Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ALAT ALAT LABOLATORIUM

DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

NINA DWI SETYANI


(1211011056)
NUROTUL IMAMAH
(1211011060)
RIZKIYAH INDAH AMALIA (1211011068)
UDIANA PUSPITA
(1211011078)
SARI PUJI LESTARI
(1211011071)
MUHAMMAD RIZKI A
(1211011090)
AINUL YAKIN
(1211011088)

DOSEN PEMBINA : ROHMATUSH SHOFIYAH, S.Si, M.Si.

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Laboratorium sering diartikan sebagai suatu ruang atau tempat
dilakukannya atau penelitian. Ruang dimaksud dapat berupa gedung yang
dibatasi oleh dinding dan atap atau alam terbuka misalnya kebun botani. Pada
pembelajaran sain termasuk kimia dan biologi di dalamnya keberadaan
laboratorium menjadi sangat penting. Pada konteks proses belajar mengajar
sains di sekolah-sekolah seringkali istilah laboratorium diartikan dalam
pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah
alat-alat dan bahan praktikum. Laboratorium ialah suatu tempat dimana
percobaan dan penyelidikan dilakukan. Bentuknya boleh ruang tertutup
(kamar) dan boleh ruang terbuka (kebun). Ruang penunjang kegiatan dalam
melakukan pembelajaran terdiri dari : ruang persiapan, ruang penyimpanan
(gudang), ruang gelap, ruang timbang, dan kebun sekolah atau rumah kaca.
Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara
efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara
optimal

dengan

memperhatikan

keberlanjutan

fungsi

sumber

daya.

Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas


laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan
kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga
keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan
tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu,
setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil
untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur
dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap
berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan
kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannya bila terjadi
kecelakaan.

Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam


kegiatan dilaboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulang ulang.
Contoh alat laboratorium kimia pinset, pembakar spiritus, thermometer,
stopwatch, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dan mikroskop. Alat yang
digunakan secara tidak langsung di dalam praktikum merupakan alat bantu
laboratorium, seperti tang, obeng, pemadam kebakaran dan kotak Pertolongan
Pertama.
Keselamatan di laboratorium akan terjamin bila penanganan bahan
kimia dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang ada pada etiket
kemasan bahan kimia. Aktivitas di laboratorium yang menggunakan bahanbahan kimia tentu tidak lepas dari peralatan yang digunakan sehingga bahaya
tidak hanya disebabkan oleh penanganan bahan yang salah, namun juga dapat
terjadi bahaya fisik dari peralatan yang kita gunakan bila kita tidak
berpedoman pada aturan tentang penanganan alat.
1.2 PERMASALAHAN
1. Apa saja jenis alat-alat labolatorium kimia?
2. Bagaimana cara pengelolaan alat labolatorium kimia?
3. Bagaimana cara penyimpanan alat labolatorium kimia?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui jenis-jenis alat labolatorium kimia
2. Mengetahui nama-nama dan fungsi alat labolatorium
3. Mengetahui cara pengelolaan alat-alat labolatorium kimia
4. Mengetahui cara penyimpanan alat labolatorium kimia

1.4 MANFAAT
Manfaat dalam percobaan ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis alat labolatorium kimia
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengelolaan alat-alat labolatorium
kimia
3. Mahasiswa dapa mengetahui cara penyimpanan alat-alat labolatorium
kimia

4. Mahasiswa dapat mengetahui nama-nama dan fungsi berbagai alat


labolatorium

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LABOLATORIUM KIMIA

Sebagai sarana penelitian dan pelaksanaan praktikum, Jurusan kimia


mepunyai fasilitas laboratorium dengan luas area sebesar 3093 m2. Laboratorium
yang ada di Jurusan Kimia adalah:

Laboratorium Kimia Dasar


Labolatorium yang digunakan untuk keperluan praktikum bagi
mahasiswa tahun pertama, bukan hanya mahasiswa jurusan kimia, tetapi
juga mahasiswa dari berbagai fakultas eksakta di lingkungan UGM.
Laboratorium kimia dasar dilengkapi dengan berbagai alat gelas, magnetik
stirer, oven digital, timbangan analitik, calorimeter dan spektrofotometer
UV-Vis, refrigerator dan freezer

Laboratorium Kimia Analitik


Labolatorium yang digunakan untuk kegiatan praktikum dan
penelitian. Selain mempunyai fasilitas lab dasar, laboratorium ini
dilengkapi dengan instrumentasi seperti AAS (Atomic Absortion
Spectrometer), X-Ray Defractometer, Auto Distilling Apparatus, Inkubator
BOD, Centrifuge, Differential Thermal Analysis, Ion meter, Thermal
Gravimetric Analysis, Turbidimeter, pH meter, Spektrofotometer UV-Vis,
Analytical Balance, Analytical Mills, elektroforesis dan lain lain.

Laboratorium Kimia Anorganik


Labolatorium yang

digunakan untuk kegiatan praktikum dan

penelitian. Laboratorium ini dilengkapi dengan instrumentasi seperti AAS


Perkin Elmer 3110, Distilling Apparatus GFL 2008, Spectrofotometer
Jenway 6105 dan Spectronik 20, Conductivytimeter Horiba, Furnace

Muffle Naberthem, pH meter Orion 710 A, Timbangan listrik Mettler AE


163 dan Mettler AT 200, Oven, Binder dan Fisher S 655F, Inkubator
Sybron 19200, Centrifuge, Ball Grinding Mill, Rotavapor, Thermostat dan
lain lain

Laboratorium Kimia Fisika


Labolatorium yang digunakan untuk kegiatan praktikum dan
penelitian. Laboratorium ini dilengkapi dengan instrumentasi seperti
Spektrofotometer UV-Reflectance, Bomb Calorimeter Shimadzu, GCPerkin Elmer, Timbangan listrik, Thermostat, pH Meter, Polarimeter,
Refractometer, Centrifuge, Tanur, Tanur Tabung, Viskosimeter, Sieve
Shaker, Konduktometer dan lain lain

Laboratorium Organik dan Biokimia


Labolatorium yang digunakan untuk kegiatan praktikum dan
penelitian. Laboratorium ini dilengkapi dengan instrumentasi seperti TLC
scanner CAMAG 3, Milton Roy Spectronic 3000 Array dan Spectronic 20,
FTIR

spectrophotometer

spectrophotometer

8201PC

Paragon

1000PC

Shimadzu,

High

Perkin

Elmer,

Performance

FTIR
Liquid

Chromatograph (HPLC-UV Vis & RID) LC-10AD Shimadzu , HPLC-UV


Vis & RID LC Series 200LC Perkin Elmer, H NMR JNM-MY 60 JEOL,
Gas Chromatography (GC) HP 5890 Seri II (FID&TCD), GC HP 5890
Seri II (ECD), GC HP 5890 Seri II (FPD), GC GC148 Shimadzu (FID),
Gas Chromatography Mass Spectroscopy (GCMS): GC17A MSQP 5000
Shimadzu, GCMS: GC2010 MSQP 2010S Shimadzu, Refractometer,
Polarimeter, Electrothermal stirrer mantle, Evaporator buchi, Aquadest
distilling apparatus, pH meter, Flexible electric heating tape, Alat refluks,
Alat distilasi fraksinasi dengan vigreux, Soxhlet extraction apparatus, Alat
penyaring buchner, Cool room dan lain lain

Laboratorium Kimia Komputasi


(AIC: Austrian-Indonesian Center for Computational Chemistry,)
dengan fasilitas antara lain Komputer Komputasi dengan software terbaru
bidang kimia seperti Hyperchem7, Gaussian 98, Autodock. Selain itu juga
tersedia Komputer pengetikan, Komputer Internet, Server, printer dan
scanner

2.2 PERALATAN LABOLATORIUM


Alat-alat laboratorium merupakan alat yang kita butuhkan dalam
prosespeneitian atau pun proses praktikum. Dalam praktikum pengenalan alatalatlaboratorium dan alat-alat sterilisasi akan dijelaskan secara detail mengenai
fungsidan spesifikasi masing-masing alat tersebut. Sterilisasi adalah usaha
untukmembebaskan bahan-bahan dari mikrobia yang tidak diinginkan (soetarto,
dkk).Pada umumnya kegiatan praktek laboratium diarahkan pada upaya
supayamahasiswa dituntut untuk menguji, memverifikasi atau membuktikan
hukum atauprinsip ilmiah yang sudah dijelaskan oleh dosen,asisten dosen atau
buku teks. Ada juga percobaan yang dirancang oleh dosen atau asisten dosen
adalah mahasiswa disuruh melakukan percobaan dengan prosedur yang sudah
terstruktur yang membawa mahasiswa kepada prinsip atau hukum yang tidak
diketahui sebelumnyadari data empiris yang mereka kumpulkan hasil dari
percobaan tersebut.
Namun terdapat berbagai kelemahan dasar dari cara seperti ini, secara
logis prinsip ilmiahdan hukum alam tidak dapat dibuktikan secara langsung;
prinsip ilmiah dan hukumalam juga tidak dapat diuji hanya dengan jumlah
percobaan yang terbatas yangdilakukan oleh mahasiswa. Keterbatasan alat yang
digunakan, keterampilan yangdipunyai, waktu yang singkat dan kompleksitas
generalisasi, merupakanketerbatasan percobaan mahasiswa yang menunjukkan hal
yang hebat kalaumahasiswa bisa menghasilkan prinsip teoritis yang penting dari

sekumpulan datamentah hasil percobaan.maka bimbingan dari dosen dan asisten


dosen sangat dibutuhkan dalam proses penelitian.
Banyak sekali alat-alat praktikum yang harus kita kenal dan kita ketahui
agar

dalam

proses

adamasalah.pengenalan

penelitian
alat

dan

ini

praktikum

juga

akan

berjalan

menambah

lancar

tanpa

wawasan

dan

pengetahuanbagaimana cara kerja alat tersebut beserta fungsinya. tentu dari sini
kita bisa belajarbagaimana penggunaannya agar dalam penelitian kita nanti
mendapatkan hasilyang akurat dan dapat dipercaya.hasil penelitan tergantung dari
prosespenelitian,jika penelitian baik dan penggunaan alatnya benar tentu hasil
pengamatankita baik pula.alat-alat laboratorium juga tidak bisa digunakan jika
tidak sesuaidengan fungsinya maka dari itu kita harus teliti dan mebutuhkan
pengetahuan bagaimana mengunakan alat tersebut agar tidak terjadi salah
penggunaan danpemakainnya.
2.3 PENGELOLAAN LABOLATORIUM
Laboratorium sebagai fasilitas belajar dalam Pengembangan Sistem
Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke 21 (SPTK-21, Depdiknas, 2002)
merupakan tempat yang digunakan untuk mengaplikasikan teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian dan sebagainya dengan
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas
dan kualitas yang memadai. Laboratorium dapat berarti suatu ruangan tertutup
dengan sejumlah perlengkapan, atau suatu alam terbuka dengan karakteristik
natural.
Laboratorium memegang

peranan

penting

sebagai

pusat

kegiatan

praktikum dan penelitian mahasiswa, pembinaan, pengkajian, penelitian,


pengabdian

masyarakat

Laboratorium berkaitan

dan
dengan

pengembangan
pengelola

dan

IPTEK.

Pengelolaan

pengguna,

fasilitas

Laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, bahan-bahan kimia dan


sebagainya), serta aktivitas yang dilaksanakan di Laboratorium membutuhkan
keahlian khusus, baik keahlian yang bersifat teknis maupun managerial dalam
rangka menjaga dan mengembangkan fungsi dan peranan Laboratorium.

Laboratorium

pada

lembaga

pendidikan

tidak

hanya

turut

bertanggungjawab dalam menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi


akademis dan profesi kependidikan saja, melainkan juga harus mampu
menghasilkan berbagai produk pendidikan sains seperti; media, model dan proses
pembelajaran secara empiris dan tervalidasi secara objektif. Laboratorium sebagai
tempat untuk melahirkan gagasan-gagasan baru. Inovasi dan kreativitas
hendaknya lahir dari komponen laboratorium dengan stimulus yang berasal dari
lapangan. Laboratorium pendidikan harus mampu mengembangkan berbagai
alternatif solusi terhadap masalah pendidikan sains.
Sampai saat ini laboratorium ideal hanya dinyatakan secara fisik dan
kelengkapannya serta proporsi antara alat dengan pemakai serta kualitas alat.
Tidak dinyatakan secara profesional, dalam hal ini adalah pengelolaan. Fasilitas
canggihpun tidak akan bertahan lama bila kapabilitas pengelolaan tidak
profesional. Setiap komponen alat laboratorium memiliki masa susut dan potensi
kerusakan. Tanpa adanya maintenance yang baik akan mempersingkat umur dan
daya guna alat. Tanpa pengelolaan yang baik laboratorium hanya sebatas
kumpulan alat yang teratur namun tidak fungsional.
Peningkatan dan pengembangan laboratorium sebagai fungsi pengelolaan
pada dasarnya bertujuan untuk lebih meningkatkan produk perguruan tinggi
seperti jumlah dan kualitas lulusan, hasil penelitian, kemitraan usaha dan
kepedulian terhadap masyarakat, serta kemampuannya sebagai income generating
unit (Sub Direktorat Sarana Akademik, 2002). Pengelolaan laboratorium berkaitan
dengan

unsur

atau

fungsi

manajer

yakni

perencanaan,

penataan,

pengadministrasian, pengamanan, perawatan dan pengawasan.


1. Perencanaan (Planning).
Laboratorium hendaknya seperti suatu organisme yang mampu tumbuh
dan berkembang. Tanpa ada visi yang jelas, laboratorium seolah hanya suatu
organisme yang menjalankan metabolisme basal. Tidak terarah dalam

pertumbuhan dan perkembangan atau mandul dalam produktivitas penelitian.


Akibatnya semua kegiatan terjadi secara insidental. Kalaupun terstruktur sebatas
melayani kegiatan praktikum. Perencanaan bukan sekedar mengatur kegiatan,
melainkan juga menentukan indikator keberhasilan dalam setiap tahapan dari
kegiatan yang direncanakan. Dalam pengelolaan laboratorium merencanakan
kegiatan meliputi pelayanan praktikum, penelitian, pengadaan peralatan dan
kebutuhan bahan, optimalisasi sumber daya, mencari sumber-sumber dana untuk
kemandirian dan maintenance.
Perencanaan pengadaan peralatan adalah suatu hal yang sangat penting,
terutama dalam spesifikasi alat dan bahan. Ketika mengajukan alat, spesifikasi
alat hendaknya jangan mengacu pada katalog yang ada, melainkan pada
spesifikasi apa yang dibutuhkan. Kesalahan menentukan spesifikasi alat dan
bahan mengakibatkan biaya investasi menjadi tinggi. Jangan menentukan
spesifikasi peralatan dengan akurasi tinggi bila dalam pelaksanaannya nanti tidak
diperlukan. Demikian juga dengan bahan-bahan kimia, menggunakan bahan
dengan tingkat kemurnian tinggi merupakan pemborosan bila dalam prosesnya
bukan merupakan suatu kegiatan analisis. Spesifikasi hendaknya disusun berdasar
pada karakteristik kebutuhan, sarana yang ada dan ruang untuk penyimpanan.
Selain itu dalam pengadaan alat harus bisa dijamin adanya tenaga yang mampu
mengoperasionalkan alat. Jangan merencanakan pengadaan alat yang tidak ada
tenaga yang akan mengoperasikannya
Apabila memang dibutuhkan maka harus dilakukan training yang relevan
dengan penggunaan alat. Garansi, yang mencakup kemudahan ketersediaan suku
cadang, kredibilitas perusahaan dan keberadaan agen diIndonesiajuga patut
dipertimbangkan dalam menentukan pilihan alat yang akan dibeli.
2. Mengatur (Organizing).
Merupakan upaya untuk menjalankan kegiatan laboratorium sebagaimana
fungsinya. Pengaturan mencakup setting secara fisik dan regulating. Setting
merupakan suatu kegiatan pengaturan tata letak dan penataan yang mencakup

penempatan mebeler, peralatan dan bahan kimia. Sedangkan regulating


merupakan suatu pengaturan jadwal kegiatan dan penyusunan perangkat lunak
untuk terlaksananya ketertiban dan keselamatan bekerja di laboratorium.
a. Setting
Setting laboratorium hendaknya dapat memberikan dukungan yang
optimal terhadap keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Untuk setting ini
perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang mencakup; keselamatan, efektivitas
dan efisiensi, serta kemudahan pengawasan. Prinsip keselamatan dimaksudkan
penempatan alat-alat dan bahan diusahakan sekecil mungkin memberikan resiko
terjadinya kecelakaan. Petunjuk penggunaan alat harus tersedia dekat peralatan
khusus disertai dengan daftar isian penggunaan alat (kartu alat). Hindarkan dari
kemungkinan

terjatuh

atau

tersenggol.

Peralatan

berat/besar

hendaknya

ditempatkan permanen. Kabel tidak terjuntai atau jatuh kelantai. Setiap terminal
listrik digunakan hanya untuk satu alat. Penyimpanan bahan kimia hendaknya
dilakukan dengan mempertimbangkan sifat atau karakteristik bahan. Dengan
kecilnya resiko kecelakaan dan kerusakan alat maka keutuhan perangkat dapat
dipertahankan.

Prinsip efisiensi dan efektivitas penggunaan alat dimaksudkan bahwa


penempatan alat memberikan kesempatan yang tinggi kepada mahasiswa untuk
menggunakan

alat

sesuai

peruntukkannya (aksesibilitas)

dalam

mengembangkan ketrampilan dasar laboratorium dengan hasil yang optimal.


Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih familiar
dengan alat-alat.
Setting juga diharapkan dapat memperkecil energi untuk melakukan
pengawasan, dengan cara memberikan pendelegasian pengawasan secara

bertingkat. Adanya format isian untuk peralatan khusus merupakan suatu proses
pendelegasian, sehingga mengurangi beban kerja dosen/laboran pengawasan.
Setiap pengguna melakukan pengecekan terhadap keutuhan, kebersihan dan
fungsi alat sebelum dan sesudah kegiatan.
b. Regulating
Pada

dasarnya

semua

orang

diberi

kebebasan

untuk

bekerja

dilaboratorium. Namun demikian agar kebebasan ini tidak mengganggu orang lain
harus ada seperangkat aturan yang mengatur kegiatan di laboratorium. Aturanaturan tersebut merupakan guide line yang dapat berupa perangkat formal atau
normatif bekerja di laboratorium. Diantaranya adalah struktur organisasi, job
description, diagram alur, penjadwalan, tata tertib, prosedur penggunaan alat,
petunjuk praktikum dan prosedur keselamatan kerja. Setiap personal yang bekerja
di laboratorium harus memahami aturan yang berlaku. Oleh karena itu tata tertib
harus jelas terpasang di ruangan dan perhatian mahasiswa seharusnya tertarik
terhadapnya.

3. Pencatatan (Administrating).
Pencatatan atau pengadministrasian

merupakan

suatu

proses

pedokumentasian seluruh komponen fisik laboratorium. Proses ini mencakup


kegiatan mendaftar semua fasilitas, alat dan bahan yang ada berdasarkan
kategori tertentu atau sesuai dengan peraturan yang berlaku. Inventarisasi
laboratorium berguna untuk:

Informasi dengan cepat dan tepat mengenai keadaan laboratorium

Perencanaan dan pengembangan sehingga bila ada permintaan atau


penambahan alat dapat ditentukan prioritas dan mencegah duplikasi

Meningkatkan kerjasama dengan laboratorium lain

Pencegahan kehilangan atau penyalahgunaan

Membina kegiatan laboratorium yang lebih baik dan teratur


Daftar alat sebagai bukti inventaris laboratorium merupakan suatu

keharusan. Daftar alat ini dapat dibuat dalam bentuk keseluruhan (secara total)
atau perlaboratorium. Daftar alat dapat dikategorisasi berdasarkan jenis alat,
bahan alat, kerja alat dsb.

Dalam daftar hendaknya sekurang-kurangnya

tercantum kode alat (berdasarkan ketentuan yang berlaku), jumlah, spesifikasi dan
nomor seri, tahun kedatangan dan asal.
Pencatatan mengenai pemakai dan riwayat alat untuk alat-alat tertentu juga
sangat penting. Catatan ini biasanya dibuat dalam bentuk kartu alat. Kartu alat
merupakan data spesifikasi alat, prosedur penggunaan, catatan pemakaian, dan
riwayat service atau perbaikan kerusakan serta keberadaan suku cadang atau
consumable part. Kartu alat biasanya diletakan dekat atau digantungkan pada alat.
Dengan adanya kartu alat ini lebih memudahkan proses pengawasan, karena setiap
pemakai akan memeriksa kondisi alat berdasarkan spesifikasi dan kelengkapan
yang tercantum dalam kartu alat tersebut.

Pencatatan mengenai bahan sangat penting untuk mengetahui jenis dan


jumlah bahan serta masa kadaluarsa. Dengan mengetahui jenis dan jumlah bahan
dapat diperkirakan dan diprioritaskan bahan yang akan dibeli. Bahan-bahan
dengan jumlah yang sedikit dan kadaluarsa menjadi prioritas kebutuhan.
Administrasi bahan yang baik dapat menghindarkan pembelian ulang bahan yang
sama.

Keberadaan data alat dan bahan

merupakan sumber kajian untuk

mempelajari potensi laboratorium. Berdasarkan alat yang ada maka dapat


dikembangkan kegiatan produktif yang relevan. Data peralatan laboratorium
harus selalu dipelajari sekurang-kurangnya sekali dalam setiap semester. Hal ini
juga sangat penting untuk memantau keberadaan jumlah alat, alat yang hilang atau
rusak, atau untuk memprioritaskan kebutuhan mendatang.
4. Pemeliharaan (Maintenance).
Merupakan upaya terus menerus dalam mengupayakan agar laboratorium
dapat berfungsi secara optimal. Kegiatan ini dilakukan dengan cara periodik
melakukan pemeriksaan terhadap seluruh utility ruangan (listrik, gas, pemadam
kebakaran, detektor) dan kondisi alat serta aksesorisnya. Semua peralatan
diperiksa dalam fungsi normal dan akurasinya. Untuk peralatan mekanik
hendaknya dilaksanakan pemberian minyak pelumas. Untuk peralatan optik
dilaksanakan pembersihan kotoran/jamur pada lensa atau body alat. Selain itu
dilaksanakan penggantian suku cadang terhadap komponen yang aus atau rusak.

5. Keselamatan Laboratorium.
Kecelakaan dapat terjadi pada siapa saja pada berbagai waktu dan tempat.
Kecelakaan merupakan kejadian diluar kemampuan manusia, terjadi dalam
sekejap dan dapat menimbulkan kerusakan jasmani, rokhani maupun jiwa.
Kecelakaan di laboratorium (Koesmadji et. al. 2000) dapat bersumber dari:

Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahan kimia dan


proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan laboratorium

Kurang jelasnya petunjuk kegiatan laboratorium

Kurang bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan laboratorium

Kurang tersedia peralatan keamanan dan tidak menggunakan perlengkapan


pelindung

Tidak mengikuti petunjuk dan aturan yang semestinya ditaati

Bekerja diluar kesadaran dan tidak hati-hati dalam melakukan kegiatan

Menggunakan peralatan yang tidak sesuai atau rusak


Kemungkinan kecelakaan yang terjadi ketika bekerja dengan alat spesifik

atau bahan kimia. Berkaitan dengan bahan kimia berpotensi menimbulkan


kecelakaan (beracun, reaktif dan mudah meledak, asam/basa kuat) maka harus
digunakan dalam jumlah yang sedikit dan konsentrasi rendah.
Pengelolaan laboratorium dalam pengertian kuratif adalah tindakan
pertolongan pertama terhadap kecelakaan yang terjadi untuk menghindari bahaya
lebih

lanjut.

Prosedur

penanganan

kecelakaan

tergantung

pada

jenis

kecelakaannya. Penanganan kecelakaan memerlukan keterampilan khusus. Oleh


karenanya perlu dilakukan pelatihan dengan mengundang instruktur yang ahli.

6. Penganggaran.
Merupakan kegiatan pengaturan pengeluaran keuangan laboratorium
berdasarkan kebutuhan dan skala prioritas, serta tindakan mencari sumber-sumber
keuangan melalui kegiatan produktif dengan cara yang benar dan sah untuk
menunjang kelangsungan proses akademis dan tumbuhkembangnya laboratorium.

Sumber pembiayaan laboratorium bisa berasal dari biaya praktikum yang


dipungut pada setiap mahasiswa setiap semester atau anggaran lain yang
terprogram. Analisis kebutuhan dan prioritas sangat penting dalam pengaturan
keuangan laboratorium. Administrasi yang berkaitan dengan kondisi alat dan
keadaan bahan merupakan suatu bahan pertimbangan penting dalam menentukan
skala prioritas pembelajaan.
2.4 JENIS JENIS ALAT LABOLATORIUM
Macam peralatan laboratorium meliputi :
1. Alat ukur, seperti thermometer, barometer, respirometer, gelas ukur,
stopwatch, mikrometer sekrup, dsb.

Gambar 1. Berbagai alat laboratorium yang dapat


digunakan untuk mengukur.

2. Alat dari gelas, seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, pembakar spiritus,
dsb.

Gambar 2. Berbagai alat laboratorium yang terbuat dari gelas.

3. Model, seperti model pencernaan, model pernapasan, model kerangka,


model indera dan organ lainnya.

Gambar 3. Berbagai alat laboratorium


yang merupakan model

4. Bagan, seperti bagan klasifikasi makhluk hidup, bagan metamorfosis pada


katak, bagan sistem pengeluaran manusia, dsb.

Gambar 4. Berbagai alat laboratorium


yang merupakan bagan dimana bagan ini biasanya
digunankan pada pelajaran biologi.

5. Alat siap pakai (rakitan), seperti kit listrik, kit magnet, kit optik, dsb.

Gambar 5. Berbagai alat laboratorium yang berupa rakitan,


biasanya ini digunakan
pada laboratorium fisika atau laboratorium tekhnik.

6. Alat bantu proses percobaan seperti pinset, gunting dan pembakar


bunsen/spiritus, mortar dan alu.

Gambar 6. Berbagai alat bantu dalam laboratorium.

Alat di laboratorium IPA berdasarkan bahan pembuatnya, meliputi


kelompok :
1. Alat optik (kaca), seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, pembakar
spiritus.
2. Alat dari logam, seperti kasa asbes, peralatan bedah dsb.
3. Alat dari kayu, seperti rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi dsb
4. Alat dari plastik, seperti botol zat kimia dsb.
5.

Alat dari bahan lainnya seperti sikat tabung reaksi dari ijuk, sumbat
gabus dan mortar dari porselain.

Gambar 8. Berbagai alat laboratorium yang dikelompokkan


berdasarkan bahan pembuatnya .

2.5 ALAT LABOLATORIUM DAN CARA PENGGUNAANNYA

A. PIPET DAN PENGGUNAANNYA


Pipet digunakan untuk memindahkan volume tertentu suaru cairan dalam
juralah yang sedikit. Ada dua macam pipet yang banyak digunakan di dalam
laboratorium, yaitu pipet ukur dan pipet volumetrik.
1) Pipet Ukur
Pipet ukur terdiri atas pipa kaca yang diberi skala Ujung bagian atas pipa
atau ujung untuk mengisap cairan dibuat lebih kecil, sedangkan ujung bagian
bawah dibuat runcing dengan lubarig yang kecil untuk memperlambat keluarnya
zat cair.
Pipet ukur digunakan untuk memperoleh berbagai volume cairan dalam
jumlah yang sedikit. Pipet ukur yang seringkali digunakan adalah pipet ukur
berkapasitas: 5, 10, dan 25 ml.
Kalibrasi pipet ukur umumnya kurang teliti. Untuk pekerjaan kuantitatif
sebaiknya digunakan buret, yang mempunyai kalibrasi yang tepat.
2) Pipet Volumetrik
Pipet volumetrik berbentuk silinder pendek yang pada kedua ujungya
disambung denpa pipa panjang yang lebih kecil diametemya. Pada pipet
volumetrik hanya ada saru garis tanda batas volume yang melingkar padr batang
bagian atas (bagian untuk mengisap) dan ujung pipa bagian bawah dibuat runcing
seperti pada pipet ukur. Pipet volumetrik dikali-brasi untuk memindahkan cairan
dengan volume tertentu dengan teliti.

Pipet volumetrik dibuat dengan kapasitas: 1, 2, 5, 10, 20, 2 5, 50, dan 100
ml. Pipet dengan volume 5, 10, dan 25 ml yang sering digunakan. Gambar Piper
volum/ pipet gondok. Pada pemakaiannya pipet volu-metrik harus dibilas terlebih

dahulu dengan sedikit larutan yang akan dipindahkan. Kemudian larutan untuk
membilas itu dikeluar-kan lagi seluruhnya. Bila digunakan pipet yang baru, dicuci
sebelum dipakai. Pipet itu dicelup-kan ke dalam larutan telalu dalam di dalam
larutan.
Batang pipet jangan pada waktu mengisap larutan ke dalam pipet. Selama
mengisap cairan harus dijaga juga agar ujung pipet tatap berada di dalam larutan.
Bila pada waktu mengisap ujung pipet keluar dari larutan maka larutan akan
masuk ke dalam mulut. Mengisap larutan lerlalu kuat juga menyebabkan larutan
masuk ke dalam mulut. Untuk cairan yang bersifat racun atau korosif digunakan
pengisap pipet. Larutan diisap di dalam pipet volumetrik sampai Kira-kira 1 cm di
atas tanda batas volume. Kemudian dengan cepat batang pipet bagian atas ditutup
dengan ujung jari telunjuk yang kering.
Tetesan air masih tersisa di ujung harus ditiup keluar, atau lebih baik
diisap dengan kertas saring. Dengan kertas saring bagian bawah pipet
dikeringkan. Selanjutnya larutan dialirkan ke luar deagan mengurangi tekanan
pada ujung jari sampai meniskus cairan berimpit dengan tanda batas volume.
Pipet harus dipegang vertikal dan tanda batas volume berada pada ketinggian yang
sama dengan mata kita. Jika terdapat tetes-an larutan yang menggantung pada
ujung pipet, tetesan ini disingkirkan dengan menyentuhkan ujung pipet pada suatu
alat gelas.
Selanjutnya larutan dialirkan ke dalam bejana penerima dengan kedudukan
pipet vertikal dan ujung pipet menyentuh pada dinding bejana. Bila aliran cairan
telah selesai, ujung pipet tetap dibiarkan bersentuhan dengan dinding bejana
selama 10-15 detik untuk mengalirkan sisa larutan cairan yang masih tersisa
dalam ujung pipet tidak boleh dicelupkan ke dalam bejana penerima.
Prosedur mengisi dan mengosongkan pipet yang diuraikan di atas telah
direkomendasikan sebagai prosedur standar dan digunakan pada kalibrasi pipet.

Sebuah pipet tidak akan memberikan suatu volume yang konstan jika
dikosongkan terlalu cepat. Lubang keluar pada ujung pipet harus sedemikian rupa
ukurannya hingga wakru yang diperlukan untuk mengo-songkannya sekitar 20
detik untuk pipet 20 ml, 30 detik untuk pipet 25 ml, dan 35 detik untuk pipet 50
ml.
Selesai dipakai, pipet segera dicuci bersih dan diletakkan pada rak khusus.
Pipet yang kotor atau yang berminyak dapat dibersihkan dengan cara merendamnya selama semalam dalam larutan asam kromat.
B. LABU UKUR DAN PENGGUNAANNYA
Labu ukur atau labu volumetrik adalah sebuah bejana gelas yang beralas
datar, berbentuk buah peer, dan berleher panjang yang relatif sempit.
Sebuah garis tipis yang dietsa mengelilingi leher labu menunjukkan
dengan tepat volume cairan pada suhu tertenru. Labu ukur diberi tanda batas
volume tertentu sebagai daya tampungya.
Karena batas volume itu dibuat mengelilingi leher labu, akan terhindar
kesalahan pembacaan yang disebabkan effek paralaks. Kesalahan pengamatan itu
dapat diatasi bila pada pembacaan volume letak mata pengamat dan tanda batas
volume berada pada ketinggian yang sama dan tanda batas itu tepat pada bagian
bawah meniskus cairan.
Leher sebuah labu ukur (dibuat relatif sempit hingga sedikit perubahan
volume cairan akan menyebabkan perbedaan ketinggian meniskus cairan. Dengan
demikian kesalahan yang dibuat pada penyesuaian meniskus cairan dengan tanda
batas volume akan sangat kecil.
Jarak antara tanda batas volume dan mulut labu ukur adalah relatif besar
agar masih terdapat cukap ruang untuk mengocok cairan dalam labu itu.

L.abu ukur dilenkapi dengan tutup yang terbuat dari pegas atau plastik.
Ukuan labu yang diperlukan adalah: 50, 100, 250, 500, 1000, dan 2000 ml.
Penggunaan labu ukur untuk membuat larutan baku
Jika kita hendak membuat suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu,
kita menimbang terlebih dahulu zat padat murni secara teliti. Dengan sebuah
corong kita masukkan zat padat ini ke dalam labu ukur. Kemudian labu ini diisi
dengan zat pelarut-lazimnya air suling, sampai kira-kira setengah penuh.
Singkirkan corong yang digunakan tadi dan goyangkan labu sehingga air di
dalannya bergerak memutar sampai zat padat yang ada di dalam labu melarut
semuanya. lika masih ada zat padat yang belum melarut, tambahkan lagi air
sampai labu itu tiga perempat penuh dan goyangkan lagi labu itu seperti di atas.
Cara yang dapat digunakan juga ialah melarutkan zat padat terlebih dahulu
dalam gelas kimia dengan air secukapnya, kemudian larutan ini dipindahkan
secara kuantitatif ke dalam labu ukur.
Penambahan air selanjutnya dilakukan dengan botol semprot sampai
permukaan larutan di leher labu sudah mendekati garis volume. Air yang
membasahi leher labu harus diberi waktu secukupnya untuk mengalir ke bawah.
Dengan sendirinya tidak boleh ada tetesan air yang melekat pada leher labu di atas
permukaan cairan. Jika hal ini terjadi, maka bersihkan laher labu dengan
menggunakan kertas saring. Tetapi kertas saring tidak boleh menyentuh larutan.
Penambaban air pada akhirnya dilakukkan dengan pipet tetes sampai bagian
bawah meniskus cairran berimpit dengan garis batas Volume.

Untuk pekerjaan yang teliti kadang-kadang sebelum penambahan air


terakhir, larutan dibiarkan dahulu beberapa jam pada suhu kamar. Hal ini perlu
dilakukan

mengingat

adanya

kemungkinan

terjadinya

penyerapan

atau

pembebasan kalor pada waktu zat padat itu melarut. Setelah penambahan air

sampai tanda batas volme, labu ditutup dengan tutupnya yang bersih dan kering.
Kemudian larutan dicampurkan secara homogen dengan cara membalik labu
berulang kali.
Larutan yang sudah dicampurkan dengan baik segera dipindahkan ke
dalam botol penyimpan yang bersih dan kering. Sebelum larutan dituangkan ke
dalam botol penyimpan sebaiknya botol dibilas 1 2 kali dengan sedikit larutan.
Setelah cairan ini dipiridahkan berilah etiket pada, botol yang bertulisan: nama
dan rumus kimia larutan baku, konsentrasinya, tanggal pembuatan dan sandi
sipembuat. Berikut ini diberikan contoh etiket pada botol penyimpan suatu larutan
baku.
C. BURET DAN CARA PENGGUNANNYA
Buret adalah sebuah tabung kaca yang panjang dengan garis-garis skala.
Diameter lubang sepanjang tabung, seragam. Di bagian byali buret terdapat
sebuah kran untuk mengatur afiran keluar cairn. Ihiret digunakan untuk
memberikan. cairn yang volumenya berbed-abeda, tetapi tepat. Karena itu buret
ditera atau dikaliberasi secara teliti.
Buret paling banyak digunakan untuk titrasi. Buret yang diperlengkapi
dengan kran kaca lebih banyak digunakan, dan mutlak perlu untuk beberapa jenis
cairan (misalnya larutan yod). Larutan bersifat basa kuat dapat menyebabkan kran
menjadi macet. Untuk larutan basa digunakan buret yang di bagian bawah
dipasang sepotong pipa knret yang diperlengkapi dengan sepotong pipa kaca yang
ujungnya dibuat runcing. Pada pipa karet itu dipasang penjepit mohr atau di
dalamnya dipasang sebuah peluru kaca untuk mengatur aliran cairan yang keluar
dari buret. Buret jenis ini harganya lebih murah daripada buret dengan kran kaca
dan lebih cocok untuk digunakan di sekolah.
Pemakaian buret dengan kran pencet untuk kebanyakan larutan tidak
dianjurkan karena kemungkirran menyebabkan perubahan pada pipa karet.
Misalnya larutan kalium permanganat dan Larutan yod dapat bereaksi dengan

pipa karet dan mengurangi elastisitas karet. Selain itu juga tidak mungkin melihat
apakah udara sudah seluruhnya dikeluarkan dari pipa karet.
Buret dengan kran kaca di samping pada umumnya digunakan untuk titrasi
larutan panas. Panas larutan yang dititrasi tidak akan mencapai cairan di dalam
buret dan mempengaruhi volumenya. Buret yang sering digunakan berkapasitas
50 ml dan ditera sampai 0,1 ml. Di laboratorium digunakan juga buret-buret
dengan kapasitas 5, 10, dan 25 ml dengan ketelitian kaliberasi sampai 0,05 ml.
Buret semimikro dan buret mikro dapat diperoleh dengan kapasitas
sebagai berikut, ketelitian kaliberasi ditulis dalam kurung di belakangnya : 1 ml
( 0,01 ml ), 2 ml ( 0,01 ml dan 0,02 ml ), 5 m1 (0,01 dan 0,02 ml), dan 10 ml
( 0,02 ml).
Buret diberi tanda garis skala yang melingkari separuh tabung buret
hingga dengan demikian dapat mudah dihindari terjadinya kesalahan pembacaan
volume karena paralaks. Pada jenis buret yang baik, garis-garis skalanya
melingkar sekeliling tabung buret untuk setiap ml dan setengah melingkar untuk
volume yang lebih kecil. Untuk membantu pembacaan tepat letak meniskus
digunakan alat sebagaimana ditunjukkan pada gambar.
Bila cairan berwarna gelap atau bewarna tua seperti halnya dengan larutan
kalium permanganat, yang dibaca ialah bagian atas meniskus cairan. Untuk tujuan
analisa biasa pembacaan dilakukan dengan ketelitian hingga 0,05 N. untuk
analisis yang teliti harus dilakukan pembacaan dengan ketelitian 0,01 0,02 ml, dan
itu perlu untuk pembacaan digunakan sebuah kran kaca sebuah buret harus diberi
sedikit pelumas dengan vaselin atau lemak pelumas hingga dapat diputar dengan
mudah.
Hindari pemakaian terlalu banyak- lemak pelumas.
Tujuan utama pelumasan kran buret ialah untuk mencegah kemacetan.
Batang kran dilepas dari rumahnya dan pelumas dioleskan pada batang kran.

Harus diperhatikan agar pelumas tersebut tidak masuk ke dalam lubang saluran.
Setelah dilumasi batang kran dimasukkan kembali ke dalam rumahnya dan
diputar-putar untuk meratakan pelumasan. Sebuah karet gelang kecil mengikat
batang kran pada rumahnya untuk menghindarkan terlepasnya, penukaran, atau
kehilangan batang kran.
Penggunaan pelumas yang mengandung silikon tidak dianjurkan karena
pelumas jenis ini dapat merayap sepanjang buret, dan menyebabkan pengotoran dinding buret.
Kran buret yang terbuat dari bahan teflon tidak memerlukan pelumasan.
Buret dengan kran teflon dapat dipakai untuk berbagai larutan tanpa terjadi
kemacetan kran, tetapi harganya relatif lebih mahal.
Ada beberapa jenis pemegang buret yang dapat dibeli. Jenis pemegang,
buret yang sederhana diperlihatkan pada gambar berikut. Pemegang buret
produksi Fisher mungkin merupakan pemegang buret yang terbaik yang dapat
diperoleh di pasaran, tetapi harganya relatif mahal. Kedua buret dijepit pada
tempatnya dan masing-masing buret dapat dengan mudah dilepas dan diatur
ketinggiannya dengan hanya menekan mekanisme pegangannya. Pemegang buret
ini dibuat dari Castalloy, sejenis paduan logam anti karat.
Selama titrasi, larutan jangan dialirkan ke luar terlalu cepat dari buret.
Selain adanya bahaya akan melewati titik akhir titrasi, kesalahan pada
pengosongan buret dapat menjadi lebih besar. Larutan harus dibiarkan mengalir
ke luar dari buret tetes demi tetes secara cepat seperti pada kaliberasi, biasanya
dengan kecepatan tidak melampaiui 10 ml per menit. Pada waktu melakukan
titrasi, kran buret diatur dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang labu
erlenmeyer yang berisi Larutan atau memegang batang pengaduk.
Bejana yang digunakan pada titrasi dapat berbentuk gelas kimia atau labu
erlenmeyer. Jika digunakan gelas kimia, selalu harus dipakai sebuah batang
pengaduk untuk mencampur cairan. Larutan yang diteteskan dari buret janganlah

dibiarkan berkumpul di suatu tempat di dalam larutan yang sedang dititrasi. Setiap
tetes pereaksi (reagensia) yang jatuh di cairan dalam gelas kimia harus disebarkan
pada seluruh cairan dengan cara mengaduk. Le tak ujung buret janganlah terlalu
tinggi di atas permukaan larutan dalam gelas kimia untuk menghindarkan
terjadinya pemercikan.
Sangat dianjurkan menggunakah labu erlenmeyer sebagai bejana titrasi,
karena tidak diperlukan lagi batang pengaduk. Pencampuran larutan secara efisien
dapat dicapai dengan menggoyangkan labu tersebut selama penambahan larutan
pereaksi. Bahaya hilangnya larutan karena percikan sangat kecil. Penggunaan labu
erlenmeyer sangat serasi jika larutan harus dididihkan lebih dahulu atau harus
bebas dari gas karbon dioksida yang ada di udara.
Untuk setiap prosedur titrasi, khususnya jika banyaknya larutan baku yang
diperlukan tidak dapat diperkirakan lebih dahulu, sebaiknya disisihkan sebagian
kecil larutan yang akan dititrasi. Kemudian dilakukan titrasi tanpa terlalu berhatihati hinga tercapai titik akhir titrasi atau sedikit melampaui titik akhir titrasi.
Setelah itu sebagian kecil larutan yang telah disisihkan dapat ditambahkan pada
larutan utama dan titrasi dilanjutkan dengan seksama hingga tercapai titik akhir
titrasi. Dengan cara tersebut di atas kita dapat menghemat waktu. Sebagian larutan
yang kita sisihkan harus tidak lebih dari beberapa persen larutan selumnya.
Misalkan jika larutan yang dititrasi sebanyak 25 50 ml, kira-kira 1 ml larutan
dapat disisihkan dalam sebuah gelas kimia kecil. Bila titik akhir titrasi telah
dicapai atau sedikit dilewati, bagian larutan yang kita sisihkan ini dipindahkan
secara kuintitatif ke bejana titrasi.
Jika titik akhir titrasi sudah mendekat, sebaiknya tetesan-tetesan larutan
dari buret diperkecil. Ini dapat dilakukan dengan memutar kran perlahan-lahan
hingga yang mengalir ke luar hanya sebagian dari setetes dan tetap melekat pada
ujung buret. Sebagian dari tetesan larutan ini dapat dilepaskan dengan batang
pengaduk jika kita menggunakan sebuah gelas kimia atau dengan menyentuhkan
ujung buret pada dinding labu erlemeyer. Dalam hal tersebut belakangan ini labu

harus dimiringkan dan larutan di dalamnya digoyangkan berputar dengan berhatihati hingga tetesan kecil larutan tersebut akan bercampur dengan larutan dalam
labu.
Sebaiknya dinding labu diblas dengan air wiling bila titik akhir titrasi
sudah mendekat. Perlu juga diperhatikan pada mulut labu mungkin terdapat
tetesan reagen ada yang melekat. Dalam hal kita tidak merasa pasti apakah titik
akhir titrasi telah dicapai atau fidak, harus dilakukan pembacaan pada buret,
kemudian ditambah setetes reagensia lagi untuk melihat apakah terjadi perubahan
nyata dalam larutan.
Titrasi harus dilakukan dengan penerangan yang baik. Sinar matahari
langsung terlalu terang, dapat menyebabkan perubahan kimiawi yang tidak
diinginkan dalam larutan, misalnya pada titrasi senyawa perak dengan indikator
adsorpsi dan beberapa jenis titrasi yodometris. Penerangan terbaik adalah cahaya
siang hari secara tidak langsung. Penerangan dengan lampu sering kurang baik,
karena perubahan warna tertentu sangat sulit untuk diketahui.
Pada umumnya larutan yang dititrasi harus dilihat pada latar belakang
putih dan untuk maksud ini bejana yang memuat larutan diletakkan di atas tegel
porselen putih, atau di atas secarik kertas putih. Perubahan warna akan tampak
sangat jelas pada latar belakang putih. Pada titrasi tertentu yang titik akhirnya
dinyatakan dengan terbentuknya kekeruhan dalam larutan, sebaiknya digunakan
latar belakang berwarna hitam.
Jika perubahan warna pada titik akhir titrasi terjadi secara bertahap,
sebaiknya digunakan sebuah larutan pembanding.
Larutan pembanding ini harus memililiki volume dan komposisi yang
hampir sama dengan larutan yang dititrasi pada waktu tercapai titik akhir titrasi.
Banyaknya indikator yang dibubuhkan juga harus sama. Dengan demikian akan
sangat mudah untuk menentukan titik akhir titrasi, warna larutan yang dititrasi
harus serupa dengan warna larutan pembanding.

Bila titrasi telah selesai, larutan yang masih tersisa dalam buret dialirkan
ke luar, tidak boleh dikembalikan dalam botol penyimpan, kecuali jika akan
dilakukan titrasi lain dalam waktu singkat. Kemudian buret dicuci hingga bersih
dengan air dan ditutup bagian atasnya dengan gelas kimia kecil. Larutan janganlah
dibiarkan di dalam buret untuk waktu lama, khususnya bila larutan itu bersifat
basa, peka terhadap cahaya, atau mudah dipengaruhi oleh udara.
D. ALAT-ALAT LABOLATORIUM DARI PLASTIK
Saat ini sudah banyak macam alat-alat laboratorium IPA yang dibuat dari
plastik. Ada beberagai jenis bahan plastik yang digunakan dalam pembuatan alatalat itu. Di bawah ini akan dibahas sifat beberapa jenis bahan plastik dan
penggunaannya
1. Polietilena (Politena)
Politena adalah salah satu bahan plastik yang paling banyak digunakan. Ada dua
jenis politena: politena yang ringan (low density) dan politena yang, berat (high
density).
Politena ringan relatif lemas dan kuat. Bahan ini banyak digunakan untuk
membuat kantong kemas dan cocok untuk membuat alat-alat yang dapat dipencet,
misalnya botol cuci dan botol tetes. Politena jenis ini tidak boleh dipanaskan
melebihi 70oC.
Politena yang berat, sifatnya lebih keras, kurang transparan, dan tahan panas
sampai 100oC. Barang yang dibuat dari bahan ini bentuknya tidak mudah
berubah. Politena berat banyak digunakan untuk membuat botol atau berbagai
wadah lain untuk menyimpan bahan kimia yang cair.
Potitena adalah bahan termoplastik yang kuat dan dapat dibuat dari yang lemas
sampai yang keras.

Pada suhu kamar politena mempunyai daya tahan kimia yang tinggi. Bahan ini
tahan terhadap pengaruh cuaca, air panas, larutan alkali pekat, asam klorida pekat,
asam fluorida pekat, asam sulfat encer dan pekat, asam nitrat encer, dan banyak
macam bahan kimia yang lain. Politena melarut atau bereaksi dengan asam
perklorat, asam nitrat pekat, dan karbon disulfida. Pelarut hidrokarbon dapat
menyebabkan politena menjadi lunak, membengkak, atau pecah. Botol-botol
politena cocok untuk menyimpan alkohol, aseton, dan eter.
2. Polipropitena
Polipropilena adalah suatu termoolast yang serba guna karena memiliki paduan
beberapa sifat baik berbagai jenis plastik. Bahan plastik ini berwarna putih susu,
ringan, liat, kuat, tidak madah retak, tahan terhadap air panas, dan merupakan
suatu isolator listrik yang baik. Polipropilena mempunvai sifat kimia yang sama
dengan politena.
Polipropileni digunakan untuk membuat baskom, corong tabung, pipa, botol,
bagian-bagian tertentu kulkas dan mesin tenun, dan berbagai perabot rumah
tangga. Barang-barang dari polipropilena tahan terhadap benturan dan tahan panas
sampai suhu sekitar 140oC.

3. Polistiren
Jenis termoplastik ini sifatnya jernih, keras, halus, mengkilap, dan dapat diperoleh
dalam berbagai warna. Bahan ini digunakan untuk membuat perabot dapur,
berbagai bentuk kotak atau wadah, pegangan berbagai atat mainan, dan modelmodel.

4. Polivinil K1orida ( PVC )


Vinil plastik ini keras, kuat, tahan terhadap bahan kimia, isolasi listrik dan dapat
diperoleh dalam berbagai warna. Jenis plastik ini dapat dibuat dari yang lemas
sampai yang kaku keras. Banyak barang yang dahulu dibuat dari karet sekarang
dibuat dari PVC. Penggunaan lain PVC ialah untuk membuat jas hujan. Kantong
kemas, bahan tirai atau gorden, isolator kabel listrik, ubin lantai, piring hitam, dan
model-model.
5. Polikarbonat
Plastik jenis ini berwarna kuning Sawo, trasparan, keras, memiliki daya rentang
yang cukup tinggi, tahan terhadap pengaruh cuaca, tahan panas sampai suhu
150oC, dan dapat disterilisasi. Bahan ini cocok untuk membuat alat-alat
laboratorium dan kedokteran yang perlu disterilisasi dan tahan panas.
6. Polimetilpentena ( PAM )
Plastik jenis ini paling ringan, titik leburnya 240oC. Barang dari PMP bentuknya
tidak berubah sampai suhu 2000 C, dan tahan terhadap benturan lebih tinggi
daripada barang yang dibuat dari polistiren. Bahan ini tahan terhadap bahan kimia
yang korosif dan pelarut organik, kecali pelarut hidrokarbon yang me-ngandung
klor, misalnya kloroform dan karbon tetraklorida. PMR cocok sekali untuk
membuat alat -alat laboratorium dan kedokteran karena tahan panas dan tekanan,
tanpa mengalami perubahan. Barang-barang dari bahan plastik ini tahan lama
tetapi harganya relatif mahal.
7. Politetrafluometilena (Teflon)
Teflon memiliki daya tahan kimia dan daya tahan.panas yang tinggi (sampai 2600
C). Keistimewaan teflon ialah.sifatnya yang licin dan bahan lain tidak dapat
melekat padanya. Pengorengan yang dilapisi teflon dapat dipakai untuk
menggoreng telur tanpa minyak. Kran buret atau kran corong pisah yang dibuat

dari totlon tidak memerlukan pelumas untuk mencegah kemacetan. Teflon adalah
bahan plastik yang ideal untuk membuat alat-alat laboratorium, tetapi harganya
mahal.
E. Tabung Reaksi
Digunakan untuk mencampur dan/atau memanaskan zat-zat dalam jumlah kecil.
Jika dipakai sebagai wadah suatu zat yang dipanasi, tabung reaksi harus dipegang
dengan penjepit atau klem. Pada waktu memanasi, tabung reaksi harus dalam
keadaan miring di atas nyala api (lihat gambar). Jangan sekali-kali mulut tabung
reaksi yang dipanasi itu menghadap kepada diri sendiri atau orang lain.
Gelas piala dan labu (Erlenmeyer dan Florence).
Digunakan sebagai wadah untuk cairan. Pada pemanasan dapat dipakai kaki tiga
dan kasa sebagai alas labu. Sebaiknya gunakan gelas atau labu yang tahan api
(Pyrex).
F. Corong dan Kertas Saring
Zat-zat yang tidak melarut dalam suatu larutan dapat dipisahkan dari cairannya
dengan proses penyaringan. Berbagai bagian yang berlubang kacil atau berporipori seperti kertas saring, kapas, wol kaca, serbuk arang, lempeng kaca, dan
Porselin. yang berlubang-lubang kecil dapat digunakan sebagai bahan penyaring.
Bahan penyaring yang banyak digunakan di dalam laboratbrium adalah kertas
saring.
Untuk menyaring di laboratorium dipelukan corong, kertas saring, dan statif.
Corona yang berisi kertas saring dipasang dengan klem pada statif. Kemudian di
bawahnva diletakkan gelas kimia yang bersih hingga tangkai corong tepat
menyentuh sisi dalamnya.
Besar corong dan kertas sarine yang digunakan tergantung pada banyaknya
endapan yang akan disaringe dan tidak ditenrukan oleh volume cairan.

Pada akhir penyaringan seluruh endapan sebaiknya hanya monempali sepertiga


kapasitas alat penyaring. Corong yang paling banyak digunakan adalah corong
yang bersudut 60o dan panjang tangkainya sekitar 10 cm untuk memperlancar
penyaringan. Kertas saring yang lazim digunakan adalah kertas saring. yang
berdiameter 9 dan 11 cm.
1. Kertas Saring Berlipat Biasa
Kita menggunakan dua macam kertas saring, yaitu kertas saring yang biasa dan
kertas saring yang dilipat ganda. Kita menyaring dengan kertas yang dilipat biasa
bila pada penyaringan diperlukan zat endapan-nya, dan kita menggunakan kertas
saring yang dilipat ganda bila yang diperlukan filtrat atau cairannya.
Menggunakan kertas saring yang dillipat biasa memudahkan memin-dahkan
endapan. Kertas saring dilipat menjadi setengah bagian dan kemudian dilipat lagi
menjadi seperempat bagian. Kartas saring yang telah dilipat ini dibuka hingga
membentuk kerucut 60o. Selanjutnya kertas saring ini diletakkan dalam corong
yang serasi, yaitu bagian atas kertas saring berada 1-2 cm lebih rendah dari bagian
atas corong.

Cara menyaring degan menggunakan corong dan kertas saring.


1) Lipatlah kertas saring menjadi empat bagian yang sama! Cara lain yang lebih
baik untuk melipat kertas saring adalah dengan melipat kertas saring menjadi
setengah bagian, kemudian dilipat sekali lagi, hingga sisi lipatan tidak seluruhnya
berimpit (kedua lipatan itu membentuk sudut 3-4o untuk corong yang bersudut
60o). Selanjutnya lipatan dirobek sedikit hinga dalamnyasekitar sepertiga jari-jari
kertas saring.

2) Bentuklah kertas saring itu menjadi corong hingga separuh corong itu terdiri
dari satu bagian. Yang separuhnya, lagi terdiri dari tiga bagian kertas saring yang
terlipat kemudian masukkanlah ke dalam corong! Kertas saring dibuka dan
ditempatkan dalam corong. Separuh bagian atasnya harus melekat dengan baik
pada corong. Jika tidak melekat dengan baik, maka. sudut kedua lipatan kertas
saring harus disesuaikan sehingga ia dapat melekat dengan baik.
3) Berilah beberapa tetes pelarut zat yang akan disaring hingga, corong kertas itu
melekat dengan baik pada corong kaca! Atau kertas saring ini dibasahi dengan air
dan ditekan dengan telunjuk pada dinding corong hingga bagian atasnya melekat
pada corong. Jika kertas saring kertas saring menempel dengan baik, tangkai
corong akan berisi penuh dengan cairan selama penyaringan. Jika tangkai corong
berisi gelembung-gelembung udara akan menperlambat proses penyaringan.
4) Tuangkan cairan yang hendak disaring dengan perlahan-lahan jangan sampai
ada cairan yang tertuang atau meluap di luar kertas saring! Lihat Gambar!
Gambar Melilpat kertas saring dengan cara biasa
Cairan yang akan disaring dituangkan melalui sebuah batang pengaduk ke dalam
corong dengan mengarahkan cairan pada sisi corong dan tidak pada ujung
kerucutnya. Ujung bagian bawah batang pengaduk harus sangat dekat, tetapi tidak
menyentuh kertas saring pada sisi yang berlapis tiga.
Kertas saring tidak boleh diisi penuh seluruhnya dengan cairan. Ketinggian cairan
janganlah melebihi 10 mm dari bagian atas kertas saring. Endapan yang
cenderung berada di alas gelas kimia harus dipindahkan dengan menempelkan
batang pengaduk pada moncong gelas kimia, kemudian gelas kimia ini diangkat
ke atas dan di-semprotkan air dari botol semprot ke dalam gelas kimia hingga
endapan mengalir dan masuk ke dalam kertas sring.
Sisa endapan yang melekal pada dinnding gelas kimia dapat dikeluakan dengan
batang pengaduk berujung karet. Kecepatan penyaringan ter-gantung pada suhu,

karena kenaikan suhu mengurangkan gerakan antara cairan dan lubang-lubang


kertas saring. Jika mungkin penyaring-an dilakukan dalam keadaan panas.
2. Kertas Saring Berlipat Ganda
Bila pada suatu penyaringan diperukan cairannya, sebaiknya digunakan kertas
saring yang dilipat ganda. Penyaringan akan berlangsung lebih cepat, karena
permukaan penyaring-an lebih luas. Pilihlah kertas saring dan corong yang serasi.
Ujung kertas saring yang berlipat berada kira-kirar 10 mm di bawah ping-giran
atas corong. Misalkan untuk kertas saring yang berdiameter 120 mm, gunakanlah
corong yang berdiameter 100 120 mm.
Lipatlah kertas saring menjadi setengah bagian dan kemudian menjadi seperempat
bagian. Letakkanlah masing-masing pinggiran ke dalam lipatan tengah dan lipatlagi. Janganlah mengurut lipatan ini dengan kuat di bagian tengahnya yang dapat
melemahkan bagian tengah ini, hingga kertas saring dapat pecah selama
penyaringan. Lanjutkan rangkaian lipatan ke dalam lihat gambar berikut!
Peganglah kerucut kertas saring yang.dilipat dengan tangan kiri dan buatIah
lipatan baru pada masing-masing segmen dengan arah yang berlawanan dari
rangkaian lipatan pertama. Hasilnya adalah susunan berbentuk kipas. Bukalah
kertas saring dan perhatikanlah dua tempat (1 dan 2) dimana kertas saring akan
menempel pada dinding corong. Melipatnya hanya separoh ke dalam dari yang
lain. Kuatkanlah semua bagian kecil ini dengan melipatkanya sekali lagi unvik
kedua kalinya, dan kertas saring sekarang sudah siap untuk dipakai.
G. Pipa Kaca
a. Cara memotong pipa kaca ialah sebagai berikut :
Letakkan pipa kaca pada permukaan yang datar!
Pada tempat yang dikehendaki goreslah pipa itu dengan sudut kikir hingga
bekas goresan tampak jelas!

Peganglah pipa itu dengan dua tangan, dengan ibu jari kanan di sebelah
kanan dan ibu jari kiri di sebelah kiri goresan.
Peganglah jangan dekat wajah atau benda-benda lain.
Patahkan pipa kaca itu dengan bertumpu pada kedua ibu jari tanpa raguragu. Lihat Gambar
b. Caranya menghaluskan ujung patahan
Potongan pipa kaca itu akan menghasilkan ujung patahan yang tajam. Ini perlu
dihaluskan dengan menggunakan pembakar gas atau pembarkar bunsen yang
menghasilkan panas tinggi.
Caranya menghaluskan ujung patahan pipa kaca ialah sebagai berikut.
I) Peganglah potong pipa kaca hingga bagian yang tajam terdapat di ujung nyala
api!
II) Putarlah perlahan-lahan hingga panas merata di seluruh bagian yang tajam.
Ujung yang tajam itu akan mulai meleleh dan menghasilkan permukaan yang
halus. Lihat Gambar
III) Setelah pemanasan itu, ujung pipa kaca akan panas sekali. Letakkan di atas
lembaran asbes!
c. Membengkokkan pipa kaca
Kadang-kadang pipa itu perlu dibengkokkan dengan cara berikut.
1) Peganglah kedua ujung pipa itu!
2) Panasi bagian tengah pipa dengan nyala api seperti di atas dengan jalan
memutar-mutar pipa dan sedikit menggerakkannya ke depan dan ke belakang.
3) Begitu bagian pipa yang dipanasi itu menjadi lunak, jauhkan dari nyala api dan
bengkokkan (lihat Gambar)!

d. Memasukkan pipa kaca ke dalam lubang sumbat


Memasukkan pipa kaca ke dalam lubang sumbat perlu dilakukan dengan cara
berikut.
1) Kedua ujung pipa kaca hendaknya sudah dihaluskan!
2) Berilah pelumas vaselin atau gliserin, baik pada ujung pipa yang hendak
dimasukkan maupun pada lubang sumbat (tentu saja harus dipilih lubang sumbat
yang bergaris tengah sama dengan pipa).
3) Peganglah pipa erat-erat dekat di ujungnya, kemu-dian masukkan. ke dalam
lubang dengan gerak memu-tar! Termometer dapat dima-sukkan ke dalam lubang
sumbat dengan cara yang sama. Lihat Gambar!
H. Alat Pemanas
Pembakar spiritus banyak dipakai untuk praktikum. Jaga jangan sampai.terjadi
kebocoran. Untuk memadam-kannya dengan cara meletakkan kembali tutupnya.
Jangan ditiup.
Untuk melelehkan atau melunakkan kaca (misalnya, membengkok-an pipa kaca)
diperlukan panas yang tinggi. Ini dapat diperoleh dengan menggunakan pembakar
bunsen atau pembakar spiritus. Kompor gas dengan tabung-tabung gas bertekanan
dapat dibeli di toko. Dapat juga dipakai blowtorch, yaitu semacam kompor Yang,
nyala apinya dapat menyembur, atau kompor pompa.
I. Alat Seksi
Skalpel terutama digunakan untuk mengiris. Pinset dipakai untuk menjepit.
Spatula untuk mengangkat sesuatu yang mungkin rusak bila digunakan skalpel
atau pinset.

Untuk melakukan pembedahan hewan ujung gunting yang tumpul yang boleh
masuk ke dalam. Cara ini untuk menjaga jangan sampai ada kerusakan yang tidak
dikehendaki.
Alat-alat seksi dapat dibeli dalam kotak yang berisi bermacam-macam alat,
biasanya dilengkapi juga dengan kaca pembesar.
Cara Membaca Skala pada Alat Pengukur volum
Arah penglihatan. harus tegak lurus terhadap bidang yang memuat pembagian
skala itu (lihat Gambar). Arah penglihatan yang miring akan menghasilkan
pembacaan yang tidak tepat (lihat Gambar). Cara membaca skala itu berlaku
untuk semua alat pengukur; misaInya, tabung pengukur, pipet, buret, termometer,
barometer, neraca, dan stopwatch.
Meniskus yang cekung hendaknya dibaca pada bagian yang terendah (lihat
Gambar). Meniskus yang cembung (misainya air raksa dalam tabung kaca) harus
dibaca. pada bagian yang tertinggi

J. Mikroskop
Pada laboratorium kimia, mikroskop sering digunakan untuk melihat kristal dari
suatu senyawa. Misalnya kristal NaCl, kristal CuSO4.5H2O, kristal asam sitrat
dan sebagainya.
Pembesaran bayangan benda yang dilihat dengan mikroskop tergantung dari daya
membesarkan okuler dan objektif. Jika okuler mempunyai daya membesarkan 5 x
dan objektif 10 x, maka benda yang dilihat akan diperbesar menjadi 5 x 10 = 50

garis tengah; artinya ialah bahwa jika benda itu panjang sesungguhnya 1 mm,
akan tampak menjadi 50 mm.
Semua bagian lain dari mikroskop merupakan pembantu terhadap pembesaran
oleh lensa-lensa tersebut di atas.
Cara menggunakan mikroskop adalah sebagai berikut.
Letakkan mikroskop di atas meja dengan lengan tepat di hadapan kita. Meja
objek dalam keadaan datar.
Dengan memutar revolver aturlah objektif dengan perbesaran lemah tepat di
tengah meja objek (membuat garis lurus dengan okuler dan cermin), sampai
terdengar bunyi klik.

BAB IV
PENUTUP

4.2 KESIMPULAN
Jenis jenis alat labolatorium kimia diantaranya Gelas piala / gelas beker
(Beaker glass,) Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer flask, Conical flask, E-flaks), Pipet

(pipette , pipettor , chemical dropper), Gelas ukur (graduated cylinder, measuring


cylinder), Labu ukur (volumetric flask), Corong gelas (Funnel conical), Corong
buchner (buchner funnel, vacuum flask, filter flask, sidearm flaks,

Kitasato

flask ), Corong pisah (separatory funnel), Tabung reaksi (test tube, culture tube),
Gelas arloji (watch glass), Buret, pipet dan masih banyak yang lain.
Pengelolaan laboratorium kimia berkaitan dengan pengelola dan
pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, bahan kimia),
dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan
fungsinya.
Penataan dan penyimpanan alat didasarkan pada keadaan laboratorium
yang ditentukan oleh fasilitas, susunan laboratorium, keadaan alat, dan
kepentingan pemakai ditentukan berdasarkan kemudahan dicari dan dicapai, serta
keamanan dalam penyimpanan dan pengambilannya. Berdasarkan keadaan alat,
maka alat dapat dikelompokkan atas jenis alat, jenis bahan pembuat alat, seberapa
sering alat tersebut digunakan, atau jenis percobaan.
Alat dan bahan yang ada hendaknya diletakkan ketempat semula setelah
selesai digunakan dan dibersihkan sehingga tetap awet dan tidak mengundang
terjadinya bahaya.

DAFTAR PUSTAKA

http://saparudinbelitong.ubb.ac.id/?p=6
http://mipa.ugm.ac.id/web/content/laboratorium-kimia
http://mipa.ugm.ac.id/web/content/laboratorium-kimia

http://devoav1997.webnode.com/news/cara-menyimpan-alat-dan-bahanlaboratorium-ipa-/
Avidianto, D. 2010. Cara Menyimpan Alat dan Bahan Laboratorium IPA.

Anda mungkin juga menyukai