Anda di halaman 1dari 2

Berbicara mengenai permasalahan gizi dalam olahraga atau atlet di Indonesia yaitu Pemberian dan

pengaturan asupan gizi yang dilakukan pembina olahraga kepada atlet usia dini di Indonesia
masih sering asal-asalan dan kurang memerhatikan kebutuhan yang semestinya, kata seorang ahli
gizi. bisa kita lihat yang dikutip pada artikel TEMPO.CO, Jakarta -

"Banyak pembina atau pelatih yang hanya menargetkan prestasi pada atletnya," kata dokter
spesialis gizi dari RS Kanujoso Djatiwibowo Kota Balikpapan dr Martin Ayuningtyas W Mkes;
SpGK saat ditemui di Balikpapan, Selasa 1 Desember 2015.

Padahal, jelas dr Ayuningtyas, secara logis prestasi adalah gabungan dari pembinaan mental,
latihan fisik dan teknik, serta asupan gizi yang saling mendukung satu dengan lainnya.
"Bagaimana atlet bisa latihan rajin dan bersemangat bila dalam makanan kekurangan
karbohidrat, misalnya?," jelasnya.

Oleh karena itu, ia mengimbau para pelatih dan pengurus cabang olahraga untuk memerhatikan
asupan makanan dan gizi atlet, dengan memenuhinya sesuai beban latihan dan kebutuhan saat
bertanding.

"Atlet itu lebih banyak melakukan kegiatan fisik dibandingkan masyarakat biasa. Jadi, kebutuhan
gizi mereka juga lebih banyak dibandingkan masyarakat umumnya. Pola makannya harus diatur
khusus agar tidak kekurangan ataupun kelebihan gizi yang bisa berakibat buruk pada atlet,"
tambahnya.

Ia juga menambahkan apabila ketiga unsur tersebut dipadukan dengan baik, maka atlet-atlet akan
memiliki perkembangan fisik, mental dan teknik yang bagus.

Fisik yang prima akan mendukung kondisi mental juara dan teknik yang benar. Sebaliknya
mental yang tangguh akan mendorong fisik untuk bertahan di level terbaik.

Selain menjaga asupan gizi, dr Ayuningtyas juga mengingatkan kepada para pelatih dan atlet
untuk secara berkala memeriksakan kondisi fisiknya kepada dokter spesialis gizi. Pemeriksaan
tersebut untuk mengetahui kecukupan gizi sehingga kondisi tubuh atlet bisa selalu sehat dan
prima.

Selain itu, pelatih dan dokter ahli gizi bagi atlet juga harus mengerti kebutuhan nutrisi setiap atlet
yang berbeda-beda. Ia mencontohkan pemain sayap eks Timnas U-19 Maldini Pali yang
mempunyai kebutuhan air paling besar di antara pemain-pemain lainnya setelah bertanding.

"Jadi kebutuhan gizi atlet bisa berbeda-beda secara individu, baik dalam cabang olahraga yang
sama maupun berbeda," imbuh dr Ayu.
Berbicara mengenai permasalahan gizi dalam olahraga atau atlet di Indonesia yaitu Pemberian dan
pengaturan asupan gizi yang dilakukan pembina olahraga kepada atlet usia dini di Indonesia
masih sering asal-asalan dan kurang memerhatikan kebutuhan yang semestinya, kata seorang ahli
gizi yang dikutip pada artikel TEMPO.CO.

Artikel tersebut mengatakan bahwa "Banyak pembina atau pelatih yang hanya menargetkan
prestasi pada atletnya, Padahal, secara logis prestasi adalah gabungan dari pembinaan mental,
latihan fisik dan teknik, juga harus didukung oleh asupan gizi. "karena, Bagaimana atlet bisa
latihan rajin dan bersemangat bila dalam makanan kekurangan karbohidrat atau energi

Oleh karena itu, para pelatih dan pengurus cabang olahraga untuk memerhatikan asupan
makanan dan gizi atlet, dengan memenuhinya sesuai beban latihan dan kebutuhan saat
bertanding.

"Atlet itu lebih banyak melakukan kegiatan fisik dibandingkan masyarakat biasa. Jadi, kebutuhan
gizi mereka juga lebih banyak dibandingkan masyarakat umumnya. Pola makannya harus diatur
khusus agar tidak kekurangan ataupun kelebihan gizi yang bisa berakibat buruk pada atlet,"

dan apabila ketiga unsur tersebut dipadukan dengan baik, maka atlet-atlet akan memiliki
perkembangan fisik, mental dan teknik yang bagus.

Selain menjaga asupan gizi, para pelatih dan atlet untuk secara berkala memeriksakan kondisi
fisiknya kepada ahli gizi. Pemeriksaan tersebut untuk mengetahui kecukupan gizi sehingga
kondisi tubuh atlet bisa selalu sehat dan prima.

Anda mungkin juga menyukai