Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Suhu Udara terhadap Fekunditas Dan Perkembangan

Pradewasa Lalat Rumah (Musca Domestica)

The Influence of Temperature on Fecundity and Immature


Development of House Fly (Musca domestica)
1* 2 3
Iif Miftahul Ihsan , Rini Hidayati , Upik Kesumawati Hadi
1
Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Puspiptek, Serpong,
Tangerang Selatan 15314
2
Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB Jl. Meranti Wing 19 Lv. 4 Kampus IPB Darmaga, Bogor 16880
3
Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, FKH IPB Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Bogor 16880
iif.miftahul@bppt.go.id

ABSTRACT

The house fly (Musca domestica) is an insect that is often found in human habitat and acts as a
transmitter of disease. This study is a laboratory observation that aimed to analyze the effects of
the air temperature to the survival rate and developmental period (longevity) of immature house
flies. The survival rate and developmental period of immature house flies were observed at
temperatures of 16, 27, 31, and 39 ºC as well as the ambient temperature as a control. The results
of the immature house flies in the growth chamber showed the lowest and the highest survival rate
occurred at 16 ºC and 27 ºC respectively. The influence of the temperature to the survival rate and
the development rate of immature house flies is in the form of quadratical pattern, while the
relationship between the increasing temperature and the decreasing developmental period of
immature house flies forms an exponential equation. Analysis shows the optimum temperature for
the survival rate and the development rate of the immature house flies occurred at 28 ºC.

Keywords: house fly, immature development rate, survival rate, temperature

ABSTRAK

Lalat rumah merupakan serangga yang banyak dijumpai di sekitar pemukiman manusia dan
berperan sebagai penyebar penyakit. Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suhu udara
terhadap daya tahan hidup dan periode perkembangan lalat rumah pradewasa. Pengamatan
dilakukan pada suhu 16, 27, 31, dan 39 ºC serta suhu lingkungan (ambien) sebagai suhu kontrol.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa daya tahan hidup lalat rumah pradewasa di ruang
terkontrol yang terendah dan tertinggi terjadi terjadi pada suhu 16 ºC dan 27 ºC. Pola hubungan
suhu dengan daya tahan hidup dan laju perkembangan lalat rumah pradewasa per hari
membentuk persamaan kuadratik, sedangkan pengaruh peningkatan suhu terhadap penurunan
laju perkembangan lalat rumah pradewasa mengikuti persamaan eksponensial. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa daya tahan hidup dan laju perkembangan tertinggi dari lalat rumah
pradewasa terjadi pada suhu optimum 28 ºC.
Kata kunci: lalat rumah, perkembangan pradewasa, daya tahan hidup, suhu

1. PENDAHULUAN global seiring dengan pemanasan global.


Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit
Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang
zoonosis berdampak luas, karena selain
dapat diltularkan oleh hewan kepada manusia.
merugikan kesehatan manusia secara langsung
Penyakit zoonosis banyak mendapat perhatian

100 Pengaruh Suhu Udara terhadap Fekunditas… (Ihsan, MI., et al.)


juga mengancam keamanan dan kemandirian hidup dan periode perkembangan pradewasa
pangan, karena penyakit zoonosis juga dapat lalat rumah (Musca domestica). Hasil penelitian
(1)
menyerang binatang ternak . Beberapa jenis ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
penyakit zoonosis dapat ditularkan oleh hewan komponen dari sistem kewaspadaan dini (Early
jenis serangga lalat, antara lain lalat rumah warning system) perkembangan lalat di sekitar
(Musca domestica). permukinan, sehingga pada akhirnya dapat
bermanfaat untuk mengantisipasi kejadian
Cuaca/iklim merupakan salah satu faktor
penyakit yang ditularkannya.
lingkungan yang pengaruhnya besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan serangga
khususnya lalat. Serangga ini sering berpindah-
2. BAHAN DAN METODE
pindah ke tempat yang kotor untuk kemudian
berpindah ke makanan atau tubuh manusia atau 2.1 Metode Pengamatan
hewan karena hidup dan tersebar pada populasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
padat dan dapat berperan sebagai polinator
serta dapat bertindak sebagai vektor pada Desember 2012 sampai dengan April 2013 di
banyak organisme pathogen .
(2) Laboratorium Terpadu Geofisika dan
Meteorologi, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
Lalat rumah berperan dalam penyebaran ini berupa percobaan laboratorium yang
penyakit seperti diare, disentri, kolera, demam dilakukan melalui dua tahap. Tahap persiapan
tifoid dan paratifoid karena menyebarkan meliputi pemeliharaan lalat dewasa untuk
kotoran ke makanan, minuman, sayuran, buah- mendapatkan telur yang akan diberi perlakuan
buahan, maupun ke tubuh ternak. Lalat umah suhu (rearing) dan penyediaan alat serta bahan
(M domestica) mempunyai kemampuan penelitian. Tahap pemeliharaan pradewasa lalat
memindahkan berbagai macam mikroorganisme rumah meliputi pemindahan masing-masing 80
dari tempat yang dihinggapinya ke tempat lain telur ke empat media yang telah dicampur
yang dihinggapi kemudian. Ada 7 genus jamur makanan ayam untuk masing-masing perlakuan
dari tubuh dan ususnya, yaitu Acremonium, suhu. Media tersebut dimasukan kedalam
Aspergillus, Debaryomyces, Hanseniaspora, growth chamber dengan empat suhu perlakuan
(3)
Fusarium, Penicillium, dan Geotrichum . Lalat yang berbeda yaitu suhu 16 ºC, 27 ºC, 31 ºC
rumah tidak menggigit binatang ternak tetapi dan 39 ºC serta di tempat terbuka dengan suhu
sangat mengganggu sehingga bisa mengurangi ambient, sebagai suhu kontrol. Pada stadium
kenyamanan yang pada akhirnya dapat pupa dilakukan pemindahan media ke media
menurunkan produksi. Demam tifoid dan baru (kandang lalat) untuk kemudian
paratifoid merupakan salah satu masalah dimasukkan kembali ke dalam growth chamber
kesehatan yang penting yang dapat menular dengan empat perlakuan suhu dan kontrol.
dan menyerang banyak orang sehingga Pengamatan selama perkembangan pradewasa
menimbulkan wabah. Berdasarkan profil dilakukan dua kali sehari setiap pukul 06.00 dan
kesehatan Indonesia pada tahun 2009, demam 18.00 WIB. Bahan penelitian yang digunakan di
tifoid dan paratifoid menempati urutan ketiga antaranya telur lalat rumah Musca domestica
dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di dari hasil rearing, makanan ayam (pellet), air
rumah sakit sebanyak 80,850 kasus dengan dan gula. Alat yang digunakan adalah Growth
(4)
korban meninggal 1,013 orang . Chamber model GC-300/1000, kandang lalat,
wadah, kelambu, cawan petri, lup, pipet, dan
Di daerah tropika lembab, perkembangan
termometer.
serangga pembawa penyakit manusia
berlangsung dalam waktu yang singkat. Dalam
2.2 Prosedur Analisis Data
satu siklus hidup, perkembangan lalat
berlangsung selama 10 hari (30ºC), 21 hari (21 Pada penelitian ini, daya hidup (survival rate)
ºC) dan 45 hari (16 ºC) dan lalat rumah dewasa dihitung dari persentase telur yang menetas
(5)
mati pada suhu 0 ºC . Kejadian ini perlu menjadi larva (instar 1), larva (instar 1) menjadi
mendapat perhatian masyarakat daerah tropika pupa, pupa menjadi lalat dewasa (imago) serta
lembab seperti Indonesia, karena kesesuaian dari telur menjadi lalat dewasa. Keragaman hasil
kondisi dan singkatnya waktu perkembangan pengamatan dalam kelompok perlakuan suhu
lalat rumah. Peningkatan suhu di suatu wilayah yang sama karena keragaman sifat individu
dapat menjadi salah satu ancaman diatasi dengan menggunakan data modus.
perkembangan serangga ini sehingga menjadi Analisis selanjutnya dilakukan terhadap data
ancaman juga bagi diakibat yang panjang periode perkembangan (longevity) dan
ditimbulkannya. laju perkembangan per hari. Pengaruh suhu
pada daya tahan hidup pradewasa, panjang
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
periode perkembangan pradewasa dan laju
pengaruh suhu udara terhadap daya tahan
perkembangan pradewasa dianalisis

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 17, No 2, Juli 2016, 100-107 101


menggunakan persamaan regresi dengan 31 ºC (76%), sedangkan persentase telur
metode least square. Penentuan pola hubungan menetas terendah sebesar 34%, terjadi pada
suhu dengan tahapan kehidupan lalat rumah suhu 16 ºC (Tabel 1). Dari hasil pengamatan
ditentukan berdasarkan pertimbangan rasional (Tabel 1), pengaruh suhu (x) terhadap daya
dan nilai koefisien determinasi terbaik. tetas telur (y) dapat dinyatakan dalam
2
persamaan regresi y = -0,26x + 15,60x - 147,4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 2
dengan koefisien determinasi (R ) sebesar 96%
3.1 Pengaruh suhu udara terhadap daya (Gambar 1). Hasil analisis ini menunjukan
tahan hidup pradewasa lalat rumah pengaruh suhu sangat nyata terhadap daya
(Musca domestica) tetas telur lalat rumah menjadi larva 1.
Berdasarkan persamaan kuadratik tersebut
Berdasarkan hasil pengamatan pada empat
dapat diduga bahwa suhu optimum untuk daya
suhu kamar yang berbeda dan satu suhu pada
tetas telur adalah sebesar 29ºC, sedangkan
kondisi lingkungan bebas, diperoleh persentase
suhu terendah dan tertinggi untuk mendukung
telur yang menetas tertinggi terjadi pada suhu daya tetas telur adalah sebesar 12 ºC dan 47 ºC
27 ºC (86%) dan masih tinggi hingga pada suhu (Tabel 2).

Tabel 1. Tingkat keberhasilan hidup pradewasa lalat rumah pada berbagai suhu

Temp ( ºC ) E-L1 (%) L1-P (%) P-I (%) E-I (%) I (n)
16 33,8 48,1 46,2 7,5 6
27 86,3 84,1 67,2 48,8 39
31 76,3 67,2 70,7 36,3 29
39 60,0 25,0 75,0 11,3 9
Ambient 81,3 84,6 87,3 60,0 48
E: Eggs; L1: Larvae (instar 1); P: Pupa; I(n): (Number) imago from 80 eggs

Tabel 2 Hasil perhitungan suhu minimum, optimum, dan maksimum untuk daya hidup pradewasa lalat
rumah
o
Room Temperatures C
Dev. Stage Minimum Optimum Maximum
Eggs-Larvae1 12 29 47
Larvae1-Pupae 10 26 41
Pupae-Imago** 1.5 40 79
Eggs-Imagi 15 28 41
**: Extrapolation result of the curve, not enough data to determine the reliable temperature limits
2 2
Persentase daya tahan hidup larva menjadi = -0,32x + 16,87x - 137,82 (R sebesar 98%).
pupa tertinggi terjadi pada suhu 27 ºC (84%), Berdasarkan analisis regresi tersebut
sedangkan persentase terendah terjadi pada didapatkan suhu optimum bagi daya tahan hidup
suhu 39 ºC (25%). Pada suhu 39 ºC larva larva menjadi pupa adalah sebesar 26 ºC. Dari
mengalami kekeringan dan berubah warna persamaan tersebut juga menunjukkan suhu
menjadi warna hitam, sehingga tidak terendah dan tertinggi yang masih dapat
berkembang menjadi pupa. Pengaruh suhu (x) mendukung daya tahan hidup larva lalat rumah
terhadap daya tahan hidup larva menjadi pupa adalah sebesar 10ºC dan 41ºC (Gambar 1 dan
(y) dapat dinyatakan dalam persamaan regresi y Tabel 2).

102 Pengaruh Suhu Udara terhadap Fekunditas… (Ihsan, MI., et al.)


Gambar 1 Daya hidup pradewasa lalat rumah pada berbagai suhu

Persentase daya tahan hidup pupa menjadi (telur - dewasa) masing-masing sebesar 15 ºC
lalat dewasa terendah terjadi pada suhu 16ºC dan 41 ºC. Hasil perhitungan tersebut
(46.2 %), sedangkan persentase tertinggi terjadi menunjukan apabila suhu lebih rendah dari 15
pada suhu 39ºC sebesar 75%. Berbeda dengan ºC dan lebih tinggi dari 41 ºC, perkembangan
pada stadia lain, hingga suhu tertinggi yang pradewasa lalat rumah akan berhenti.
dicobakan (39ºC), persentase daya tahan
pradewasa lalat ini masih meningkat. Ini 3.2 Pengaruh suhu udara terhadap panjang
menunjukkan bahwa pupa sangat tahan atau periode perkembangan pradewasa lalat
tidak rentan dengan suhu tinggi. Pengaruh suhu rumah (Musca domestica)
(x) terhadap daya tahan hidup pupa menjadi
dewasa (y) dapat dinyatakan dalam persamaan Hasil pengamatan panjang periode
2
regresi y = -0,051x + 4,092x – 5.973 dengan perkembangan semua stadia pradewasa lalat
rumah tercepat terjadi pada perlakuan suhu
koefisien determinasi mendekati 1
39ºC. Panjang periode perkembangan pada
Pengaruh suhu terhadap daya tahan hidup suhu tersebut berlangsung selama 0.5 hari
telur sampai dewasa dapat dinyatakan dalam (telur-larva), 3 hari (larva-pupa) dan 3 hari
2
bentuk persamaan regresi y = -0,265x + 14,7x - (pupa-dewasa), dengan total 6.5 hari (telur-
159,08 dengan koefisien determinasi sebesar 96 dewasa). Suhu laboratorium yang dicobakan
% (Gambar 1). Berdasarkan bentuk persamaan untuk mendukung periode perkembangan
tersebut dapat dinyatakan bahwa suhu optimal terpanjang adalah 16ºC, yaitu 2 hari (telur-
untuk perkembangan telur sampai dewasa larva), 6 hari (larva-pupa), 7.5 hari (pupa-
terjadi pada suhu 28ºC. Ekstrapolasi dari dewasa), sehingga dari stadia telur menjadi
persamaan yang diperoleh, suhu letal rendah dewasa diperlukan waktu selama 15.5 hari
dan tinggi untuk perkembangan pradewasa (Tabel 3).
Tabel 3 Panjang periode perkembangan (hari) pradewasa lalat rumah pada berbagai suhu
o
Temperature ( C) E-L L-P P-I E-I
16 2 6 7.5 15.5
27 2 4.5 4 10.5
31 0.5 3.5 3.75 7.75
39 0.5 3 3 6.5
Ambient 1.5 5 3 9.5
E: Eggs; L1: Larvae instar 1; P: Pupae; I: Imago

Hubungan antara suhu dan panjang periode perkembangan larva menjadi pupa mengikuti
-0,03x 2
tahap-tahap perkembangan pradewasa pola persamaan y = 9.908e (R = 97%),
mengikuti persamaan exponensial, artinya perkembangan pupa menjadi dewasa dalam
-0,04x 2
semakin tinggi suhu semakin cepat tahap bentuk persamaan y = 13.24e (R = 95%),
perkembangannya. Bentuk hubungan yang dan untuk keseluruhan periode pradewasa dari
sama didapatkan dalam perkembangan telur hingga dewasa membentuk persamaan y =
(6) -0,04x 2
serangga nyamuk Aedes aegyti . Bentuk 28.77e (R = 97%) (Gambar 2).
persamaan hubungan antara suhu dan panjang
-0,06x
periode tetas telur adalah y = 6.850e
dengan koefisien determinasi sebesar 66%,

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 17, No 2, Juli 2016, 100-107 103


Gambar 2 Pengaruh suhu terhadap panjang periode perkembangan pradewasa lalat rumah

Berdasarkan hasil pengamatan pada suhu perkembangan lalat per hari terkecil dan suhu
tinggi, periode perkembangan pradewasa lalat 31ºC mendukung laju perkembangan terbesar.
akan cepat, sedangkan pada suhu yang lebih Bentuk persamaan laju perkembangan
rendah dari suhu optimum, laju metabolisme pradewasa lalat rumah pada berbagai suhu
2
dan aktivitasnya rendah sehingga adalah y = -0,027x + 1,567x - 17,57 dengan
perkembangannya lambat. Bentuk persamaan koefisien determinasi hampir sempurna
hubungan antara suhu dan periode (Gambar 3). Dari persamaan kuadratik tersebut
perkembangan seluruh periode pradewasa lalat menunjukan laju perkembangan optimum terjadi
-0,04x
rumah (y) adalah y = 42,67e dengan pada suhu 28ºC, dan dengan ekstrapolasi
koefisien determinasi sebesar 95%. Suhu diperoleh suhu minimum yang masih
berpengaruh sangat nyata terhadap periode mendukung perkembangan pradewasa lalat
perkembangan pradewasa lalat rumah. rumah adalah sebesar 16ºC dan suhu
maksimumnya 42ºC. Pada suhu yang kurang
3.3 Pengaruh suhu udara terhadap laju
dari 16ºC dan lebih dari 42ºC, perkembangan
perkembangan pradewasa lalat rumah
lalat rumah akan berhenti.
(Musca domestica)
Berdasarkan hasil pengamatan di media
terkontrol, suhu 16ºC mendukung laju

Tabel 4. Laju perkembangan telur menjadi imago pada berbagai suhu


Temperatures (ºC) % Survival Days* Survival Rate (%/day)
16 7.5 15.5 0.48
27 48.8 10.5 4.65
31 36.3 7.75 4.68
39 11.3 6.5 1.74
Ambient 60.0 9.5 6.32
Note * : longevity of immature house flies

Gambar 3. Laju perkembangan telur menjadi imago pada berbagai suhu

104 Pengaruh Suhu Udara terhadap Fekunditas… (Ihsan, MI., et al.)


4. PEMBAHASAN pradewasa lalat rumah akan semakin cepat.
Pengaruh suhu pada kecepatan perkembangan
Dalam satu siklus hidupnya, lalat rumah
mempengaruhi jumlah populasi lalat rumah
mengalami empat stadia yaitu telur, larva, pupa
dalam satu periode. Pada suhu di sekitar suhu
dan imago atau lalat dewasa. Pada setiap
optimum, peluang berkembangnya penyakit
stadia, suhu lingkungan mempengaruhi daya
yang diakibatkan oleh lalat rumah dapat
tahan hidup dan waktu perkembangan
mencapai optimum. Dengan demikian maka jika
pradewasa. Daya tahan hidup setiap stadium
suatu daerah mengalami kenaikan suhu dalam
dinyatakan dalam persentase keberhasilan tiap
periode musiman atau jangka panjang,
stadium tersebut untuk berkembang menjadi
ancaman serangan lalat rumah berpotensi
stadium berikutnya, yaitu dari telur hingga
meningkat karena kenaikan suhu
dewasa.
mengakibatkan periode perkembangan lalat
Pada perubahan seluruh stadia, persentase rumah semakin cepat. Selain itu, biasanya
daya tahan hidup dan laju perkembangan meningkatnya suhu menyebabkan peningkatan
tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol di luar metabolisme dan berakibat kepada sifat atau
growth chamber, kecuali pada perubahan dari prilakunya seperti akitivitas, keberanian,
telur ke larva1 (Tabel 1). Selain itu, persentase agresivitas dan eksplorasi dari serangga
(9,10,11,12,13)
laju perkembangan lalat per hari lebih tinggi tersebut . Pada suhu yang tinggi, sifat
pada kondisi kontrol (lingkungan bebas/ prilaku seperti terbang dan kawin tampaknya
ambient) dari perlakuan suhu di laboratorium . akan dipengaruhi secara negatif oleh
(14,15)
Lingkungan bebas mempunyai karakter suhu, panas .
radiasi, kelembaban, oksigen dan kondisi
Pada serangga, ketahanan panas sering
lainnya yang berfluktuasi, mengikuti kondisi
berbeda antar tahapan stadia yang dihubungkan
udara bebas. Kondisi ini diperkirakan lebih (16,17)
dengan mobilitas (gerak) tiap stadia , seperti
cocok untuk perkembangan pradewasa lalat
pada stadia telur dan pupa serangga D.Buzzati
rumah. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi
menunjukan batas ketahanan panas yang lebih
faktor iklim dan faktor lingkungan bebas pada
tinggi dari stadia bergerak (larva dan
wilayah penelitian lebih sesuai jika dibandingkan (18)
dewasa) .
dengan perlakuan di dalam growth chamber.
Berdasarkan persamaan kuadratik tiap stadia Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan
menunjukan bahwa suhu optimum untuk mengantisipasi ancaman berkembangnya
perkembangan lalat rumah berada pada rentang penyakit yang ditularkan lalat rumah oleh
suhu daerah tropis yaitu sekitar 22ºC - 32ºC, keragaman dan perubahan iklim, terutama suhu
sehingga perlu diwaspadai oleh masyarakat udara karena banyak spesies lalat rumah yang
yang tinggal di daerah tropis. Ketika berada di dijumpai di gradient lintang dan telah
luar rentang suhu daerah tropis, daya tahan beradaptasi secara fisiologis dan morfologis
(19,20,21,22,23)
hidup lalat rumah akan rendah, seperti pada terhadap kondisi suhu local . Peran
suhu 16 ºC yang tingkat keberhasilan hidup lalat rumah dalam penyebaran penyakit dan
telurnya rendah sekitar 34%. Daya tetas telur penyebab efek psikologis negatif dapat
yang rendah tersebut terjadi karena telur dikurangi di antaranya dengan mengurangi atau
mengalami kekeringan pada kelembaban mutlak menghilangkan tempat perindukan /
rendah, karena telur menjadi steril sehingga perkembangbiakan lalat rumah, mengurangi
(7)
tidak terbentuk embrio . sumber yang menarik lalat rumah, dan
mencegah kontak antara lalat dengan kotoran
Berdasarkan hasil pengamatan, panjang
yang mengandung kuman penyakit. Kebersihan
periode perkembangan pada semua stadia
lingkungan pada periode atau wilayah dengan
kehidupan lalat bervariasi menurut suhu udara,
suhu tinggi (dataran rendah) perlu lebih sering
sesuai dengan pendapat yang menyatakan
dilakukan daripada periode atau wilayah yang
bahwa suhu mempengaruhi perkembangan lalat
(5) (8) lebih rendah suhunya (dataran tinggi).
rumah . Menurut , perkembangan telur pada
Perkembangan pradewasa lalat rumah yang
perlakuan di laboratorium dengan lingkungan
meliputi daya tahan hidup dan laju
bebas akan berbeda. Perkembangan di
perkembangan pradewasa terjadi pada suhu
laboratorium akan lebih cepat bila dibandingkan
optimum sebesar 28ºC. Di sebagian besar
pada suhu lingkungan bebas, karena
wilayah dataran rendah Indonesia mempunyai
kemampuan adaptasi telur lalat rumah pada
kisaran suhu rata-rata bulanan sebesar 26ºC
suhu laboratorium yang relatif konstan lebih
sampai 28ºC, menjadi daerah yang sangat
tinggi dari kemampuan adaptasi pada suhu
cocok untuk perkembangan pradewasa lalat
lingkungan bebas yang berubah-ubah.
rumah, terutama pada periode akhir musim
Semakin meningkat suhu hingga mencapai kemarau, dimana kelembaban juga cukup tinggi.
suhu optimum, periode perkembangan

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 17, No 2, Juli 2016, 100-107 105


5. KESIMPULAN 5. Burgess P., (2013), The biology and
lifecycles of common flies on livestock
Suhu udara mempengaruhi daya tahan hidup
operations. IPM Coordinator. Perennia.
(survival rate) dan periode perkembangan
(longevity) pradewasa lalat rumah. Suhu tinggi 6. Hidayati, R., Kesumawati, U., Manuwoto, S.,
dan rendah dapat mengakibatkan daya tahan Boer, R., dan Koesmayono, Y., (2007),
hidup lalat rumah rendah. Suhu optimum untuk Kebutuhan Satuan Panas untuk Fase
daya tahan hidup dan laju perkembangan Perkembangan pada Nyamuk Aedes aegypti
pradewasa (perkembangan telur sampai (Diptera: Culicidae) dan Periode Inkubasi
dewasa) lalat rumah sebesar 28 ºC dengan Ekstrinsik Virus Dengue (Heat Unit
suhu letal rendah dan tinggi masing-masing Requirement for Development stages of
sebesar 16 ºC dan 42 ºC. Pola hubungan antara Aedes aegypti and Extrinsic Incubation
suhu dengan daya tahan hidup serta laju period of Dengue Virus). J. Ekol. Kes.
perkembangan pradewasa per hari berbentuk 6(3):648-658.
kurva kuadratik. Pola hubungan pengaruh suhu
7. Sutherst RW., (2004), Global change and
terhadap periode perkembangan (longevity)
human vulnerability to vector- borne disease.
pradewasa membentuk kurva yang berbeda
Clinical Microbiology Reviews. 17(1):136-
dengan hubungan antara suhu dengan daya
173. doi:10.1128/CMR.17.1.136-173.2004.
tahan hidup. Peningkatan suhu juga
mempercepat periode perkembangan 8. Elvin MK, Krafsur ES., (1984), Relationship
pradewasa mengikuti pola persamaan between temperature and rate of ovarian
eksponensial. development in the house fly, Musca
domestica L. (Diptera: Muscidae). Annals of
PERSANTUNAN
the Entomological Society of America.
Penulis mengucapkan terima kasih 77(1):50-55(6).
kepada Staf Pengajar dan Departemen
9. Biro PA, Stamps JA., (2008), Are animal
Geosfisika dan Meteorologi dan Fakultas
personality traits linked to life-history
Kedokteran Hewan IPB yang telah mendukung
productivity?Trends in Ecology&Evolution,
penelitian ini.
23,361-368
10. Briffa M, Bridger D, Biro PA., (2013), How
DAFTAR PUSTAKA does temperature affect behaviour?
Multilevel analysis of plasticity, personality
1. Molyneux D, Hallaj Z, Keusch GT, McManus
and predictability in hermit crabs. Animal
DP, Ngowi H, Cleaveland S, Jimenez PR,
Behaviour, 86,47-54
Gotuzzo E, Kar K, Sanchez A, Garba A,
Carabin H, Bassili A, Chaignat CL, Meslin 11. Careau V, Thomas D, Humphries MM, Reale
FX, Abushama HM, Willingham AL, Kioy D. D., (2008), Energy metabolism and animal
(2011),. Zoonoses and Marginalized personality.Oikos, 117,641-653.
Infectious Diseases of Poverty: Where do we
12. Houston A I., (2010), Evolutionary models of
stand?. Parasites and Vectors 4:106
metabolism, behaviour and person-
(http//www:parasitesandvectors.com/content/
ality.Philosophical Transactions of the Royal
4/1/106)
Society B: Biological Sciences, 365, 3969-
2. Malik A, Singh N, Satya S., (2007), House fly 3975
(Musca domestica): A review of control
13. Huey RB, Hertz PE, Sinervo B., (2003),
strategies for a challenging pest. Journal of
Behavioral drive versus behavioral inertia in
Environmental Science and Health, Part B:
evolution: a null model approach. American
Pesticides, Food Contaminants, and
Naturalist, 161,357-366
Agricultural Wastes. 42(4):453-469.
doi:10.1080/03601230701316481. 14. Krebs RA, Thompson KA., (2006), Direct and
correlated effects of selection on flight after
3. Melsinawati W, Khotimah S,
exposure to thermal stress inDrosophila
Rizalinda,(2012), Jamur yang terdapat pada
melanogaster. Genetica, 128, 217-225
tubuh lalat rumah (Musca domestica L.,
1758). Protobiont, 1(1): 12-19 15. Patton Z J, Krebs RA., (2001), The effect of
thermal stress on the mating behavior of
4. Kementerian Kesehatan RI., (2010), Profil
threeDrosophilaspecies.Physiological and
Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta
Biochemical Zoology, 74, 783-788
(ID): Kementerian Kesehatan RI.
16. Bowler, K. & Terblanche, J.S., (2008), Insect
thermal tolerance: what is the role of

106 Pengaruh Suhu Udara terhadap Fekunditas… (Ihsan, MI., et al.)


ontogeny, ageing and senescence? three geographical strains of Drosophila
Biological Reviews, 83, 339–355. melanogaster. Journal of Thermal Biology,
27,337-344.
17. Marais, E. & Chown, S.L., (2008), Beneficial
acclimation and the Bogert efect. Ecology 21. Dahlgaard J, Hasson E, Loeschcke V.,
Letters, 11, 1027–1036. (2001), Behavioral differentiation in
oviposition activity inDrosophila buzzatiifrom
18. Krebs, R. A., & Loeschcke, V., (1995),
highland and lowland pop-ulations in
Resistance to thermal stress in preadult
Argentina: plasticity or thermal
Drosophila buzzatii: variation among
adaptation?Evolution, 55,738-747
populations and changes in relative
resistance across life stages. Biological 22. Gibert P, Huey RB, Gilchrist GW., (2001),
Journal of the Linnean Society, 56, 517-531 Locomotor performance of Drosophila
melanogaster: interactions among
19. Bahrndorff S, Holmstrup M, Petersen H,
developmental and adult tem-peratures, age,
Loeschcke V., (2006), Geographic variation
and geography.Evolution, 55, 205-209
for climatic stress resistance traits in the
springtailOrchesella cincta. Journal of Insect 23. Karl I, Sorensen JG, Loeschcke V, Fischer
Physiology, 52,951-959 K., (2009), HSP70 expression in the Copper
butterfly Lycaena tityrusacross altitudes and
20. Bubliy OA, Riihimaa A, Norry FM, Loeschcke
temperatures.Journal of Evolutionary
V., (2002), Variation in resis-tance and
Biology, 22,172-178
acclimation to low-temperature stress among

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 17, No 2, Juli 2016, 100-107 107

Anda mungkin juga menyukai