Anda di halaman 1dari 13

PAPER EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

PENYAKIT MALARIA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemilogi Penyakit Menular
Dosen Pengampu : Widya Hary Cahyati, S.KM. M.Kes

Disusun Oleh
Ika Himawati
NIM. 6411414034
Rombel 2

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

PEMBAHASAN
A. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa)
dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area
(udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang
mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam
roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura
dan paludisme (Prabowo, 2008).
Soemirat (2009) mengatakan malaria yang disebabkan oleh protozoa
terdiri dari empat jenis species yaitu plasmodium vivax menyebabkan malaria
tertiana, plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana, plasmodium
falciparum menyebabkan malaria tropika dan plasmodium ovale menyebabkan
malaria ovale.
Menurut Achmadi (2010) di Indonesia terdapat empat spesies plasmodium, yaitu:
1. Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, mulai dari wilayah
beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam
atau setiap hari ketiga, pada siang atau sore. Masa inkubasi plasmodium vivax
antara 12 sampai 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa
atau splenomegali.
2. Plasmodium falciparum, plasmodium ini merupakan penyebab malaria
tropika, secara klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa
malaria celebral dan fatal. Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari,
dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta
kadang dapat menimbulkan gagal ginjal.
3. Plasmodim ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab plasmodium ovale
adalah 12 sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan
dan sembuh sendiri.
4. Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartana yang
memberikan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat

pada daerah gunung, dataran rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung
tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini
sering mengalami kekambuhan
B. Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus
Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada
manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan
oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusidarah
atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya. (Harijanto
P.N.2000)
Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga disebut juga sebagai
malaria tertiana. P. malariae merupakan penyebab malaria malariae atau malaria
kuartana. P. ovale merupakan penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum
menyebabkan malaria falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling
berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat sebab dalam
waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah besar, sehingga
menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ tubuh. (Harijanto
P.N.2000).
C. Cara Penularan
Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
a. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui
gigitan nyamuk anopheles.
b. Penularan yang tidak alamiah.

Malaria bawaan (congenital). Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan


karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat
atau placenta.

Secara mekanik. Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui


jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi.
Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit
di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan

mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik


yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat
suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).

Secara oral (Melalui Mulut). Cara penularan ini pernah dibuktikan


pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan
monyet (P.Knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah

manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.
Kecuali bag
D. Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk
Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku,
perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktorfaktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban.
angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan
biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan
dan musim alami. Sebelum mempelajari aspek perilaku nyamuk atau makhluk
hidup lainnya harus disadari bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan biologik
selalu ada variasinya. Variasi tingkah laku akan terjadi didalam spesies tunggal
baik didaerah yang sama maupun berbeda. Perilaku binatang akan mengalami
perubahan jika ada rangsangan dari luar. Rangsangan dari luar misalnya
perubahan cuaca atau perubahan lingkungan baik yang alami manpun karena ulah
manusia. Jika kita tinjau kehidupan nyamuk ada tiga macam tempat yang
diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Hubungan ketiga tempat tersebut dapat
dilukiskan dengan bagan sebagai berikut:
1. Perilaku Mencari Darah. Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari
beberapa segi yaitu:
a. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles pada
umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari
dengan teliti. ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada
spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai
pagi hari.

b. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode


yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah
maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan
nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah
dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.
c. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan
macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik
apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih
senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai
pilihan tertentu.
d. Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya
kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan
memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah
untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan
mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi
oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk
iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
2. Perilaku Istirahat. Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat
yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan
istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah.
Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan
aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata
mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap
tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang
hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu
malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap darah
orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun
sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.
3. Perilaku Berkembang Biak. Nyamuk Anopheles betina mempunyai
kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak
yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang
pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an. Sundaicus), ada

pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus). Species yang satu
berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut) misalnya
(An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang biak ini
sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk
inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program
pemberantasan.
4. Keterangan mengenai vektor yang perlu dipelajari ialah:
a. Umur Populasi Vektor. Umur nyamuk bervariasi tergantung pada species
dan dipengaruhi keadaan lingkungan. Ada banyak cara untuk mengukur
unsur populasi nyamuk. Salah satu cara yang paling praktis dan cukup
memungkinkan ialah dengan melihat beberapa persen nyamuk porous dari
jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous adalah nyamuk yang telah pernah
bertelur, yang dapat diperiksa dengan perbedahan indung telur (ovarium).
Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80
ekor telah parous, maka persentase parous populasi nyamuk tersebut
adalah 80%. Penentuan umur nyamuk ini sangat penting untuk mengetahui
kecuali kaitannya dengan penularan malaria data umur populasi nyamuk
dapat juga digunakan sebagai para meter untuk menilai dampak upaya
pemberantasan vektor (penyemprotan, pengabutan dan lain-lain).
b. Distribusi Musiman. Distribusi musiman vektor sangat penting untuk
diketahui. Data distribusi musiman ini apabila dikombinasikan dengan
data umur populasi vektor akan menerangkan musim penularan yang tepat.
Pada umumnya satu species yang berperan sebagai vektor,
memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk daerah tropis
seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi pada
musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa
dimana densitas tertinggi pada musim kemarau.
c. Penyebaran Vektor. Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam
epidemiologi penyakit yang ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk
dapat berlangsung dengan dua cara yaitu: cara aktif, yang ditentukan oleh
kekuatan terbang, dan cara pasif dengan perantaraan dan bantuan alat
transport atau angin.
E. Gejala Klinis.

Penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan


gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadangkadang
dengan gejala klinis lain sebagai berikut :
Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
Nafsu makan menurun.
Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan

plasmodium Falciparum.
Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang
menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia)

serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.


Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3
stadium yang berurutan yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage).
2. Stadium demam (Hot stage).
3. Stadium berkeringat (sweating stage).
Ketiga gejala klinis tersebut diatas ditemukan pada penderita berasal dari

daerah non endemis yang mendapat penularan didaerah endemis atau yang
pertama kali menderita penyakit malaria.
Di daerah endemis malaria ketiga stadium gejala klinis di atas tidak
berutan dan bahkan tidak semua stadium ditemukan pada penderita sehingga
definisi malaria klinis seperti dijelaskan sebelumnya dipakai untuk pedoman
penemuan penderita di daerah endemisitas. Khususnya di daerah yang tidak
mempunyai fasilitas laboratorium serangan demam yang pertama didahului oleh
masa inkubasi (intrisik). Masa inkubasi ini bervariasi antara 9 -30 hari tergantung
pada species parasit, paling pendek pada plasmodium Falciparum dan paling
panjang pada plasmodium malaria. Masa inkubasi ini tergantung pada intensitas
infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan tingkat imunitas
penderita.
Cara penularan, apakah secara alamiah atau bukan alamiah, juga
mempengaruhi. Penularan bukan alamiah seperti penularan malalui transfusi
darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang turut masuk

bersama darah dan tingkat imunitas penerima arah. Secara umum dapat dikatakan
bahwa masa inkubasi bagi plasmodium falciparum adalah 10 hari setelah
transfusi, plasmodium vivax setelah 16 hari dan plasmodium maJariae setelah 40
hari lebih.
Masa inkubasi pada penularan secara alamiah bagi masing-masing species
parasit adalah sebagai berikut :
Plasmodium Falciparum 12 hari.
Plasmodium vivax dan Plasmodium Ovate 13 -17 hari.
Plasmodium maJariae 28 -30 hari.
Beberapa strain dari Plasmodium vivax mempunyai masa inkubasi yang
jauh lebih panjang yakni sampai 9 bulan. Strain ini terutama dijumpai didaerah
Utara dan Rusia nama yang diusulkan untuk strain ini adalaJl plasmodium vivax
hibernans.
Gejala Klasik Malaria
1. Stadium dingin.
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala macam
pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari
jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah
dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15
menit sampai 1 jam.
2. Stadium Demam.
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan.
Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala
menjadi jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya
penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai 41C atau
lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh
pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam
aliran darah. Pada plasmodium vivax dan P. ovate sison-sison dari setiap generasi
menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari
terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber
dari fenomena ini. Pada plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga

disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan
demam di ikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses
pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
3. Stadium Berkeringat.
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai
tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang
sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat
bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini
berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap
penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari penderita, gejala klinis
yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh
plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit
(bentuk trofosoit dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh
seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah
pada organ-organ tubuh tersebut.
Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak
berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini.
Kadangkadang gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water fever yang
merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang
menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black
water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan
warna empedu, black water fever biasanya dijumpai pada mereka yang menderita
infeksi P. falcifarum yang berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat.

F. Diagnosis Malaria
Soerdarto (2011) mengatakan diagnosis malaria ditegakkan setelah
dilakukan wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Akan tetapi diagnosis pasti malaria dapat ditegakkan jika hasil

pemeriksaan sediaan darah menunjukakan hasil yang positif secara mikroskopis


atau Uji Diagnosis Cepat (Rapid Diagnostic Test= RDT).
a. Wawancara (anamnesis)
Anamnesis atau wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang penderita malaria yakni, keluhan utama: demam, menggigil, dan
berkeringat yang dapat disertai sakit kepala, mual muntah, diare, nyeri otot,
pegal-pegal, dan riwayat pernah tinggal di daerah endemis malaria, serta
riwayat pernah sakit malaria atau minum obat anti malaria satu bulan terakhir,
maupun riwayat pernah mendapat tranfusi darah.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terhadap penderita dapat ditemukan mengalami demam
dengan suhu tubuh dari 37,50C sampai 400C, serta anemia yang dibuktikan
dengan konjungtiva palpebra yang pucat, pambesaran limpa (splenomegali)
dan pembesaran hati (hepatomegali).
c. Pemerikasaan laboratorium
Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah
yang menurut teknis pembuatannya dibagi menjadi preparat darah (SDr,
sediaan darah) tebal dan preparat darah tipis, untuk menentukan ada tidaknya
parasit malaria dalam darah. Tes diagnostik cepat Rapid Diagnostic Test (RDT)
adalah pemeriksaan yang dilakukan bedasarkan antigen parasit malaria dengan
imunokromatografi dalam bentuk dipstick. Test ini digunakan pada waktu
terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) atau untuk memeriksa malaria pada daerah
terpencil yang tidak ada tersedia sarana laboratorium. Dibandingkan uji
mikroskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian cepat
diperoleh, akan tetapi Rapid Diagnostic Test (RDT) sebaiknya menggunakan
tingkat sentitivity dan specificity lebih dari 95% (Soerdato, 2011).
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,
meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit
dan trombosit (Widoyono, 2008).
G. Pengobatan

Pengobatan malaria hendaknya dilakukan setelah diagnosis malaria


dikonfirmasi melalui pemeriksaan klinis dan laboratorium. Pengobatan sebaiknya
memperhatikan tiga faktor utama, yaitu spesies plasmodium, status klinis
penderita dan kepakaan obat terhadap parasit yang menginfeksi. Obat anti malaria
yang dapat digunakan untuk memberantas malaria diantaranya malaria falcifarum
adalah artemisinin dan deriviatnya, chinchona alkaloid, meflokuin, balofantrin,
sulfadoksin-pirimetamin, dan proguanil. Sedangkan untuk mengobati malaria
vivax dan malaria ovale, menggunakan obat anti malaria klorokuin. Namun bila
digunakan sebagai terapi radikal pemberian klorokuin diikuti dengan pemberian
primakuin, tidak terkecuali infeksi yang disebabkan plasmodium malariae, jenis
obat klorokuin tetap digunakan.
F. Pencegahan
1. Menghindari gigitan nyamuk malaria
Pada daerah yang jumlah penderitanya sangat banyak, tindakan untuk
menghindari gigitan nyamuk sangat penting, di daerah pedesaan atau pinggiran
kota yang banyak sawah, rawa-rawa atau tambak ikan (tambak sangat ideal untuk
perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk memakai baju lengan panjang dan
celana panjang saat keluar rumah, terutama pada malam hari karena nyamuk
penular malaria aktif menggigit pada waktu malam hari.
Kemudian mereka yang tinggal di daerah endemis malaria sebaiknya
memasang kawat kasa di jendela pada ventilasi rumah, serta menggunakan
kelambu saat akan tidur. Setelah itu masyarakat juga bisa memakai anti nyamuk
(mosquito repellent) saat hendak tidur terutama malam hari agar bisa mencegah
gigitan nyamuk malaria (Prabowo, 2008).
2. Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa
Untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan
beberapa cara yaitu:
a. Penyemprotan rumah
Penyemprotan insektisida pada rumah di daerah endemis malaria,
sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam
bulan.

b. Larvaciding
Merupakan kegiatan penyemprotan pada rawa-rawa yang potensial sebagai
tempat perindukan nyamuk malaria.
c.

Biological control
Biological control merupakan kegiatan penebaran ikan kepala timah
(panchax-panchax) dan ikan guppy/ wader cetul (lebistus retculatus),
karena ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik nyamuk
malaria (Anis, 2006).

3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria


Tempat perindukan vektor malaria bermacam-macam, tergantung spesies
nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup dikawasan pantai, rawa-rawa,
empang, sawah, tambak ikan, bahkan ada yang hidup di air bersih pada
pegunungan. Akan tetapi pada daerah yang endemis malaria, masyarakatnya harus
menjaga kebersihan lingkungan (Prabowo, 2008).
4. Pemberian obat pencegahan malaria.
Pemberian obat pencegahan (profilaksis) malaria bertujuan agar tidak
terjadinya infeksi, dan timbulnya gejala-gejala malaria. Hal ini sebaiknya
dilakukan pada orang-orang yang melaksanakan perjalanan ke daerah endemis
malaria (Anis, 2006).

PERTANYAAN
1. Sebutkan faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan malaria?

2. Bagaimana cara dapat kita lakukan untuk menghindari gigitan nyamuk yang
sudah membawa plasmodium?

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. F. 2010. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Universitas
Indonesia-Press. Jakarta.
Prabowo, A. 2008. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Puspa Swara, Jakarta.
Sumirat, J. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Soedarto.

2011.

Malaria

Epidemilogi

Global-Plasmodium-Anopheles

Penatalaksanaan Penderita Malaria. Sugeng Seto. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai