Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang


tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah
berlokasi antara 60°Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan (Yatim, 2007).
Malaria hampir ditemukan di seluruh bagian dunia, terutama di negara-
negara yang beriklim tropis dan sub tropis dan penduduk yang beresiko
terkena malaria berjumlah sekitar 2,5 milyar orang atau 41% dari jumlah
penduduk dunia. Setiap tahun kasusnya berjumlah 300-500 juta kasus dan
mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara benua
Afrika (Prabowo, 2007). Tinjauan situasi di Indonesia tahun 1997 s/d 2001
penyakit malaria ditemukan tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia
dengan jumlah kesakitan sekitar 70 juta orang atau 35 % penduduk
Indonesia yang tinggal di daerah resiko malaria (Depkes RI, 2010).

Malaria masih merupakan penyakit infeksi yang menjadi perhatian


WHO. Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik
infeksi malaria, yaitu Indonesia bagian Timur seperti Papua, Maluku, Nusa
Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa daerah seperti
Lampung, Bengkulu, Riau, daerah di Jawa dan Bali, walaupun endemitas
sudah sangat rendah, masih sering dijumpai kasus malaria (Harijanto, 2011).

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena


mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan kematian. Sampai saat ini
malaria ditemukan tertular luas di Indonesia dan bahkan dapat timbul secara
tiba tiba di suatu daerah yang telah dinyatakan bebas malaria. Lebih dari 15

1
juta penderita malaria klinis di Indonesia dengan 30.000 kematian dilaporkan
melalui unit pelayanan kesehatan di Indonesia setiap tahun.

Kelompok resiko tinggi yang rawan terinfeksi malaria adalah balita,


anak, ibu hamil dan ibu menyusui. Malaria selain mempengaruhi angka
kematian dan kesakitan balita, anak, wanita hamil dan ibu menyusui juga
menurunkan produktifitas penduduk. Kelompok resiko tinggi yang lain adalah
penduduk yang mengunjungi daerah endemik malaria seperti para
pengungsi, transmigrasi dan wisatawan (Harijanto, 2011).

Malaria dapat menyebabkan kekurangan darah karena sel-sel darah


banyak yang hancur dirusak atau dimakan oleh plasmodium. Malaria juga
menyebabkan splenomegali yaitu pembesaran limpa yang merupakan gejala
khas malaria klinik. Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh
terhadap infeksi malaria. Limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan
infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri, hiperemis. Pembesaran
terjadi akibat timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah,
yang bisa menyebabkan perdarahan berat akibat pecahnya kelenjar limpa
(Depkes, 2007 ).

Anemia terjadi terutama karena pecahnya sel darah merah yang


terinfeksi, plasmodium falsifarum menginfeksi seluruh stadium sel darah
merah hingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis (Depkes,
2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Armedy (2010), membuktikan
bahwa infeksi Plasmodium Falsiparum menyebabkan perubahan bentuk
eritrosit yang memicu eritrifagositosi di limpa, menginduksi respon imun
untuk meningkatkan opsonisasi fagositosismelalui aktivasi sistim imun, yang
dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin. Hasil penelitian Limanto

2
(2010), Timbulnya anemia pada balita selain disebabkan oleh penyakit
malaria juga karena dipengaruhi oleh status gizi pada balita. Malnutrisi
meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi dan angka kematian akibat
penyakit infeksi tersebut.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan asuhan gizi klinik


pada pasien Malaria

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada


klien atau pasien Malaria
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian gizi (nutrition asessment)
pasien Malaria
c. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan gizi klinik untuk pasien
Malaria sesuai kondisi klinik, biokimia, social budaya, dan kepercayaan
diri dari berbagai golongan umur
d. Melakukan monitoring dan evaluasi intervensi pasien dan tindak lanjut
e. Mendidik pasien atau klien dalam rangka promosi kesehatan, mencegah
penyakit dan gizi untuk kondisi tanpa komplikasi
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum tentang Penyakit Malaria


1. Pengertian Penyakit Malaria

Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya buruk dan
“Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal
ini disebabkan karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor
dan banyak tumpukan air (koalisi (a) koalisi org 2001).

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit


(protozoa) dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles. (Prabowo, 2004: 2) Penyakit malaria merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium masa tunas
atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau beberapa bulan. (Dinas
kesehatan DKI Jakarta)

Berdasarkan pengertian diatas penyakit malaria adalah penyakit yang


disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk anopheles yang masa inkubasi penyakit dapat
beberapa hari sampai beberapa bulan.

WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta


penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk
Anopheles. Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena perubahan
lingkungan sekitar seperti adanya Pemanasan global yang terjadi saat ini
mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui
nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur,

4
kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan nyamuk
lebih sering bertelur sehingga vector sebagai penular penyakit pun
bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit, diantaranya
demam berdarah dan malaria.

2. Etiologi Penyakit Malaria


Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam
darah manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu,
tergolong amuba yang disebut Plasmodium. Kerja plasmodium adalah
merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles,
plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri.

1. Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:


 Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa
menimbulkan kematian.
 Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan
sulit kambuh.
 Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak
banyak ditemukan.
 Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
2. Penyebab lain terjadinya penyakit malaria, yaitu
a. Parasit.
Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan dua
macam siklus kehidupan yaitu: Siklus dalam tubuh manusia.Sikus dalam
tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan siklus ini terdiri dari :
1. Fase di luar sel darah merah

5
Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam
bentuk laten di dalam sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit
merupakan suatu fase dari siklus hidup parasit yang nantinya dapat
menyebabkan kumat/kambuh atau rekurensi (long term relapse).
Plasmodium vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai
jangka waktu 3 – 4 tahun. Sedangkan untuk Plasmodium ovale dapat
kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak
dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit
yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer)
2. Fase dalam sel darah merah
Fase hidup dalam sel darah merah / eritrositer terbagi dalam :
3. Fase sisogoni yang menimbulkan demam
4. Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber
penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada
Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse), karena
siklus didalam sel darah merah masih berlangsung sebagai akibat
pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk ke
eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap oleh nyamuk vektor
malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor malaria, mengalami
siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit
yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia.
5. Fase seksual dalam tubuh nyamuk. Fase seksual ini biasa juga disebut
fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit, yaitu bentuk parasit
yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk kepada manusia. Lama
dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi ekstrinsik,
yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip

6
pengendalian malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu
dengan mengusahakan umur nyamuk agar lebih pendek dari masa
inkubasi ekstrinsik, sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung.
Dengan demikian rantai penularan akan terputus
b. Nyamuk Anopheles
Penyakit malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles
vektor betina. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk
Anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai vektor malaria. Di
Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk Anopheles, 22 spesies
diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria. Sifat masing-masing
spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti penyebaran
geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya.
Semua nyamuk vektor malaria hidup sesuai dengan kondisi ekologi
setempat, contohnya nyamuk vektor malaria yang hidup di air payau
(Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus), di sawah (Anopheles
aconitus) atau di mata air (Anopheles balabacensis dan Anopheles
maculatus). Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis,
tetapi juga bias hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang
ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari
permukaan laut. Tempat perkembangbiakannya bervariasi (tergantung
spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan
pegunungan. Biasanya nyamuk Anopheles betina vektor menggigit manusia
pada malam hari atau sejak senja hingga subuh.
Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat
perkembangbiakannya. Jika ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa
sejauh 20 – 30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang,
kapal laut atau angkutan lainnya dan menyebarkan malaria ke daerah yang

7
semula tidak terdapat kasus malaria. Umur nyamuk Anopheles dewasa dialam
bebas belum banyak diketahui, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 -5
minggu. Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang
diletakkan nyamuk betina diatas permukaan air akan menetas menjadi larva,
melakukan pergantian kulit (sebanyak 4 kali) kemudian tumbuh menjadi pupa
dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan
(sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2 – 5 minggu tergantung
spesies, makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban udara.
c. Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria.
Secara alami penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang
mudah dan ada yang tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala
klinisnya ringan. Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis malaria
hingga kini masih menimbulkan masalah. Sejak dulu, telah diketahui bahwa
wabah penyakit ini sering terjadi di daerah-daerah pemukiman baru, seperti
di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini terjadi karena pekerja yang
datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan sehingga rentan
terinfeksi.
d. Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap keberadaan penyakit
malaria di suatu daerah. Adanya danau, air payau, genangan air di hutan,
persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di suatu
daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena
tempat-tempat tersebut merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk
vektor malaria.

e. Iklim

8
Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam
penularan penyakit malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada
musim kemarau dengan sedikit hujan dibandingkan pada musim hujan. Pada
saat musim kemarau dengan sedikit hujan, genangan air yang terbentuk
merupakan tempat yang ideal sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk,
populasi nyamuk vektor malaria juga bertambah sehingga kemungkinan
terjadinya transmisi meningkat.

3. Patofisiologi
Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia,
imunopatologi dan anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan
eritrosit yang terinfeksi pada endotel kapiler.
Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung dari
lama manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan pecahnya eritrosit
sewaktu fase skizogom eritrositik dan masuknya merozoit kedalam sirkulasi
darah. Demam mengakibatkan terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh
parasit. Setelah merozoit masuk dan menginfeksi eritrosit yang baru, demam
turun dengan cepat sehingga penderita merasa kepanasan dan berkeringat
banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit yang berlebihan,
hemolisis autoimun dan gangguan eritropoesis. Diduga terdapat toksin
malaria yang disebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit
pecah saat melalui limpa dan keluarlah parasit. Splenomegali disebabkan oleh
adanya peningkatan jumlah eritrosit yang ter infeksi parasit sehingga terjadi
aktivitas system RES untuk memfagositosis eritrosit baik yang terifeksi
maupun yang tidak. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler disebabkan
karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya
dalam kapiler terganggu sehingga mekat pada endotel kapiler, timbul

9
hipoksia atau anoriksia jaringan. Juga terjadi gangguan integritas kapiler
sehingga terjadi pembesaran plasma. Monosit atau makrofag merupakan
partisipan selalu terpenting dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi
(Soegijanto, 2004).
4. Penularan dan Penyebaran
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat,
sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah
manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di dalam tubuh
nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang digigit nyamuk
tersebut.
Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu:
a. Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai.
b. Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan.
c. Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan,
kehutanan dan pegunungan.

Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua


macam yaitu :

a. Penularan secara alamiah (natural infection)


Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini jumlahnya
kurang lebih ada 80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis
yang menjadi vector penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara
alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi
oleh Plasmodium. Sebagian besar spesies menggigit pada senja dan
menjelang malam hari. Beberapa vector mempunyai waktu puncak menggigit
pada tengah malam dan menjelang pajar. Setelah nyamuk Anopheles betina
mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit),

10
gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang
kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada
lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut
siap untuk ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada
dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia
tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.
b. Penularan tidak alamiah (not natural infection)
1. Malaria bawaan
Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria.
Penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental)
2. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik.
5. Gejala Klinis
Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam
diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium
imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya
infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi,
sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit
dalam darah disebut periode prepaten.
a. Gejala klinis
Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria),
yaitu:
1. Periode dingin.
Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering
membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang

11
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
2. Periode panas.
Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi
meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini
lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan
keadaan berkeringat.
Demam disebabkan oleh pecahnya entrosit matang yang berisi skizon
yang mengandung merozoit memasuki sirkulasi darah. Pada plasmodium
falcifarumnterval demam tidak jelas (setiap 24-48 jam). Plasmodium vivax
dan Plasmodium ovale interval demam terjadi setiap 48 jam dan Plasmodium
malariae setiap 72 jam. Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
3. Periode berkeringat.
Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur
turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat
dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat
endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan
gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini
merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa
penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah
beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan
secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil. Keluhan
pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita
tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut:
gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat

12
tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran
pencernaan, nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum,
warna air seni seperti the tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang
sampai tidak ada.

B. Penatalaksanaan Diet
a. Jenis diet
Jenis diet untuk penyakit malaria sangat tergantung pada keadaan
pasien, perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima
makanannya. Jenis diet yang diberikan yaitu diet TKTP.
b. Tujuan diet
1. Memenuhi kebutuhan energi protein dan cairan untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh
2. Menambah berat badan secara bertahap
c. Syarat diet :
1. Energi diberikan sesuai kebutuhan pasien
2. Protein diberikan sesuai kebutuhan pasien
3. Cairan diberikan diberikan sesuai kebutuhan

13
BAB III

PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI

A. Skrining Gizi
SKRINING GIZI ANAK Nama : An.D Instalasi : BB : 35 kg
Pediatric Yorkhill Malnutrition Tgl lahir : 29/11- Ruang : Anak TB : 165 cm
Score (PYMS) 2003 Kelas :1 Melati IMT : 75 %

Langkah 1 Apakah IMT anak Tidak 0 Tanggal jam


berada dibawah Ya 2√ masuk
nilai cut-off table
IMT rujukan yang
terdapat dibawah

Langkah 2 Apakah anak Tidak 0


mengalami - Penurunan BB tidak disengaja 1√
penurunan berat - Baju menjadi lebih longgar
badan akhir-akhir - Kenaikan BB tidak signifikan
ini

Langkah 3 Apakah anak 0√


mengalami Tidak, intake seperti biasa
penurunan intake
makanan termasuk Ya, terjadi penurunan intake setidaknya 1
ASI dan susu selama 1 minggu terakhir
formula)
setidaknya selama Ya, tidak ada intake (atau hanya
1 minggu kedepan beberapa sendok/hisapan ASI/Susu 2
formula) setidaknya selama 1 minggu
terakhir

14
Langkah 4 apakah status gizi Tidak 0
anak akan
Ya : 1√
dipengaruhi oleh
- Penurunan intake dan atau
penyakit/kondisi
- Peningkatan kebutuhan dan atau
kesehatan
- Peningkatan kehilangan
setidaknya untuk 1
Ya, tidak ada intake (atau hanya 2
minggu kedepan
beberapa sendok/hisapan ASI/Susu
formula)

Langkah 5 Hitung skor total Total skor PYMS 4


(total langkah 1-4)
Kesimpulan : Rumus IMT :
- Skor <2 = tidak beresiko malnutrisi dilakukan skrining ulang sebulan IMT : BB (Kg)
kemudian (TB(M2))
- Skor >2 = berisiko malnutrisi rujuk ahli gizi
Ya

Umur (th) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

L: 15.0 14.5 14.0 13.5 13.5 13.5 13.5 13.5 14.0 14.0 14.5 14.5 15.0 15.5 16.0 16.5 17.0 17.0
P: 15.0 14.0 13.5 13.0 13.0 13.0 13.0 13.0 13.0 13.5 14.0 14.5 15.5 15.5 16.0 16.5 17.0 17.0

15
B. Rencana Asuhan Gizi
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PGAT)
RSUD Dr. H. CHASAN BOESOIRIE TERNATE
Nama: An. D Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 14 thn Nomor Register: -
Assesment Intervensi Rencana
Diagnosa Gizi Monitoring
Data Dasar Identifikasi Masalah Terapi Diet Terapi Edukasi
Evaluasi
Diagnosa Medis: Jenis Diet : Tujuan : Antropometri:
Malaria Malaria Diet TKTP I Agar pasien dan BB/hr
keluaga :
Keluhan Utama: Tujuan Diet: 1. mengerti makanan Biokimia:
Badan Lemas, pusing, Badan Lemas, 1. Memenuhi yang dapat di DDR/3 hr
nyeri dan gangguan pusing, nyeri dan kebutuhan energy konsumsi dan tidak Hb/3 hr
mobilitas tidur gangguan mobilitas protein dan cairan dapat dikonsumsi
tidur untuk mencegah 2. dapat menjalankan Fisik/Klinis:
Riwayat Penyakit dan mengurangi diet yang TD/hr
dianjurkan dengan
Sekarang: kerusakan jaringan RR/hr
benar
Pusing, lemas, nyeri dan Pusing, lemas, nyeri tubuh N/hr
gangguan mobilitas tidur. dan gangguan Sasaran : Suhu/hr

16
Jenis obat yang diminum mobilitas tidur 2. Menambah berat Pasien
yaitu sucral Fate (sirup) badan secara Dietary:
dan kina (injeksi siang) bertahap Makanan /hr
Waktu :
15 menit
Riwayat Penyakit Syarat Diet : Edukasi:
Dahulu: - Metode :
1. Energi diberikan Konseling
Konsultasi
sesuai kebutuhan
Riwayat Penyakit
Keluarga : - pasien yaitu 1.925 Alat Bantu :
Leaflet
kkal/hr
Skrining Gizi
2. protein diberikan Materi :
Antropometri: (A)
sesuai kebutuhan 1. Diet TKTP I
Umur: 14 thn
pasien yaitu 35 2. Menjelaskan
TB :165 cm
gr/hr tentang gizi
BB : 35 kg
NC-3.1 3. cairan diberikan seimbang pada
BBI : (7n-5)/2
Berat badan kurang diberikan sesuai remaja
: (7 x 14 – 5)/2
barkaitan dengan kebutuhan yaitu 3. bahan makan yang
: 93/2
peningkatan kebutuhan 2.450 ml/hr dianjurkan dan
: 46.5 kg
energy yang ditandai tidak dianjurkan
Status gizi :
dengan status gizi Perhitungan
= BBA/BBI x 100%
kurang yaitu 75 %. Kebutuhan:
= 35/46.5 x 100

17
= 75 % (N: 90-110%) E = 55 x BB
(status gizi kurang) Status gizi kurang = 55 x 35
= 1.925 kkal/hr
Biokimia: (B) P = 1.0 x BB
- DDR (+) (+) = 1.0 x 35
- Hb : 13.0 gr/dl (N:14- Hb ↓ = 35 gr/hr
18 gr/dl) Cairan = 70 x BB
= 70 x 35
Fisik/Klinis: = 2.450ml/hr
- TD 113/77 (N:120/80 TD ↓
Mmhg )
- N: 92 x/m (80-100 Cara pemesanan
x/m) Diet
- Suhu: 36.5 0C (N:36- Jenis Diet :
37 0C) Diit TKTP I
- RR: 22 x/m (20-30
x/m) Bentuk makanan :
biasa

18
Riwayat Gizi Sekarang
:
- Pasien diberikan diet
TKTP dalam bentuk
makanan lunak dan
biasa dari Rumah Sakit
- Pasien mengkonsumsi
makanan dari rumah
sakit. Nafsu makan
pasien cukup baik, serta
tidak memiliki alergi
makanan.
Menu makan pasien
yaitu :
Pagi pukul 06.00:
- Nasi 100 gr (1 centong)
- Telur rebus 40 gr (1 btr)
- Sayur campur 50 gr (5
sdm)
- Air putih 100 ml (3/4

19
gls)
- Apel 70 (1 bh kcl)
Snack pukul 10.00:
- Susu 100 ml (1/2 gls)
Siang pukul 12.30:
- nasi 100 gr (1 centong)
- Ikan goreng 40 gr (1 ptg
sdg)
- Tumis kcg pnjng 30 gr
(3 sdm)
- Air putih 100 ml (1/2
gls)
Snack sore pukul
16.00:
- Apel 38 gr (1/2 bh)
- Pisang mas 50 gr (2 bh)
Malam pukul 18.00:
- nasi 100 gr (1 centong)
- Ikan goreng 30 gr (1 ptg
sdg)

20
- Tahu goreng 20 gr (1 bj)
- Air putih 100 ml (1/2
gls)
- Susu 100 ml (1/2 gls)
- Pisang mas 25 gr (1 bh)

Hasil Recall 3 hari :


Energi: 86.5%
Protein: 102%

Riwayat Gizi Dahulu :


 Frekuensi makan
pasien yakin 3-5x/hr
dgn susunan menu
makanan poko, lauk
hewani/nabati dan
sayur.
 Makanan pokok yqng
sering dikonsumsi 3-
5x/hr yaitu nasi putih,

21
1x makan ± 100-200
gr atau 1-2 centong
nasi
 Lauk hewani yang
sering dikonsumsi
adalah ikan 7x/
seminggu yang
digoreng saus, telur
ayam 1-3x/seminggu
x/seminggu
 Lauk nabati yang
sering dikonsumsi yaitu
tahu dan tempe 3-4
x/seminggu digoreng
dan saus
 Sayuran yang sering
dikonsumsi yaitu tumis
kangkung dan sayur
sup 3-5x/seminggu
sebanyak 30-40 gr

22
 Pasien konsumsi buah-
buahan sesekali, buah
yg sering konsumsi
buah papaya dan
pisang dalam sekali
makan sekitar 50-100
gr

Sosial Ekonomi :
An.H berasal dari Bacan,
anak ke 3 dari 4
bersaudara. Statusnya
sebagai pelajar. Ayah
pasien bekerja sebagai
PNS dan ibu nya sebagai
IRT.

23
Supervisor Klinik Instruktur Klinik

Juhartini, S.Gz, M.Kes Alwatia Latif, S.KM


NIP. 197805272005012002 NIP.197708062000122003

C. Implementasi Asuhan Gizi

24
RSU Dr. H. CHASAN BOESOERIE TERNATE
CATATAN ASUHAN GIZI
RESUME PAGT
(Implementasi Gizi)
Nama: An. D Jenis Kelamin: laki-laki
Umur: 14 thn Nomor Register:
Jenis Diet Porsi Makanan Pasien Distribusi Makanan Pasien Edukasi dan
Observasi distribusi di Observasi distribusi Konseling Gizi
penyelenggaraan di ruangan
makanan
Nama Diet : Pagi pukul 06.00: Sistem Distribusi : Tenaga Distribusi : Waktu :
Diet TKTP I - Nasi 100 gr (1 centong) Sistem Desentralisasi Pramusaji 15 menit

E : 1925 Kkal/hr - Telur rebus 40 gr (1 btr)


Tenaga Distribusi : Jam Distribusi : Tempat :
P : 35 gr/hr - Sayur campur 50 gr (5 Siang Ruang Anak, kelas I
Pramusaji
sdm) Pukul 11.30 WIT melati
Jam Distribusi : Snack :
- Air putih 100 ml (3/4 gls)
Siang Pukul 16.00 Metode :
- Apel 70 (1 bh kcl) Malam : Konseling gizi
Pukul 11.30 WIT
Snack : Pukul 18.00
Pukul 16.00 Alat bantu :
Malam : Alat Distribusi : Leaflet TKTP
Snack pukul 10.00: Rantang dan kereta

25
- Susu 100 ml (1/2 gls) Pukul 18.00 dorong/troli Materi :
Siang pukul 12.30: Cara Pemorsian 1. Pengertian diet
Makanan: Alat makanan : TKTP
- nasi 100 gr (1 centong)
Pemorsian sesuai dengan Piring makan pasien 2. Tujuan diet TKTP
- Ikan goreng 40 gr (1 ptg diet sendiri 3. Prinsip dan syarat
sdg) diet TKTP
Alat Distribusi : 4. Makanan yang
- Tumis kcg pnjng 30 gr (3
Rantang dan kereta diperbolehkan tidak
sdm) dorong/troli diperbolehkan
- Air putih 100 ml (1/2 gls)
- kecil)
- Ikan goreng 40 gr (1 ptg
sdg)
- Tahu goreng 20 gr (1 bj)
- Air putih 100 ml (1/2 gls)
- Susu 100 ml (1/2 gls)
- Pisang mas 50 gr (2 bh)
Supervisor Klinik Instruktur Klinik

Juhartini, S.Gz, M.Kes Alwatia Latif, S.KM


NIP. 197805272005012002 NIP.197708062000122003

26
BAB IV
HASIL MONITORING DAN EVALUASI
RSU DR. H. CHASAN BOESOERIE TERNATE
CATATAN ASUHAN GIZI
RESUME PAGT
Nama: An. D Jenis Kelamin: laki-laki
Umur: 14 thn Nomor Register:

Tanggal Antropometri Biokimia Identifikasi Rencana


Klinik (Fisik &
Diet Edukasi Masalah Tindak Lanjut
Hasil Normal Klinis)
Baru
Umur: 14 thn DDR (+) - TD 113/77 Hasil recall: Menjelaskan Pasien masih
TB :165 cm Hb:13.0 g/dl 11-16 g/dl (N:120/80 E: 83.6% tentang tetap
20/11/2017 BB : 35 kg Mmhg ) P: 99.7 % makanan yg diberikan diet
(Hari I) BBI : (7n-5)/2 - N: 92 x/m boleh dan TKTP
: (7 x 14 – - Suhu: 36.5 0C tidak boleh
5)/2 (N:36-37 0C) makan
: 93/2 - RR: 22 x/m
: 46.5 kg
Status gizi :

27
= BBA/BBI x 100%
= 35/46.5 x 100
= 75 %
(status gizi kurang)

- TD : tidak ada Hasil recall: Menjelaskan Pasien masih


Tanggal terbaru E:84.4% tentang tetap
21/11-2017 - N: 100 x/m P:114.2% makanan yg diberikan diet
(Hari II) - Suhu: 36 0C boleh dan TKTP
(N:36-37 0C) tidak boleh
- RR: 34 x/m makan

- TD : tidak ada Hasil recall: Menjelaskan Pasien masih


terbaru E: 91.6% tentang tetap
Tanggal - N: 90 x/m P: 100.4 % makanan yg diberikan diet
22/11-2017 - Suhu: 36.5 0C boleh dan TKTP
(Hari III) (N:36-37 0C) tidak boleh
RR: 22 x/m makan

28
Supervisor Klinik InstrukturKlinik

Juhartini, S.Gz, M.Kes Alwatia Latif, S.KM

NIP. 197805272005012002 NIP.197708062000122003

29
BAB V

PEMBAHASAN

A. Rencana Terapi
Pasien didiagnosa menderita penyakit malaria. Pasien diberikan diet
TKTP I, dengan energy 1.925 kkal/hr, protein 35 gr/hr dan cairan 2.450
ml/hr. Bentuk makanan yang diberikan yaitu makanan biasa. Pasien berusia
14 tahun dengan berat badan 35 kg dan tinggi badan 165 cm. status gizi
pasien yaitu gizi kurang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien recall 24 jam
selama 3 hari diperoleh hasil asupan pasien yaitu:
1. hari ke-I energi 1611 kkal (83.8%), protein 34.9 gr (99.7%).
2. Hari ke-II energi 1626 kkal (84,4%), protein 39.9 gr (114%).
3. Hari ke-III energi 1765 kkal (91.6%), protein 35.2 (100.4%)

Rata-rata konsumsi makanan selama 3 hari yaitu energi 86.5% dan


protein 102%. Hal ini menunjukan bahwa asupan pasien sudah sesuai
dengan kebutuhan pasien.

Tujuan diet adalah memenuhi kebutuhan energi, protein dan cairan


untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh serta menambah
berat badan pasien secara bertahap.
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk rencana terapi gizi yang
dianjurkan meliputi antropometri, biokimia, fisik-klinis, dan dietery pasien
selama 3 hari untuk mengetahui apakah pasien dapat mematuhi diet yang
diberikan.

30
B. Hasil Monitoring Skrining Gizi
Monitoring dilakukan selama 3 hari yang meliputi konsumsi energi
dan zat gizi pasien, perkembangan antropometri, perkembangan pemeriksaan
laboratorium, perkembangan pemeriksaan fisik dan dietery pasien selama 3
hari di rumah sakit.
a. Asupan energy

Asupan energy pasien selama pengamatan disajikan ada grafik


dibawah ini
Grafik 1.
Asupan Energi 3 Hari

2000
1925 1925 1925
1900

1800 1765
Standar kebutuhan
1700 asupan
1611 1626
1600

1500
Hari I Hari II Hari III

Berdasarkan pada grafik diatas, kebutuhan energi pasien yaitu 1925


kkal/hari. Dari hasil recall 24 jam selama 3 hari, asupan energi yaitu untuk
hari ke-I 1611 Kkal/hr (83.8%), hari ke-II 1625 Kkal/hr (84.4%) dan hari ke-
III 1765 Kkal/hr (91.6%).

31
b. Asupan protein

Asupan protein pasien selama pengamatan disajikan ada grafik


dibawah ini

Grafik 2.
Asupan protein 3 Hari

50
39.9
40 35 34.9 35 35 35.2

30
Standar kebutuhan
20 asupan

10

0
Hari I Hari II Hari III

Berdasarkan pada grafik diatas, kebutuhan protein pasien yaitu 1925


kkal/hari. Dari hasil recall 24 jam selama 3 hari, asupan protein yaitu untuk
hari ke-I 34,9 gr/hr (99.7%), hari ke-II 39,9 gr/hr (114%) dan hari ke-III
35.2 gr/hr (100.4%).

c. Perkembangan Pengukuran Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau


dari pandang gizi, maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri ini digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein

32
dan energy. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan.
Table 1.
Perkembangan Pengukuran Antropometri
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan
BB 35 kg
TB 165 cm
BBI 46.5
Status Gizi Kurang

Dari table tersebut terlihat bahwa status gizi pasien sesuai dengan
pengukuran antropometri BB dan TB. Pasien memiliki status gizi kurang.

d. Perkembangan Pemeriksaan Biokimia


Penilaian biokimia merupakan pemeriksaan specimen yang diuji
secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Penilaian biokimia digunakan untuk suatu peringatan bahwa digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang
lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang specimen, makan
pemantauan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
Table 2.
Pemeriksaan Laboratorium

Jenis pemeriksaan Hasil pengamatan Hasil normal

DDR +

Hb 13 gr/dl 14-18 gr/dl

33
Berdasarkan dari tabel tersebut terlihat bahwa pasien memiliki
pemeriksaan laboratorium yang tidak normal (+) disebabkan karena pasien
sudah memiliki penyakit yaitu malaria.

e. Perkembangan Pemeriksaan Fisik/Klinis

Pemeriksaan fisik/klinis merupakan metode yang sangat penting


untuk menilai status gizi. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahn
fisik/klinis.

Table 3.
Pemeriksaan Fisik/Klinis

Hari ke Jenis Hasil Hasil normal


pemeriksaan pengamatan
TD 113/77 mmHg 120/80 mmHg
I
Suhu 36.5 0C 36-37.5 0C
Nadi 92 x/m 80-100 x/m
RR 22 x/m 20-30 x/m
TD 120/80 mmHg
II
Suhu 36 0C 36-37.5 0C
Nadi 100 x/m 80-100 x/m
RR 34 x/m 20-30 x/m
TD 120/80 mmHg
III
Suhu 36.5 0C 36-37.5 0C
Nadi 90 x/m 80-100 x/m
RR 22 x/m 20-30 x/m

34
Dari tabel tersebut dijelaskan bahwa pada pemeriksaan fisik/klinis
semua tem normal kecuali tekanan darah pasien rendah.

C. Hasil Motivasi Diet Melalui Konseling Gizi


1. Deskripsi pemahaman diet pasien
Pada kasus ini dilakukan pengamatan tentang pemahaman diet
pasien. Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 hari, pada hari ke 1 sebelum
melakukan edukasi pada keluarga pasien, keluarga pasien kurang mematuhi
diet dari rumah sakit, seperti sering diberikan makanan dari luar rumah sakit.
Kemudian pada hari ke 2 dan ke 3 setelah diberikan edukasi kepada keluarga
pasien, pasien sudah mulai bertahap mengkonsumsi makanan dari rumah
sakit, walaupun masih ada makanan yang dikonsumsi dari luar rumah sakit.
Hal ini disebabkan oleh karena pasien memiliki kemauan untuk sembuh.
Berdasarkan hasil evaluasi melalui menanyakan kembali kepada
keluarga pasien mengenei materi konsultasi tentang diet TKTP I, keluarga
pasien dapat menjawab pertanyaan berupa tujuan diet, syarat dan makanan
yang boleh dikonsumsi dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.
2. Observasi sisa makanan pasien
Berdasarkan hasil obervasi pengamatan yang dilakukan selama 3
hari, pasien menghabiskan makanan yang disajikan dari rumah sakit. Hal ini
karena pasien memiliki kemauan untuk sembuh.

D. Evaluasi Asuhan Gizi


1. Indikator keberhasilan asuhan gizi
a. Evaluasi asupan pasien
Setelah diberikan motivasi dan edukasi berupa konseling kepada
keluarga pasien tentang diet TKTP I, menunjukan bahwa asupan energy
dan zat gizi mengalami peningkatan.

35
2. Rencana tindak lanjut
a. Diet awal yang diberikan sebelum intervensi
Pemberian energy dan zat gizi lain sudah berdasarkan kebutuhan
pasien. Dari hasil recall pasien sering diberi makanan dari luar rumah sakit.
Keluarga pasien diberi konsultasi dan motivasi tentang peranan
makanan untuk proses penyembuhan penyakit.
b. Diet setelah intervensi
setelah intervensi, pasien diberikan makanan lunak maupun makanan
biasa, kemudian berdasarkan hasi anamnesis dan pengamatan makanan
pasien hari ke 3 selama intervensi diketahui bahwa asupan pasien meningkat
secara bertahap. Ini menunjukan bahwa hasil motivasi dan edukasi terhadap
diet yang diberikan mendapat respon yang baik dari keluarga pasien.

36
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah :
1. Pasien An.D diagnosa medis yaitu penyakit malaria
2. Pasien diberikan diet TKTP I, bentuk makanan biasa
3. Diagnose gizi yang ditetapkan adalah NC-3.1 Berat badan kurang
barkaitan dengan peningkatan kebutuhan energy yang ditandai
dengan status gizi kurang yaitu 75 %
4. Edukasi yang diberikan kepada keluarga pasien adalah konseling gizi
tentang diet TKTP I.

B. Saran

37

Anda mungkin juga menyukai