SEBUAH TINJAUAN
Abstrak
mampu mempengaruhi populasi nyamuk dan telah diteliti secara luas. Oleh
karena itu ada banyakjamur lain yang menyerang dan juga membunuh
nyamuk pada tahapan alrva dan/atau dewasa. Temuan di tahun 1977 dari
berbeda. tanpa melihat potensi jamur sebagai zat pengontrol nyamuk, hanya
1
program abatemen. Kita mengemukakan bahwa jamur entomopatogenik,
baik yang baru maupun yang sudah ada dengan kemanjuran yang tleah
yang signifikand ans esuai untuk mengontrol penyakit yang ditularkan oleh
Pendahuluan
diberikan dengan cara ini, keduandya dalam penentuan sumber tropis yang
kurang termasuk zona daerahs edang, yang tidak ditekankan berlebihan dan
yang kuat, serta senyawa yang baru dan bersahabat dengan lingkungan telah
karena itu tidak mengherankan bahwa sangat menarik dalam strategi non
zat kontrol biologi seperti ikan predator, bakteri, protozoa dan nematoda
2
adalah telihat menjanjikans ebagaic ara mengontrol populasi nyamuik dan
terisoalsi dan/atau diuji pada nyamuk. Kecuali untuk jamur anamorfik, kita
ke 9 dari jamur.
1. Oomycota
yang termasuk alga diatom dan alga coklat. Watermold adalah organisme
3
waktu pada insektaria nyamuk dan menyebabkan epizootic temproal tetapi
1.1. Leptolegnia
hari, dna penuis menekankan inklusi dari jamur ini dalam kampanye kontrol
(USA) tahun 1971. Ini merupakan patogen virulen dari instar pertama dan
kedua dari Aedes aegypti (L) yang encaku 100% kematian dalam 24 jams
etelah kontak. Kurang dari 40% dari instar ketiga dan keempat terinfeksis
4
100% mortalitas dari larva anopheles gambiae giles setelah 72 jam. Lord et.al
(1988) meneliti potensi jamur terhadap nyamuk rawa air asin Ochlerotatus
dan oleh karena itu menjanjikans edikit potensi untuk mengontrol populasi
nyamuk dalam lingkungan air asin. mcInnis dan Schimmel (1986) meneliti
larvacidalnya setelah kultur yang lama, albeit dari efek ini dapat direduksi
informasi yang rinci menyangkut daur hidup leptolegnia dan infeksi larva
1.2. Pythium
patogen dari tanaman vascular, jamur lain dan alga. Beberapa spesies telah
Poythium flevoense van der Plaats Niterink dari populasi liar Ochlerotatus
5
meskipun jamur ini menyebabkan infeksi berkisar 14% dari larva selama 21
terhadap instar awal dari Aedes aegypti, aedes africanus (Theobald), Aedes
dengan jepitan. Fakta bahwa jamur ini terinfeksis ecara mekanika ioleh larva
yang terluka dari pada larva yang sehat menunjukkan bahwa jamur ini lebih
menyimpulkan bahwa kondisi di dalam mana thapan yang tidak efektif dari
jamur menjadi zat kontrol yang sangat penting yang sulit untuk dicapai, dan
tidak praktis.
6
elvel infeksi 13.3-100% pada larva Culex quinquegasciantus dan
dengan baik tetpi tidak ada persentase infeksi yang diberikan. Tanpa melihat
taksonomi yang lebih rinci tentang genus Pythium, lihat van der Plaats
Niterink (1981).
1.3. Lagenidium
(1935) dari kombinasi koleksi copepod dan larva nyamuk (Culex dan
cukup luas : Amerika Utara, Eropa, Afrika, Asia dan Antartika. Jamur ini
7
oleh McCray et.al (1973) memperlihatkan bahwa jamur ini berhasil
dalam air payau atau habiat akuatik yang kaya secara orgnaik. Jamur ini juga
Uranotaenia sapphirine (Osten Sacken), dan Aedes albopicus. Suh dan Axtell
Culex quiquefasciatus pada konsentrasi > 150 zoopsora /ml air pada suhyu
diindikasikan oleh mortalitas lasrva nyamuk adalah sangat besr pada suhu
25 C, dan sama dengan 30, 33 dan 35 C. Tidak ada infeksi yang terjadi pada
17 C dan kurang dari 20% mortalitas lava yang terjadi pada suhu 19 C untuk
suseptibilitas antara culinin yang berbda dan anpheline dari segi ensiksting
bahwa meskipun sejumlah besar zoospora menempel pada cutikel dari pada
8
yang bersifat alami, efisiensinya lebih cepat dan intensifnya lebih apdat
dalam reaksi yang mampu melindungi 56% dari spesimen yang kontak dari
kematian. Respon kekebalan ini juga jauh lebih cepat dibandingkan dengan
yang diamati untuk Aedes aegyptii dan Culex pipiens L. Meskipun jumlah
zoosfora yang sangat kecil menempel dan menembus kutikel Aedes aegypti
anopheles gambie) hampir 99% dari kedua spesies itu mati akibat serangan
infeksi jamur. McCray et.al (1973) menemukan bahwa 100% mortalitas dari
lain menunjukkan bahwa 100% mortalitas berlangsung ketika larva itu amsih
sangat muda. Orduz dan Axtell (1991) melaporkan tingkat virulensi yang
tinggi untuk lasrva yang berusia 1-2 hari, mortalitas sedang pada larva
berusia 3 hari dan mortalitas rendah pada larva berusia 4 5 hari. Karwin
ecara vegettif baiks ebagai aptogen pada larva mosquito ataus ebgai saprofit
menggunakan media yang kompleks dan telah terdefinisi yang lebih praktis
9
secara umum. untuk kultur Lagendiium igantum berskala kecil, media padat
akan digunakan. Untuk produksi berskala besar (10-1000 L), kultur cairand
Biflagelate ini, zoospora motile adalah tahapan aseksuald ari jamur. Ini tidak
memiliki dinding sel dan oleh karena itu terlalu fragile untuk digunakan
aseksual ini adalah usia yang singkat; zoospora hanya bertahan 48 jam
Beberapa metode telah diuji coba untuk mengatasi hal ini, misalnya dengan
menyalut jamur dalam beberapa tipe kalsium alginate. Ini terbukti mampu
meningkatkan retensi yang tidak efektif terhadap larva nyamuk dan juga
10
Oospora, tahapans eksual dari Lagenidium giganteum dapat
merupakan propagule dorman, yang tahan terhadap desikasi dan juga abrsi
Namun, hasil poroduksi massa dari oozpopra masih tetap berada di bawah
mycelia yang kurang stabil, dan juga terus menimbulkan masalah dengan
dan odonata), dan pada vertebrata (intik jantan, marmut, tikus, dan kelinci).
Hanya Saphnia spp dan copepod yangdilaporkan oleh Couch (1935), tiga
(california, USA) hingga 1999. Diklaim ini efektif terhadap Culex spp, tetapi
11
jenis spora yang digunakan tidak disebutkan. Jamur ini adalah kompatibel
dengan zat bakteri Bti dan bacillus sphaericus Meyer dan neide ketika
keuntungan yang berbeda atas Bti dalam mana mampu mendaur ulang air
Hasil dari skala kecil ini dalam uji lapangan di Caqrolina Utara menunjukkan
dari larva. Untuk rincian tentang media kultur, lihat Herwin dan petersen
(1997) dan untuk informasi rincian tentang daur hidup dari lagenidium
giganteum, lihat Kerwin et.al (1994), kerwin dan peterson (1997), atau
1.4. Crypticola
12
Crypticola clavulifera humebr, Frances dan Sweeney telah diisolasid
13
2. Chytridiomycota
Anggota dari filum ini adalah saprobe aquakik atau parasit yang
dalam air tawar dan tanah. Juga memiliki zoospora flagelta, dan juga
2.1. Ceolemomyces
generasia seksial (gametofit) dan aseksual (sporofit). Genus ini ditemukan dis
emua benua keduali antartika. Tidak seperti jamur entomogen lainnya, yang
terhadap alrga nyamuk, genus jamur ini semakin menarik perhatian para
14
peneliti. Publiaksi terhadap Coelomomyces dan Oomycetes lagenidium
yang ditemukan di Amerika Serikat. Ini mencatat tujuh belas spesies yang
Psorophora dan Uranotaemia) dengan jamur yang lebih umumd alam genus
Anopheles diikuti oleh Aees dan Culex. Roberts dan Strand (1977) mencatat
lebih dari 60 spesies nyamuk. Daur hidup ditentukan untuk 11 dari 60 spesies
dan subspesies Coelomomyces yang diakui oleh Couch dan Bland (1985).
dilaporkan dari Afrika, Filipina, India dan Paksitan. Dipteran host termasuk
15
kompleksi. Jamur yang ebrtahan pada kondisi lingkungan yang kurang
spor\angia yang berkembang dari diploid hypae pada larva nyamuk yang
copepod dan juga gamet yang membetuk fusi untuk membetuk zigot
lebih menyukai membran intesegmentald ari larva namyk yang masih muda.
bentuk hyfa yang tidak beraturan tanpa dinding sel. Sporangia dihasilkand
alam hifae pada ujungnya. Sporangia ini umumnya menadi lebih nyata
mengisi hemocoeol. Dalam kasus ini, larva maka mati dan membentuks pora
penghargaan yang pertama kali dijelaskan oleh Zharov di tahun 1973 untuk
16
Aedes vaxans dewasa yang terifneksi dengan Coelomomyces psophorae
dewasa. Penelitian terakhir oleh Lucarroti (1992) Shoulkany et.al (1997) dan
Aedes aegypti betikna dewasa, infeksi ini akan terlokalsiasi pada ovarium.
intersisiald ari ovarium. Hyufae pada ovarium adalah matang pada RS yang
yang menyerang nyamuk yang menempati habitat kecil seperti lubang pada
signifikan, yang ada dalam populasi larva dalam beberapa tahun dan
17
menghasilkan rpevalensi dan angka mortalitasi yang melebihi 50% dan
seringkali lebih dari 90%. Untuk tinjauan yang luas dari genus
program kontrol lihat couch dan Bland (1985). Untuk rincian proses infaksi
18
dari mycoses disebabkan oleh Coelomomyces spp pada larva nyamuk sangat
jamur tidak ada meskipun kadar infeksi itu menurun dari waktuke waktu
hingga 10%. Penurunan pada angka infeksi ini selasma beberapa tahun
vektor filariasis. Uji coba ini menandai satu dari beberapa usaha untuk
Pengenalan ini berhasl dan jamur tetp aktif dalam beberapa lokalitas baru
setidaknya selama tujuh tahun. Uji coba lapangan lain yang cukup berhasil
yang tinggi pada larva nyamuk dalam area geografia yang luas dilaporkans
etelah inokulasi habitat dengan bahan yang tidak aktif. Hasil dari uji coba
lapangan adalahs ering tidak jelas, akiabt variasi dalam tingkat infeksi.
19
dari Anopheles pharoensis theobald, infeksi pada larva yang dikumpulkans
hidup yang terkomplikasi telah menjadikan jamur ini tidak sesuai untuk
(1981) dan laceyd an Undeen (1986), seelah melihat potensi dari berbagai
rangkaians pesies dan juga efek devastasid ari epizootik alami pada populasi
alrva. Kerwin dan petersen (1997) dan terhadap eprkembanganr esistensi ini
oleh nyamuk terhadap insektisida yang tesedia, dan juga perlu perbaikan
dari nyamuk adalah sulit dari produksi massa. Karena daur hidup yang
20
kompleks termasuk micro crustasean. Meskipun beberapa kemajuan telah
dicapai dalam mycelia kultur pada media sintesis, namun tidak ada spesies
dari Coelomomyces yang telah berhasil dikulturkan in vitro hingga saat ini.
mudah.
3. Zygomycota
termasuk pada entomophtorale. Juga terdapat kurang lebih 200 spesies yang
dalam order ini. semuanya tetapi satu genus (Massospora) adalah ditandai
laiteratur pada spesies ini berasal dari belahan utara, Beberapa epizootik
telah dilaporkan dan sebagian besr berada pada wilayah dingin (1-20C),
21
(kecuali untuk Entomophtora aquatica JF anderson dan Analgonostakis dan
tahap serangga akuatik), dan juga tidak mampu tumbuh secara saprofit.
melakukan infeksi.
setelah kontak awal. Jamur berkembang secara vegetatif pada hemocoel hosti
difiksasi pada substrt oleh hifae khusus rhyzoid). Setelah ematian hosti,
yang baru. Spora primer ini berusia pendek. Eobert (1974) melaporikan
delapoan haris etelah spora pertama diperkenalkan. Spora primer ini tidak
kontak dengan hosti yang sesuai setelah lepas dari kemampuan untuk
trdispersi. Meskipoiuh spora entomophto0lrae ini jauh lebih besr dari conidia
22
Hyphomycetes, distribusi serial bukan tidak umum. untuk kelangsungan di
mikologi yang terbtas, ini adalah zygospora. Spora ini tentu membnetuk
eringkalit etekan karena tingkat infeksi yang diamati di alam dan teori yang
epizootik pada spesies target. Namun, tidak ada formulasi komerlsial yang
tersedia., untuk informasi yang lebih rinci tentang biologi, infeksi dan hosti
dari etnomopthorales.
sebagai jamur yang ebrcabang dan tidak yang menempel pada lapisan usus
dan terletak pada lumen usus drimana mereka mendapatkan nutrisi. Kelas
23
genus, Smittium dan juga spesoes patogen. Untuk informasi yang rinci
3.1. Conidiobolus
dari koloni nyamuk dewasa yang ada dalam wadah besar di luar ruangan.
Jamur ini ditemukan dalam beberapa ordo serangga dan dalam dua kelas
angka mortalita pada 7 haris etelah perlakuan. Ini mampu meningkat lebih
penyebab infeksi fasial pada manusia, dan juda, oleh karena itu
Entomopthorale parasitisasi.
3.2. Entomophtora
24
Seperti halnya pada entomopthoraleans lain, infeksi entomophtora
teutama terjadi pada dewas dari pada dalam bentuk larva. Entomophtora
spesies nyamuk dimana jamur itu terdapat di alam, termasuk spesies Culex
Culex pipiens adalah dimungkinkan tetapi laju infeksinya berbeda. 100% dari
culicis) dalam damp, merupakan biotope yang relatif dingin seperti gua atau
25
adalah terinfeksid engan spesies Entomophtora. Dewasa yang terifneksi di
dewasa jantan dan 65 100% pada betina dewasa. Robert (1974) kemudian
49%, 100%, 97% yang menyatakan isolasi jamur dapat berupa spesies
tetapi tentu tidak ada laporan uji coba hingga saat ini. demikian juga
26
penggunaan entomphotora untuk kontrol nyamuk yang akan membentuk
spora yang tidak dapat bertahan dalam kelembaban dibawah75% RH. Opsi
akan menggunakan spora yang tersisa, yang masih ertahan dalamw aktu
destruens telah dikulturkan pada beberapa media, tetapi bahan jamur ini
tidak efektif. Entomophtora culitis telah diisolasi dan tumbuh pada beebrapa
besr.
3.3. erynia
27
dewasa, dimana tingkat infeksi, terutama pada populasi musim hujan
dewsa adalah mampu terbang, mengisap darah dan oviposisi pada penelitian
oleh Andersond an Ringo (1969). Penulsi yhang sama juga mengelola kultur
Erynia aquatica pada media buastan, meskipun jamur tumbuhs ecara tidak
3.4. Smittium
belas spesies telah dijelaskan dan tiga berasald ari larva Culicid; Smittium
hostinya dan juga diarahkan pada lumen usus dan dikaitkan dengan kutikel
selama acdysis. Juga ada beberapa indikasi bahwa nyamuk iang terinfeksi
28
dengan Smittium culisetae atau Smittium culicis, dapat disuplaid engan
nutrien esensial yang disintesa oleh jamur dan juga memiliki keuntungan
sat ngengat dan masih tetapd alam hosti, kadangkala ada melalui tahapan
kali mati karena penyumbatan usus oleh jamur ini. dalam artikel yang sama
aegyptii dan Culex pipine smolestus yang diperlihatkan oleh sumbatan pada
4. Deuteromyces
29
conidiophora yang munculd ri substrat. Beberapa genera jamur
Jalur infestasi yang umum adalah melalui integuemnt lur, meskipun infeksi
organ.s etelah mati, hifae umumnya munculd ari cadaver dan dalam kondisi
abiotik yang sesuai, conidia dihasilkan pada eksterior hosti dan kemudian
4.1. Culicinomyces
Anopheles hilli Woodhioll dan lee di Sydney, Australia dan yang laind ari
30
menghaislkan gejala yang sama dalam larva nyamuk berpenyakit, tetapi
tentu tidak hingga tahun 1982 ketika atas dasar eprbandingan morfologi
dianggap sebagai straind ari spesies yang sama. dalam tahun yang sama
terdapat dalam kolam permanen, dan dua tahun kemudian tahun 1984,
dijelaskan oleh Sigler et.al (1987), ini diputuskan menjelaskan jamur sebagai
adalah aseksual. Secara umum dimulai dengan mencerna conidia dari pada
menempel dan menembus melalui dinding chitonus pada usus depan atau
belakang. Invasi ini adalaht erjadi diantara jamur aprasit yang secara normal
rongga tubuh dengan mycelium hialine, septat dan hifa bercabang dapat
dikolonisais oleh mycelium. Alasan atas kematian yang cepat ini pada
31
konsentrasi inokulum yang tinggi tidak diketahui, tetapi tentu disebabkan
oleh zat toksik yang berkaitan dengan hifae yang menyrang yang mencapai
titer lethal ketika serangan masif itu berasal dari sejumlah conidia. Setelah
conidia, yang seringkali9 berada pada segmen perut bagian belakang yang
tidak efektif untuk larva yang sehat. Debenham dan russell (1977)
jamur.
32
bahwa isolat australia dari jamur adalahs angt letal terhadap semua larva
air payau Anopheles farauti dan Anopheles amictus hilli woodhill dan lee
ketika larva itu dikembangkan di air taar. Kisran hosti dari strain Amerika
ada perbedan yang ditemukand alam virulensi antara strain Amerika dan
4.2. .
Pembahasan
terhadap jamur yang dilihat dalam atikel ini, tiga kemunculan karakteristik
33
yang umum. pertama, patogen adalah terutama efektif terhadap tahapan
dan ketiga, program kontrol vektor yang hanya lebih efektif dari biaya bila
sifat yang dibutuhkan untuk kontrol yang diterpakand an efektif daris egi
nyamuk, meskipun spesies individu memiliki rentang hosti yang sempit dan
thuringiensis israelensis (Bti) adalah hanya satu aplikasi yang dibutuhkan per
34
diamatis etelah populasi Lagenidium giganteum dibentuk, epizootic yang
terjadi dilaporkan. Dan ini hanya merupakan jamur yang diproduksis ecara
menginfeksi larva dari semua spesies namuk tetapi secara khusus akan
yang menarik pada awlanya tetapi tentu mengalami epnurunan ketika dosis
dalam lingkungan.
untuk pengendaldian spesies vektor yang penting secara medis. Lacey dan
Undeen 1986. Namun, tak satupun jamur yang dijelaskan di atas diataptasis
ecara khusus sebagai zat larbasida terhadap spesies vektor penting seperti
dari spesies nyamuk ini termasuk varietas trnsient, terutama sinar mahtahari,
kolam air hujan seperti parit drain, pick pit atau bekas ban mobil, jejak kaki
dis ekitar kolam dan juga lubang air. Sebagian besar lokasi ini bersifast
transient, dand alam beberapa bidang ini bersifat musiman, dan mengikuti
pola curah hujan pada spesies tertentu. ini telihat dalam kondisi medan
normal, larva dari spesies nyamuk ini adalah kontakd engan amujr akuatik
35
dan Culicinomyces adalah ditujukan pada ahapan larva dari nyamuk dan
belum dewasa berkisar 95% atau lebih, dna jumlah ini tentu masih cukup
jarang dan tidak dianggap penting. Dalam situasi ini, infeksi belangsung
pada larva isntar tahap akhir atau pupa, yang menghasilkan kelangsungan
habitat lain. jamur patogenik yang terdapat di alam pada nyamuk dewasa
epizootik pada nyamuk hibernasi dalam kondisi yang relatif dingin, lembab
dan tempat yang geap di belahan utara. Namun demikian, spora ini memiliki
telah menjadikannya sebagai zat kontrol yang tidak sesuai. Juga ada
36
di laboratoriuj dan jamur terahir ini juga membunuh Anopheles gambiae
dewasa di Tanzania.
vektor nyamuk yang tinggi; jamur ini adalah diproduksi secara massa
dengan biaya efektif, bahkans ecara lokal dan beberapa strain telah tersedia,
biaya termasuk penilaian resiko dari zat kontrol jamur baru. Baeuveria
dihasilkan lebih dari 14, dan metarhitium oleh lebih dari 10 perusahaan
formualsi ULC-CDA dari conidia untuk mengontrol lokus pada iklim kering
vektor nyamuk di daerah kering seperti di daerah sub sahara Afrika seperti
encephalis virus.
kunci bagi masa depan dan harus memungkinkan jamur bersaing dalam
37
keunggulan dengan insektisida kimia dalam beberapa hal dan harus mampu
Kemudian akan terus berlanjut dengan Budget yang harus diarahkan pada
dan tanpa organisme lain, f) adalah efektif terhadap berbagai kondisi kadar
garam, suhu, kelembaban relatif dan juga lokasi perkembang bikan dengan
mutu air yang bervariasi, g) mudah dan dapat diproduksis ecara massa
lama selama penyimpanan dan i) tidak berbahaya bagi manusia dan juga
organisme lain yang tidak menjadi target. Tak satupun jamur patogenik
38
kelangsungan hidup dan viabilitas dari jamur (faktor biotik dan abiotik)
39