PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria pada semua daerah di Indonesia dan salah satunya adalah Kalimantan.
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh plasmodium yang dibawa oleh
nyamuk anopheles yang hidup pada beberapa tempat dengan berbagai kelembapan.
Nyamuk anopheles dapat berkembang biak pada beberapa kondisi air yang ada
dilingkungan kita. Oleh karena itulah, pada kondisi tertentu, tempat penampungan
air dirumah kita bisa saja adalah wadah yang baik bagi perkembangbiakan nyamuk
tersebut serta sekaligus merupakan tempat kita membesarkan nyamuk tersebut yang
akan menyebarkan plasmodium dalam darah kita. Malaria merupakan penyakit yang
merusak system peredaran darah dalam tubuh kita.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini mahasiswa akan lebih:
1. Memahami apa pengertian malaria itu?
2. Memahami dan menetahui penyebab malaria,
3. Mengetahui bagaimana tanda gejala dan cara pencegahan penyakit malaria, serta
4. Memahami hal-hal penting lainnya mengenai parasit penyebab penyakit malaria.
C. Batasan Masalah
Pada makalah ini hanya membahas mengenai malaria. Tidak membahas mengenai
hal lain diluar malaria.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium
falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang
mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina
(Kemenkes,2011)
Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya
buruk dan “Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria berarti
udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria terjadi
secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air
(koalisi (a) koalisi org 2001).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
(protozoa) dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo,2004:2)
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi
penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas
kesehatan DKI Jakarta)
2
kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai
vektor penyakit malaria.
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo
coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:
1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan
malaria yang berat.
2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.
4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena
umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu
jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection).
Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni
campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P.
malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini
jarang terjadi,. infeksi campuran ini biasanya terjadi terdapat di daerah yang tinggi
angka penularannya.
Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium
3
vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di
dalam sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari
siklus hidup parasit yang nantinya dapat menyebabkan kumat / kambuh
atau rekurensi (long term relapse). Plasmodium vivax dapat kambuh
berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3 – 4 tahun. Sedangkan untuk
Plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila
pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan
keluar merozoit yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer).
4
pada fase ini yaitu dengan mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek
dari masa inkubasi ekstrinsik, sehingga fase sporogoni tidak dapat
berlangsung. Dengan demikian rantai penularan akan terputus
5
hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya
dari kepompong.
2. tempat beristirahat
6
spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai
pagi hari.
2) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode
yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah
maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan
nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah
dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.
3) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan
macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik
apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih
senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai
pilihan tertentu.
4) Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya
kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan
memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah
untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan
mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi
oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk
iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
b. Perilaku Istirahat.
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya
selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara
yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya
nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi
apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang
berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan
tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang
cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk
kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung
7
keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang
akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.
2. Distribusi Musiman
8
Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi
musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan
menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang
berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk
daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi
pada musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa
dimana densitas tertinggi pada musim kemarau
3. Penyebaran Vektor.
Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang
ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara
yaitu: cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan
perantaraan dan bantuan alat transport atau angin.
9
3. Secara oral (Melalui Mulut).
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium)
burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
C. Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari,
gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis masa inkubasi dapat
dibedakan berdasarkan penyebabnya:
1. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
2. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
3. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
4. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi,
pengobatan yang sudah pernah didapat sebelumnya dan derajat
imunitas penjamu.
(Soegijanto, 2004: 6)
10
Malaria Aestivo-Autumnal atau disebut juga malaria tropika
disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab
sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk
ini sering menghalangi darah ke otak, menyebabkan koma,
mengigau dan kematian.
3. Malaria Kuartana
Malaria yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki
masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana
atau tropika, gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18
- 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan
terulang lagi tiap tiga hari.
E. Patofisiologi
Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam,
anemia, imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan
oleh perlengketan eritrosit yang terinfeksi pada endotel kapiler.
Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung
dari lama manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan
pecahnya eritrosit sewaktu fase skizogom eritrositik dan masuknya
merozoit kedalam sirkulasi darah. Demam mengakibatkan
terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah merozoit
masuk dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam turun dengan
cepat sehingga penderita merasa kepanasan dan berkeringat
banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit yang
11
berlebihan, hemolisis autoimun dan gangguan eritropoesis. Diduga
terdapat toksin malaria yang disebabkan gangguan fungsi eritrosit
dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan keluarlah
parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah
eritrosit yang ter infeksi parasit sehingga terjadi aktivitas system
RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang terifeksi maupun
yang tidak. Kelainan patologik pembuluh darah kapilerdisebabkan
karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket,
perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga mekat pada
endotel kapiler, timbul hipoksia atau anoriksia jaringan. Juga
terjadi gangguan integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran
plasma. Monosit atau makrofag merupakan partisipan selalu
terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi (Soegijanto,
2004: 5).
F. Penyebaran Malaria
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS (Argentina).
Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (Laut
mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium
vivax mempunyai distribusi geografis yang paling Juas, mulai dari daerah beriklim
dingin, subtropik sampai kedaerah tropik. Plasmodium Falciparum jarang sekali
terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit Malaria hampir sama dengan
penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya. Plasmodium ovale pada
umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik, kadang-kadang
dijumpai di Pasifik Barat. Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau
dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan
ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut.
Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara
1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar.
12
Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium
vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur.
Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.
G. Gejala Malaria
Penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala
utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan
gejala klinis lain sebagai berikut :
1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
2. Nafsu makan menurun.
3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
plasmodium Falciparum.
5. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
7. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang
menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia)
serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
8. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3
stadium yang berurutan yaitu :
a. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala
macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir
dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita
mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
13
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan.
Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit
kepala menjadi-jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi.
Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat
sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan
masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.
Pada plasmodium vivax dan P. ovale sison-sison dari setiap generasi
menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga
hari terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana
bersumber dari fenomena ini. Pada plasmodium malariaa, fenomena
tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval
demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yang
lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat
kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
14
Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak
berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria
ini. Kadang–kadang gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water
fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air
seni yang menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam.
Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang
warnanya sama dengan warna empedu, black water fever biasanya
dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang
-ulang dan infeksi yang cukup berat.
2. Jenis Kelamin
Karakter biologis atau kualitas yang membedakan laki-laki dan
wanita satu sama lain, seperti ditampilkan dalam analisis
gonad, morfologis (Internal dan eksternal) kromosom dan
karakteristik hormone individu (John H. Direkx,M.D, 2005).
15
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi
apabila mengenfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan
anemia yang lebih berat (Depkes, 1999: 19).
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk mendewasakan seseorang.
Dengan demikian setiap usaha pendidikan itu bertujuan,
walaupun kadang tujuannya tidak disadari dan dirumuskan
secara eksplisit (Slameto, 1991).
Pendidikan berarti hubungan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-
cita tertentu (Suwarno, 1992). Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat,
1997).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan,
kliends pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi,
menggunakan koping yang efektif dan konnstruktif daripada
seseorang dengan pendidikan rendah (Broewer, 1983).
16
Terbagi atas 2 kategori yaitu bekerja ( buruh, swasta, PNS/
ABRI) dan tidak bekerja ( Nursalam & Pariani, 2001: 138)
( skripsi Rohana Agustina). Keadaan sosial ekonomi masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat
hubunganya dengan infeksi malaria (Depkes: 1999).
5. Cara hidup
Perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan
opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk
merekfesikan status sosialnya (The Jakarta Consuting Group,
2006). Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan
penyakit malaria. Misalnya: Tidur tidak memakai kelambu dan
senang berada diluar rumah pada malam hari (Depkes, 1999:
19).
I. Upaya Pengendalian
Terdapat beberapa upaya yang dilakukan dalam program pencegahan malaria
seperti.
1. Pemakaian Kelambu
2. Pengendalian Vektor
Untuk meminimalkan penularan malaria maka dilakukan upaya
pengendalian terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk penular malaria. Beberapa
upaya pengendalian vektor yang dilakukan misalnya terhadap jentik dilakukan
larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi,
17
menggunakan insektisida), biological control ( menggunakan ikan pemakan
jentik), manajemen lingkungan, dan lain-lain. Pengendalian terhadap nyamuk
dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS/
indoors residual spraying) atau menggunakan kelambu berinsektisida. Namun
perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus dilakukan secara REESAA
(rational, effective, efisien, suntainable, affective dan affordable) mengingat
kondisi geografis Indonesia yang luas dan bionomik vektor yang beraneka
ragam sehingga pemetaan breeding places dan perilaku nyamuk menjadi sangat
penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah daerah, seluruh stakeholders dan
masyarakat dalam pengendalian vektor malaria.
3. Diagnosis
Selain pencegahan, diagnosis dan pengobatan malaria juga merupakan upaya
pengendalian malaria yang penting.
Penyakit malaria tidak sukar diketahui. Selain dari demamnya
kita menduga dan tempat penderita berasal. Jika di daerah
malaria seseorang mendadak demam, timbulnya demam
mungkin berarti terjangkit malaria. Lebih-lebih harus dicurigai
jika demamnya khas malaria. Jika demamnya meragukan
dilakukan pemerikasaan darah. Darah diambil dengan tusukan
jarum diujung jari, lalu dioleskan pada sepotong kaca. Diberi
warna khusus, lalu diperiksa dibawah mikroskop. Jika ada sel
darah merah mengandung parasit, tandanya positifmalaria.
Pengambilan darah untuk memeriksa malaria tidak sembarang
waktu. Darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar
dalam danah, sehingga dari pemeriksaan tidak ditemukan
parasit malarianya. Seolah-olah tidak ada parasitnya. Padahal,
sebetulnya parasitnya ada tetapi sedang bersembunyi.
Pemeriksaan darah dilakukan rutin pada pendatang yang
18
memasuki daerah malaria selama setahun. Dengan
pemeriksaan ini dapat lebih dini dapat diketahui jangkitan
malarianya. Pemeriksaan perlu diulang-ulang karena masa
tunas penyakit malaria panjang. Pada pemeriksaan pertama
parasitnya mungkin belum muncul di darah baru pemeriksaan
ulang berikutnya parasitnya baru muncul (Handrawanm, 1996).
4. Pengobatan
1) Pengobatan malaria yang ringan
Malaria Vivax, Ovale dan Malariae
Serangan akut ketiga jenis malaria ini diobati dengan
klorokuin, yang diberikan per oral dosis total per oral untuk
orang dewasa adalah 1500 mg basa klorokuin ( 25mg per kg
BB), yang diberikan selama tiga hari. Hari ke l diberikan
dengan dosis awal 600 mg, ditambah 300 mg 6 jam
kemudian. Pada hari ke 2 sesudah 24 jam 300 mg, dan hari
ke 3 (sesudah 48 jam) diberikan 300 mg lagi. Dosis per oral
untuk anak - anak adalah: dosis awal 10 mg/ kg BB ( tidak
melemihi 600 mg), dan dosis sesudah 24 dan 48 jam masing
- masing 5 mg/ kg BB.
Untuk penderita malaria vivax dan ovale yang tinggal
dikota atau didaerah nonendemis, sesudah pemberian
klorokuian diberikan pengobat radikal dengan primakoin
untuk membunuh fase eksoerittrositik (EE) sekunder dalam
hati (mencegah relaps). Pengobatan radikal seperti diatas
tidak diberikan kepada penderita yang tinggal di daerah
endemis karena kemungkinan ini terinfeksi sangat besar
primakuin tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, anak-
19
anak dibawah 4 tahun, penderita rheumatoid arthritis, dan
penderita lufus yang aktif (Sutisna, 2004: 76).
20
j. Mempertimbangkan keperluan memberikan obat-obat
tambahan, misalnya anti konvolsan dan anti mekroba.
k. Menilai adanya kebutuhan untuk memberikan tranfusi
darah. Jika diduga adanya edema paru, letakkan
penderita dalam posisi tegak ditempat tidur, berikan
oksigen dan buat foto roentgen dada (Sutisna, 2004:
78)
21
dalam (dosis untuk orang dewasa). Jika sediaan fansidar
IM tidak ada, bisa diberikan kiorokuin ( difusfat) secara IM.
Pemberian klorokuin secara IM sesungguhnya tidak
dianjurkan. Sebisa - bisanya penderita akan dikirim
kepusat pelayanan medis yang memiliki sarana
pengobatan melalui infuse. Jika kondisi penderita
bertambah baik (sudah bisa menelan), pengobatan
diteruskan dengan pansidan per oral 3 tablet sekaligus,
diteruskan dengan kina per oral dalam dosis yang efektif.
Perlu diingatakan sekali lagi bahwa: Dosis obat - obat
yang tergolong kuinolin, misalnya klorokuin, amodiakuin,
dan kina harus dihitung berdasarkan jumlah basanya.
(Sutisna, 2004: 79-81).
J. Prognosis
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada
malaria berat, tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnose
dan penanganan yang tepat. Walaupun demikian mortalitas penderita malaria berat
di dunia masih cukup tinggi antara 15%-60% tergantung fasilitas pemberi
pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti dengan peningkatan
mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral dengan hipoglikemi,
peningkatan kreatinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi dari pada
malaria serebral saja.
Prognosis untuk malaria nonfallciparum secara umum baik pada penderita yang
responsive untuk melakukan terapi. Relaps P. ovale dan P. vivax dapat dihindari
dengan terapi yang sesuai. P. malariae dapat ditangani dengan terapi yang baik
sehingga tidak ada kontribusi untuk menyebabkan mortalitas dan morbiditas.
Prognosis malaria falciparum, terutama untuk nonimun perlu berhati-hati.
22
Kerusakan organ secara multisystem dapat meningkatkan angka morbilitas dan
mortalitasyang tinggi ( Wilson 2001 )
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium
falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang
mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
Dengan gejala badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan
23
berkeringat, nafsu makan menurun, mual-mual kadang-kadang diikuti muntah, Sakit
kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium
Falciparum, Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran
limpa, Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan,
Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol
adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya
riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
B. Saran
Diharapkan setelah mengetahui bagaimana gejala terjadinya suatu penyakit
malaria, serta mengetahui bagaimana siklus hidup parasit dan vector penyebaran
penyakit tersebut, mahasiswa lebih berhati-hati dan dengan segera mengatasi
masalah ssegan segera pada saat gejala mulai terlihat. Dan dengan penjelasan yang
dimuat dalam makalah ini, mahasiswa lebih memiliki suatu harapan yang diikuti
tindakan meningkatkan tarap hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
24
Sudoyo, A. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI:
Jakarta.
Wilson, R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. The McGraw
– Hill Companies, Inc united states of America.
http://en.wikipedia.org/wiki/anopheles
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/lifecycleofmalaria
DAFTAR GAMBAR
25
Gambar 2 : eritrosit yang terinfeksi parasit malaria……………………………4
26
https://www.academia.edu/8580087/Makalah_Mikrobiologi_Malaria
Malaria adalah salah satu penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk
yang sudah terinfeksi parasit. Infeksi malaria bisa terjadi hanya dengan satu
gigitan nyamuk. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar, bisa
menyebabkan seseorang kehilangan nyawanya. Sebenarnya malaria tidak bisa
ditularkan secara langsung dari satu orang ke orang lainnya, melainkan bisa
tertular jika terjadi kontak langsung dengan darah pengidap. Karena tertular dari
ibu, sang bayi yang berada dalam kandungan pun kemungkinan bisa terkena
infeksi malaria.
Gejala malaria akan muncul bila kamu digigit oleh nyamuk yang sudah
terinfeksi oleh parasit Plasmodium. Masa inkubasi atau waktu antara gigitan
nyamuk malaria dan dimulainya gejala tergantung kepada jenis parasit yang
menginfeksi. Biasanya masa inkubasi Plasmodium falciparum sekitar 1-2
minggu, sementara untuk Plasmodium vivax adalah 2-3 minggu. Kedua jenis
parasit tersebut menjadi penyebab malaria paling banyak di Indonesia. Gejala
malaria biasanya terdiri dari:
1. Anemia
2. Berkeringat dingin
3. Demam tinggi
4. menggigil
5. Diare
6. Dehidrasi
7. Kejang
8. Mual dan muntah-muntah
9. Nyeri otot
27
10. Sakit kepala
11. Tinja berdarah
12. Tekanan darah menurun tiba-tiba
Untuk beberapa jenis malaria, demam muncul setiap 48 jam yang disertai
keringat berlebihan dan rasa lelah. Selain itu, bila suhu tubuh sedang turun,
kamu akan merasa kedinginan dan menggigil. Gejala malaria bisa berupa nyeri
otot dan diare. Gejala-gejala malaria tersebut bisa berlangsung cukup lama
yakni 6-12 jam. Kasus malaria paling berbahaya disebabkan oleh
parasit Plasmodium falciparum.
Pada masa-masa inkubasi awal, gejala malaria yang muncul seperti nyeri
kepala dan demam seringkali bersifat ringan sehingga sering dianggap remeh
oleh pengidapnya. Tetapi hal ini bisa menjadi berbahaya apabila nyamuk yang
menggigit kamu terinfeksi jenis parasit Plasmodium falciparum. Jenis parasit ini
sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kondisi yang serius seperti
masalah pernapasan atau kegagalan fungsi organ tubuh. Yang lebih parah bisa
mengancam nyawa pengidap jika tidak mendapat penanganan dalam waktu 24
jam.
Maka dari itu, segera tanyakan pada dokter jika kamu atau keluargamu
menunjukkan gejala malaria seperti yang dijelaskan di atas. Apalagi jika kamu
sedang atau telah bepergian ke daerah endemis malaria di Indonesia seperti
wilayah Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Bengkulu yang menjadi
tempat penyumbang terbanyak angka kejadian malaria di Indonesia. Hal ini
berguna untuk mempercepat proses pengobatan agar bisa segera dimulai.
https://www.halodoc.com/12-gejala-malaria-yang-harus-diwaspadai
Pengertian Malaria
28
Istilah malaria yang diperkenalkan oleh Dr. Francisco Totti dalam perkataan Itali
bermaksud udara kotor. Malaria adalah suatu penyakit kawasan tropika yang biasa
dan serius. Ia adalah suatu serangan protozoa yang dipindahkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk terutama pada waktu terbit dan terbenam matahari (Suara
Medika, 2002).
Penyakit malaria dapat juga dikatakan sebagai penyakit yang muncul kembali (re-
emerging disease). Dengan menipisnya lapisan ozon mengakibatkan terjadinya
degradasi lingkungan, keterbatasan sumber air bersih, kerusakan rantai makanan di
laut, musnahnya ekosistem terumbu karang dan sumber daya laut lainnya. Dampak
berikutnya adalah terjadinya pemanasan global (global warming). Pemanasan global
yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan
melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur,
kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering
bertelur sehingga vektor yang tularkan penyakit pun bertambah dan sebagai
dampaknya muncul berbagai penyakit, diantaranya demam berdarah dan malaria
(Ridad, 2003).
29