Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria pada semua daerah di Indonesia dan salah satunya adalah Kalimantan.
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh plasmodium yang dibawa oleh
nyamuk anopheles yang hidup pada beberapa tempat dengan berbagai kelembapan.
Nyamuk anopheles dapat berkembang biak pada beberapa kondisi air yang ada
dilingkungan kita. Oleh karena itulah, pada kondisi tertentu, tempat penampungan
air dirumah kita bisa saja adalah wadah yang baik bagi perkembangbiakan nyamuk
tersebut serta sekaligus merupakan tempat kita membesarkan nyamuk tersebut yang
akan menyebarkan plasmodium dalam darah kita. Malaria merupakan penyakit yang
merusak system peredaran darah dalam tubuh kita.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini mahasiswa akan lebih:
1. Memahami apa pengertian malaria itu?
2. Memahami dan menetahui penyebab malaria,
3. Mengetahui bagaimana tanda gejala dan cara pencegahan penyakit malaria, serta
4. Memahami hal-hal penting lainnya mengenai parasit penyebab penyakit malaria.

C. Batasan Masalah
Pada makalah ini hanya membahas mengenai malaria. Tidak membahas mengenai
hal lain diluar malaria.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium
falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang
mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina
(Kemenkes,2011)
Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya
buruk dan “Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria berarti
udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria terjadi
secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air
(koalisi (a) koalisi org 2001).
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit
(protozoa) dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo,2004:2)
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi
penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas
kesehatan DKI Jakarta)

B. Penyebab Penyakit Malaria


Menurut Hiswani (2004) Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang
penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit
kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species
nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species nyamuk
tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan

2
kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai
vektor penyakit malaria.
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo
coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:
1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan
malaria yang berat.
2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
3. Plasmodium malaria penyebab malaria quartana.
4. Plasmodium ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena
umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.

Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu
jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection).
Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni
campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P.
malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini
jarang terjadi,. infeksi campuran ini biasanya terjadi terdapat di daerah yang tinggi
angka penularannya.

a. Siklus Hidup Parasit Penyebab Malaria


Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan dua macam siklus
kehidupan yaitu siklus dalam tubuh manusia dan siklus dalam tubuh nyamuk.
1. Siklus aseksual dalam tubuh manusia
Sikus dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini
terdiri dari :
 
Gambar 1 : siklus hidup parasit malaria (lihat daftar gambar..24)

Siklus di luar sel darah merah

Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium

3
vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di
dalam sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari
siklus hidup parasit yang nantinya dapat menyebabkan kumat / kambuh
atau rekurensi (long term relapse). Plasmodium vivax dapat kambuh
berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3 – 4 tahun. Sedangkan untuk
Plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila
pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan
keluar merozoit yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer).

Fase dalam sel darah merah


Fase hidup dalam sel darah merah / eritrositer terbagi dalam :
a) Fase sisogoni yang menimbulkan demam
b) Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber
penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada
Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse),
karena siklus didalam sel darah merah masih berlangsung sebagai
akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk
ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor
malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami
siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit
yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.
Gambar 2 : eritrosit yang terinfeksi parasit malaria (lihat daftar
gambar..24)

2. Fase Seksual Dalam Tubuh Nyamuk


Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan
sporozoit, yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh
nyamuk kepada manusia. Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut
masa inkubasi ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban udara. Prinsip pengendalian malaria, antara lain didasarkan

4
pada fase ini yaitu dengan mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek
dari masa inkubasi ekstrinsik, sehingga fase sporogoni tidak dapat
berlangsung. Dengan demikian rantai penularan akan terputus

b. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles


Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai
tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan
tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat
hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :
a) Tingkatan di dalam air.
b) Tingkatan di luar temp at berair (darat/udara).

Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup


nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah:
telur. jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air,
maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur
masih sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik anopheles
mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung
pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh
menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat
dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai
dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk
dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk
tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair
untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan
keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya kawin satu kali selama

5
hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya
dari kepompong.

Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk


Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan,
umur, populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi berupa lisan fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air).
lingkungan kimiawi (kadar gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan
bakau, gangang vegetasi disekitar tempat perindukan dan musim alami.
Jika kita tinjau kehidupan nyamuk ada tiga macam tempat yang diperlukan untuk
kelangsungan hidupnya. Hubungan ketiga tempat tersebut dapat dilukiskan dengan
bagan sebagai berikut.

1. tempat berkembang biak

2. tempat beristirahat

3. tempat mencari darah

Untuk menujang program pemberantasan malaria perilaku vektor yang ada


hubungannya dengan ketiga macam tempat tersebut penting untuk diketahui yaitu :
a. Perilaku Mencari Darah.
Perilaku mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
1) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles pada
umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari
dengan teliti. Ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada

6
spesies yang aktif mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai
pagi hari.
2) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode
yang sama kita adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah
maka dari hasil penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan
nyamuk, yaitu: eksofagik yang lebih senang mencari darah diluar rumah
dan endofagik yang lebih senang mencari darah didalam rumah.
3) Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan
macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik
apabila lebih senang darah manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih
senang menghisap darah binatang dan golongan yang tidak mempunyai
pilihan tertentu.
4) Frekuensi menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya
kawin satu kali selama hidupnya Untuk mempertahankan dan
memperbanyak keturunannya, nyamuk betina hanya memerlukan darah
untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian hari sekali nyamuk akan
mencari darah. Interval tersebut tergantung pada species, dan dipengaruhi
oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus gonotrofik. Untuk
iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.

b. Perilaku Istirahat.
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya
selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara
yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya
nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi
apabila diteliti lebih lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang
berbeda-beda. Ada spesies yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan
tanah (AnAconitus) tetapi ada pula species yang hinggap di tempat-tempat yang
cukup tinggi (An.Sundaicus). Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk
kedalam rumah hanya untuk menghisap darah orang dan kemudian langsung

7
keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun sesudah menghisap darah orang
akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.

c. Perilaku Berkembang Biak.


Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan
atau tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan
kebutuhannya Ada species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar
matahari langsung (an. Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat
teduh (An. Umrosus). Species yang satu berkembang dengan baik di air payau
(campuran tawar dan air laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya Oleh
karena perilaku berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu
survai yang intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat
diperlukan dalam program pemberantasan.

Keterangan mengenai vektor


1. Umur Populasi Vektor.
Umur nyamuk bervariasi tergantung pada species dan dipengaruhi keadaan
lingkungan. Ada banyak cara untuk mengukur unsur populasi nyamuk. Salah
satu cara yang paling praktis dan cukup memungkinkan ialah dengan melihat
beberapa persen nyamuk porous dari jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous
adalah nyamuk yang telah pernah bertelur, yang dapat diperiksa dengan
perbedahan indung telur (ovarium).
Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80 ekor
telah parous, maka persentase parous populasi nyamuk tersebut adalah 80%.
Penentuan umur nyamuk ini sangat penting untuk mengetahui kecuali kaitannya
dengan penularan malaria data umur populasi nyamuk dapat juga digunakan
sebagai para meter untuk menilai dampak upaya pemberantasan vektor
(penyemprotan, pengabutan dan lain-lain).

2. Distribusi Musiman

8
Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi
musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan
menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang
berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk
daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi
pada musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa
dimana densitas tertinggi pada musim kemarau

3. Penyebaran Vektor.
Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi penyakit yang
ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara
yaitu: cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan terbang, dan cara pasif dengan
perantaraan dan bantuan alat transport atau angin.

Cara penularan malaria


Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
a. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui
gigitan nyamuk anopheles.
b. Penularan yang tidak alamiah.
1. Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria,
penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.
2. Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik.
Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini
pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun
1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena
dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik
beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai
(disposeble).

9
3. Secara oral (Melalui Mulut).
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium)
burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).

C. Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari,
gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis masa inkubasi dapat
dibedakan berdasarkan penyebabnya:
1. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
2. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
3. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
4. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi,
pengobatan yang sudah pernah didapat sebelumnya dan derajat
imunitas penjamu.
(Soegijanto, 2004: 6)

D. Jenis-Jenis Malaria (Tempo 2003)


Adapun beberapa jenis malaria yang ada pada sekitar tahun 2003,
antara lain:
1. Malaria Tertiana (paling ringan)
Malaria yang disebabkan Plasmodium Vivax dengan gejala
demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala
pertama terjadi ( dapat terjadi selama dua minggu setelah
infeksi).

2. Demam Rimba (Jungle Fever)

10
Malaria Aestivo-Autumnal atau disebut juga malaria tropika
disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab
sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk
ini sering menghalangi darah ke otak, menyebabkan koma,
mengigau dan kematian.

3. Malaria Kuartana
Malaria yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki
masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana
atau tropika, gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18
- 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan
terulang lagi tiap tiga hari.

4. Malaria yang Jarang dijumpai


Malaria yang disebabkan plasmodium ovale yang mirip
dengan malaria tertiana.

E. Patofisiologi
Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam,
anemia, imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan
oleh perlengketan eritrosit yang terinfeksi pada endotel kapiler.
Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung
dari lama manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan
pecahnya eritrosit sewaktu fase skizogom eritrositik dan masuknya
merozoit kedalam sirkulasi darah. Demam mengakibatkan
terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah merozoit
masuk dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam turun dengan
cepat sehingga penderita merasa kepanasan dan berkeringat
banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit yang

11
berlebihan, hemolisis autoimun dan gangguan eritropoesis. Diduga
terdapat toksin malaria yang disebabkan gangguan fungsi eritrosit
dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan keluarlah
parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah
eritrosit yang ter infeksi parasit sehingga terjadi aktivitas system
RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang terifeksi maupun
yang tidak. Kelainan patologik pembuluh darah kapilerdisebabkan
karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket,
perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga mekat pada
endotel kapiler, timbul hipoksia atau anoriksia jaringan. Juga
terjadi gangguan integritas kapiler sehingga terjadi pembesaran
plasma. Monosit atau makrofag merupakan partisipan selalu
terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi (Soegijanto,
2004: 5).

F. Penyebaran Malaria
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS (Argentina).
Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan laut (Laut
mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium
vivax mempunyai distribusi geografis yang paling Juas, mulai dari daerah beriklim
dingin, subtropik sampai kedaerah tropik. Plasmodium Falciparum jarang sekali
terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit Malaria hampir sama dengan
penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya. Plasmodium ovale pada
umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik, kadang-kadang
dijumpai di Pasifik Barat. Di Indonesia Penyakit malaria tersebar diseluruh pulau
dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan
ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut.
Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983) berkisar antara
1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali lebih besar.

12
Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium
vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur.
Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.

G. Gejala Malaria
Penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejala
utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan
gejala klinis lain sebagai berikut :
1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
2. Nafsu makan menurun.
3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
plasmodium Falciparum.
5. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
7. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang
menonjol adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia)
serta adanya riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
8. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3
stadium yang berurutan yaitu :
a. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala
macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir
dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita
mungkin muntah dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

b. Stadium demam (Hot stage).

13
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan.
Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit
kepala menjadi-jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi.
Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat
sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.
Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan
masuknya merozoit darah kedalam aliran darah.
Pada plasmodium vivax dan P. ovale sison-sison dari setiap generasi
menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga
hari terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana
bersumber dari fenomena ini. Pada plasmodium malariaa, fenomena
tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval
demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yang
lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat
kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.

c. Stadium berkeringat (sweating stage)


Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai
tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-
kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur
nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala
lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang
disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada
species parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya
terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum.
Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoit
dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh seperti
otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah
pada organ-organ tubuh tersebut.

14
Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak
berfungsinya ginjal. Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria
ini. Kadang–kadang gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water
fever yang merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada air
seni yang menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam.
Gejala lain dari black water fever adalah ikterus dan muntah-muntah yang
warnanya sama dengan warna empedu, black water fever biasanya
dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang berulang
-ulang dan infeksi yang cukup berat.

H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Malaria


Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi malaria
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun (Elisabeth,1995).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
akan lebih dipercaya dan orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini akibat dan pengalaman dan
kematangan jiwanya (Huclok, 1998). Anak - anak lebih rentan
terhadap infeksi parasit malaria (Depkes, 1999: 19).

2. Jenis Kelamin
Karakter biologis atau kualitas yang membedakan laki-laki dan
wanita satu sama lain, seperti ditampilkan dalam analisis
gonad, morfologis (Internal dan eksternal) kromosom dan
karakteristik hormone individu (John H. Direkx,M.D, 2005).

15
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin akan tetapi
apabila mengenfeksi ibu yang sedang hamil akan menyebabkan
anemia yang lebih berat (Depkes, 1999: 19).

3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk mendewasakan seseorang.
Dengan demikian setiap usaha pendidikan itu bertujuan,
walaupun kadang tujuannya tidak disadari dan dirumuskan
secara eksplisit (Slameto, 1991).
Pendidikan berarti hubungan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-
cita tertentu (Suwarno, 1992). Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat,
1997).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan,
kliends pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi,
menggunakan koping yang efektif dan konnstruktif daripada
seseorang dengan pendidikan rendah (Broewer, 1983).

4. Status sosial ekonomi


“Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan (Erich, 1996; Nursalam & Pariani, 2001:
133). Status sosial ekonomi merupakan jenis kegiatan atau
pekerjaan yang dilakukan responden setiap harinya sebagai
penghasilan ekonomi.

16
Terbagi atas 2 kategori yaitu bekerja ( buruh, swasta, PNS/
ABRI) dan tidak bekerja ( Nursalam & Pariani, 2001: 138)
( skripsi Rohana Agustina). Keadaan sosial ekonomi masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat
hubunganya dengan infeksi malaria (Depkes: 1999).

5. Cara hidup
Perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan
opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk
merekfesikan status sosialnya (The Jakarta Consuting Group,
2006). Cara hidup sangat berpengaruh terhadap penularan
penyakit malaria. Misalnya: Tidur tidak memakai kelambu dan
senang berada diluar rumah pada malam hari (Depkes, 1999:
19).

6. Riwayat Malaria Sebelumnya


Orang yang pernah terinfeksi penyakit malaria sebelumnya
biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih tahan
terhadap infeksi malaria (Depkes, 1999: 19).

I. Upaya Pengendalian
Terdapat beberapa upaya yang dilakukan dalam program pencegahan malaria
seperti.
1. Pemakaian Kelambu
2. Pengendalian Vektor
Untuk meminimalkan penularan malaria maka dilakukan upaya
pengendalian terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk penular malaria. Beberapa
upaya pengendalian vektor yang dilakukan misalnya terhadap jentik dilakukan
larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi,

17
menggunakan insektisida), biological control ( menggunakan ikan pemakan
jentik), manajemen lingkungan, dan lain-lain. Pengendalian terhadap nyamuk
dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS/
indoors residual spraying) atau menggunakan kelambu berinsektisida. Namun
perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus dilakukan secara REESAA
(rational, effective, efisien, suntainable, affective dan affordable) mengingat
kondisi geografis Indonesia yang luas dan bionomik vektor yang beraneka
ragam sehingga pemetaan breeding places dan perilaku nyamuk menjadi sangat
penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah daerah, seluruh stakeholders dan
masyarakat dalam pengendalian vektor malaria.

3. Diagnosis
Selain pencegahan, diagnosis dan pengobatan malaria juga merupakan upaya
pengendalian malaria yang penting.
Penyakit malaria tidak sukar diketahui. Selain dari demamnya
kita menduga dan tempat penderita berasal. Jika di daerah
malaria seseorang mendadak demam, timbulnya demam
mungkin berarti terjangkit malaria. Lebih-lebih harus dicurigai
jika demamnya khas malaria. Jika demamnya meragukan
dilakukan pemerikasaan darah. Darah diambil dengan tusukan
jarum diujung jari, lalu dioleskan pada sepotong kaca. Diberi
warna khusus, lalu diperiksa dibawah mikroskop. Jika ada sel
darah merah mengandung parasit, tandanya positifmalaria.
Pengambilan darah untuk memeriksa malaria tidak sembarang
waktu. Darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar
dalam danah, sehingga dari pemeriksaan tidak ditemukan
parasit malarianya. Seolah-olah tidak ada parasitnya. Padahal,
sebetulnya parasitnya ada tetapi sedang bersembunyi.
Pemeriksaan darah dilakukan rutin pada pendatang yang

18
memasuki daerah malaria selama setahun. Dengan
pemeriksaan ini dapat lebih dini dapat diketahui jangkitan
malarianya. Pemeriksaan perlu diulang-ulang karena masa
tunas penyakit malaria panjang. Pada pemeriksaan pertama
parasitnya mungkin belum muncul di darah baru pemeriksaan
ulang berikutnya parasitnya baru muncul (Handrawanm, 1996).

4. Pengobatan
1) Pengobatan malaria yang ringan
Malaria Vivax, Ovale dan Malariae
Serangan akut ketiga jenis malaria ini diobati dengan
klorokuin, yang diberikan per oral dosis total per oral untuk
orang dewasa adalah 1500 mg basa klorokuin ( 25mg per kg
BB), yang diberikan selama tiga hari. Hari ke l diberikan
dengan dosis awal 600 mg, ditambah 300 mg 6 jam
kemudian. Pada hari ke 2 sesudah 24 jam 300 mg, dan hari
ke 3 (sesudah 48 jam) diberikan 300 mg lagi. Dosis per oral
untuk anak - anak adalah: dosis awal 10 mg/ kg BB ( tidak
melemihi 600 mg), dan dosis sesudah 24 dan 48 jam masing
- masing 5 mg/ kg BB.
Untuk penderita malaria vivax dan ovale yang tinggal
dikota atau didaerah nonendemis, sesudah pemberian
klorokuian diberikan pengobat radikal dengan primakoin
untuk membunuh fase eksoerittrositik (EE) sekunder dalam
hati (mencegah relaps). Pengobatan radikal seperti diatas
tidak diberikan kepada penderita yang tinggal di daerah
endemis karena kemungkinan ini terinfeksi sangat besar
primakuin tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, anak-

19
anak dibawah 4 tahun, penderita rheumatoid arthritis, dan
penderita lufus yang aktif (Sutisna, 2004: 76).

2) Pengobatan malaria falciparum yang berat


Penanganan secara umum
Sebagai pegangan secara umum, perawatan dini yang
diberikan untuk kasus malaria falciparum yang berat terdiri
dari:
a. Menimbang berat badan penderita
b. Membebaskan saluran nafas untuk menghindari
asfiksia dan menempatkan perawat disamping
penderita
c. Membuat penilaian secara cepat terhadap keadaan
klinis penderita.
d. Membuat sediaan darah penderita untuk memastikan
diagnosis, dan mengambil specimen untuk
pemeriksaan laboratorium yang dianggap perlu.
e. Segera memberikan infus dengan kina atau klorokuin.
f. Membuat penilaian tentang status hindrasi penderita,
dan menghitung kebutuhan cairannya.
g. Mencatat produksi urine penderita dalam sehari; jika
perlu dengan memasang kateter uritra.
h. Jika pendenita mengalami hiperpireksia, segera
menurunkan panas badan dengan cara mengipasi,
kompres dengan air dingin atau alcohol, dan
memberikan suntikan anti peritika.
i. Mengerjakan fungsi lumbal jika ada gejala kaku kuduk
atau kecurigaan adanya meningitis.

20
j. Mempertimbangkan keperluan memberikan obat-obat
tambahan, misalnya anti konvolsan dan anti mekroba.
k. Menilai adanya kebutuhan untuk memberikan tranfusi
darah. Jika diduga adanya edema paru, letakkan
penderita dalam posisi tegak ditempat tidur, berikan
oksigen dan buat foto roentgen dada (Sutisna, 2004:
78)

3) Pengobatan spesifik dan pemberian


a. Jika obat bisa diberikan secara intra vena infuse
Untuk malaria falciparum yang berat, obat pilihan
utama adalah kina, yang diberikan secara infuse dengan
tetesan lambat. Jika kemasan kina untuk suntikan intra
venal infuse tidak tersedia, dan jika P. falciparum
didaerah itu diketahui masih sensitive terhadap klorokuin,
kina bisa digantikan oleh klorokuin (bidroklorida) yang
diberikan secara infuse. Pemberian kiorokuin melalui
infuse sesungguhnya tidak dianjurkan karena klorokuin
yang diberikan secara parentral mempunyai potensi
menyebabkan keaksi toksik terhadap otot jantung,
terutama pada anak- anak. Jika terpaksa, pemberian
klorokuin secara paretral (intra vena) harus dilaksanakan
di bawah pengawasan ketat seorang dokter.

b. Jika obat tidak mungkin diberikan secara intra vena


Dalam kondisi tersebut, demi menolong penderita,
kina (di Indonesia dikenal sebagai kina anti pirin)
diberikan secara intra muskuler (IM). Jika kina tidak
tersedia, bisa diberikan fansidar dengan suntikan IM yang

21
dalam (dosis untuk orang dewasa). Jika sediaan fansidar
IM tidak ada, bisa diberikan kiorokuin ( difusfat) secara IM.
Pemberian klorokuin secara IM sesungguhnya tidak
dianjurkan. Sebisa - bisanya penderita akan dikirim
kepusat pelayanan medis yang memiliki sarana
pengobatan melalui infuse. Jika kondisi penderita
bertambah baik (sudah bisa menelan), pengobatan
diteruskan dengan pansidan per oral 3 tablet sekaligus,
diteruskan dengan kina per oral dalam dosis yang efektif.
Perlu diingatakan sekali lagi bahwa: Dosis obat - obat
yang tergolong kuinolin, misalnya klorokuin, amodiakuin,
dan kina harus dihitung berdasarkan jumlah basanya.
(Sutisna, 2004: 79-81).

J. Prognosis
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada
malaria berat, tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnose
dan penanganan yang tepat. Walaupun demikian mortalitas penderita malaria berat
di dunia masih cukup tinggi antara 15%-60% tergantung fasilitas pemberi
pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti dengan peningkatan
mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral dengan hipoglikemi,
peningkatan kreatinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi dari pada
malaria serebral saja.
Prognosis untuk malaria nonfallciparum secara umum baik pada penderita yang
responsive untuk melakukan terapi. Relaps P. ovale dan P. vivax dapat dihindari
dengan terapi yang sesuai. P. malariae dapat ditangani dengan terapi yang baik
sehingga tidak ada kontribusi untuk menyebabkan mortalitas dan morbiditas.
Prognosis malaria falciparum, terutama untuk nonimun perlu berhati-hati.

22
Kerusakan organ secara multisystem dapat meningkatkan angka morbilitas dan
mortalitasyang tinggi ( Wilson 2001 )

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium
falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang
mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
Dengan gejala badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan

23
berkeringat, nafsu makan menurun, mual-mual kadang-kadang diikuti muntah, Sakit
kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium
Falciparum, Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran
limpa, Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan,
Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol
adalah mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya
riwayat kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.

B. Saran
Diharapkan setelah mengetahui bagaimana gejala terjadinya suatu penyakit
malaria, serta mengetahui bagaimana siklus hidup parasit dan vector penyebaran
penyakit tersebut, mahasiswa lebih berhati-hati dan dengan segera mengatasi
masalah ssegan segera pada saat gejala mulai terlihat. Dan dengan penjelasan yang
dimuat dalam makalah ini, mahasiswa lebih memiliki suatu harapan yang diikuti
tindakan meningkatkan tarap hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Mahmud. Makalah Malaria.


http://mahmudazhari.blogspot.com/2012/05/makalah-malaria.html

Brooks, Geo. F.. (2012). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Cross, C. 2004. The Life Cycle of Anopheles Mosquitoes.


http://malaria.welcoome.ac.uk/mosquito. Diakses pada tanggal 28 Mei 2010.

24
Sudoyo, A. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI:
Jakarta.

Wilson, R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. The McGraw
– Hill Companies, Inc united states of America.

http://en.wikipedia.org/wiki/anopheles

http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/lifecycleofmalaria

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : siklus hidup parasit malaria………………………………………...3

25
Gambar 2 : eritrosit yang terinfeksi parasit malaria……………………………4

26
https://www.academia.edu/8580087/Makalah_Mikrobiologi_Malaria

Malaria adalah salah satu penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk
yang sudah terinfeksi parasit. Infeksi malaria bisa terjadi hanya dengan satu
gigitan nyamuk. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan benar, bisa
menyebabkan seseorang kehilangan nyawanya. Sebenarnya malaria tidak bisa
ditularkan secara langsung dari satu orang ke orang lainnya, melainkan bisa
tertular jika terjadi kontak langsung dengan darah pengidap. Karena tertular dari
ibu, sang bayi yang berada dalam kandungan pun kemungkinan bisa terkena
infeksi malaria.                       

Gejala malaria akan muncul bila kamu digigit oleh nyamuk yang sudah
terinfeksi oleh parasit Plasmodium. Masa inkubasi atau waktu antara gigitan
nyamuk malaria dan dimulainya gejala tergantung kepada jenis parasit yang
menginfeksi. Biasanya masa inkubasi Plasmodium falciparum sekitar 1-2
minggu, sementara untuk Plasmodium vivax adalah 2-3 minggu. Kedua jenis
parasit tersebut menjadi penyebab malaria paling banyak di Indonesia. Gejala
malaria biasanya terdiri dari:

1. Anemia
2. Berkeringat dingin
3. Demam tinggi
4. menggigil
5. Diare
6. Dehidrasi
7. Kejang
8. Mual dan muntah-muntah
9. Nyeri otot

27
10. Sakit kepala
11. Tinja berdarah
12. Tekanan darah menurun tiba-tiba

Untuk beberapa jenis malaria, demam muncul setiap 48 jam yang disertai
keringat berlebihan dan rasa lelah. Selain itu, bila suhu tubuh sedang turun,
kamu akan merasa kedinginan dan menggigil. Gejala malaria bisa berupa nyeri
otot dan diare. Gejala-gejala malaria tersebut bisa berlangsung cukup lama
yakni 6-12 jam. Kasus malaria paling berbahaya disebabkan oleh
parasit Plasmodium falciparum.

Pada masa-masa inkubasi awal, gejala malaria yang muncul seperti nyeri
kepala dan demam seringkali bersifat ringan sehingga sering dianggap remeh
oleh pengidapnya. Tetapi hal ini bisa menjadi berbahaya apabila nyamuk yang
menggigit kamu terinfeksi jenis parasit Plasmodium falciparum. Jenis parasit ini
sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kondisi yang serius seperti
masalah pernapasan atau kegagalan fungsi organ tubuh. Yang lebih parah bisa
mengancam nyawa pengidap jika tidak mendapat penanganan dalam waktu 24
jam.

Maka dari itu, segera tanyakan pada dokter jika kamu atau keluargamu
menunjukkan gejala malaria seperti yang dijelaskan di atas. Apalagi jika kamu
sedang atau telah bepergian ke daerah endemis malaria di Indonesia seperti
wilayah Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Bengkulu yang menjadi
tempat penyumbang terbanyak angka kejadian malaria di Indonesia. Hal ini
berguna untuk mempercepat proses pengobatan agar bisa segera dimulai.

Sebagai langkah awal, kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk


berbicara dengan dokter umum dan meminta saran untuk penanganan penyakit
malaria yang diidap oleh kamu atau keluargamu melalui menu Contact Doctor. 
Kamu bisa memilih dokter mana yang ingin kamu ajak untuk berdiskusi terkait
gejala malaria yang kamu alami menggunakan pilihan komunikasi berupa chat,
voice call, dan video call. Semakin mudah dengan Halodoc, karena kamu
sudah bisa mencoba  fitur terbarunya, yaitu Lab service. Selain itu, kamu bisa
juga membeli kebutuhan medis seperti vitamin atau suplemen yang akan
mengantarkan ke tempat tujuanmu tidak lebih dari satu jam menggunakan
menu Pharmacy Delivery. Dengan menggunakan aplikasi Halodoc, akses
kesehatan kini bisa semakin mudah dan cepat. Jadi ayo download sekarang
juga aplikasi Halodoc pada Google Play dan App Store untuk
menggunakannya.

https://www.halodoc.com/12-gejala-malaria-yang-harus-diwaspadai

Pengertian Malaria

28
Istilah malaria yang diperkenalkan oleh Dr. Francisco Totti dalam perkataan Itali
bermaksud udara kotor. Malaria adalah suatu penyakit kawasan tropika yang biasa
dan serius. Ia adalah suatu serangan protozoa yang dipindahkan kepada manusia
melalui gigitan nyamuk terutama pada waktu terbit dan terbenam matahari (Suara
Medika, 2002).
Penyakit malaria dapat juga dikatakan sebagai penyakit yang muncul kembali (re-
emerging disease). Dengan menipisnya lapisan ozon mengakibatkan terjadinya
degradasi lingkungan, keterbatasan sumber air bersih, kerusakan rantai makanan di
laut, musnahnya ekosistem terumbu karang dan sumber daya laut lainnya. Dampak
berikutnya adalah terjadinya pemanasan global (global warming). Pemanasan global
yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan
melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur,
kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk lebih sering
bertelur sehingga vektor yang tularkan penyakit pun bertambah dan sebagai
dampaknya muncul berbagai penyakit, diantaranya demam berdarah dan malaria
(Ridad, 2003).

29

Anda mungkin juga menyukai