Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatakan atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Malaria”. Makalah ini penulis susun untuk memperbaiki nilai pada mata kuliah Patologi, selain
itu untuk mengetahui dan memahami tentang salah satu penyakit lingkungan yaitu Malaria.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk melengkapi kekurangan dan kesalahan dari
penyusunan makalah ini.

Bekasi, 18 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas
penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di
negara–negara tropik dan sub tropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik.
Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa malaria menyerang kelompok umur balita
sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria biasanya
terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi
peningkatan aktivitas nyamuk anopheles pada musim hujan yang dapat menyebabkan
terjadinya penularan penyakit malaria pada manusia melalui gigitan nyamuk. (Sumarmo
dkk, 2010).
Indonesia merupakan salah satu Negara yang masih beresiko terhadap malaria.
ada, dengan perkiraan 45% penduduk berdomisili di daerah berisiko tertular malaria.
Jumlah kasus pada tahun 2006 sebanyak 2 juta dan pada tahun 2007 menurun menjadi
1,7 juta. Menurut perhitungan para ahli berdasarkan teori ekonomi kesehatan, dengan
jumlah kasus malaria sebesar tersebut dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat
besar mencapai 3 triliun rupiah. Kerugian tersebut sangat berpengaruh terhadap
pendapatan daerah (Depkes, 2009)
Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan
P. vivak. P. falciparum mengakibatkan kematian lebih dari 600.000 kasus per tahun
(WHO, 2013). Komplikasi terberat dari infeksi Plasmodium falciparum 2 adalah malaria
serebral dan merupakan penyebab utama kematian pada malaria. Sedangkan P. malariae
dapat ditemukan di beberapa Provinsi antara lain Lampung, Nusa Tenggara Timur, dan
Papua. P. ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Pada tahun 2010
di Pulau Kalimantan dilaporkan adanya P. knowlesi yang dapat menginfeksi manusia
dimana sebelumnya hanya menginfeksi hewan primata/monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) dan sampai saat ini masih terus diteliti. Kehadiran malaria baru di Asia
Tenggara menambah tantangan baru dalam eliminasi malaria (Hadidjaja P dan Margono
S, 2011 ; Ditjen PP & PL, 2011a)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Malaria?
2. Adakah hubungan penyakit Malaria dengan lingkungan?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui bahaya penyakit malaria dan hubungannya dengan lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Malaria


Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari
genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Istilah
malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan area (udara) atau udara
buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk.
Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam
tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Prabowo, 2008).
Penyakit malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina antara lain Anopheles
sundaicus, Anopheles Aconitus, Anopheles barbirostris, Anopheles kochi, Anopheles
maculatus, Anopheles subpiictus, Anopheles balabacencis dan Anopheles latens.
Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di
daerah dimana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk
untuk berkembang. (Natadisastra D dan Agoes R, 2009)
Soemirat (2009) mengatakan malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari
empat jenis spesies yaitu Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana, Plasmodium
malariae menyebabkan malaria quartana, Plasmodium falciparum menyebabkan malaria
tropika dan Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Menurut Achmadi (2010) di Indonesia terdapat empat spesies Plasmodium, yaitu:
1. Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, mulai dari wilayah beriklim
dingin, subtropik hingga daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari
ketiga, pada siang atau sore. Masa inkubasi Plasmodium vivax antara 12 sampai 17
hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau splenomegali.
2. Plasmodium falciparum, plasmodium ini merupakan penyebab malaria tropika, secara
klinik berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria celebral dan fatal.
Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal
linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal.
3. Plasmodium ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab Plasmodium ovale
adalah 12 sampai 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif ringan dan
sembuh sendiri.
4. Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria quartana yang memberikan
gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung,
dataran 65 rendah pada daerah tropik, biasanya berlangsung tanpa gejala, dan
ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini sering mengalami
kekambuhan (Achmadi, 2010).
2.2 Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium. Pada manusia
plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu plasmodium falciparum, plasmodium vivax,
plasmodium malariae, dan plasmodium ovale. Akan tetapi jenis spesies plasmodium
falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan dapat menimbulkan kematian
(Harijanto, dkk 2010).

1. Siklus hidup plasmodium


Parasit malaria (plasmodium) mempunyai dua siklus daur hidup, yaitu pada tubuh manusia
dan didalam tubuh nyamuk Anopheles betina (Soedarto, 2011).

Gambar 1. Siklus hidup plasmodium penyebab malaria.

a. Siklus didalam tubuh manusia


Pada waktu nyamuk Anopheles spp infeksi menghisap darah manusia, sporozoit
yang berada dalam kelenjar ludah nyamuk Anopheles masuk kedalam aliran darah
selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit menuju ke hati dan
menembus hepatosit, dan menjadi tropozoit. Kemudian berkembang menjadi
skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini
disebut siklus eksoeritrositik yang berlangsung selama 9-16 hari. Pada
plasmodium falciparum dan plasmodium malariae siklus skizogoni berlangsung
lebih cepat sedangkan plasmodium vivax dan plasmodium ovale siklus ada yang
cepat dan ada yang lambat. Sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, akan tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut bentuk
hipnozoit. Bentuk hipnozoit dapat tinggal didalam sel hati selama berbulan-bulan
bahkan sampai bertahun-tahun yang pada suatu saat bila penderita mengalami
penurunan imunitas tubuh, maka parasit menjadi aktif sehingga menimbulkan
kekambuhan.
b. Siklus didalam tubuh nyamuk Anopheles betina
Apabila nyamuk Anopheles betina mengisap darah yang mengandung gematosit,
didalam tubuh nyamuk gematosit akan membesar ukurannya dan meninggalkan
eritrosit. Pada tahap gematogenesis ini, mikrogamet akan mengalami eksflagelasi
dan diikuti fertilasi makrogametosit. Sesudah terbentuknya ookinet, parasit
menembus dinding sel midgut, dimana parasit berkembang menjadi ookista.
Setelah ookista pecah, sporozoit akan memasuki homokel dan pindah menuju
kelenjar ludah. Dengan kemampuan bergeraknya, sporozoit infektif segera
menginvasi sel-sel dan keluar dari kelenjar ludah.

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk kedalam tubuh sampai
timbulnya gejala klinis berupa demam. Lama masa inkubasi bervariasi tergantung
spesies plasmodium. Masa prapaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk
sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.

2. Tahapan Siklus Plasmodium


Dalam tahapan siklus plasmodium dapat berlangsung keadaan-keadaan sebagai
berikut:
a. Siklus preeritrositik: periode mulai dari masuknya parasit ke dalam darah sampai
merozoit dilepaskan oleh skizon hati dan menginfeksi eritrosit.
b. Periode prepaten: waktu antara terjadinya infeksi dan ditemukannya parasit
didalam darah perifer.
c. Masa inkubasi: waktu antara terjadinya infeksi dengan mulai terlihatnya gejala
penyakit.
d. Siklus eksoeritrositik: siklus yang terjadi sesudah merozoit terbetuk di skizoit
hepatik, merozoit menginfeksi ulang sel hati dan terulangnya kembali skizogoni.
e. Siklus eritrositik: waktu yang berlangsung mulai masuknya merozoit kedalam
eritrosit, terjadinya reproduksi aseksual didalam eritrosit dan pecahnya eritrosit
yang melepaskan lebih banyak merozoit.
f. Demam paroksismal: Serangan demam yang berulang pada malaria akibat
pecahnya skizoit matang dan masuknya merozoit kedalam aliran darah.
g. Rekuren: Kambuhnya malaria sesudah beberapa bulan tanpa gejala.
2.3 Faktor Lingkungan yang berpengaruh terhadap malaria
Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis, maupun sosial yang berada
disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan manusia. Faktor geografis di Indonesia sangat menguntungkan
terjadinya transmisi malaria, seperti:
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik merupakan faktor yang berpengaruh pada
perkembangbiakan dan kemampuan hidup vektor malaria, lingkungan fisik yang
berpengaruh terhadap nyamuk Anopheles antara lain:
a. Suhu
Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang
optimum berkisar antara 20-300C. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu)
makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya makin
rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pengaruh suhu ini
berbeda bagi setiap spesies, pada suhu 26,70C masa inkubasi ekstrinsik adalah
10-12 hari untuk Plasmodium falciparum dan 8-11 hari untuk Plasmodium
vivax, 14-15 hari untuk Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
b. Kelembaban
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak
berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling
rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih
tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga
meningkatkan penularan malaria.
c. Hujan
Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan
terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis
dan deras hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Curah hujan yang
tidak teratur akan menyebabkan terbentuknya tempat perindukan nyamuk dan
hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang
biaknya nyamuk Anopheles. Bila curah hujan yang normal pada suatu waktu
maka permukaan air akan meningkat sehingga tidak menguntungkan bagi
penularan malaria dan apabila curah hujan tinggi akan merubah aliran air pada
sungai atau saluran air sehingga larva akan terbawa arus air.
d. Ketinggian
Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin
bertambah, hal ini berkaitan dengan menurunya suhu rata-rata. Nyamuk
malaria tidak bisa hidup pada ketinggian lebih dari 2.500 meter diatas
permukaan laut. Karena ketinggian disuatu daerah berhubungan dengan
temperatur, kelembaban dan tekanan udara.
e. Angin
Hembusan angin dapat membawa (mendukung) jarak terbang nyamuk dari
tempat perindukannya ke daerah pemukiman penduduk. Sebaliknya hembusan
dan arah angin dapat juga menghambat jarak terbang nyamuk malaria apabila
arah angin berlawanan. Kecepatan angin saat matahari terbit dan terbenam
merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah yang ikut
menentukan dan menyebabkan kontak antara nyamuk dengan manusia.
f. Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan jentik (larva) nyamuk
malaria berbeda- beda. Ada Anopheles yang menyukai tempat terbuka (kena
sinar matahari langsung), misalnya An. hyrcanus spp dan An. pinctutatus spp
dan ada pula yang menyukai tempat teduh An. Sundaicus sedangkan yang
dapat hidup baik di tempat teduh maupun kena sinar matahari adalah An.
Barbirostis.
g. Arus air
Ada nyamuk malaria yang menyukai air tenang (tergenang) seperti
Anopheles Letifer dan ada juga nyamuk yang menyukai air mengalir lambat
seperti Anopheles barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis atau
mengalir lambat serta ada pula yang menyukai air yang berarus deras seperti
Anopheles Minimus.
h. Kawat kasa
Pemasangan kawat kasa pada ventilasi akan menyebabkan semakin
kecilnya kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni rumah,
dimana nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah. Penggunaan kasa pada
ventilasi dapat mengurangi kontak antara nyamuk Anopheles dan manusia.
i. Keadaan dinding
Keadaan rumah, khususnya dinding rumah berhubungan dengan kegiatan
penyemprotan rumah (indoor residual spraying) karena insektisida yang
disemprotkan ke dinding akan menyerap ke dinding rumah sehingga saat
nyamuk hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut. Dinding
rumah yang terbuat dari kayu memungkinkan lebih banyak lagi lubang untuk
masuknya nyamuk.
j. Langit-langit rumah
Langit-langit merupakan pembatas ruangan dinding bagian atas dengan
atap yang terbuat dari kayu, asbes, maupun anyaman bambu halus. Jika tidak
ada langit-langit berarti ada lobang atau celah antara dinding dengan atap
sehingga nyamuk lebih leluasa masuk ke dalam rumah. Dengan demikian
risiko untuk kontak antara penghuni rumah dengan nyamuk Anopheles lebih
besar dibanding dengan rumah yang ada langit-langitnya.
2. Lingkungan Biologi
Lingkugan biologi yang dimaksud adalah tumbuh-tumbuhan dan hewan
yang berpengaruh pada perkembangbiakan nyamuk malaria. Adanya tumbuhan
bakau, lumut, ganggang ditepi rawa yang dapat mempengaruhi kehidupan larva
nyamuk malaria karena menghalangi sinar matahari langsung sehingga tempat
perindukan nyamuk menjadi teduh dan juga melindungi serangan dari mahluk
hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemangsa larva seperti ikan kepala
timah (panchax spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mengurangi
populasi nyamuk di suatu daerah. Begitu pula dengan keberadaan hewan
peliharaan disekitar rumah seperti sapi, kerbau dan babi dapat mempengaruhi
jumlah gigitan nyamuk pada manusia, sebab nyamuk akan banyak menggigit
hewan tersebut.
3. Lingkungan Sosial Budaya
Sosial budaya juga berpengaruh terhadap kejadian malaria seperti:
kebiasaan keluar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik
dan eksofagik akan memudahkan kontak dengan nyamuk. Tingkat kesadaran
masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat
untuk memberantas malaria seperti penyehatan lingkungan, menggunakan
kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk.
Berbagai kegiatan (aktivitas) manusia seperti pembukaan hutan, pembuatan
bendungan, pembuatan jalan, pertambangan, perkebunan dan pembangunan
pemukiman penduduk mengakibatkan perubahan lingkungan yang mendukung
terjadinya transmisi malaria. Selain itu, perpindahan penduduk dan pariwisata
juga menyokong terjadinya transmisi malaria dari satu daerah ke daerah lain.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istilah malaria berasal dari bahasa latin “mal” yang berarti “buruk” dan
“Aria” yang berarti “udara, karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa
yang mengeluarkan bau busuk. Menurut Achmadi (2010) di Indonesia terdapat
empat spesies plasmodium, yaitu: Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodim ovale, Plasmodium malariae.
Primus (2008) menyatakan bahwa salah satu faktor lingkungan juga dapat
mempengaruhi peningkatan kasus malaria yaitu dengan adanya penggundulan
hutan terutama hutan bakau di pinggiran pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini
nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan dapat berpindah ke pemukiman
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Probowo, Arlan. 2008. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Jakarta: Puspa Swara.

Soedarto. 2011. Malaria Epidemologi Global-Plasmodium-Anopheles penataklasanaan


Penderita Malaria. Jakarta:sagung Seto

Harijanto P.N, dkk. 2010. Malaria Dari Molekuler Ke klinis. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC

http://eprints.ums.ac.id/27149/2/bab_1.pdf diunduh pada tanggal 18 juni 2019 pukul


04.00 WIB

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39503/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4&isAllowed=y diunduh pada tanggal 18 juni 2019 pukul 04.00 WIB

file:///C:/Users/pemilik2/Downloads/Soraya_prosiding.pdf diunduh pada tanggal 18


juni 2019 pukul 04.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai