Anda di halaman 1dari 12

Temu 10:

Transaminasi, Deaminasi, Turnover dan Eksresi Protein

10.1 Peran hati dalam metabolisme asam amino

Sel hati memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengurai semua asam amino.
Hampir sebagian besar (sekitar 57%) asam amino yang diserap oleh hati kemudian
dikatabolisme. Hati merupakan tempat utama terjadinya katabolisme asam amino
esensial, kecuali asam amino rantai cabang. Asam amino esensial ini dapat digunakan
untuk membuat asam amino non-esensial.

Kecepatan katabolisme asam amino berbeda-beda. Asam amino rantai cabang sangat
lambat dikatabolisme di hati tetapi cepat dikatabolisme di sel otot. Hati terdiri dari
beberapa bagian, tiap bagian berperan untuk asam amino tertentu. Misalnya saja, sel hati
bagian periportal (periportal hepatocytes), mengkatabolisme semua asam amino kecuali
glutamate dan aspartate yang dimetabolisme di bagian perivenous hepatocytes.
Gambar 1: Bagian-bagian hati

Gambar 2: Bagian hati periportal hepatocytes dan perivenous hepatocyte

10.2 Transaminasi

Biasanya langkah pertama dalam metabolisme asam amino yang bukan untuk sintesis
protein ialah pelepasan gugus amino. Pelepasan gugus amino dapat dilakukan dengan
proses transaminasi ataupun deaminasi. Reaksi transaminasi mentransfer gugus amino dari
suatu asam amino ke α-keto acid (sebuah asam amino tanpa gugus amino), sehingga
menghasilkan asam amino baru dan satu α-keto acid. Dengan cara ini sel hati dapat
mensintesis berbagai asam amino non esensial. Contoh reaksi ini ialah gugus amino dari
aspartate (asam amino) ditransfer ke α-ketoglutarate (α-keto acid) untuk membentuk
glutamate (asam amino). Aspartat yang kehilangan gugus amino akan membentuk α-keto
acid yang dibernama oxaloacetate.

Gambar 3: Contoh reaksi transaminasi

10.3 Deaminasi

Proses deaminasi serupa dengan transaminasi tetapi bedanya yaitu tidak ada transfer
gugus amino ke senyawa lain. Contoh reaksi ini ialah deaminasi threonin oleh enzim
threonin dehydratase untuk membentuk α-ketobutyrate (α-keto acid) dan amoniak.
Amoniak akan digunakan oleh sel hati bagian periportal untuk sintesis urea.

Gambar 4: Contoh reaksi deaminasi

Proses transaminasi dan deaminasi membutuhkan vitamin B6 dalam bentuk PLP dan
beberapa jenis enzim. Reaksi transaminasi dikatalisasi oleh enzim yang disebut
aminotransferase. Enzim aminotransferase yang paling aktif ialah ALT (alanine
aminotransferase, dulu dikenal sebagai glutamate pyruvate transaminase/GPT) dan AST
(aspartate aminotransferase, dulu dikenal dengan glutamate oxaloacetate
transaminase/GOT). Enzim ini terdistribusi pada berbagai jaringan tubuh dan bereaksi
dengan tiga asam amino utama yaitu alanin, glutamate dan aspartat. Enzim AST dalam
konsentrasi tinggi terdapat pada organ hati sedangkan ALT banyak terdapat pada organ
hati, juga ginjal dan jaringan lainnya. Konsentrasi serum enzim ini dalam keadaan normal
ialah rendah tetapi pada keadaan tertentu seperti trauma dan penyakit organ tertentu,
serum enzim akan meningkat dan menjadi indikator organ yang rusak.

ALT transfer gugus amino dari alanin ke α-keto acid (misalnya α-ketoglutarate) lalu
membentuk piruvat dan asam amino lain (misalnya: glutamat). AST transfer gugus amino
dari aspartat ke suatu α-keto acid dan menghasilkan oxaloacetate dan glutamate. Reaksi ini
bersifat reversible (bolak balik). Glutamat dan α-ketoglutarat mudah sekali ditransfer dan
menerima gugus amino sehingga keduanya berperan penting dalam metabolisme asam
amino.

Asam amino juga dikatabolisme melalui tiga cara. Kira-kira separuh dari asam amino
yaitu alanin, serin, glisin, sistein metionin, dan triptofan diubah menjadi piruvat. Kurang
lebih separuh lagi yaitu fenilalanin, tirosin, leusin, isoleusin dan lisin, seperti hal nya asam
lemak diubah menjadi asetil KoA. Sisa asam amino kecuali asam aspartat diubah menjadi
asam glutamat, dideaminase dan langsung memasuki siklus TCA. (Almatsier, 2009)

Asam amino yang diubah menjadi piruvat dapat diubah menjadi glukosa. Oleh karena
itu, dinamakan asam amino glukogenik. Asam amino yang diubah menjadi asetil KoA dapat
digunakan untuk memperoleh energi atau dapat diubah menjadi lemak. Asam amino ini
dinamakan ketogenik. Asam amino yang langsung masuk ke dalam siklus TCA juga
merupakan asam amino glukogenik, karena dapat menghasilkan energi atau keluar dari
siklus dan diubah menjadi glukosa. Berbeda dengan lemak, protein merupakan sumber
glukosa bila karbohidrat tidak mencukupi. Seperti halnya lemak dan karbohidrat, bila
berlebihan asam amino akan diubah menjadi lemak. Jadi protein dalam jumlah berlebihan
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, dapat diubah menjadi lemak tubuh dan
menyebabkan kegemukan.

Gambar 5: Jalur metabolisme asam amino menjadi energi

1. Latihan :
1. Enzim apa yang mengkatalis reaksi transaminasi ?
2. Sebutkan asam amino yang dapat diubah menjadi piruvat ?
3. Sebutkan asam amino yang dapat diubah menjadi asetil KoA ?
4. Apa yang dimaksud asam amino glukogenik ?
5. Apa yang dimaksud asam amino ketogenik ?

3. Rangkuman :
Sebagian besar (sekitar 57%) asam amino yang diserap oleh hati kemudian
dikatabolisme. Kecepatan katabolisme asam amino berbeda-beda. Hati terdiri dari
beberapa bagian, tiap bagian berperan untuk asam amino tertentu. Dalam metabolisme
asam amino dilakukan proses pelepasan gugus amino yaitu dengan proses transaminasi
ataupun deaminasi. Proses transaminasi dan deaminasi membutuhkan vitamin B6
dalam bentuk PLP dan beberapa jenis enzim. Asam amino dikatabolisme melalui tiga
cara. Separuh dari asam amino diubah menjadi piruvat dapat diubah menjadi glukosa
dinamakan asam amino glukogenik. Separuh lagi diubah menjadi asetil KoA dapat
digunakan untuk memperoleh energi atau dapat diubah menjadi lemak dinamakan
ketogenik. Sisa asam amino diubah menjadi asam glutamat, dideaminase dan langsung
memasuki siklus TCA, ini juga merupakan asam amino glukogenik, karena dapat
menghasilkan energi atau keluar dari siklus dan diubah menjadi glukosa.

4. Tes Formatif :
1. Hampir sebagian besar (sekitar 75%) asam amino yang diserap oleh hati
kemudian dikatabolisme. (B/S)
2. AST transfer gugus amino dari aspartat ke α-keto acid (misalnya α-
ketoglutarate) lalu membentuk piruvat dan asam amino lain (misalnya:
glutamat). (B/S)
3. ALT transfer gugus amino dari alanin ke suatu α-keto acid dan menghasilkan
oxaloacetate dan glutamate. (B/S)
4. Protein dalam jumlah berlebihan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh,
dapat diubah menjadi lemak tubuh dan menyebabkan kegemukan. (B/S)
5. Contoh reaksi transaminasi threonin oleh enzim threonin dehydratase untuk
membentuk α-ketobutyrate (α-keto acid) dan ammoniak. (B/S)
10.4 Protein Turnover

Protein tubuh secara konstan selalu dibentuk dan dipecah. Namun, pada orang dewasa
sehat jumlah total protein didalam tubuh selalu dalam kondisi yang konstan atau stabil.
Kecepatan tubuh mensintesis protein yang cukup untuk mengganti protein yang dipecah
disebut “protein turnover” atau pergantian protein didalam tubuh. Sekitar 75% asam amino
digunakan untuk sintesis protein. Asam amino dapat diperoleh dari protein yang berasal
dari makanan atau dari hasil degradasi protein di dalam tubuh (katabolisme). Degradasi ini
merupakan proses kontinu. Karena protein didalam tubuh secara terus menerus diganti.
Tabel 1. Protein turnover pada beberapa senyawa dan jaringan tubuh
Protein Turnover rate (waktu paruh)
Enzim 7-10 menit
Di dalam hati 10 hari
Di dalam plasma 10 hari
Hemoglobin 120 hari
Otot 180 hari
Kolagen 1000 hari

Kecepatan pergantian protein sangat bervariasi tergantung fungsi protein tersebut


didalam tubuh. Protein yang kadarnya dibutuhkan untuk mengatur proses didalam tubuh
(misalnya enzim) atau sebagai sinyal (misalnya hormon), kecepatan pergantian protein
terjadi dengan cepat sesuai dengan fungsinya untuk regulasi. Sebaliknya dengan protein
struktural (misalnya kolagen) yang lebih stabil secara metabolik dan masa paruhnya relatif
lebih panjang hingga setahun atau lebih. Sedangkan plasma protein dan sebagian besar
protein intrasel masa paruh mungkin satu jam hingga beberapa hari.
Sel-sel diseluruh tubuh terus-menerus mensintesis dan memecah protein. Ketika sel-sel
memecah protein menjadi asam amino kemudian masuk ke depot asam amino didalam sel
lalu kembali ke sirkulasi. Terminal atau depot asam amino ditemukan diseluruh jaringan
dan cairan. Beberapa asam amino ini dapat digunakan untuk sintesis protein, sedangkan
kelompok asam amino lainnya dikeluarkan masuk ke dalam liver dan ada yang digunakan
juga untuk menghasilkan zat energi atau nonprotein seperti glukosa. Hal ini merupakan
daur ulang protein secara konstan di dalam tubuh dikenal sebagai protein turnover. Dari
total asam amino yang memasuki depot asam amino bebas, hanya 25% yang berasal dari
asupan makanan setiap hari. Dari sekitar 300 gram protein yang disintesis oleh tubuh setiap
hari, 200 gram terbuat dari asam amino daur ulang. Kapasitas daur ulang yang luar biasa ini
adalah alasan mengapa kita memerlukan sedikit protein dalam makanan kita. Meskipun
kebutuhan kita kecil, protein diet sangat penting. Ketika protein diet tidak memadai,
peningkatan pemecahan protein tubuh menggantikan depot asam amino. Hal ini dapat
menyebabkan hancurnya jaringan tubuh esensial.

Gambar 6: Skema pergantian protein tubuh (protein turnover)

1. Latihan :
1. Apa yang dimaksud dengan Protein Turnover ?
2. Berapa persentase asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis protein ?
3. Berapa waktu paruh yang dibutuhkan darah untuk pergantian protein ?
4. Berapa persentase asam amino yang memasuki depot asam amino bebas yang
didapat dari asupan makanan ?
5. Kecepatan pergantian protein yang terjadi dengan cepat adalah ?
2. Rangkuman :
Kecepatan tubuh mensintesis protein yang cukup untuk mengganti protein yang
dipecah disebut “protein turnover” atau pergantian protein didalam tubuh. Kecepatan
pergantian protein sangat bervariasi tergantung fungsi protein tersebut didalam tubuh.
Protein yang kadarnya dibutuhkan untuk mengatur proses didalam tubuh (misalnya
enzim) atau sebagai sinyal (misalnya hormon), kecepatan pergantian protein terjadi
dengan cepat (untuk regulasi), sedangkan protein struktural (misalnya kolagen) yang
lebih stabil secara metabolik dan masa paruhnya relatif lebih panjang hingga setahun
atau lebih.
3. Tes Formatif :
1. Protein didalam hati dan plasma mempunyai waktu paruh 15 hari. (B/S)
2. Dari sekitar 300 gram protein yang disintesis oleh tubuh setiap hari, 200 gram
terbuat dari asam amino daur ulang. (B/S)
3. Dari total asam amino yang memasuki depot asam amino bebas, hanya 50 %
yang berasal dari asupan makanan setiap hari. (B/S)
4. Protein yang kadarnya dibutuhkan untuk mengatur proses didalam tubuh
(misalnya enzim) atau sebagai sinyal (misalnya hormon), kecepatan pergantian
protein terjadi dengan cepat sesuai dengan fungsinya untuk regulasi. (B/S)
5. Protein yang terdapat pada jaringan otot mempunyai waktu paruh = 180 hari.
(B/S)

10.5 Ekskresi Protein

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna
bagi tubuh. Ada 4 alat-alat ekskresi pada manusia, yaitu ginjal, kulit, hati, dan paru-paru.
Ginjal mengeluarkan urine, kulit mengeluarkan keringat, hati mengeluarkan empedu
bersama urin, dan paru-paru mengeluarkan karbondioksida dan uap air.
Pada umumnya orang sehat tidak mengekskresikan protein didalam urine, melainkan
sebagai metabolitnya atau sisa metabolisme (metabolic waste product). Selain CO2 dan H2O
sebagai hasil sisa metabolisme protein, terjadi pula berbagai ikatan organik yang
mengandung nitrogen seperti urea dan ikatan lain yang tidak mengandung nitrogen.
Sebagian dari amoniak yang dibentuk dalam hati merupakan sumber nitrogen guna
mensintesis asam amino. Selebihnya harus didetoksikasi karena amoniak bersifat racun,
menyebabkan malfungsi otak dan koma. Amoniak yang didetoksifikasi akan bergabung
dengan karbondioksida dan mengasilkan ureum yang tidak terlalu bersifat racun. Amoniak
dihasilkan tubuh bukan hanya dari proses deaminasi tetapi juga dari makanan yang kotor
(dingiest) dan diserap tubuh, dari penyerapan hasil lisis urea dan asam amino oleh bakteri di
usus. Perubahan amoniak menjadi ureum terjadi melalui reaksi kompleks, yaitu siklus
ureum.

Hati memiliki dua sistem dalam memproses amoniak. Sistem pertama dan yang utama
terjadi di bagian periportal hepatocytes yang aktif dalam proses ureagenesis. Amoniak dari
makanan dan dari hasil sintesis bakteri usus masuk ke darah dan masuk ke dalam sel hati,
terutama bagian periportal hepatocytes guna sintesis urea. Bagian ini juga memproses
amoniak dari hasil katabolisme hampir semua asam amino endogen. Tetapi jika bagian ini
terlalu berat dalam memproses, bagian kedua yaitu perivenous hepatocytes akan berperan
dalam menggunakan amoniak untuk sintesis glutamine. Bagian sel hati ini menjadi sistem
cadangan bagi amoniak yang lolos dari proses pembentukan urea.

Siklus urea dapat terjadi dengan beberapa tahapan berikut:

a. Pertama, amoniak (NH3) bergabung dengan CO2 atau HCO3- membentuk


carbamoyl phosphate. Reaksi ini dikatalis oleh enzim mitochondrial carbamoyl
phosphate synthetase I (CPS-I) dan memerlukan sebanyak 2 mol ATP dan ion Mg2+.
Diperlukan juga N-acetylglutamate (NAG) sebagai aktivator alosterik untuk
mengikat ATP.
b. Kedua, carbamoyl phosphate bereaksi dengan ornithis dalam mitokondria dan
dikatalisasi oleh enzim ornithine transcarbamoylase (OTC) untuk membentuk
citrulline. Adanya citrulline dapat menghambat terbentuknya OTC.
c. Ketiga, aspartat akan bereaksi dengan citrulline setelah ditransport ke sitosol.
Tahapan ini dikatalisasi oleh enzim argnininosuccinate synthetase, dan proses ini
sangat terbatas. ATP dan ion Mg2+ diperlukan dalam reaksi ini sehingga terbentuk
argininosuccinate. Adanya argininosuccinate, arginine, dan AMP+PP akan
menghambat terbentuknya enzim.
d. Keempat, argininosuccinate akan terbelah oleh argininosuccinase di sitosol sehingga
membentuk fumarate dan arginine. Adanya dua senyawa ini akan menghambat
aktivitas enzim argininosuccinase. Enzim ini banyak tersedia diberbagai jaringan
tubuh terutama di hati dan ginjal. Konsentrasi arginine yang tinggi akan
meningkatkan sintesis NAG yang diperlukan untuk sintesis carbamoyl phosphate di
mitokondria.
e. Enzim arginase akan membentuk urea dan ornithine dari arginin. Arginase adalah
enzim yang memerlukan mineral mangan untuk aktif. Aktifitas arginase akan
terhambat dengan terbentuknya ornithine atau adanya lysine. Secara keseluruhan,
siklus urea memerlukan empat senyawa ikatan energi tinggi. Senyawa ini dapat
berasal dari siklus kreb dan phosphorylation rantai transport elektron. Senyawa urea
terbentuk dari 1 N
amoniak, 1 N aspartat, dan 1
C (karbon) dari CO2 atau
HCO3-.
Gambar 7: Pengeluaran ureum pada manusia

Setelah terbentuk urea dari hati akan dialirkan ke darah menuju ginjal. Salah satu fungsi
ginjal adalah mengeluarkan ureum dari darah melalui urin. Dalam keadaan normal hati
dapat mengubah semua amoniak menjadi ureum dan mengeluarkannya ke dalam darah.
Ginjal kemudian membersihkan darah dari ureum dan mengeluarkannya dari tubuh melalui
urine. Sebanyak 25% urea disekresikan dari darah ke lumen usus sehingga dapat
didegradasi oleh bakteri untuk kemudian terbuang bersama feses. Urine yang dibiarkan di
udara terbuka, maka ureum akan dipecah oleh mikroba, menghasilkan amoniak (NH 3) yang
menguap dan memberikan bau khas pada urine (pesing).

Bila konsumsi protein berlebihan, produksi ureum meningkat. Untuk mengeluarkan


ureum memerlukan air agar dapat berada dalam keadaan larut air. Oleh karena itu,
seseorang banyak makan protein harus minum lebih banyak.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat Jepang yang
sehat, mendapatkan bahwa ekskresi kalsium dalam urin lebih tinggi pada kelompok yang
mengkonsumsi protein hewani yang lebih tinggi sedangkan pada protein nabati tidak.
Konsumsi tinggi protein hewani dapat meningkatkan frekuensi pembentukan batu melalui
berbagai mekanisme. Metabolisme asam amino akan meningkatkan ion sulfat yang akan
membuat ion kalsium lebih larut disamping itu juga akan meningkatkan asam endogenous
sehingga timbul asidosis metabolik yang berakibat pelepasan kalsium dari tulang dan
meningkatkan jumlah kalsium yang difiltrasi. Asidosis metabolik juga akan mengakibatkan
peningkatan ekskresi asam pada ginjal dan akan mencapai puncaknya 3-5 hari dimana akan
menurunkan reabsorbsi pada tubulus distal terhadap kalsium sehingga kadar kalsium
dalam urin akan meningkat. (Wiryawan, 2005)

Pada keadaan sakit ginjal, ada protein yang terbuang di dalam urine, yang disebut
proteinuria yaitu protein terdapat didalam urine pada kondisi sakit tertentu. Juga mungkin
ada asam amino atau metabolit lainnya yang terbuang didalam urine pada kondisi
abnormal tertentu.

1. Latihan :
1. Apa yang dimaksud dengan ekskresi ?
2. Apa yang dimaksud dengan proteinuria ?
3. Sebutkan sistem yang dimiliki hati dalam memproses amoniak ?serta
kegunaannya!
4. Apa saja yang terbentuk dalam senyawa urea ?
5. Apa saja hasil sisa metabolisme protein ?
3. Rangkuman :

Selain CO2 dan H2O sebagai hasil sisa metabolisme protein, terjadi pula berbagai ikatan
organik yang mengandung nitrogen seperti urea dan ikatan lain yang tidak mengandung
nitrogen. Amoniak yang didetoksifikasi bergabung dengan karbondioksida dan
mengasilkan ureum yang tidak terlalu bersifat racun. Hati memiliki dua sistem dalam
memproses amoniak, yang utama terjadi di bagian periportal hepatocytes guna sintesis
urea. Tetapi jika bagian ini terlalu berat dalam memproses, bagian kedua yaitu perivenous
hepatocytes akan berperan dalam menggunakan amoniak untuk sintesis glutamine.
Perubahan amoniak menjadi ureum terjadi melalui reaksi kompleks, yaitu siklus ureum.
Ureum yang dikeluarkan dari hati dan masuk ke aliran darah hingga sampai diginjal. Ginjal
kemudian membersihkan darah dari ureum dan mengeluarkannya dari tubuh melalui urine.

4. Tes Formatif :
1. Selain O2 dan H2O sebagai hasil sisa metabolisme protein, terjadi pula berbagai
ikatan organik yang mengandung nitrogen seperti urea dan ikatan lain yang
tidak mengandung nitrogen. (B/S)
2. Amoniak yang didetoksifikasi bergabung dengan karbondioksida dan
mengasilkan ureum bersifat racun. (B/S)
3. Perubahan amoniak menjadi ureum terjadi melalui reaksi kompleks, yaitu siklus
ureum. (B/S)
4. Sistem pertama dan yang utama terjadi di bagian perivenous hepatocytes yang
aktif dalam proses ureagenesis. (B/S)
5. Urine yang dibiarkan di udara terbuka, maka ureum akan dipecah oleh mikroba,
menghasilkan amonia (NH3) yang menguap dan tidak memberikan bau khas
pada urine (pesing). (B/S)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Insel, P., RD, R. E., & Ross, D. (2004). Nutrition Second Edition. Canada: Jones and Bartlett.

Pakar Gizi Indonesia2016Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. JakartaBuku Kedokteran EGC

Poedjiadi, A., & Supriyanti, T. (2009). Dasar-Dasar BIOKIMIA. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Wiryawan, W. (2005). Pengaruh Diit Tinggi Protein Hewani terhadap Ekskresi Kalsium
Dalam Urin. 11.
Sumber web :

https://id.wikipedia.org/wiki/Ekskresi

http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/03/alat-alat-ekskresi-pada-manusia.html

Anda mungkin juga menyukai