Anda di halaman 1dari 70

JURNAL READING

“Development of Musca Domestica at constant temperatures and the


first case report of its application for estimating the minimum post
mortem interval”

Pembimbing :
dr. Ratna Relawati, Sp.KF., M.si.Med
Nama Kelompok :
- Asyifa Nuriazahra (30101607614)
- Dita Oktaviani A (30101607638)
- Gea Rahmat Hapsara (30101607652)
- Gede Bagus Galih R (301016076)
- Haidarotul adyan (30301607659)
- Silmi Durrotun N (30101607739)
- Ajat Sudrajat (30101700009)
- Aysha Salsabiela NT (30101700033)
- Reihana Fara (30101700148)
Tahun terbit v

JUDUL

PENULIS
INSTITUSI
ABSTRAK
Musca Domestica (Diptera: Muscidae) merupakan hama kosmopolitan
penting dengan potensi nilai forensic. Penelitian perkembangan M.domestica
sangat penting baik untuk kontrol koloninya dan untuk estimasi interval
postmortem minimum (PMImin).
.

Penelitian ini mengamati perkembangan M. domestica pada suhu konstan


faktor seperti durasi perkembangan, akumulasi jam, dan perubahan panjang
tubuh larva juga diperiksa dan di analisa menggunakan model
pengembangan.
diagram
Isomorfen
Model Diagram
pengembangan Isomegali
Penjumlahan
Termal
• Dengan menggunakan analisis regresi, diperoleh persamaan yang
memodelkan perubahan panjang tubuh larva terhadap waktu setelah
menetas dan perubahan waktu setelah menetas dengan panjang tubuh
larva.

• Berdasarkan data perkembangan yang diperoleh, Peneliti berhasil


memanfaatkan pengembangan M. domestica untuk memperkirakan PMImin
untuk pertama kalinya.
1
PENDAHULUAN
Musca domestica Linnaeus, 1758 (Diptera: Muscidae), juga dikenal sebagai lalat rumah,
adalah spesies sinantropik yang banyak didistribusikan di seluruh dunia.

M. domestica bisa menyebabkan myiasis M. domestica dapat bermanfaat bagi manusia


pada manusia dan ternak dengan berkembang dalam beberapa hal, karena berpartisipasi dalam
biak pada luka atau rambut terkontaminasi dekomposisi organic, sehingga mengurangi
dengan kotoran tekanan lingkungan disebabkan oleh limbah
industri, pertanian, dan berkontribusi pada siklus
dekomposisi bahan organik
• Banyak studi kasus kematian dan studi suksesi serangga menunjukkan bahwa lalat dewasa
M.domesticacan ditemukan pada bangkai, tetapi reproduksinya pada bangkai jarang terjadi telah
dilaporkan. Ada sejumlah terbatas laporan tentang M. kolonisasi domestica pada bangkai.

Leclercq, menemukan M.larva


domestica di antara larva lalat Heo dkk. melaporkan oviposisi M.
kedatangan awal pada manusia domestica pada bangkai babi 2 jam
mayat di Eropa setelah kematian di Malaysia

Chen dkk. menemukan larva instar


ketiga pada bangkai amonkey yang
membusuk selama 33 hari di
Malaysia
• Mengingat M. domestica merupakan hama sanitasi yang penting dengan nilai
forensik potensial, penyelidikan perkembangan M. domestica akan menjadi sangat
penting untuk pengendalian koloninya dan untuk estimasi minPMI.

• Saat ini ada banyak penelitian tentang perkembangan M. domestica, yang telah
memberikan data dasar yang berharga tentang perkembangannya. Namun memiliki
rentang suhu yang sempit dan interval yang terlalu lama.

• Untuk itu, perlu dibuat data dasar perkembangan M. domestica, yang lebih tepat
dapat memenuhi persyaratan untuk aplikasi entomologi forensik. 
2.
Materials and Methode
PEMBENTUKAN KOLONI
Spesimen M. domestica yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari
bangkai babi ditempatkan di lapangan dekat Pusat Otopsi Forensik Suzhou,
Cina .

18 larva dikumpulkan dan ditempatkan dalam kotak pemeliharaan (dengan 2 cm


pasir basah yang menutupi bagian bawah kotak).

Kotak diletakkan pada suhu kamar (sekitar 25,0 C) dengan kelembaban sekitar
70% dan cahaya alami.

Setelah eclosion, larva dewasa diberi makan campuran susu bubuk dan
gula dengan perbandingan1:1 dan air tawar.
5 hari setelah eclosion, 20 g campuran daging babi tanpa lemak segar dan dedak
gandum (dicampur dengan perbandingan massa 3:1) ditambahkan untuk
menginduksi oviposisi oleh larva dewasa

Telur yang diinduksi dikultur selama tiga generasi untuk mendapatkan


koloni laboratorium murni untuk penelitian selanjutnya
PENGAMATAN DURASI PERKEMBANGAN DAN PENGUKURAN PANJANG
TUBUH LARVA

Piring berisi daging babi dan dedak dimasukkan ke dalam kandang untuk
menginduksi oviposisi.

Massa telur yang mengandung 1500 telur (dianggap sebagai ulangan) yang disimpan pada
daging babi dalam waktu 1 jam secara hati-hati dibagi menjadi 6 bagian (250 telur per porsi),
yang masing-masing ditempatkan ke dalam piring berisi daging babi dan dedak.

Massa telur disimpan secara terpisah, dan kotak pemeliharaan yang lebih besar digunakan untuk
menghindari peningkatan suhu yang disebabkan oleh kepadatan larva. Kotak pemeliharaan
kemudian dimasukkan ke dalam inkubator lingkungan mikro

Termometer lincah dimasukkan dengan hati-hati ke dalam massa larva untuk


mengukur apakah suhu massa larva konsisten dengan suhu desain.
Studi pretest dilakukan untuk
5jam sebelum jendela waktu yang
mendapatkan jendela waktu
diketahui, telur dipantau secara
penetasan pada suhu konstan yang
langsung setiap jam, termasuk
berbeda (16, 19, 22, 25, 28, 31,
malam hari, untuk menentukan
dan 34 ‘C).
waktu yang tepat untuk menetas

Setelah menetas, larva diambil sampelnya


. dengan selang waktu 4 jam sampai
masa pupa.
Pada setiap waktu pengambilan sampel, 8
sampel larva dikumpulkan, ditempatkan
dalam air panas >90 C selama 30 detik, Jangka sorong digital
dan kemudian diawetkan dalam etanol dengan presisi 0.
80%. Sebagian besar larva diluruskan digunakan untuk
setelah perlakuan air panas. mengukur panjang
tubuh larva dan
larva yang
melengkung setelah
Sampel larva diamati di bawah mikroskop pengolahan air
stereo Zeiss 2000-C untuk menentukan panas langsung
instar larva. dikeluarkan.

Selama stadia intrapuparial, pengamatan


dilakukan setiap 4 atau 8 jam sampai
eclosion

Percobaan di atas diulang


sebanyak lima kali untuk setiap
Waktu penetasan, pupariasi, dan eclosion suhu pada inkubator yang
dicatat selama percobaan. berbeda (setiap ulangan berisi
1500 butir telur)
ANALISIS DATA
Analisis Data

Uji Statistik one way ANOVA dengan Fisher LSD post hoc test
digunakan untuk menganalisis efek suhu terhadap durasi
perkembangan.
Analisis Data

Hubungan antara panjang badan larva (mm) dan waktu penetasan


(hari) dianalisis mengguanakan uji regresi (Koefisien determinan/ R2)
• panjang badan larva sebagai variable bebas
• waktu penetasan sebagai variable terikat
3
RESULT
HASIL PENELITIAN

Menilai perkembangan dari telur, larva instar


ke-1, ke-2 ke-3 dan stage intrapuparial
terhadap suhu.

Perkembangan M. domestica jauh lebih


tinggi pada suhu 34°C dibandingkan 16 °C

Menunjukkan bahwa durasi perkembangan


secara signifikan dipengaruhi oleh suhu dan
menunjukkan korelasi dengan peningkatan
suhu.
Terlihat peningkatan suhu mempengaruhi lama waktu berkembang M. Domestica
Saat suhu meningkat, waktu yang yang dibutuhkan untuk berkembang jauh lebih
singkat, di setiap kenaikanya.
Dimana hasil menunjukan peningkatan
perkembangan total yang tinggi
membutuhkan waktu yang lebih lama,
yang terjadi pada 6 tahapan.

Dari hasil setiap model memiliki


koefisien determinasi nilai di atas
0,97
Menunjukkan rata rata tingkat perkembangan M. domestica pada setiap
peningkatan lama waktu dan peningkatan suhu.
3.3 PERUBAHAN PANJANG TUBUH LARVA
Hasil

Laju perkembangan larva meningkat


pesat dengan meningkatnya suhu.

Next...

kisaran suhu 16-25 C  Laju perkembangan berbeda secara signifikan antara setiap suhu yang
berbeda

kisaran suhu 28-34 C  perbedaan Laju perkembangan menjadi kurang begitu jelas.
Background

Gambar 3. Perubahan dalam M. domestica panjang tubuh larva (mm) dari waktu ke
waktu (h) pada suhu konstan yang berbeda.
Tabel 3. perubahan panjang tubuh larva terhadap waktu.
Hasil
waktu setelah menetas sebagai variabel bebas dan panjang tubuh larva sebagai variabel terikat.

F Value dari
persamaan
tersebut adalah >
1854.0;

Nilai P adalah
<0,001.

Koefisien determinasi (R2), nilai F, dan nilai P  didapatkan kecocokan persamaan yang tinggi

Tabel Persamaan, degrees of freedom (df), and coefficients of determination (R2) antara panjang badan (L) (mm) dari M. domestica
larva dan waktu setelah menetas (T) (d) pada setiap tujuh suhu yang konstan.
Penerapan Kasus M. domestica dalam estimasi PMI (interval postmortem minimum ).

Pukul 10:30 tanggal 23 Juli 2017,


Pria, berusia 37 tahun ditemukan tewas
Di kamar sewanya.
(di pinggiran kota Suzhou, China)

di dekat sungai yang ditumbuhi vegetasi lebat.


Pintu dan jendela kamar keduanya tertutup.

Kondisi Sanitasi yang Buruk, Tidak ada AC maupun


kipas angin listrik yang dinyalakan

Almarhum berbaring telentang, tubuh bagian atas di


tempat tidur dan kakinya menyentuh lantai.
Tidak mengenakan pakaian bagian atas,
dan mengenakan celana pendek oranye
(tanpa celana dalam).

Ditemukan feses dan urin berwarna kuning


kecokelatan pada celana pendek dan sprei di bawah
bokong jenazah, dan tersebar sekitar 40 ekor belatung
(Gambar 5).
Larva yang dikumpulkan pada jenazah Spirakel posterior dari larva yang dikumpulkan,
dengan ciri-ciri yang khas dari M.domestik.
Menurut penyelidikan kasus, almarhum bekerja
lembur hingga 20:30 pada 20 Juli 2017.

karena merasa kurang enak badan  ijin untuk


meninggalkan perusahaan dan kembali ke kamar
sewaannya untuk mengambil asuransi kesehatan.

Mayatnya ditemukan pada pukul 10:30 pada 23 Juli,


2017 (62 jam kemudian).

Menurut Peraturan Asuransi Cedera Terkait Pekerjaan (Cina), karyawan yang meninggal segera atau dalam
waktu 48 jam setelah perawatan darurat untuk penyakit yang tiba-tiba timbul selama jam kerja di tempat
kerja akan dianggap mengalami cedera terkait pekerjaan.
Pada 2 Agustus 2017 Pukul
14:30 , tim tiba di Pusat Otopsi
Forensik.
Mengumpulkan 15
belatung dari dalam
Disimpan dalam Etanol 80%.
celana pendek, pantat
dan perineum.

Di analisis dengan mikroskop


stereo Zeiss 2000-C.

Ditemukan Larva instar ketiga


Muscidae
(diusulkan oleh Fan dan Grzywacz dkk)
Menurut data meteorologi, suhu selama empat hari (20-23 Juli, sejak almarhum meninggalkan perusahaan
sampai jenazahnya ditemukan) adalah 34,5°C (30–38°C); 35,4°C (31–39°C); 34,8°C (31–39°C), dan 35,4°C
(31–40°C), dan suhu periode ini sekitar 35°C.

Dalam hal ini, tidak ada jejak serangga yang memakan mayat.
Belatung ini kemungkinan memakan campuran tinja dan urin dari
M. Domestica memerlukan waktu 40 jam
untuk berkembang menjadi larva instar
ketiga pada 34 °C setelah oviposisi.

PMI dari almarhum dapat diperkirakan 40 jam


Sesuai waktu perkembangan dari M.domestik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kematian


almarhum hingga saat tubuhnya ditemukan,
setidaknya 49 jam telah berlalu.
4
DISCUSSION
DISCUSSION
• Penelitian mengenai M. domestica di bidang kedokteran forensik masih
terbatas.
• Studi ini mengamati perkembangan M. domestica dalam 7 temperatur yang
berbeda (mulai dari 16-34oC) guna menyediakan data untuk memperkirakan
PMI

 Faktor yang mempengaruhi perkembangan M. domestica:


o Sumber geografi/asal
o Pola makan
o Metode eksperimental
DISCUSSION
Data perkembangan menggunakan diagram isomorfen dan isomegalen.
• Keuntungan : dapat memberikan estimasi PMI dengan cepat.
• Kekurangan : merupakan alat ukur yang baik hanya bila suhu rata-rata
konstan.

DIAGRAM ISOMEGALEN DIAGRAM ISOMORFEN


• Fungsi : hitung usia larva  fase & • Bisa digunakan untuk menghitung semua fase
panjang tubuh larva imatur larva
• Berada pada fase apa larva saat • Bukti entomologis harus dikumpulkan langsung
ini? dan dipelihara dalam suhu konstan
- Fase feeding • Hanya memodelkan waktu peristiwa
- Fase wandering perkembangan, tidak mencakup gradasi antar
peristiwa
DISCUSSION
Larva butuh kondisi pemeliharaan khusus yang mendukung perkembangan
Keterlambata
Pemberian n
makan perkembanga
terlalu n bahkan
banyak kematian
Biotik Kepompong
larva
(pakan) awal :
kanibalisasi
Faktor yang Kelaparan
Larva
pengaruhi deasa :
perkemban ukuran kecil
Merayap
gan disekitar
Kelembaba
kotak shg
Abiotik n tinggi menunda
(lingkungan Makanan
proses
hidup) kering,
Kelembaba
pertumbuhan
n rendah larva
abnormal
DISCUSSION
Syarat kotak pemeliharaan yang baik:
• Ventilasi baik
• Ditutup erat untuk cegah belatung keluar

Faktor lain yang berperan dalam waktu perkembangan  FOTOPERIODE


• Contoh :
Phormia regina (Meigen)
Cahaya konstan  memperlambat perkembangan
Pengaturan cahaya gelap/terang  perkembangan baik
Kondisi pemeliharaan yang tidak
diatur dengan baik

Dengan adanya :
• Lalat bungkuk/ Humpbacked fly
• black scavenger fly
• Lebah parasit
Jeffrey D Wells • Tungau

Berkembang biak secara koloni selama studi

Mengubah perkembangan serangga target

Mempengaruhi hasil
Memelihara larva Lucilia sericata (Meigen)
50,100,250 dan 500

Setiap larva diberi 1 gram hati sapi

Meagan B. Gallagher M.S.,


Sonia Sandhu B.S.,Robert
Kimsey Ph.D.,

50 dan 100 larva 250 dan 500 larva

Perbedaan antara massa larva dan Peningkatan suhu sampai 4°C


suhu lingkungan ≤1°C
Memelihara larva Chrysomya rufifacies (Macquart),
Chrysomya megacephala (Fabri- cius), and
Chrysomya saffranea (Bigot)

125 gram kanguru cincang

Leigh Nelson

Dijaga pada suhu 10,20,50, dan


100°C

Tidak ada pengaruh yang significan terhadap massa


larva
Dalam kasus entomologi forensic  suhu yang dialami serangga sering
berfluktuasi daripada konstan

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh suhu yang konstan dan


berfluktuasi

Terdapat 2 hasil

1. Suhu yang berfluktuasi merangsang 2. Tidak ada perbedaan antara suhu


perkembangan serangga konstan dan berfluktuasi
Perkembangan Entomologi Forensik
Tingkat perkembangan yang berbeda antara suhu fluktuasi dan suhu konstan.
• Laju pengembangan lebih cepat pada suhu yang berfluktuasi.
• Suhu yang berfluktuasi  perubahan biometrik berat badan / lebar
kepala.
DISCUSSION
Setiap spesies  suhu ambang batas perkembangan (D0) dan konstanta penjumlahan termal (K)
yang spesifik

Nilai D0 dan K  nilai prediksi yang dihitung dengan


model penjumlahan termal
DISCUSSION

Penelitian K.G.V. Smith :


Kejadian M. domestica dalam konteks forensik jarang terjadi dan
terjadi akibat adanya kotoran di sekitarnya.

Penelitian pada jurnal ini :


Larva yang digunakan untuk estimasi PMImin dikumpulkan
dalam campuran tinja dan urin mayat. Temuan mengenai
keberadaan larva M. domestica juga ditekankan oleh penelitian
sebelumnya tentang suksesi serangga.
DISCUSSION
M. domestica  mayat MEMBENGKAK
Bertelur di atas mayat karena kondisi sanitasi yang buruk di kamar sewaan (kondisi
lingkungan sesuai untuk M. domestica dewasa).

• M. domestica dewasa  tertarik pada tinja dan urin yang terbuka  bertelur segera
setelah kematian.
• Interval pra-penampilan  estimasi akurat PMI.
Perlu Penelitian Lebih Lanjut

Perkembangan berbeda serangga bangkai termasuk M. domestica pada suhu fluktuasi

Penelitian lanjut untuk lebih memvalidasi hasil perhitungan M. domestica pada suhu
ambang perkiraan atau lebih rendah  mengurangi potensi kesalahan

Studi tentang interval kemunculan semua serangga termasuk M. domestica


Critical Appraisal
CRITICAL APPRAISAL
NO KRITERIA YA (+) TIDAK (-)
01 03
Judul dan Pengarang 04
1 Jumlah kata dalam judul <12 kata - ( 21 kata )

2 Deskripsi Judul +
3 Daftar penulis sesuai aturan jurnal +

4 Korespondensi Penulis +
5 Tempat dan waktu penelitian dalam judul -
D
D

Abstrak
D

1 Abstrak 1 paragraf +
2 Mencakup IMRC +
3 Secara keseluruhan informatif +
4 Tanpa singkatan selain yang baku +

5 Kurang dari 250 kata + (177 kata)


Critical Appraisal
Pendahuluan
1 Terdiri dari 2 bagian atau 2 paragraf - (5 paragraf)
2 Paragraf pertama mengemukakan alasan penelitian -
3 01 kedua menyatakan hipotesis atau tujuan
Paragraf 03 penelitian -04

4 Didukung oleh pustaka yang relevan +


5 Kurang dari 1 halaman +
Bahan dan Metode Penelitian
1 Jenis dan rancangan penelitian +
2 Waktu dan tempat penelitian +
3 Populasi sumber +
4 Teknik sampling D -
D

5 Kriteria inklusi +
D

6 Kriteria ekslusi
7 Perkiraan dan perhitungan besar sampel +
8 Perincian cara penelitian +
9 Blind -
10 Uji statistik +
11 Program komputer +
12 Persetujuan subjektif -
Critical Appraisal
Hasil
1 Jumlah Subjek +
2 Tabel karakteristik subjek -
3 01 hasil penelitian
Tabel 03 +04
4 Komentar dan pendapat penulis tentang hasil -
5 Tabel analisis data dengan uji +
Pembahasan, Kesimpulan, Daftar, Pustaka
1 Pembahasan dan kesimpulan terpisah +
2 Pembahasan dan kesimpulan dipaparkan dengan +
jelas
D
3 Pembahasan mengacu dari penelitian sebelumnya +
D

4 Pembahasan sesuai landasan teori +


D

5 Keterbatasan penelitian -
6 Simpulan utama -
7 Simpulan berdasarkan penelitian -
8 Saran penelitian -
9 Penulisan daftar pustaka sesuai aturan - (karena > 5 tahun)
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Entomologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari, segala
sesuatu mengenai serangga. Serangga sendiri termasuk kedalam
kelompok yang lebih besar yaitu filum Arthopoda
• kaki beruas
• Tubuh bersegmen
• Setiap segmen memiliki embelan
Definisi
Entomologi forensik merupakan ilmu yang mempelajari tentang serangga dan
antropoda lain yang digunakan dalam peradilan. Ilmu entomologi memfokuskan
mengenai distribusi, biologi, dan sifat serangga pada suatu mayat yang membantu
penyidik dalam mengestimasi lokasi, waktu, dan kondisi persekitaran saat suatu
kejahatan itu dilakukan
Peran Entomologi Forensik

Dapat menentukan waktu kematian


melalui siklus hidup serangga yang
ditemukan.
Peran Entomologi Forensik

Apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke
lokasi lain, dengan cara mengidientifikasi serangga di sekitar tempat
kejadian perkara.
JENIS SERANGGA

1. Lalat (ordo diphtheria pada kelas insecta)

• Terdiri dari segolongan famili, tetapi hanya tiga famili lalat

• yang berperan dalam entomologi forensik yaitu famili Calliphoridae,


Sarcophagidae dan Muscidae. Ketiganya tergolong dalam subordo
Cyclorrapha.
A. Famili Calliphoridae (blow flies)

Famili ini dibagi menjadi dua golongan yaitu metallic calliphoridae (warna cerah) dan non-
metallic calliphoridae (warna gelap)
✘ Lalat dewasa memiliki panjangnya 6-14 mm, Larva matur blow flies memiliki panjang
8-23 mm.
Contoh : Green bottle flies (genus phaenicia), blue bottle flies (genus calliphora), genus cochliomyia dan
genus chrysomyia

Lalat betina akan meletakan telur dalam jumlah besar


di lubang hidung, mulut dan luka terbuka. Telur
akan menetas dalam waktu 24 jam. Sedangkan larva
dan pupa akan menjadi lengkap masing-masing dalam
waktu 10 hari.
B. Famili Sarcophagidae (flesh flies)

Lalat dewasa Larva

warna belang abu-abu hitam pada thorax spirakel posterior di ujung abdomen
dan dikelilingi oleh tuberkel

mata
merah
terang memiliki 3 buah
spiracular slits yang
tersusun convergen
terhadap botton
Panjang 2-14 mm

Lalat ini tertarik terhadap mayat atau bangkai dalam berbagai keadaan, baik panas, kering, teduh, basah, dalam
maupun luar ruangan. Mereka tidak meletakkan telurnya pada tubuh mayat. Sehingga ketika menghitung interval
postmortem, waktu yang diperlukan bagi telur untuk berkembang menjadi larva harus dihilangkan
C.Famili Muscidae

Lalat dewasa Larva

Berwarna keabuan hingga Berwarna putih hingga kekuningan


gelap/warna metalik.

panjang 3-10 mm panjang 5-12 mm

Famili ini biasanya muncul pada tubuh mayat sesudah blow flies dan flesh flies.
Mereka juga meletakkan telur-telurnya pada lubang-lubang yang ada pada tubuh.
Siklus hidup lalat
2. Kumbang (ordo Coleoptera)
a. Famili Silphidae (Kumbang Bangkai)

Memiliki kebiasaan mengubur bangkai dengan Memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, umumnya
ukuran kecil di bawah tanah sebagai makanan memiliki panjang 15-30 mm.
bagi anaknya.
b. Famili Staphylinidae (Kumbang Pengelana)

Kumbang yang berbentuk Larva dan bentuk dewasa


ramping, panjang, dan bergerak cepat dan bersifat
memiliki sayap yang pendek predator terhadap serangga
(elytra). yang lebih kecil.

famili ini termasuk serangga yang pertama datang ke tubuh mayat  memakan
larva dari semua jenis lalat dan akan meletakkan telur- telurnya pada tubuh
mayat tersebut
Perkiraan Waktu Kematian
Lalat  serangga yang paling Menempatkan telurnya dalam Berubahnya bentuk luka atau
umum dikaitkan dengan orificium tubuh atau pada luka bahkan hancurnya daerah
pembusukan. terbuka sekitar luka.

Telur lalat umumnya terdeposit


pada mayat segera setelah
kematian pada siang hari

Bila mayat tidak dipindahkan dan hanya telur yang


ditemukan pada mayat, maka dapat diasumsikan bahwa
waktu kematian berkisar antara 1 - 2 hari.

Setelah menetas, larva berkembang sehingga mencapai


tahap pupa (6-8 hari)

Lalat dewasa keluar dari pupa (12 - 18 hari)


TAHAP - TAHAP PEMBUSUKAN
1. Fresh stage
- Serangga pertama yang tiba : lalat (green bottle
dan blue bottle).
- Datang dari beberapa menit sampai beberapa
jam setelah kematian (tergantung kondisi
lingkungan).
- Bertelur di tubuh yang terbuka

2. Bloated Stage
- Produksi gas oleh bakteri pemecah jaringan.
- Telur  larva (dekomposisi)  melalui
peningkatan aktivitas perusakan jaringan 
peningkatkan suhu tubuh hingga 127 °F.
Semakin tinggi suhu tubuh  aktivitas bakteri
yang terjadi lebih banyak.
3. Decay Stage
- Kulit pecah dan cairan tubuh menyerap ke area
sekitar.
- Larva akan berhenti makan dan pergi dari tubuh.
Beberapa akan bergerak sejauh 20 meter.
- Kumbang  serangga paling umum pada akhir
fase ini.

4. Post-Decay stage
Kumbang paling banyak
ditemukan pada tubuh.

5. Skeletal Stage
Hanya serangga tanah
yang dapat ditemukan
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Pengumpulan Sampel
Ten Basic Rules for Collection
1.Ambil foto close-up dari semua lokasi artropoda
2. Usahakan untuk tidak menggunakan blitz terutama pada foto digital.
3. Selalu sertakan alat ukur dalam setiap foto yang diambil untuk menjelaskan ukuran
larva atau bentuk serangga lain.
4.Kumpulkan kira-kira satu sendok makan penuh serangga dari minimal 3 lokasi berbeda
dari tempat kejadian perkara dan untuk serangga dari tubuh mayat, letakkan pada 3
wadah bertutup yang bening.
5. Jangan memasukkan serangga ke dalam isopropyl atau formalin, sebagai gantinya
gunakan ethanol 98% bagi setengah dari jumlah serangga yang kita kumpulkan.
6. Matikan serangga dengan air panas sebelum meletakkannya dalam ethanol.
7.Masukkan setengah jumlah spesimen pada pendingin.
8. Lengkapi setiap wadah sampel dengan label dengan informasi tanggal, inisial,
waktu dan lokasi.
9.Konsultasikan dengan entomology forensik yang berpengalaman untuk setiap
pertanyaan yang timbul saat pengumpulan sampel dan pemrosesannya.
10. Identifikasi dan analisa harus dilakukan dengan bantuan entomolog.

Sampel yang dikumpulkan mencakup semua stadium serangga dan diambil dari
area tubuh berbeda, antara lain diambil dari pakaian dan dari tanah atau
karpet. Serangga lebih sering berkumpul di luka dan di area orifisium natural
Pemberian Label Spesimen
Serangga yang dikumpul dari suatu bagian tubuh harus dipisahkan dari
bagian tubuh yang lain. Spesies yang berbeda juga dipisahkan. Setiap botol
sebaiknya diberi label yang terdiri dari :
(1)  Area tubuh / tanah.
(2)  Tanggal dan waktu pengumpulan
(3)  Nama kolektor
(4)  Fase hidup serangga
Pengemasan Spesimen
Serangga dibawa ke ahli entomologi forensik sesegera mungkin 
pertahankan kontinuitas

Dikemas dalam sebuah kotak yang mempunyai banyak udara dan


berada dalam posisi tegak

Anda mungkin juga menyukai