. Hepatitis B 3x 0 bulan
4. DPT-HB-Hib 3x 2, 3, 4, bulan
5. MR/MMR 1x 9 bulan
Diketahui :
Umur : 9 bulan 14 hari
Berat badan sekarang : 8.5 kg
Tinggi badan : 73 cm
WAZ = 8,5-8.9 = -0,4 SD (Normal)
0,9
HAZ = 73-72= -0,45 SD (Normal)
-2,2
WHZ = 8,5-9,1= -0,85 SD (Normal)
0,7
Kesan : Gizi baik
- Tinggi badan : 73 cm
Tanda Vital:
o Paru-paru
Inspeksi : Hemithorax dextra et sinistra simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis, retraksi dinding dada subcostal (-/-)
Palpasi : Strem femitus dextra dan sinistra simetris
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SD vesikular +/+, suara tambahan: wheezing -/-, ronki
basah -/-
o Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba dengan 1 jari sejajar papila mammae
ICS 5 linea midclavikula sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
k. Abdomen:
Perkusi : timpani
l. Genitalia : Laki-laki
m. Ekstremitas :
Superior Inferior
Capillary refill <2” <2”
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
Pitting edema -/- -/-
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin
IG 0.2
Indeks eritrosit
I. ASSESMENT :
� DD :
Faktor Infeksi :
Enteral (bakteri: shigella, e.coli, vibrio cholera; virus: rotavirus; protozoa:
entamoeba histolytica)
Parenteral (OMA, ISK, ISPA)
Faktor non-infeksi : alergi, malabsorpsi
� IP. Dx
S :-
O : Feses rutin (kecuali jika ada kecurigaan intoleransi laktosa ),
kadar gula darah, kadar elektrolit tubuh
� IP. Tx
o IGD:
o Infus RL 100 ml loading
o Inj. ondancentron 2 mg
o Inj. Paracetamol 100 mg
DADRS : Terapi B
3 jam pertama observasi diberikan oralit 75 ml/kgBB
BB = 8.5 kg x 75 ml = 637.5 ml
o Bangsal:
Rumus Darrow
10 kg I = 100 cc/kgbb/hari
9
DD :
10
- Gizi kurang
- Gizi lebih
IP. Dx :
O: -
IP. Tx :
Terdiri dari :
IP. Mx :
o Keadaan umum pasien
o Data antropometri (berat badan, tinggi badan)
IP. Ex :
o Makan teratur dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan gizi
11
FOLLOW UP
Waktu Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
perawatan perawatan perawatan
Tanggal 26 Juli 2021 27 Juli 2021 28 Juli 2021
Keluhan BAB cair >8x BAB 4x cair, BAB 4x padat
kuning, demam, lender, demam
muntah
Keadaan umum Tampak lemah, Tampak lemah, Tampak lemah,
composmentis, composmentis, composmentis,
tampak gizi cukup tampak gizi cukup tampak gizi cukup
TTV:
Nadi 120x/menit isi 110x/menit isi 100x/menit, isi
cukup cukup cukup
RR 38x/menit 35x/menit 30x/menit
Suhu 37,8 (axilla) 37,5 (axilla) 36,5 (axilla)
Assessment DADRS DADRS DADRS
Terapi Inf. Futrolit 10tpm Inf. Futrolit 10tpm Inf. Futrolit 10tpm
Inj. Glybotic Inj. Glybotic Inj. Glybotic
2x200 mg 2x200 mg 2x200 mg
Inj. Sanmol Inj. Sanmol Inj. Ondasentron
100mg k/p 100mg k/p 2x1mg
Inj. Ondasentron Inj. Ondasentron
2x1mg 2x1mg
Dehidrolit
L-Bio 2x1
Zinc pro drop
2x1cc
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar lebih dari tiga
kali dalam sehari baik cair maupun lembek. Diare merupakan salah satu
penyebab tingginya morbiditas dan mortilitas pada balita di seluruh dunia
dengan 3 juta kematian tiap tahunnya (IDAI, 2011).
B. ETIOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh :
a. Faktor Makanan:
- Makanan busuk/basi, mengandung racun
Diare karena keracunan makanan terjadi akibat dua hal yaitu
mengandung zat kimia beracun atau makanan mengandung
mikrorganisme yang mengeluarkan toksin, antara lain Clostridiun
perfringens, Staphylococcus.
- Perubahan susunan makanan yang mendadak, sering terjadi pada
bayi- bayi
- Susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi
- Alergi pada makanan Cow’s Milk protein sentitice enteropathy
(CMPSE) dan juga dapat disebabkan oleh makanan lainnya
(Ngastiyah,2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk (2011) perilaku
ibu masih banyak yang merugikan kesehatan salah satunya kurang
memperhatikan kebersihan makanan seperti pengelolaan makanan terhadap
13
14
b. Faktor Infeksi :
- Faktor Parenteral :
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti infeksi saluran nafas, ISK, Otitis Media Akut
(OMA), Tonsilofringitis, Bronkopneumoni, Ensefalitis, dll
(Ngastiyah, 2012).
- Faktor Enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral meliputi:
Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella,
Campylobacter, yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi Virus : Entero virus, (virus ECHO, Coxsakie,
Poliomielitis), adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll.
Infeksi Parasit : Protozoa (Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Tricomonas hominis), Cacing (Ascaris,
Trichiuris, Oxyuris, Strongiloides), Jamur (Candida
albicans) (Ngastiyah, 2012).
Faktor ini bisa diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan
daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas
dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal
dalam absorpsi cairan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan
menyebabkan system transport menjadi aktif dalam usus, sehingga sel
mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit
akan meningkat (Hidayat, 2008).
c. Faktor malabsorbsi :
15
2. Infeksi asimtomatik
Infeksi asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun
dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik
yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa yang
infeksius (Juffrie, 2011).
3. Faktor musim
Di daerah tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan
oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan
sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri
cenderung meningkat pada musim hujan (Juffrie, 2011).
17
(WHO, 2009).
21
G. DIAGNOSIS
ANAMNESIS
1. Diare
Lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak
lendir, dan darah. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : memberi oralit,
membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan
yang diberikan serta riwayat imunisasinya.
2. Muntah
Pada keluhan muntah, perlu digali informasi volume, frekuensi, dan isi
muntahan.
3. Tanda dehidrasi
22
BAK: biasa, berkurang, jarang, atau tidak BAK dalam 6-8 jam terakhir.
Anak rewel, tampak kehausan atau lemas dan tidak mau minum.
4. Tanda lain
Adakah demam atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek,
otitis media, campak (Juffrie, 2011).
H. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya
perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa haus, dan turgor
kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar
cekung atau tidak, palpebra mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya
air mata, bibir, mukosa mulut, dan lidah kering atau basah. Pernapasan yang
cepat dan dalam merupakan tanda asidosis metabolik. Bising usus yang
lemah atau tidak ada menandakan kemungkinan hipokalemi. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan pengisian kapiler dapat menentukan
derajat dehidrasi yang terjadi (Juffrie, 2011).
(Kemenkes, 2015).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila
ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. Hal yang dinilai
pada pemeriksaan tinja adalah pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.
Pemeriksaan makroskopis yang dinilai : konsistensi, warna, apakah
terdapat lendir, apakah terdapat darah, dan baunya.
23
(Aditama, 2011).
K. PENATALAKSANAAN
Terdapat Lima Lintas Tatalaksana Diare yaitu :
24
1. Rehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rehidrasi oralit NEW ORALIT diberikan 5 – 10 mL/kgBB
setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu :
– Umur < 1tahun 500 – 100 mL
– 1 – 5 tahun 100 – 200 mL
Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus
terus diberikan. Pasien dapat dirawat dirumah, kecuali apabila terdapat
komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus, diare frekuen dan
profus) (Desak Putu Rendang Indriyani and Putra, 2020)
(Kemenkes, 2015)
Dehidrasi ringan – sedang
o Cairan Rehidrasi Oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75
mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang
telah terjadi dan sebanyak 5 – 10 mL/kgBB setiap diare cair.
o Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikir atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang
diberikan adalah ringer laktat atau KAEN 3B atau NaCL dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status dehidrasi
25
(Kemenkes, 2015)
Dehidrasi berat
Diberikan cairan rehidtasi parenteral dengan RL atau RA 100
mL/KgBB dengan cara pemberian :
• < 12 bulan = 30 mL/KgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/KgBB dalam 5jam berikutnya.
• > 12 bukan = 30 mL/KgBB dalam ½ jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/KgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
• Masukkan cairan peroral diberikan bila pasien sudah
mau minum, dimulai dengan 5 mL/KgBB selama proses rehidrasi
(Desak Putu Rendang Indriyani and Putra, 2020).
26
(Kemenkes, 2015)
2. Dukungan nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk pengganti nutrisi yang hilang serta
mencegah agar tidak menjadi gizi buruk. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan. ASI tetap diberikan selama terjadinya
diare pada diare cair akut maupun pada diare akut berdarah dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya. Anak umur 6 bulan ke atas
sebaiknya mendapat makan seperti biasa (Aditama, 2011).
3. Suplementasi zinc
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi
lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan.
Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Pastikan semua anak
yang menderita diare mendapat tablet zinc sesuai dosis dan waktu yang
telah ditentukan, kecuali bayi muda. Dosis Zinc untuk anak-anak :
Anak-anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (½ tablet)
Anak diatas umur 6 bulan : 20 mg ( 1 tablet)
Diberikan selama 10 – 14 hari berturut – turut, meskipun anak sudah
27
sembuh.
Cara pemberian tablet Zinc : untuk bayi dapat dilarutkan dengan air
matang, ASI, atau oralit. Untuk anak yang lebih besar dapat dikunyah
atau dilarutkan. Zinc berfungsi untuk menangkal radikal bebas dalam
tubuh dan regenerasi sel enterosit (Aditama, 2011).
(Aditama, 2011).
4. Antibiotika selektif
Obat pilihan untuk pengobatan diare yang disebabkan infeksi enteral
dan parenteral adalah golongan Quinolon seperti Siprofloksasin dengan
dosis 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari (Aditama,
2011).
Pemberian antibiotik dilakukan terhadap kondisi-kondisi seperti:
Nasihat pada ibu untuk kembali segera jika ada demam, tinja
berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare
makin sering atau belum. Indikasi untuk rawat inap pada diare akut
adalah malnutrisi, usia kurang dari 1 tahun, menderita campak pada 6
bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang datang dengan
komplikasi (Aditama, 2011).
L. KOMPLIKASI
Komplikasi dari diare akut yang tidak tertangani dengan cepat dan
tepat atau muncul pada saat dilakukan terapi rehidrasi diantaranya adalah
gangguan elektrolit berupa hipernatremia, hiponatremia, hiperkalsemia, dan
hipokalemia. Apabila upaya rehidrasi oral mengalami kegagalan, dapat
terjadi kejang yang disebabkan karena hipoglikemi, hiperpireksia,
hipernatremi atau hiponatremi.
Komplikasi lainnya yang meskipun jarang tetapi juga penting adalah
overhidrasi yang menyebabkan edema, asidosis, ileus paralitik, malabsorpsi
glukosa, muntah, dan gagal ginjal (Juffrie, 2011).
M. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara mencegah
penyebaran kuman patogen penyebab diare, dengan cara : pemberian ASI
yang benar, memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI, penggunaan air bersih yang cukup, membudayakan
kebiasaan mecuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum
makan, penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga, dan membuang tinja bayi yang benar.
Selain itu, upaya pencegahan diare juga dapat dilakukan dengan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara pemberian ASI paling tidak
sampai 2 tahun, meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan
memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi
anak, dan dilakukannya imunisasi campak (Juffrie, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
29
30
19. WHO., 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta : World Health Organization & Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 15 Agustus 2021.