Anda di halaman 1dari 3

RESUME JURNAL INTERNASIONAL

Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Timbal (Pb) dalam Darah pada Operator SPBU
Tamalanrea, Makassar

Friska Ayu, Budi Djauhari, Aprianita Siregar, Dita Amanda D, Tri Martiana, Linda Dewanti

Abstrak:

Kegiatan SPBU adalah distribusi BBM yang beroperasi selama 24 jam. SPBU berada di sisi jalan
raya sehingga operator SPBU dapat terpapar oleh asap dari kendaraan yang sedang mengantri
mengisi bahan bakar. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan
dengan tingkat timbal (Pb) dalam darah pada operator SPBU di Tamalanrea, Makassar. Penelitian
ini menggunakan metode survei analitik dan desain cross sectional. Ada 51 operator SPBU sebagai
sampel. Data dianalisis dengan korelasi product moment pearson dan uji regresi linier dengan
hasil bahwa ada hubungan antara karakteristik responden, waktu kerja dan jumlah bahan bakar
yang dijual. Usia, masa kerja, kebiasaan konsumsi kalsium, tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik adalah faktor yang paling berpengaruh dengan tingkat timbal (Pb) dalam darah.
Paparan timbal pekerja dapat dikendalikan oleh distribusi BBM perusahaan, supervisor SPBU dan
pekerja mengikuti prosedur layanan operator, menggunakan alat pelindung diri (respirator),
melakukan pemantauan kesehatan dan memeriksa secara berkala, meningkatkan pemahaman
mengurangi kebiasaan merokok dan memiliki hygiene personal yang baik untuk para pekerja dapat
mengurangi masalah ini.
Kata kuci : timbal, operator SPBU, karakteristik operator, waktu kerja.

I. PENDAHULUAN
Tingkat emisi dari kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar bertimbal adalah salah satu polusi
udara terbesar di Indonesia. Premium bensin mengandung senyawa timbal dalam bentuk tetra ethyl
lead (TEL) sebanyak 0,3 gr / liter dan Premix sebanyak 0,45 gr / liter. Alkil-Pb yang terkandung bahan
bakar volatile dan larut dalam lemak sehingga mudah diserap oleh manusia melalui inhalasi, oral atau
dermal (Palar, 2012).

Operator SPBU adalah sekelompok pekerja yang berisiko terkena paparan langsung dengan timbal
dari bensin dan emisi kendaraan motor . Hasil pengukuran kualitas udara di daerah Makassar,
tepatnya pada BPLH Urip Sumohardjo dan Perintis Kemerdekaan dari tahun 2007-2011 melaporkan
bahwa kadar timbal di udara 2,75 µg / m3.
II. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan survei penelitian kuantitatif yang menggunakan desain studi cross-
sectional analitis untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kadar timbal (Pb) dalam darah
pada operator SPBU di Tamalanrea Makassar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2014
dengan populasinya yaitu operator SPBU 60 orang,kemudian menggunakan simple random sampling
dengan jumlah sampel 51 orang.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik responden (tingkat pengetahuan tentang
timbal, usia, sex, BMI, tingkat pernapasan, kadar hemoglobin, kebiasaan sarapan, vitamin C dan
kebiasaan asupan kalsium, kebiasaan merokok dan kebersihan diri), shift kerja, masa kerja, durasi
pengisian bahan bakar ke tangki konsumen, jumlah pengisian kendaraan dan jumlah bahan bakar
yang dijual.

Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara, kuesioner, observasi dengan bantuan checklist,
dan dokumentasi. Data analisis bivariat menggunakan uji korelasi Spearman dan korelasi Pearson, Uji
Korelasi Pearson menggunakan data rasio dan berdistribusi normal, jika data berdistribusi tidak
normal maka menggunakan uji Spearman. Variabel dengan skala nominal adalah menganalisis dengan
uji koefisien kontingensi. analisis Multivariat menggunakan regresi linier sederhana.

III. HASIL
3.1 Analisis Bivariat

3.2 Analisis multivariat

IV. PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari diskusi dapat diperoleh sebagai berikut:

5.1 Sebagian besar operator SPBU memiliki kadar timbal (Pb) dalam darah melebihi batas yang
ditentukan oleh ATSDR yaitu lebih dari 25 ug / dl.
5.2 peningkatan kadar (Pb) dalam darah dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang kurang,
umur, tingkat hemoglobin, kebiasaan sarapan, kurang mengonsumsi vitamin C dan kalsium,
kebiasaan merokok dan hygiene personal yang buruk.
5.3 Masalah kesehatan yang sering dirasakan operator adalah batuk, tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik meningkat.
5.4 Meningkatkan kadar Timbal Pb) dalam darah tidak dipengaruhi oleh shift kerja, karena SPBU
menggunakan rotasi shift.
5.5 Semakin lama masa kerja kerja akan mempengaruhi peningkatan kadar timbal (Pb) dalam
darah karena sifat timbal (Pb) yang terakumulasi dalam tubuh dengan mudah.
5.6 Durasi paparan bensin dalam sehari dapat mempengaruhi peningkatan timbal (Pb) dalam
darah
5.7 Semakin banyak bahan bakar yang dijual, akan mempengaruhi tingkat timbal (Pb) dalam darah
karena pasokan bahan bakar di wilayah Makassar masih mengandung 0,30 gr / l timbal (Pb).
5.8 Semakin banyak kendaraan dilayani, akan mempengaruhi peningkatan timbal (Pb) dalam
darah karena operator mendapatkan paparan timbal (Pb) dari emisi gas buang kendaraan.

VI. SARAN
saran yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan, pembaca, dan responden pada penelitian
ini sebagai

berikut:

6.1 PT.Pertamina (Persero) harus meninjau kembali prosedur bagian operator layanan ritel
kepada konsumen dengan slogan 3S dan mensosialisasikan penggunaan alat pelindung
diri seperti respirator bagi operator SPBU.
6.2 Pengawas SPBU harus memeriksa kondisi pekerja yang telah terpapar oleh timbal (Pb)
yang melebihi ambang batas untuk mendapatkan pengobatan.
6.3 Supervisor SPBU harus memberikan pemeriksaan dini bagi pekerja baru dan melakukan
pemeriksaan berkala untuk memantau kesehatan pekerja. Pemeriksaan periodik diperlukan
untuk kadar timbal di dalam darah setidaknya sekali dalam setahun.
6.4 Pengawas SPBU harus menyediakan tempat istirahat, perbaikan gizi bagi pekerja dengan
menyediakan makanan dan minuman yang layak, bergizi dan aman.
6.5 Operator perlu meningkatkan kesadaran untuk menghentikan kebiasaan merokok,
meningkatkan hygiene personal seperti mencuci tangan sebelum makan, setelah mandi, dan
mengganti pakaian kerja sebelum pulang.

Anda mungkin juga menyukai